Aat Sriati1, Devita L.G. Sari2, Reva M. Nugraha3, Nia Rosanti4, Syahla R. Alifiya5, Hanny C. Parwati6,
Khoerunnissa7, Cholilatur Rohmania8, Pradiva Salsabila9
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung - Sumedang No.KM. 21, Hegarmanah, Kec.
Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 45363
*aat.sriati@gmail.com
ABSTRAK
Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang paling sering dialami oleh penderita
gangguan mental. Dilaporkan bahwa 75% orang dengan halusinasi pendengaran menderita
tingkat kecemasan yang tinggi dan 60% dari mereka mengalami gejala depresi yang parah.
Halusinasi pendengaran dapat diatasi dengan pemberian terapi farmakologis dan non-
farmakologis. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat diberikan adalah mendengarkan
musik. Tujuan dari tinjauan literature ini untuk mengetahui keefektifan terapi musik pada
pasien skizofrenia dengan halusinasi pendengaran. Desain yang digunakan adalah literature
review yaitu jenis scooping review. Artikel dikumpulkan dengan menggunakan mesin
pencarian berupa Pubmed, EBSCO, dan Google Scholar. Kriteria artikel yang digunakan
yakni artikel yang diterbitkan tahun 2015-2020, artikel jurnal penelitian menggunakan bahasa
Indonesia dan Inggris yang menggambarkan efektifitas penggunaan terapi musik terhadap
pasien yang mengalami masalah gangguan jiwa berupa halusinasi pendengaran. Berdasarkan
hasil tinjauan literatur didapat 7 studi yang menggambarkan efektifitas penggunaan terapi
musik terhadap tingkat halusinasi pendengaran pasien yang mengalami masalah gangguan
jiwa berupa halusinasi pendengaran, dua dari tujuh studi menggambarkan bahwa pemberian
terapi musik klasik efektif untuk menurunkan tingkat halusinasi pendengaran pada pasien
gangguan jiwa, sedangkan lima studi lainnya menunjukkan bahwa pemberian terapi musik
klasik berpengaruh terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien
skizofrenia, serta terdapat peningkatan kualitas hidup pada pasien skizofrenia. Kesimpulan
dari tinjauan literatur ini terdapat efektifitas antara terapi musik klasik terhadap penurunan
tanda dan gejala, penurunan tingkat halusinasi, dan efek positif terhadap kualitas hidup pada
pasien halusinasi pendengaran, serta meningkatkan fungsi sosial dan meningkatkan
kepatuhan pengobatan pasien skizofrenia.
Orang yang mengalami gangguan jiwa disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa
(ODGJ). Menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa, katanya, ODGJ adalah seseorang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan, yang termanifestasi dalam
sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna. Gangguan jiwa adalah suatu
perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Gangguan jiwa diklasifikasikan dalam bentuk penggolongan diagnosis. Penggolongan
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia menggunakan Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ).
Halusinasi adalah perasaan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas dari luar
diri klien terhadap panca indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau bangun. Halusinasi
terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi penglihatan, halusinasi penghidu, halusinasi
pengecapan, halusinasi perabaan, dan halusinasi pendengaran. Halusinasi pendengaran adalah
halusinasi yang paling sering dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya mendengar
suara melengking, mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Individu
merasa suara itu tertuju padanya, sehingga penderita sering terlihat bertengkar atau berbicara
dengan suara yang didengarnya.
METODE
HASIL
Setelah dilakukan proses penyaringan, sebanyak tujuh artikel dimasukkan kedalam
tinjauan literatur, kemudian dilakukan ekstraksi data. Ekstraksi data dilakukan dengan
menganalisa data berdasarkan judul penelitian, nama penulis, tahun, tujuan penelitian,
metode penelitian, jumlah sampel, desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian. Hasil
esktraksi data dapat dilihat pada tabel.
Ketujuh artikel menggunakan desain penelitian kuantitatif. Diantara literature yang
menggunakan desain kuantitatif, terdapat enam artikel menggunakan desain studi quasi-
eksperimental, dan satu artikel menggunakan desain longitudinal. Instrument yang dipakai
dalam meneliti efektifitas terapi music klasik pada pasien halusinasi pendengaran diantaranya,
Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC) yang disusun oleh Gillian Haddock yang terdiri
dari 11 komponen tentang halusimasi pendengaran, Skala Likert, dan Global Assessment of
Functioning Scale (GAF Scale).
Dua dari tujuh studi mengukur keefekktifan pemberian terapi musik klasik terhadap
penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa, sedangkan kelima
studi lainnya mengukur keefektifan dan pengaruh music klasik terhadap penurunan tanda dan
gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia, serta kualitas hidup pasien
skizofrenia.dari ketujuh studi mengenai keefektifan music klasik pada halusinasi dengar
didapatkan hasil bahwa terapi music klasik efektif terhadap penurunan tingkat halusinasi
dengar pada pasien gangguan jiwa, dan terdapat penurunan tanda dan gejala halusinasi pada
pasien skizofrenia, serta dapat menjaga kualitas hidup pada pasien skizofrenia.
Tabel 1. Ringkasan Artikel
Efektivitas Tujuan Metode penelitian Teknik Penelitian Pada penelitian ini dapat Maka
Terapi Musik penelitian untuk dengan pengambila kuantitatif, disimpulkan pada pretest da ditarik kesimpulan ada
Klasik Terhadap mengetahui pendekatan n sampel menggunak n posttest dengan sampel 22 pengaruh
Penurunan efektivitas terapi one group pre test dalam an pendekat responden memiliki rata - rata sebelum dan sesudah ti
Tingkat musik klasik -post test design penelitian an sebelum (mean= 4,32), ndakan terapi
Halusinasi Pada untuk yaitu dengan car ini Eksperimen standar deviasi sebesar 0,646 musik terhadap penu
Pasien menurunkan a menggunak Semu sedangkan pada posttest runan tingkat
Halusinasi tingkat pengamatan awal an sampel (Quasi dengan sampel 22 responden halusinasi pendengaran
Pendengaran Di halusinasi pada (pretest) dengan Experiment) memiliki rata-rata sesudah pada penderita
Rumah Sakit pasien halusinasi terlebih dahulu s populasi 22 . (mean= 1, 68), standar gangguan jiwa di RSJ
Jiwa Prof. auditori. ebelum responden deviasi sebesar 0,568 denga Prof M. ldrem
Dr.M. Ildrem intervensi,kemudi di Rumah n P-value (0,000) < α Provinsi Sumatera Utar
Medan Tahun an dilakukan Sakit Jiwa 0,05 maka H0 ditolak Ha a dengan nilai
2020 post test Prof. Dr. M. . Diterima yang artinya 0,000 (p < 0.05),
setelah diberika Ildrem terdapat pengaruh sehingga Ha
Penulis : n intervensi Medan. Efektivitas Terapi Musik diterima.
