Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

“KOLIK ABDOMEN”
RUANG MAWAR DI RSUD RAA. SOEWONDO PATI

Disusun oleh :
Nama : Rizka Ayu Ardiyati

NIM : 820163088

Kelas : III B S1-Ilmu Keperawatan

Semester: 6

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AKADEMIK 2018/ 2019
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.idEmail: sekretariat@umkudus.ac.id
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal. (Reeves, 2011)
Kolik abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non trauma, dimana
seorang penderita oleh karena keadaan kesehatannya memerlukan pertolongan
secepatnya untuk dapat mencegah memburuknya keadaan penderita. (Nettina, 2012).
Kolik abdomen adalah suatu keadaan yang sangat membutuhkan pertolongan
secepatnya tetapi tidak begitu berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah
jadi penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera. (Bare, 2011).

B. ETIOLOGI
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1. Secara mekanis
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang).
b. Karsinoma.
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam
usus).
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati).
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung).
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).
2. Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat bergerak).
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas).
c. Enteritis regional.
d. Ketidak seimbangan elektrolit.
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif). (Reeves, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada
tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan mid abdomen, distensi berat,muntah – sedikit
atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush”
meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun
dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap
atau berdarah atau mengandung darah samar. (Reeves, 2011).

D. PATOFISIOLOGI

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O
dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,
menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia
dinding usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan
terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika
terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and Wilson, hal 404). Ileus
obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus.

Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi


pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal
tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).Sumbatan
usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar
pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang
menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah.
Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan
kolik abdomen.

E. PATHWAY

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital.
2. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri.
3. Pemeriksaan rectal.
4. Laboratorium : leukosit, HB.
5. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
6. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan
sigmoid yang tertutup.
7. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus.
8. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
(Reeves, 2011).

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.
2. Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler.
d. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
e. Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
f. Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek
histamine). (Reeves, 2011).

H. PENGKAJIAN
a. Umum
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen,
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising
usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan
leukositosis.
b. Khusus
1) Usus halus.
a) Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi.
b) Distensi ringan.
c) Mual.
d) Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya
muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
e) Dehidrasi.
2) Usus besar.
a) Ketidaknyamana abdominal ringan.
b) Distensi berat.
c) Muntah fekal laten.
d) Dehidrasi laten : asidosis jarang.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera bologis (misalnya Infeksi)
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agens cidera bologis (misalnya Infeksi)
Tujuan dan Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24
jam nyeri akut dapat teratasi dengan :
a. Kontrol Nyeri;
1. Dapat menggambarkan penyebab nyeri terjadi
2. Mengenali kapan nyeri muncul
3. Menggunakan tindakan pencegahan dengan relaksasi nafas dalam
Intervensi :
O : lakukan pengkajian lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, atau beratnya yeri.
N : pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya
farmakologi, non farmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi
penurun nyeri sesuai kebutuhan
E : Ajarkan penggunaan teknik non farkmakologi (seperti relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi musik/aktifitas, dll)
C : Kolaborasi dengan pasien , orang terdekat, dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan mengimplementsikan tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai kebutuhan.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Tujuan dan Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24
jam kekurangan volume cairan teratasi dengan :
a. Kesimbangan cairan;
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 120/80 mmHg
2. kesimbangan cairan intake dan output 24 jam
3. kram otot berkurang
4. turgor kulit baik
Intervensi :
O : -monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernafasan
-monitor asupan dan pengeluaran
N : -periksa turgor kulit dengan memegang jaringan sekitar tulang seperti
tangan/ mencubit kulit dengan lembut
- berikan cairan dengan tepat
E :catat dengan akurat asupan dan pengeluaran
C : konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0.5
ml/kg/jam atau dewasa kurang dari 2000 dalam 24 jam
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan selama 3x 24 jam
resiko infeksi dapat teratasi dengan :
a. Kontrol resiko;
1. Mengidentifikasi faktor resiko
2. Mengembangkan strategi efektif dalam mengontrol risiko
3. Menghindari paparan ancaman kesehatan
Intervensi :
O : -monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik atau lokal
- tinjau riwayat dilakukannya perjalanan internasional dan global
N : -pertahankan asepsis untuk pasien berisiko
- berikan perawatan kulit yang tepat untuk area yang mengalami
edema
E : anjurkan istirahat
C : lapor dugaan infeksi pada personil pengendalian infeksi

K. DAFTAR PUSAKA
 Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta,
2011.
 H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.
 Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan
Makanan, Surabaya, Tidak dipublikasikan.
 R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.
 Buku NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020
 Buku NOC Nursing Outrcomes Classification 2016
 Buku NIC Nursing Interventions Classification 2016

Anda mungkin juga menyukai