Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS

OLEH :
NI PUTU AYU WIDYA ASTUTI
0410720035

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2009
LAPORAN PENDAHULUAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)

I. Pengertian :
a. Batu saluran empedu : adanya batu yang terdapat pada sal. empedu
(Duktus Koledocus).
b. Batu Empedu (kolelitiasis) : adanya batu yang terdapat pada kandung
empedu.
c. Radang empedu (Kolesistitis) : adanya radang pada kandung empedu.
d. Radang saluran empedu (Kolangitis) : adanya radang pada saluran
empedu.

II. Penyebab:
Batu di dalam kandung empedu. Sebagian besar batu tersusun dari
pigmen-pigmen empedu dan kolesterol, selain itu juga tersusun oleh
bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan
penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam pembentukan batu:
Infeksi kandung empedu
Usia yang bertambah
Obesitas
Wanita
Kurang makan sayur
Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
 Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai
hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
 Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis, ditemukan
disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan divertikula duodenum didaerah vateri. Ada
dugaan bahwa kelainan anatomi atau pengisian divertikula oleh makanan
akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus koledokus dan bendungan
ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.
III. Manifestasi Klinis
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.

GEJALA AKUT GEJALA KRONIS


TANDA : TANDA:
1. Epigastrium kanan terasa nyeri dan Biasanya tak tampak gambaran pada
spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam waktu diraba Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan
pada kwadran kanan atas atas
3. Kandung empedu membesar dan
nyeri
4. Ikterus ringan

GEJALA: GEJALA:
Rasa nyeri (kolik empedu) yang Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat :
Menetap abdomen bagian atas (mid
Mual dan muntah epigastrium), Sifat : terpusat di
Febris (38,5C) epigastrium menyebar ke arah skapula
kanan
Nausea dan muntah
Intoleransi dengan makanan berlemak
Flatulensi
Eruktasi (bersendawa)

IV. Pathofisiologi :
Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang
pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
 Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
 Statis empedu
 Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling
penting pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan
mengendap dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur
tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis.
Faktor hormonal khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan
perlambatan pengosongan kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi
pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan
sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler
dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler
sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu
empedu dibanding infeksi yang menyebabkan pembentukan batu.
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara kebetulan pada
pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru akan
memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus sistikus)
atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan
obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung
beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut
atau kronik.
Batu yang bermigrasi ke duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau
tetap tinggal diduktus yang dapat menimbulkan ikterus obstruktif.

V. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6
mnt).
USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)
Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim
billiar.
CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran
pada saluran atau pembesaran pada gallblader.

IV. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
- Aktivitas dan istirahat:
 subyektif : kelemahan
 Obyektif : kelelahan
- Sirkulasi :
 Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
- Eliminasi :
 Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
 Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran
kanan atas, urine pekat .
- Makan / minum (cairan)
Subyektif : Anoreksia, Nausea/vomit.
 Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
 Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
 Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
 Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif :
 Kegemukan.
 Kehilangan berat badan (kurus).
- Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif :
 Nyeri abdomen menjalar ke punggung sampai ke bahu.
 Nyeri apigastrium setelah makan.
 Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif :
Cenderung teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku
hal ini dilakukan pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin
(+).
- Respirasi :
Obyektif : Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa
tak nyaman.
- Keamanan :
Obyektif : demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus ,
cenderung perdarahan (defisiensi Vit K ).
- Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga juga pada kehamilan cenderung mengalami
batu kandung empedu. Juga pada riwayat DM dan gangguan /
peradangan pada saluran cerna bagian bawah.

B. Diagnosa Perawatan:
a. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan denganadanya
penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat
berkurang atau Pasien bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak grimace, Nadi 60-100
x/menit.
Intervensi :
 Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas
( 0-10 )
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi
 Atur posisi klien yang enak sesuai dengan keadaan. Berikan posisi
yang nyaman seperti duduk tengkurap dengan dialas bantal pada
daerah antara perut dan dada ataudengan posisi miring ke sisi yang
sehat.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat disesuaikan dengan
gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi
pengurangan penekanan sisi yang sakit.
 Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
klien untuk menangani nyeri.
 Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian
sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
 Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan
 Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam
mencapai sistim saraf sentral.

b. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,


mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpeniuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan yang
di sediakan.
Intervensi :
 Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional : Mengetahui keefektifan penilaian diet individual dalam
penghilangan mual pascaterapi.
 Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya protein dengan
masukan cairan adekuat.
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
( untuk menghilangkan produksi sisa).
 Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang
di tentukan dan tanyakan kembali apa yang telah di jelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien untuk
mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik
klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur penahanan klien
tentang nutrisi
 Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi dan memilih makanan yang
mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah
di tentukan.
 Sajikan makanan dalam keadaan menarik dan hangat.
Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat
meningkatkan selera makan.
 Anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual sehingga
diharapkan menambah rasa.
 Monitor kenaikan berat badan
Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk
mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses metabolisme,
mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu
pembentukan sel baru.
 Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah
pemberian agent antineoplastik yang sesuai .
Rasional : Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek
samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stress.

c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakn tidur terpenuhi
sesuai kebutuhan
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
 Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen dan
analgesik
Rasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan sesak nafas
berkurang sehingga klien dapat istirahat.
 Beri suasana yang nyaman pada klien dan beri posisi yang
menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi:
Rasional: Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan ketegangan
dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.
 Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk
memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.
 Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran
lebih tenang.
 Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien
mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.

d. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan klien dapat
melakukan aktivtas dengan bebas.
Kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
 Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan
aktivitas sesuai kemampuan.
 Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
 Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan
salah satu teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan
persendian dengan optimal.
 Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
 Observasi reaksi nyeri dan sesak saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat
meningkatkan rasa nyeri.
 Anjurkan klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.

e. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit


yang diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas berkurang.
Kriteria : Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi :
 Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaannya
mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan
memahami keadaan diri yang sebenarnya.
 Jelaskan pada klien setiap melakukan prosedur baik keperawatan
maupun tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan
mengurangi kecemasan klien
 Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah
kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien
berkurang.
Daftar Pustaka

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa
AdiDharma, Edisi II.P: 329-330.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-
536.
D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach,
W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.
Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone,
Melborne : 74 - 76.

Anda mungkin juga menyukai