Dian Anggri Hasil Terhadap Penurunan Tingkat
Yanti, Abdi analisis Halusinasi Pendengaran
Lestari Sitepu, statistik pada pasien gangguan
Kuat Sitepu, menggunak jiwa Di RSJ Prof. Dr.M.
Pitriani, Dan an Paired t Ildrem Medan.
Wina Novita Br. test
Purba. menunjukka
n nilai p
sebesar
0,000
artinya
terdapat
keefektifan
dalam
pemberian
terapi musik
klasik untuk
menurunkan
tingkat
halusinasi
pada pasien
halusinasi
auditori.
Efektivitas Penelitian ini Rancangan yang Data dari 5 Desain yang Penelitian yang dilakukan Jadi dapat disimpulkan
Terapi Musik bertujuan untuk digunakan adalah ruang rawat digunakan pada 30 reponden dengan bahwa adanya
Klasik Mozart mengetahui “non equivalent inap Rumah dalam kelompok eksperimen 15 penurunan skor
Terhadap efektivitas terapi control group”, Sakit Jiwa penelitian orang dan kelompok kontrol halusinasi pada
Penurunan Skor musik klasik dalam rancangan Tampan ini adalah 15 orang, didapatkan kelompok eksperimen
Halusinasi Mozart melawan ini kelompok didapatkan desain quasi responden berusia antara 18- yang telah diberikan
Pendengaran halusinasi pada eksperimen diberi jumlah eksperiment 60 dengan mayoritas jenis terapi musik klasik
Pada Pasien pasien intervensi pasien al kelamin laki-laki (73,3%) dan Mozart. Hasil penelitian
Skizofrenia. skizofrenia. sedangkan halusinasi paling banyak berpendidikan ini dapat disimpulkan
kelompok kontrol pada bulan SMP (46,65%) serta bahwa terapi musik
Penulis: tidak diberi januari – kebanyakan responden belum klasik Mozart efektif
Rosiana, intervensi tetapi september menikah (70%). Hasil terhadap penurunan
Jumaini, dan mendapatkan 2017 penelitian ini juga didapatkan skor halusinasi di
Yesi Hasneli N. perawatan seperti sebanyak rata-rata frekuensi dirawat Rumah Sakit Jiwa
yang dilakukan 348 pasien. pasien adalah 2 kali atau lebih Tampan Pekanbaru.
sehari-hari pada Di ruang (90%) dengan rata-rata lama
kelompok Kampar rawat > 30 hari (70,1%). Skor
eksperimen. terdapat 78 halusinasi pada kelompok
Kedua kelompok pasien eksperimen didapatkan nilai
diawali dengan halusinasi, significancy (p value) 0,001
pengukuran diruang atau p value < α (0,05), maka
sebelum Indragiri Ho ditolak. Hal ini berarti ada
pemberian 104 pasien perbedaan antara pretest dan
perlakuan halusinasi, posttest dan terjadi penurunan
(pretest), dan di ruang nilai median pretest dan
setelah pemberian Siak 68 posttest diberikan terapi
perlakuan pasien musik klasik Mozart dari 27
diadakan halusinasi, menjadi 13.
pengukuran di ruang
kembali Sebayang
(posttest). 47 pasien
Instrumen yang halusinasi
digunakan adalah dan di ruang
Auditory Kuantan 51
Hallucination pasien
Rating Scale halusinasi.
(AHRC) yang
disusun oleh
Gillian Haddock
yang terdiri dari
11 komponen
tentang halusinasi
pendengaran.
Efektivitas Tujuan Jenis penelitian Tehnik Desain Hasil analisa statistik Dari penelitian ini dapat
Terapi Musik penelitian ini ini adalah pengambila penelitian menggunakan uji paired t test disimpulkan bahwa ada
Klasik Terhadap untuk penelitian n sampel yang menunjukkan p value sebesar efektivitas antara
Penurunan mengetahui kuantitatif dalam digunakan 0,000 artinya terdapat pemberian terapi musik
Tanda dan efektivitas terapi menggunakan penelitian yaitu efektivitas pemberian terapi klasik terhadap
Gejala pada musik klasik rancangan quasi ini kuantitatif musik klasik terhadap penurunan tanda dan
Pasien terhadap eksperimen menggunak dengan penurunan tanda dan gejala gejala pada pasien
Halusinasi penurunan tanda dengan disain an total rancangan halusinasi pendengaran. halusinasi pendengaran
Pendengaran dan gejala penelitian pre and populasi quasi di ruang rawat inap
halusinasi post test without dengan eksperiment Elang, Merak dan
2017 pendengaran. control. Dalam sampel 30 dengan pre Perkutut RS Jiwa Dr.
penelitian ini responden and post test Soeharto Heerdjan
Wuri Try populasinya di RS Jiwa without Jakarta.
Wijayanto, adalah pasien jiwa dr. Soeharto control.
Marisca dengan masalah Heerdjan
Agustina keperawatan Jakarta.
Gangguan Sensori
Presepsi:
Halusinasi
Pendengaran yang
rawat di ruang
rawat inap di
merak, perkutut
dan elang RS Jiwa
dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta
sejumlah 30
orang.
Sampel yang
terlibat dalam
penelitian ini
adalah semua
pasien dengan
Gangguan Sensori
Presepsi:
Halusinasi
Pendengaran yang
rawat di ruang
rawat inap merak,
perkutut dan
elang RS Jiwa dr.
Soeharto
Heerdjan Jakarta
dengan
menggunakan
total populasi
yaitu sebanyak 30
orang. Sumber
data diperoleh
dari pasien
dengan halusinasi
pendengaran di
ruang rawat inap
merak, perkutut
dan elang RS Jiwa
dr. Soeharto
Heerdjan Jakarta.
Penelitian ini
dimulai dari bulan
Agustus 2015
sampai dengan
Februari 2016.
Alat pengumpulan
data yang
digunakan adalah
lembar observasi.
Jenis skala
pengukuran yang
digunakan adalah
skala Likert.
Lembar observasi
terdiri dari: data
demografi, cara
melakukan terapi
musik, ceklist
observasi yang
berisikan
pernyataan
tentang tanda dan
gejala halusinasi.
