Abdomen
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal.
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan
tetapi peristaltiknya normal. Banyak juga ahli yang mendefinisikan klik abdomen sebagai
sebuah kondisi yang ditandai dengan kram atau nyeri kolik hebat, yang mungkin disertai
dengan mual dan muntah.
• Ileus paralitik
• Lesi medula spinalis
• Enteritis regional
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Uremia
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang;
muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau
vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar.
Pemeriksaan
• Tensi, nadi, pernafasan, suhu
• Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ? Adakah
pembesaran hati, apakah teraba massa?
• Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces, adakah darah?
• Laboratorium : Leukosit dan Hb
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung
SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena
iritasi
pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
Penatalaksanaan Medis
• Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
• Terapi Na+, K+, komponen darah
• Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
• Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
• Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan;
selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
• Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
• Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik
atau infeksi.
• Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
• Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
• Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan reseksi
usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
Tindakan
• Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
Daftar Pustaka
1. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta
: EGC; 2001
2. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
3. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
lp colic abdomen
Posted on November 11, 2012 by dayatvetra
LAPORAN PENDAHULUAN
CALIC ABDOMEN
DISUSUN OLEH :
NPM : 101009314401058
MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN 2011-2012
COLIC ABDOMEN
1. PENGERTIAN
Colic Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
2. PENGURAIAN PENYEBAB
1) Mekanis
Ileus paralitik
Lesi medula spinalis
Enteritis regional
Ketidak seimbangan elektrolit
Uremia
Perut kembung.
Sakit di daerah abdomen bagian bawah, dan tersa sakit sampai kebagian belakang
(anus),
karena melakukan aktivitas berat.
Colic (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval
singkat), nyeri tekan difus minimal.
Colic (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3) Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5) Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi
sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah
samar.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus
10) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan
reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
1. 1. PENGKAJIAN
1) Umum :
2) Khusus :
1. Usus halus
1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a). Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual muntah
b). Gangguan kebutuhan istiharahat tidur berhubungan dengan sakit kepala c).
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
Intervensi :
a). Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala
syok b). Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan
vitamin
c). Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
d). Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi
yang benar
f). Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
g). Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
j). Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga
dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur
atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
k). Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk
memperkirakan jumlah absorpsi.
m). Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
p). Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidak nyamanan; menyatakan nyeri pada
tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a). Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
c). Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin
e). Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
f). Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit. g.
Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema
perlahan bila dipesankan.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan
yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
d). Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam
setiap jam.
4. Tindakan
c). Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ; jika
kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau penyebab tidak
jelas
d). Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30 menit
f). Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison inj 3 cc
atau Deksametason 2 amp
g). Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD
1. 5. RENCANA KEPERAWATAN
c). Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan pasien tidak mual muntah
lagi
DAFTAR PUSTAKA
Marllyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 2000
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta :
EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.