Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N

DENGAN DIAGNOSA COLIC ABDOMEN

DI RUANG MELATI 1

RSUD DR LOEKMONO HADI

Nama :

Bisyri Musythofa

NIM :

N520184009

PROGRAM STUDI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

COLIC ABDOMEN

Nama :
Bisyri Musythofa
NIM :
N520184009

PROGRAM STUDI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
2018
A. Pengertian
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana seorang penderita
oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat mencegah
memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012). Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang
sangat membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi
penderita yang sangat lemah jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare,
2011).
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal,
obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan
tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011).

B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat
bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak
bekerja secara efektif) (Reeves, 2011).
C. Manifestasi Klinis
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal,
peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat),
nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada –
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram, nyeri
abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang;
muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau
vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar (Reeves, 2011).

D. Klasifikasi
1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal
dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot, bukan karena iritasi
lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul,
samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
2. Kolik abdomen alih adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran
serabut saraf (Reeves, 2011).
E. Pathway

F. Komplikasi
1. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus ).
2. Kolik biliaris.
3. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang ) (Reeves, 2011).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik :  Tanda - tanda vital.
2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
3. Pemeriksaan rectal.
4. Laboratorium : leukosit, HB.
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang
tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP
dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena
iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik (Reeves, 2011).

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di
lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan
selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek histamine) (Reeves,
2011).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Umum
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen,
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus
(awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis.
b. Khusus
1) Usus halus.
a) Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi.
b) Distensi ringan.
c) Mual.
d) Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah
air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
e) Dehidrasi.
2) Usus besar.
a) Ketidaknyamana abdominal ringan.
b) Distensi berat.
c) Muntah fekal laten.
d) Dehidrasi laten : asidosis jarang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil :
1) Tanda vital normal.
2) Masukan dan haluaran seimbang.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok.
2) Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.
3) Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran
drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi.
4) Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse
ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang
benar.
5) Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam.
6) Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam.
7) Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam.
8) Pantau elektrolit, Hb dan Ht.
9) Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi.
10) Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga
dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah
diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
11) Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan
jumlah absorpsi.
12) Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
13) Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
14) Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
15) Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
16) Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi.

b. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.


Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol.
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri
pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
2) Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri.
3) Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin.
4) Berikan periode istirahat terencana.
5) Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
6) Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
7) Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema
perlahan bila dipesankan.
8) Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.

c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan
yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
1) Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”.
2) Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
3) Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif.
4) Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam
setiap jam.
5) Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.

d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.


Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
1) Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada
waktu lalu.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan
penenangan.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit,
tindakan dan prognosis.
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
5) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika,  Jakarta, 2011.

H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.

Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan Makanan,

Surabaya, Tidak dipublikasikan.

R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.

Anda mungkin juga menyukai