Dalam hal ini
lembar observasi
diisi sebelum
dilakukan terapi
musik klasik dan
setelah dilakukan
terapi musik
klasik.
Analisa yang
digunakan adalah
analisa univariat
digunakan untuk
mendapatkan
gambaran tentang
karakteristik
responden,
mendeskripsikan
tingkat halusinasi
pendengaran
sebelum dan
sesudah dilakukan
terapi musik
klasik dan analisa
bivariat
digunakan untuk
melihat pengaruh
terapi musik
klasik terhadap
tingkat halusinasi
pendengaran pada
pasien halusinasi
dengar.
Pengaruh Terapi Penelitian ini Penelitian ini Dalam Penelitian Hasil penelitian ini Berdasarkan hasil
Musik Klasik bertujuan untuk merupakan penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata penelitian, dapat
Terhadap mengetahui penelitian analitik ini, populasi merupakan kesepuluh pasien skizofrenia disimpulkan bahwa
Perubahan pengaruh terapi dengan yang penelitian memiliki skor GAF Scale terapi musik klasik
Gejala dan musik klasik pendekatan diambil analitik sebelum diterapi musik klasik dapat menurunkan
Fungsi Pada terhadap eksperimental. dengan cara dengan yaitu 51-60, namun setelah gejala yang dirasakan
Pasien Rawat perubahan gejal Subyek penelitian purposive pendekatan diterapi musik klasik terjadi dan meningkatkan
Inap Skizofrenia a dan fungsi pa berjumlah 10 sampling, eksperiment peningkatan skor GAF Scale, fungsi secara umum
di Rumah Sakit da pasien skizo orang pasien yakni pasien al sebanyak 50% menjadi 61-70 pasien skizofrenia yang
Khusus Daerah frenia rawat ina skizofrenia yang rawat inap dan 50% menjadi 71-80. dirawat inap.
Provinsi p bagian subak diambil dengan skizofrenia
Maluku ut di Rumah S teknik purposive di bagian
akit Khusus Da sampling dan subakut
2019 erah Provinsi dikelompokan ditetapkan
Maluku dalam one group ciri-ciri
Svetlana pretest-posttest. khusus yang
Solascriptura Pengumpulan data sesuai
Lewerissa, dilakukan dengan dengan
Sherly Yakobus, cara observasi tujuan
Christiana R. menggunakan penelitian,
Titaley Global pada Rumah
Assessment of Sakit
Functioning Scale Khusus
(GAF Scale) Daerah
sebelum dan Provinsi
sesudah diterapi Maluku
musik klasik
Symphony No 9
karya Ludwig
Van Beethoven,
dalam waktu 30
menit setiap sesi
selama tujuh kali
pada pasien
skizofrenia.
Music Untuk Penelitian ini, Tujuh puluh desain Setelah 1 bulan Sistem saraf pusat
Intervention Mengetahui menggunakan lima subjek longitudinal mendengarkan musik Mozart, manusia secara
Leads to apakah efek desain (56 pasien untuk MTSZ menunjukkan kontinyu memonitor
Increased intervensi musik longitudinal untuk dan 19 menilai efek peningkatan FC di jaringan lingkungan luar tubuh
Insular jangka panjang menilai pengaruh kontrol mendengark dorsal anterior insula (dAI) melalui
Connectivity pada pasien mendengarkan sehat) an musik dan posterior insular (PI), SN. Setelah
and skizofrenia musik Mozart berpartisipa Mozart pada termasuk dAI-ACC, PI-pre / mendengarkan musik,
Improved dapat terhadap insular si dalam konektivitas postcentral cortices, dan peningkatan
Clinical memperbaiki functional penelitian fungsional konektivitas PI-ACC. Namun, representasi dalam
Symptoms in gejala dan konektivitas (FC) ini. Para insular FC yang ditingkatkan ini insula manusia dapat
Schizophrenia perilaku pasien pada pasien pasien (FC) pada menghilang dalam kunjungan memberikan landasan
secara positif skizofrenia. Tiga dengan pasien tindak lanjut setelah 6 bulan. bagi integrasi
2018 melalui puluh enam skizofrenia skizofrenia. Selain itu, regresi vektor sekuensial perasaan
perubahan pasien skizofrenia direkrut dari dukungan pada FC dari dAI- subjektif dan tanggapan
jaringan secara acak dibagi rumah sakit ACC pada awal menghasilkan motivasi terhadap
Hui He, Mi fungsional menjadi dua klinis prediksi yang signifikan dari rangsangan eksternal
Yang, Mingjun insula. kelompok yang Institut Ilmu remisi gejala relatif dalam pada pasien. Selain itu,
Duan, Xi Chen, sama sebagai Otak menanggapi intervensi musik. kami menemukan
Yongxiu Lai, berikut: kelompok Chengdu Lebih lanjut, analisis validasi bahwa model klasifikasi
Yang Xia, intervensi musik (CBSI). mengungkapkan bahwa 1 kelompok MTSZ
Junming Shao, (MTSZ), yang Kriteria bulan intervensi musik dapat memiliki akurasi yang
Bharat B. menerima inklusi memfasilitasi perbaikan FC lebih baik dalam
Biswal, Cheng rangkaian pasien rawat insular pada skizofrenia. analisis klasifikasi,
Luo and intervensi musik 1 inap dalam Bersama-sama, temuan ini yang disebabkan oleh
Dezhong Yao bulan yang penelitian mengungkapkan bahwa jaringan fungsional
dikombinasikan ini adalah korteks insular berpotensi insular yang
dengan obat diagnosis menjadi wilayah penting dinormalisasi. Temuan
antipsikotik, dan primer dalam intervensi musik untuk di atas mungkin
kelompok skizofrenia, pasien skizofrenia, sehingga mencerminkan bahwa
intervensi tanpa menurut meningkatkan gejala intervensi musik dapat
musik (UMTSZ), Structured kejiwaan pasien melalui menormalkan arti-
yang diobati. Clinical normalisasi arti-penting dan penting dan jaringan
hanya dengan Interview jaringan sensorimotor. sensorimotor, serta
obat antipsikotik. for the hubungan antara
Pemindaian DSM-IV jaringan ini. Temuan ini
magnetic Axis I menghasilkan remisi
resonance disorder / yang signifikan pada
imaging (fMRI) versi klinis gejala dan perilaku
keadaan istirahat (SCID-I- positif dalam
dilakukan pada CV), oleh menanggapi
tiga titik waktu dua mendengarkan musik
berikut: baseline, psikiater pada pasien skizofrenia.
