Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK ABDOMEN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Medikal Bedah 1

Di susun oleh
Kelompok II

Wawan K urniawan 14420202180


Indrawati Baharuddin 14420202095
Cenindasari Paputungan 14420202111
Sri M eylani M usa 14420202112
Sinta Mariaty 14420202107
Putriani 14420202187
Nurul Adela 14420202181
Rati Nur Lino 14420202144
Rahmin 14420202145

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Hariati, S.Kep Ns. Brajakson Siokal, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2021
BAB I

KONSEP MEDIS KOLIK ABDOMEN

A. Definisi Kolik Abdomen


Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal, Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Nurarif A.H
& Kusuma H, 2016).
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba
dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan
sampai yang bersifat fatal (Nurarif A.H & Kusuma H, 2016).
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan
seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan
baik parsial ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ
yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik (Gilroy, 2013).

B. Etiologi
Menurut Reeves & Charlene J (2011), etiologi dari kolik abdomen, yaitu :
1. Secara mekanis :
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan
karena radang);
b. Karsinoma;
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus);
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati);
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung);
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
tidak dapat bergerak);
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas);

1
c. Enteritis regional;
d. Ketidak seimbangan elektrolit;
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif).

C. Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus sepanjang
traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan
bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari
adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung empedu, radang
kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut
abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah
nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam.
Kolik abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi,
diare, dan gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat
berasal dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan
dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi
organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat
lain (Gilroy, 2013).

2
D. Pathway
Apendisitis Akut Hernia Strangulate
Kolesistitis Akut Hernia Inkarserata
Pancreatitis Volvulus Usus

Peradangan Obstruksi
Hambatan pasase dalam organ

Mual, m untah Peningkatan tekanan i ntra luminer

anoreksia Penurunan aliran darah

Intake kurang Hipoksia jaringan dinding s aluran


Defisit Nutrisi
kelemahan Peningkatan metabolisme an aerob

Penumpukan asam laktat


Intoleransi Aktivitas
Faktor psikologis
Nyeri Akut
Penanggulangan dalam periode waktu

Ansietas

E. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif A.H & Kusuma H (2016), manifestasi klinis kolik abdomen,
yaitu :
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

3
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.

F. Komplikasi
Menurut Nurarif A.H & Kusuma H (2016), komplikasi kolik abdomen, yaitu :
1. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2. Kolik biliaris
3. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)

4. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan.
Gangren kandung empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh
infeksi pada organ-organ tersebut.
5. Sepsis

Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh


melalui peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana
tekanan darah turun.
6. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu
empedu mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu,
menimbulkan saluran baru ke lambung, usus dan rongga perut.

4
7. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut
yang steril terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke
rongga perut.
8. Ileus
Ilues dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif A.H & Kusuma H (2016), pemeriksaan penunjang
kolik abdomen, yaitu :
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus;
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup;
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus;
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolime.

H. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif A.H & Kusuma H (2016), penatalaksanaan kolik abdomen,
yaitu :
1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit;
2. Terapi Na+, K+, komponen darah;

5
3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial;
4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler;
5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan;
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis;
7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi;
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung;
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko;
10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

6
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Menurut Dony Setiawan (2016), Comprehenshif body system assessment (B1-


B6), yaitu :

1. Tanda-Tanda Vital (TD , GCS, RR, N, SB) dan Antrophometri (BB, TB).
2. B1. Breathing (Sistem Pernafasan)

a. Bentuk dada : simetris, asimetris;


b. Pola napas: eupnea, dangkal, cepat, dyspnea, orthopnea, PCH, sianosis,
perifer/ central, retraksi, ronchi, whezzing;
c. Batuk : produktif, darah, nyeri saat bernafas.

3. B2. Blood (Sistem Kardiovaskuler)


a. Nyeri dada, sesak, pucat, edema, CRT < 3 detk, CRT > 3 detik, BJ1-BJ2
tunggal, mur-mur, reguler, irregular;

b. Balans cairan: Intake (cc), Output (cc).


