BAB I
PENDAHULUAN
berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk
mendiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Purwanigsih dan Ina,
(2010) berpendapat, terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sebagai upaya
untuk memotivasi proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien
mengontrol halusinasi serta mengurangi perilaku maladaptive, jika terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi ini tidak dilakukan maka akan sulit mengenal dan
mengontrol halusinasi, dan cara melakukan terapi ini adalah dengan 5 sesi.
Halawa, (2016) mengatakan terapi ini dilakukan dalam 5 sesi, dimana pada
sesi 1 pasien akan dianjurkan untuk mengenal halusinasi, sesi 2 mengontrol
halusinasi dengan menghardik, sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan, sesi 4 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat cara ,dan sesi ke
5 dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Dengan diberikan terapi Aktivitas
Kelompok Stimulasi Persepsi ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang
cukup kuat dalam membantu pasien dalam hal mengontrol halusinasi, dan ada
juga penelitian-penelitian yang membuktikan pengaruh terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi dapat mengontrol halusinasi.
Vevi suryenti putri, (2017) mendapatkan hasil dari penelitiannya
menunjukan adanya peningkatan rata-rata kemampuan pasien mengontrol
halusinasi sebelum dan sesudah diberikaan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi halusinasi dengan rata-rata (14,30) menjadi (16,30) setelah diberikan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terhadap kemampuan
mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di ruang rawat inap arjuna rumah
sakit jiwa daerah jambi dengan value =0,001<0,05. Aritina halawa, (2015)
mendapatkan hasil dari penelitiannya yaitu ada pengaruh terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi sesi 1-2 terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
dengan nilai p=0,025. Fatma arumbya riyanti, (2018) mendapatkan hasil dari
penelitian ini menujukan terdapat variasi respon dari keduaa pasien tersebut yang
di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain fase halusinasi pasien, tingkat
pendidikan pasien, sikap ketidak patuhan pasien, kekurangan minat pasien akibat
harga diri rendah, dan penggunaan obat antipsikotik.