1 bulan setelah berpengala
baseline, dan 6 man.
bulan setelah
baseline.
Sembilan belas
peserta sehat
direkrut sebagai
kontrol. Analisis
FC yang
diunggulkan di
subkawasan pulau
dan teknik
pembelajaran
mesin digunakan
untuk memeriksa
perubahan terkait
intervensi.
The Effect of Untuk Penelitian ini Menggunak Quasi Tidak ada perbedaan yang Dalam studi ini, diamati
Music on mengetahui dirancang sebagai an metode Eksperiment signifikan secara statistik bahwa mendengarkan
Auditory pengaruh terapi studi terkontrol simple al antara musik di
Hallucination musik pada secara acak random skor pasien kelompok Nada suara Rast
and Quality of halusinasi dengan pasien sampling eksperimen diperoleh dari memiliki efek positif
Analisis
Life in pendengaran dan yang didiagnosis yang terdiri halusinasi pendengaran dan pada gejala positif dan
Data :
Schizophrenic kualitas hidup dengan dari 28 kualitas hidup mereka kualitas hidup pasien
Data
Patients: A penderita skizofrenia orang tinggal di rumah sakit dan yang mengalami
dianalisis
Randomised skizofrenia (DSM-IV), pasien (14 pada tindak lanjut bulan halusinasi.. Sejalan
menggunak
Controlled mempunyai halusi kelompok keenam dengan hasil ini,
an Paket
Trial nasi pendengaran, eksperimen (p <0, 05). Namun, dalam disarankan agar
Statistik
dirawat di rumah dan 14 kelompok kontrol, ada individu
untuk
2018 sakit di psikiatri kelompok statistik- korelasi negatif yang Penderita skizofrenia
Ilmu Sosial
departemen kontrol) signifikan secara tical antara harus didorong untuk
(SPSS)
Sükran Ertekin Universitas dan dirawat di skor pasien yang diperoleh mendengarkan musik
versi 22.0
Pinar RN, PhD, Rumah Sakit rumah sakit dari halusinasi pendengaran dalam nada suara Rast
perangkat
dan Havva Tel, Negeri (Sivas / dengan dan kualitas hidup saat untuk mengatasi
lunak (IBM,
RN, PhD Turki) antara diagnosis mereka tinggal di rumah sakit halusinasi dan untuk
Chicago,
Januari 2011 dan skizofrenia dan ditindak lanjut bulan menjaga kualitas hidup
IL). Untuk
2013. Penelitian (DSM-IV) keenam (p <0, 05). Sementara mereka.
analisis
dimulai dan pendengaran mereka
dengan pertemuan halusinasi data, saat uji skor halusinasi meningkat
dengan pasien pendengara parametrik selama mereka tinggal di
yang dirawat di n. asumsi rumah sakit, mereka
rumah sakit (Kolmogoro skor domain fisik, mental,
diagnosis v – dan sosial menurun.
skizofrenia pada Smirnov) Namun, pada bulan keenam
hari pertama terpenuhi, ikutan, sementara mereka
rawat inap itu auditori
tion. Pasien yang sampel skor halusinasi meningkat,
setuju untuk berpasangan mental, lingkungan,
berpartisipasi t -test dan skor domain lingkungan
dalam penelitian digunakan, nasional menurun.
ini dibagi menjadi dan ketika
kelompok uji
eksperimen dan parametric
kelompok kontrol asumsi tidak
secara acak. terpenuhi,
uji
Friedman
digunakan
bandingkan
nilai yang
diukur pada
waktu yang
berbeda.
Mencegah-
menambang
koefisien
korelasi
antara
pengukuran,
Analisis
korelasi
Pearson
digunakan.
Tingkat
signifikansi
0, 05 untuk
semua tes
dan kami
juga
menghitung
95%
keyakinan
interval
dence.
Penelitian ini Metode - Desain yang Aspek yang digunakan untuk Terapi musik klasik
Efektivitas
bertujuan untuk pengumpulan data akan observasi ada empat aspek efektif dalam
Pemberian
mengetahui yang digunakan digunakan yaitu bicara sendiri, mengurangi halusinasi
Mozart “Sonata
apakah dalam penelitian dalam menggerakan mulut seperti pendengaran pada
K.331”
pemberian ini adalah penelitian sedang berbicara, mengobrol pasien dengan
Terhadap
musik klasik observasi dan ini adalah dengan benda – benda mati, skizofrenia.
Pengurangan
efektif dalam wawancara. desain satu mata melirik kanan dan kiri
Halusinasi
mengurangi kelompok seolah mencari sesuatu.
Pendengaran
halusinasi (One-Group Teknik analisis data
Pada Penderita
pendengaran Pretest- menggunakan analisis grafik.
Skizofrenia
pada pasien Posttes Ada empat fase dalam
2017 skizofrenia Design) penelitian ini fase A (baseline
awal) dimana dilakukan
Anggi Meidiana pengukuran selama tiga kali,
Widi Sejati fase B dilakukan intervensi
sebanyak delapan kali, fase
A2 disini diberhentikan
intervensinya dan dilakukan
pengukuran kembali dan yang
terakhir fase B2 dilakukan
intervensi kembali sebanyak
delapan kali.
Diperoleh hasil yang dilihat
dari grafik untuk keempat
aspek menujukkan penurunan
intensitas munculnya aspek –
aspek selama subjek
diperdengarkan musik klasik
secara rutin dan jika subjek
tidak diperdengarkan musik
klasik maka subjek kembali
mengalami halusinasi
pendengaran.
PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan oleh Try Wijayanto & Agustina (2017), distribusi
tanda dan gejala halusinasi pendengaran dari 30 responden sebelum dilakukan terapi music
sebanyak 27 (90,0%) responden yang tidakmengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi.
Setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi
pendengaran yakni dari 30 responden yang mengalami halusinasi pendengaran terdapat 27
responden yang sudah mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi dan 3 responden
tidak mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi. Nilai mean perbedaan skor antara
sebelum dan sesudah adalah 5,200 dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji statistik didapatkan
0,000 (p < 0, 05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara tanda dan gejala halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah terapi musik klasik
atau ada efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran. Hasil yang sama juga didapatkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Rosiana et al (2017) yakni terapi musik klasik Mozart efektif
terhadap penurunan skor halusinasi. Pada penelitian yang dilakukan Yanti et al (2020) juga
diketahui bahwa halusinasi pendengaran sebelum diberikan tindakan terapi musik dengan
sample 22 orang didapatkan mean 4.32 dan standar deviation didapatkan 0,646. Dan sesudah
diberikan terapi musik klasik dengan sample 22 orang didapatkan mean 1, 68 dan standar
deviation didapatkan 0,568 yang diartikan terdapat Pengaruh Efektivitas Terapi Musik
Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada pasien gangguan jiwa Di RSJ
Prof. Dr.M. Ildrem Medan. Selain itu penelitian dari Mediana (2017) diperoleh hasil yang
dilihat dari grafik untuk keempat aspek yaitu bicara sendiri, menggerakan mulut seperti
sedang berbicara, mengobrol dengan benda – benda mati, mata melirik kanan dan kiri seolah
mencari sesuatu dan menujukkan bahwa terjadi penurunan intensitas munculnya aspek –
aspek tersebut selama subjek diperdengarkan musik klasik secara rutin dan jika subjek tidak
diperdengarkan musik klasik maka subjek kembali mengalami halusinasi pendengaran (Sejati,
2017).
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa terapi musik klasik merupakan sebuah terapi
kesehatan yang menggunakan musik klasik yang bertujuan untuk meningkatkan atau
memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan
usia. National Institute of Mental Health (NIMH, 2000) melaporkan prevalensi skizofrenia
antara laki-laki dan wanita adalah sama tetapi dua jenis kelamin tersebut menunjukkan
perbedaan dalam onset pertama timbulnya serangan, laki-laki mempunyai onset skizofrenia
yang lebih awal dari wanita (Simbolon, 2013). Dengan menggunakan musik klasik sebagai
terapi yang diketahui dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif
dan sosial akan membantu mengurangi penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran
responden. Musik juga dapat bersifat preventif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita
yang mengalami sosial emosional maupun mental intelegensy (Suryana, 2012). Selain itu
terapi musik juga merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan
dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial
seseorang. Musik juga dapat meningkatkan imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan oleh
musik akan mempengaruhi sistem kerja hormon manusia. Jika kita mendengar music yang
baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan berproduksi. Salah
satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan untuk
mengendalikan diri. (Natalina, 2013).
Waktu yang diperlukan untuk terapi musik klasik sampai menimbulkan pengaruh
belum dapat dipastikan secara pasti, akan tetapi melalui beberapa studi menyarankan bahwa
mendengarkan music klasik selama 25 sampai 90 menit dapat menimbulkan pengaruh
fisiologis pada tubuh. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat
meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan
spritual. Pada zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater
untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan
psikologis. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian melalui
saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi yaitu sistem limbik.
Pada sistem limbik di dalam otak terdapat neurotransmitter yang mengatur mengenai stres,
ansietas, dan beberapa gangguan terkait ansietas. Musik dapat mempengaruhi imajinasi,
intelegensi, dan memori, serta dapat mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan
endorfin. Pemberian intervensi terapi musik klasik juga membuat seseorang menjadi rileks,
menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, melepaskan rasa
sakit dan menurunkan tingkat stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan kecemasan.
Penelitian menurut Ertekin Pinar & Tel (2019) bahwa 50% dari pasien dalam
eksperimen kelompok menyatakan bahwa mereka mengalami halusinasi pendengaran
"sesekali" selama enam bulan. Jenis musik dalam rast tonality dapat memberi orang
kegembiraan, kedamaian, vitalitas, kenyamanan, dan kesegaran. Dalam literatur disebutkan
bahwa mendengarkan musik memiliki kelebihan antara lain menghilangkan stres, kecemasan,
dan ketegangan, memperkuat keterampilan koping dan meredakan ekspresi emosi dan pikiran
(Genc¸el, 2006; Tsai & Chen, 2006; Ucan & Ovayolu, 2006). Diperkirakan pasien terus
mendengarkan musik untuk menghindari kecemasan dan stres saat mereka mengalami
halusinasi. Skor pasien dalam kelompok eksperimen yang diperoleh dari karakteristik
halusinasi pendengaran kuesioner dan subskala halusinasi SAPS menurun tetapi tetap tidak
terjadi perubahan setelah dipulangkan. Penelitian ini juga melaporkan bahwa musik memiliki
efek menguntungkan bagi individu karena merangsang emosi, mengurangi kecemasan dan
ketegangan, meningkatkan ikatan sosial dan harga diri, memperkuat keterampilan mengatasi,
dan memungkinkan individu untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka. Skor
pasien di kedua kelompok yang diperoleh dari kuesioner halusinasi pendengaran dan
halusinasi subskala SAPS tinggi saat mereka di dirawat rumah sakit tetapi rendah saat
dipulangkan dan pada tindak lanjut setelah pulang. Namun, 85, 7% pasien dalam kelompok
kontrol yang tidak mendengarkan musik bertekad untuk menggunakan obat non-antipsikotik
generasi baru. Dalam studi yang dilakukan untuk menilai efek terapi musik terhadap kualitas
hidup pasien skizofrenia, Grocke, Bloch, dan Castle (2009) menemukan bahwa
mendengarkan lagu asli pasien yang direkam di studio profesional meningkatkan kualitas
hidup mereka, Hayashi et al. (2002) menentukan hubungan positif yang signifikan antara
pasien mendengarkan musik rakyat dan lagu-lagu populer dan kualitas hidup. Selain itu
dalam penelitian ini juga membahas hubungan yang signifikan antara halusinasi pendengaran
dan skor kualitas hidup yang diperoleh saat pulang dan pada tindak lanjut bulan keenam oleh
pasien yang tidak mendengarkan musik. Berdasarkan hasil Semakin banyak skor halusinasi
pendengaran mereka meningkat selama mereka dirawat di rumah sakit, semakin menurun
skor yang mereka peroleh dari domain fisik, mental, dan sosial dari kualitas hidup. Namun,
pada bulan keenam setelah keluar, semakin meningkat skor halusinasi pendengaran mereka,
semakin banyak skor yang mereka peroleh dari ranah mental, lingkungan, dan lingkungan
nasional kualitas hidup menurun. Pengalaman negatif seperti halusinasi, disfungsi kognitif
dan psikososial, kecacatan, lama dan sering dirawat di rumah sakit, dukungan sosial yang
tidak mencukupi, kesulitan koping, masalah ekonomi, efek samping obat, dan stigma
menurunkan kualitas hidup pasien skizofrenia (Huppert et al., 2001). Oleh karena itu, salah
satu pendekatan psikososial termasuk terapi musik diterapkan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien skizofrenia terhadap pengobatan, mencegah rawat inap berulang, serta meningkatkan
fungsi sosial dan kualitas hidup.