4. B3. Brain (Sistem Persyarafan)
a. Kesadaran: CM, apatais, somnolent, sopor, coma;
b. Gelisah, kaku kuduk, kejang, tremor, nyeri kepala;
c. Pupil : isokor, unisokor, midriasis, miosis, tidak ada reaksi;
d. Reflek : normal, abnormal, parese , plegi;
e. Istirahat tidur : jam/ hari, tidak segar sewaktu bangun.

5. B4. Bladder (Sistem Perkemihan)


a. BAK (Kph), warna, bau, produksi urin (cc/hari)

b. Nyeri saat BAK, pancaran urine : kuat, lemah, darah, poliuri,


inkontinensia, oligouria, anuria, retensi urin, kateter, cystostomy.
c. Total produksi urine (cc/ hari).

6. B5. Bowel (Sistem Pencernaan)


a. Nafsu makan turun, mual, muntah, nyeri telan, nyeri ulu hati, nyeri perut,
kembung. BAB (Kph), asites, konstipasi;
b. Balans nutrisi : kebutuhan (kkal), intake (kkal).

7
7. B6. Bone (Sistem Tulang, Otot, Kulit, Selaput Lendir
a. Akral : hangat, kering, merah, dingin, basah;
b. Sendi : bebas, terbatas, radang, luka, nyeri;
c. Tulang : intak, patah, eksternal fiksasi;
d. Kekuatan otot : kuat, lemah;
e. Turgor : baik, cukup, jelek;
f. Kulit : intak, jejas.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077)
a. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b. Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi).
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif :
a) Mengeluh nyeri.
2) Objektif :
a) Tampak meringis;
b) Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri);
c) Gelisah;
d) Frekuensi nadi meningkat;
e) Sulit tidur.
d. Gejala dan tanda minor
1) Objektif :
a) Tekanan darah meningkat;
b) Pola napas berubah;
c) Nafsu makan berubah;
d) Proses berpikir terganggu;
e) Menarik diri;
f) Berfokus pada diri sendiri;
g) Diaforesis.

8
2. Intoleransi aktivitas (D.0056)
a. Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab :
1) Ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen;
2) Tiring baring;
3) Kelemahan;
4) Imobilisasi;
5) Gaya hidup monoton.
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif :
a) Mengeluh lelah.
2) Objektif :
a) Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) Dispnea saat/setelah aktivitas;
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas;
c) Merasa lemah.
2) Objektif :
a) Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi intirahat;
b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas;
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia;
d) Sianosis.
e. Kondisi klinis terkait :
1) Anemi;
2) Gagal jantung kongestif;
3) Penyakit jantung koroner;
4) Aritmia;
5) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK);
6) Gangguan metabolik;
7) Gangguan musculoskeletal.
3. Defisit nutrisi (D.0019)
a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.

9
b. Penyebab :
1) Kurangnya asupan makanan;
2) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient;
3) Peningkatan kebutuhan metabolisme;
4) Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).
c. Gejala dan tanda mayor
1) Objektif :
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
a) Cepat kenyang setelah makan;
b) Kram/nyeri abdomen;
c) Nafsu makan menurun.
2) Objektif :
a) Bising usus hiperaktif;
b) Otot pengunyah lemah;
c) Otot menelan lemah;
d) Membrane mukosa pucat;
e) Sariawan;
f) Serum albumin turun;
g) Rambut rontok berlebihan;
h) Diare.

4. Ansietas (D.0080)
a. Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab :
1) Krisis situasional;
2) Kebutuhan tidak terpenuhi;
3) Ancaman terhadap konsep diri;
4) Disfungsi sistem keluarga;
5) Kurang terpapar informasi.