Pada penelitian He et al. (2018) yang merupkan penelitian pertama untuk menilai
pengaruh intervensi musik jangka panjang pada sirkuit saraf insular pada pasien skizofrenia.
Konsisten dengan penelitian sebelumnya, pasien skizofrenia menggambarkan disfungsional
konektivitas insular, dalam penelitian ini setelah mendengarkan musik sonata Mozart, terjadi
efek peningkatan positif pada FCs insular bawah yang abnormal (dalam jaringan dAI dan PI)
menggunakan analisis klasifikasi korelasi dan pola. Kemudian temuan utama dari analisis
SVR menunjukkan bahwa konektivitas fungsional (FC) dari dAI kiri dengan ACC pada awal
dapat memprediksi peningkatan gejala psikiatri pada pasien yang menerima intervensi musik.
Namun, pada investigasi tindak lanjut 6 bulan menunjukkan efek mendengarkan musik telah
lenyap. Pada pasien dengan skizofrenia, respon stimulus eksternal yang abnormal merupakan
pusat psikopatologi, melemahkan kognisi sosial dan regulasi emosi, yang terkait dengan
fungsi sosial yang buruk (Couture et al., 2006). Defisit struktural dan fungsional di insula
telah terlibat pada pasien dengan skizofrenia untuk pemrosesan respons yang terganggu
(Shepherd et al., 2012). DAI memainkan peran penting dalam SN, yang memiliki keterlibatan
luas dalam deteksi dan pemrosesan peristiwa penting (Chang et al., 2013), selain
hubungannya dengan menandai objek yang memerlukan pemrosesan lebih lanjut dengan
mengintegrasikan rangsangan eksternal dengan homeostasis internal. Pada skizofrenia, fungsi
abnormal dari insula anterior terlibat dalam halusinasi (Wylie dan Tregellas, 2010). Dalam
grup yang mendengar musik sonata Mozart, setelah mendengarkan musik sonata Mozart,
ditemukan bahwa intervensi musik jangka panjang secara positif dapat meningkatkan
konektivitas fungsional (FC) rendah yang tidak normal antara dAI dan ACC. Selain itu,
mendengarkan musik dapat membangkitkan perasaan emosional, seperti kedamaian,
ketakutan dan kegembiraan. Efek ini dapat dikaitkan dengan kemampuan musik untuk
mengubah jaringan fungsional otak yang terkait dengan pemrosesan rangsangan emosional
eksternal (Brattico et al., 2013; Zatorre dan Salimpoor, 2013).
KESIMPULAN
Dari ketujuh artikel yang penulis analisis mengenai keefekktifan pemberian terapi
musik klasik terhadap penurunan tingkat halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada efektivitas antara pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan
gejala pada pasien halusinasi pendengaran
2. Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi musik terhadap penurunan tingkat
halusinasi pendengaran pada penderita gangguan jiwa.
3. Mendengarkan musik klasik memiliki efek positif pada gejala positif dan kualitas
hidup pasien yang mengalami halusinasi.
4. Salah satu pendekatan psikososial termasuk terapi musik diterapkan untuk
meningkatkan kepatuhan pasien skizofrenia terhadap pengobatan, mencegah rawat
inap berulang, serta meningkatkan fungsi sosial dan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019). Implementasi
Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia.
Jurnal Kesmas Asclepius (JKA), 1(2), 146–155.
Ertekin Pinar, S., & Tel, H. (2019). The Effect of Music on Auditory Hallucination and
Quality of Life in Schizophrenic Patients: A Randomised Controlled Trial. Issues in
Mental Health Nursing, 40(1), 50–57. https://doi.org/10.1080/01612840.2018.1463324
He, H., Yang, M., Duan, M., Chen, X., Lai, Y., Xia, Y., Shao, J., Biswal, B. B., Luo, C., &
Yao, D. (2018). Music intervention leads to increased insular connectivity and improved
clinical symptoms in schizophrenia. Frontiers in Neuroscience, 11(JAN), 1–15.
https://doi.org/10.3389/fnins.2017.00744
Lewerissa, S. S., Yakobus, S., Titaley, C. R., Solascriptura. I., Yakobus, S., Kj, S., Titaley, C.
R., (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Perubahan Gejala Dan Fungsi Pada
Pasien Rawat Inap Skizofrenia Di RumahSakit Khusus Daerah Provinsi Maluku.
Pattimura Medical Review. 1(2), 31–44.
Rosiana, Jumaini, & Hasneli, Y. (2013). Efektivitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Try Wijayanto, W., & Agustina, M. (2017). Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia, 7(1), 189–196.
Yanti, D. A., Sitepu, A. L., Sitepu, K., Novita, W., & Purba, B. (2020). Efektivitas Terapi
Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa
Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.M. Ildrem. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi. 3(1).
LAMPIRAN
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
Abstract
Increased illness causes problems in the health field one misbehaving in the
from of auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological
and non-pharmacological therapies. Non pharmacological therapy which can
be used in the form of classical music therapy. Research objectives the
effectiveness of classical music therapy to decrease the level of hallucinations
in patients with auditory hallucinations. Type of this research is quantitative
research uses quasi-experimental design with design research pre and post
test without control. Sampling techniques in this study using a sample with a
population of 22 respondents at Mental Hospital Prof. Dr. M. Ildrem Medan.
The results of statistical analysis using the Paired t test indicates p value of
0,000 means that there is effectiveness in the administration of classical music
therapy to decrease the level of hallucinations in patients with auditory
hallucinations. The result is expected of music therapy to be one nursing
intervention to decrease level hallucination with auditory of hallucination.
125
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
126
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
127
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
128
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
129
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
130
Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Vol. 3 No.1 Edisi Mei – Oktober 2020
https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
===========================================================================================
Received: 19 Oktober 2020 :: Accepted: 28 Oktober 2020 :: Published: 31 Oktober 2020
131
EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN SKOR
HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
Rosiana1, Jumaini2, Yesi Hasneli N3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: Rosianachaan@gmail.com
Abstract
Music therapy can be used as a therapy for psychiatric disorders, medical problems and communication disorders. One
of the therapies that can be utilized is the Mozart classical music therapy. This study aimed to determine the
effectiveness of Mozart classical music therapy against hallucinations in schizophrenic patients. This research used a
quasi-experimental design in the form of nonequivalent control group design. The sample was 30 respondents divided
into 15 experimental group and 15 control group. Samples were taken based on inclusion criteria using purposive
sampling technique. The instrument used was the Auditory Hallucination Rating Scale (AHRC) questionnaire. The
study was analyzed by univariate analysis to know the frequency distribution and bivariate analysis using Wilcoxon and
Mann-Whitney. The results showed the mean of posttest hallucination score in the experimental group was 13.00 and in
the control group was 27.00. The study found that there was a significant difference in hallucination scores after giving
Mozart classical music therapy between the experimental group and the control group with p-value 0.000 <(0.05). So it
can be concluded that the therapy of Mozart classical music is effective on the reduction of hallucinations in
schizophrenic patients. This study recommends the effectiveness of other therapies that can be associated with
hallucinatory patients.
217
27,00 dan post test didapatkan sebesar 27,00. Mental Health (NIMH, 2000) melaporkan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan p value wanita adalah sama tetapi dua jenis kelamin
0,786 > α (0,05) dapat disimpulkan tidak ada tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset
penurunan yang signifikan antara skor pertama timbulnya serangan, laki-laki
halusinasi sebelum dan sesudah diberikan mempunyai onset skizofrenia yang lebih awal
terapi musik klasik Mozart pada kelompok dari wanita (Simbolon, 2013).
kontrol. Hasil penelitian didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden dengan tingkat
Tabel 4 pendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang
Perbandingan Skor Halusinasi Pendengaran (46,65%). Pendidikan merupakan pengajaran
Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok yang dilakukan disuatu lembaga pendidikan
Kontrol Sesudah Diberikan Terapi Musik formal (sekolah) dan segala pengaruh
Klasik Mozart diupayakan untuk anak-anak yang bersekolah
Variabel Medi SD Min- p agar mempunyai kemampuan yang sempurna
an max value dan memiliki kesadaran penuh terhadap
Kelompok 5,18 13,00 7-28 hubungan-hubungan dan tugas sosial mereka
eksperimen
Kelompok 3,32 27,00 24-36
0,000 (Kadir, 2012).
kontrol Penelitian yang didapatkan dari
karakteristik responden dengan status pernikan
Didapatkan median pada kelompok belum menikah sebanyak 21 orang (70%).
eksperimen adalah 13,00 dengan nilai minimal Stigma dari masyarakat yang dialami oleh
7 dan maksimal 28, median skor halusinasi penderita skizofrenia mempersulit penderita
pada kelompok kontrol adalah 27,00 dengan skizofrenia untuk memperoleh pasangan
nilai minimal 24 dan nilai maksimal 36. hasil (Loganathan & Murthy, 2008).
analisa menggunakan uji Mann-Whitney Penelitian yang didapatkan dari
karena uji T-Independent tidak memenuhi karakteristik pekerjaan sebagian besar
syarat yaitu data tidak berdistribusi normal. responden pekerjaannya adalah wiraswasta
Hasil analisa diperoleh p value 0,001 < α yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pekerjaan
(0,05), maka ada perbedaan yang bermakna merupakan salah satu faktor yang dapat
skor halusinasi sesudah (posttest) diberikan mempengaruhi perilaku manusia (Stuart &
terapi musik klasik Mozart antara kelompok Laraia, 2005). Banyaknya tuntutan yang
eksperimen dan kelompok kontrol. dialami individu dalam lingkup pekerjaan
membuat seseorang mengalami tekanan
PEMBAHASAN pikiran dan mental.
A.Karakteristik responden Penelitian yang telah dilakukan
Penelitian yang telah dilakukan di didapatkan hasil bahwa frekuensi rawat
Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru responden sebagian besar sudah dirawat lebih
terhadap 30 responden didapatkan mayoritas dari satu kali yaitu sebanyak 28 orang. Data ini
umur responden berada pada rentang dewasa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
awal yaitu 18-40 tahun yang berjumlah 24 Sari (2016) yang mendapatkan hasil sebagian
responden (80%). besar responden merupakan pasien dengan
Hal ini diperkuat oleh teori yang frekuensi dirawat 2 kali atau lebih yaitu
dijelaskan Videbeck (2012) bahwa skizofrenia sebanyak 30 orang. Tingginya tingkat
banyak terjadi pada saat dewasa yang insiden kekambuhan yang dialami oleh pasien
puncak awitannya pada awal dewasa sampai skizofrenia disebabkan oleh beberapa faktor
18-25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun diantaranya seperti faktor psikososial yaitu
untuk wanita. pengaruh lingkungan keluarga maupun
Penelitian untuk jenis kelamin dari 30 lingkungan sosial yang tidak mendukung,
responden didapatkan bahwa 22 orang (73,3%) faktor ekonomi, dan tidak patuhnya pasien
berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang berjenis dalam meminum obat (Suwondo, 2013).
kelamin perempuan. National Institute of
218
Penelitian yang didapatkan dari seseorang. Musik juga dapat meningkatkan
karakteristik lama rawat bahwa responden imunitas tubuh, suasana yang ditimbulkan oleh
yang lama rawatnya lebih dari 30 hari yaitu musik akan mempengaruhi sistem kerja
sebanyak 21 orang.Lama rawat inap yang hormon manusia. Jika kita mendengar musik
efektif bagi pasien skizofrenia adalah 4 yang baik/positif maka hormon yang
minggu dan bisa dipulangkan namun dengan meningkatkan imunitas tubuh juga akan
kriteria tenang, kooperatif, perawatan diri berproduksi. Salah satu manfaat musik sebagai
cukup, minum obat teratur, serta makan dan terapi adalah self-mastery yaitu kemampuan
minum teratur (Fahrul, 2014). untuk mengendalikan diri. (Natalina, 2013).
Royal Edinburg Hospital and University
B. Efektivitas terapi musik klasik Mozart of Edinburgh di Skotlandia (1994) pernah
terhadap skor halusinasi pendengaran pada mengadakan sesi terapi mengenai efek Mozart
pasien skizofrenia dan melaporkan bahwa pasien-pasien yang
Hasil statistik menunjukkan terdapat menghadiri serangkaian sesi terapi musik
perbedaan yang bermakna antara skor tersebut mengalami perbaikan klinis serta
halusinasi setelah diberikan terapi musik meningkatnya mutu keterampilan komunikasi
klasik Mozart pada kelompok eksperimen dan pada pasien (Campbell, 2002). Dari
kelompok kontrol dengan p value 0,000 < α keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa
(0,05) yang berarti terapi musik klasik Mozart terapi musik klasik Mozart efektif dalam
efektif terhadap penurunan skor halusinasi. menurunkan skor halusinasi.