10
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif :
a) Merasa binggung;
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi;
c) Sulit berkonsentrasi.
2) Objektif :
a) Tampak gelisah;
b) Tampak tegang;
c) Sulit tidur.
d. Gejala dan tanda minor
3) Subjektif :
a) Mengeluh pusing;
b) Anoreksia;
c) Palpitasi;
d) Merasa tidak berdaya.
4) Objektif :
a) Frekuensi napas meningkat;
b) Frekuensi nadi meningkat;
c) Tekanan darah meningkat;
d) Diaforesis;
e) Tremor;
f) Muka tampak pucat;
g) Suara bergetar;
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih;
j) Berorientasi pada masa lalu.
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun. (L.08066)
Kriteria hasil : (L.08066)
a. Keluhan nyeri menurun;
b. Meringis menurun;

11
c. Gelisah menurun;
d. Pola napas membaik.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

Intervensi :
Manajemen nyeri. (I.08238)
a. Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri;
2) Identifikasi skala nyeri;
3) Identifikasi respons nyeri non verbal;
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis,
terapi musik, kompres hangat/dingin, terapi bermain);
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan);
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
c. Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri;
2) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri;
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat. (L.05047)
Kriteria hasil : (L.05047)
a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
b. Kecepatan berjalan meningkat
c. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
d. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
e. Perasaan lemah menurun
f. Frekuensi nafas membaik
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

12
Intervensi :
Manajemen energi. (I.05178)
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan;
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional;
3) Monitor pola dan jam tidur;
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya, suara,
kunjungan);
2) Lakukakan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif;
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan;
4) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring;
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap;
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang;
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
(D.0019)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi
membaik. L.03030
Kriteria hasil : L.03030
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat;
b. Perasaan cepat kenyang menurun;
c. Frekuensi makan membaik;
d. Nafsu makan membaik;
e. Membran mukosa membaik;
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

13
Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi. 1.03119
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi;
2) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan;
3) Identifikasi makanan yang disukai;
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient;
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik;
6) Monitor asupan makanan;
7) Monitor berat badan;
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
b. Terapeutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu;
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet;
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai;
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi;
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein;
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu.
c. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan pereda
nyeri, antlemetik), jika perlu;
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional. (D.0080)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan tingkat ansietas
menurun. L.09093
Kriteria hasil : L. 09093
a. Verbalisasi kebingungan menurun;
b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun;
c. Perilaku gelisah menurun;
d. Perilaku tegang menurun;
e. Keluhan pusing menurun;
f. Anoreksia menurun;
g. Palpitasi menurun;

14
h. Frekuensi pernapasan menurun;
i. Frekuensi nadi menurun;
j. Tekanan darah menurun;
k. Tremor menurun;
l. Pucat menurun;
m. Kosentrasi membaik;
n. Pola tidur membaik.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)
Intervensi keperawatan:
Intervensi :
Reduksi ansietas (I.09314)
a. Observasi
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu,
stressor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan;
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal).
b. Terapeutik
1) Ciptakan suasanan terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan;
2) Pahami situasi yang membuat ansietas;
3) Dengarkan dengan penuh perhatian;
4) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan;
5) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan.
c. Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami;
2) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatam, dan
prognosis;
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu;
4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi;
5) Latih teknik relaksasi.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

15
D. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
instruksi yang telah teridentifikasi dalam P (perencanaan) dan menuliskan
tanggal dan jam pelaksanaan (Walid, 2014).

E. Evaluasi
Menurut Walid (2014), evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan
tindakan keperawatan. Untuk memudahkan mengevaluasi digunakan
komponen SOAP, yaitu :
S : data subjektif
Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakkan tindakan
keperawatan.
O`: data objektif
Hasil observasi perawat secara langsung mengenai keluhan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : analisis
Suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi sesuai
interpretasi dari data subjektif dan data objektif.
P : planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutka, dihentikan, dimodifikasi,
atau ditambahkan dari perencanaan tindakan keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dony Setiawan (2016) Rekam Medis Elektronik Asuhan Keperawatan. Jember:


Pascasarjana Universitas Jember.
Gilroy (2013) ‘Biliary Colik’, in E-Medicine.
Nurarif A.H & Kusuma H (2016) Asuhan Keperawatan Praktis; Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus; Edisi Revisi
Jilid 2. Edited by Rahil N.H. Yogyakarta: Percetakan Mediaction Publishing.
Reeves & Charlene J (2011) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;
Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi
Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II . Jakarta: DPP PPNI.
Walid, R. N. & S. (2014) Proses Keperawatan; Teori dan Aplikasi. Edited by S. Meita.
Jember: Ar-Ruzz Media.

14

Anda mungkin juga menyukai