Penanganan pasien dalam mengontrol
halusinasinya dapat meliputi dengan SIMPULAN
pemberian obat serta tindakan keperawatan Penelitian yang dilakukan pada 30
yang sesuai dengan standar asuhan reponden dengan kelompok eksperimen 15
keperawatan. Hal ini sesuai dengan yang orang dan kelompok kontrol 15 orang,
dikatakan Prabowo (2014) bahwa didapatkan responden berusia antara 18-60
penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia dengan mayoritas jenis kelamin laki-laki
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi (73,3%) dan paling banyak berpendidikan
farmakologi dan terapi non farmakologi. Salah SMP (46,65%) serta kebanyakan responden
satu dari terapi non farmakologi yang efektif belum menikah (70%). Hasil penelitian ini
yaitu terapi musik klasik Mozart. juga didapatkan rata-rata frekuensi dirawat
Musik Mozart memberikan efek pada pasien adalah 2 kali atau lebih (90%) dengan
pendengarnya menjadi santai dan damai. rata-rata lama rawat > 30 hari (70,1%).
Selain itu musik Mozart juga dapat menutupi Skor halusinasi pada kelompok
perasaan yang tidak menyenangkan, eksperimen didapatkan nilai significancy (p
mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki value) 0,001 atau p value < α (0,05), maka Ho
koordinasi tubuh, mengatur hormon-hormon ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan antara
yang berkaitan dengan stres, mengubah pretest dan posttest dan terjadi penurunan nilai
persepsi tentang ruang dengan kata lain median pretest dan posttest diberikan terapi
mempengaruhi untuk mengenali ruang sekitar, musik klasik Mozart dari 27 menjadi 13. Jadi
menimbulkan rasa aman, mengurangi dapat disimpulkan bahwa adanya penurunan
kecemasan, relaksasi, mengurangi perilaku skor halusinasi pada kelompok eksperimen
agresif dan antisosial, serta mengatasi depresi yang telah diberikan terapi musik klasik
(Campbell, 2002). Mozart. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Musik dapat bersifat preventif dalam bahwa terapi musik klasik Mozart efektif
usaha penyembuhan terhadap penderita yang terhadap penurunan skor halusinasi di Rumah
mengalami sosial emosional maupun mental Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru.
intelegensy (Suryana, 2012). Selain itu terapi
musik juga merupakan suatu proses yang SARAN
menggabungkan antara aspek penyembuhan Saran bagi peneliti selanjutnya penelitian ini
dengan kondisi dan situasi, fisik/tubuh, emosi, dapat dijadikan sebagai evidence based dan
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial tambahan informasi untuk mengembangkan
219
penelitian lebih lanjut tentang efektivitas terapi https://www.cambridge.org/core/journals/ps
lain yang bisa dihubungkan dengan pasien ychological-medicine/article/scales-to-
halusinasi. measure-dimensions-of-hallucinations-and-
delusions-the-psychotic-symptom-rating-
¹Rosiana: Mahasiswa Program Studi Ilmu scales-
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia ²Ns. psyrats/F98A9A5A0D5CB9715161C1547
Jumaini, M.Kep.,Sp.Kep.J: Dosen Bidang DB010B8
Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi Kadir, A. (2012). Dasar-dasar pendidikan
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia edisi pertama. Jakarta: Prenada Media
³Yesi Hasneli N, S.Kp., MNS: Dosen Bidang Group
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Keliat, B.A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas (2012). Model praktik keperawatan
Riau, Indonesia profesional jiwa. Jakarta: EGC
Loganathan, S. & Murthy, S. R. (2008).
DAFTAR PUSTAKA Experiences of stigma and discrimination
Campbell, D. (2002). Efek Mozart endured by people suffering from
memanfaatkan kekuatan musik untuk schizophrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari
mempertajam pikiran, meningkatkan 2018 dari
kreativitas, dan menyehatkan tubuh. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/197
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 71306
Candra, I. W., Ekawati, I. G. A, & Gama, I. K. Mayasari, E., Elita, V., & Bayhakki. (2017).
(2013). Terapi musik klasik terhadap Efektivitas terapi psikoreligius: zikir al-
perubahan gejala perilaku agresif pasien ma’tsurat terhadap skor halusinasi
skizofrenia. Diperoleh tanggal 29 Januari pendengaran pada pasien skizofrenia di
2018 dari http:// -denpasar.ac.id/ rumah sakit jiwa tampan provinsi riau.
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Diperoleh tanggal 20 oktober 2017 dari
keperawatan jiwa. Bandung: Aditama https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/
Damayanti, R., Jumaini, & Utami, S. (2014). article/view/16227
Efektifitas musik klasik terhadap penurunan Nasir, A, & Muhith, A. (2011). Dasar - dasar
tingkat halusinasi pada pasien halusinasi keperawatan jiwa pengantar dan teori.
dengar di rsj tampan provinsi riau. Jakarta: Salemba Medika
Diperoleh tanggal 20 Oktober 2017 dari Pasha, G., Akhavan, G, & Gorjian, B. (2012).
http://jom.unri.ac.id/ Music therapy and Schizophrenia.
Djohan. (2009). Psikologi musik. Yogyakarta: Diperoleh Tanggal 31 Desember 2017 dari
Buku Baik http://www.americanscience.org
Ermawati, D. (2009). Konsep dasar Prabowo, E. (2014). Konsep dan aplikasi
keperawatan jiwa. Jakarta: Trans Info asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Media Medical Book
Fahrul., Mukaddas, A., & Faustine, I. (2014). Rekam Medik RSJ Tampan Provinsi Riau.
Rasionalitas penggunaan anti psikotik pada (2016). Laporan akuntabilitas kinerja
pasien skizofrenia di instalasi rawat inap rumah sakit jiwa tampan tahun anggaran
jiwa RSD Madani Provinsi Sulawesi 2016. Pekanbaru: RM RSJ Tampan. Tidak
Tengah. Diperoleh tanggal 29 januari 2018 dipublikasikan
dari Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes). (2013).
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ej Badan penelitian dan pengembangan
urnalfmipa/article/view/2981 kesehatan kementerian ri tahun 2013.
Haddock, G., McCarron, J., Tarrier, N., & Diperoleh Tanggal 3 Oktober 2017 dari
Fragher, E. B. (1999). Scales to measure http://www.depkes.go.id
dimensions of hallucinations and delusions: Setiadi (2013). Konsep dan praktek penulisan
the Psychotic Symptom Rating Scales riset keperawatan, edisi 2. Yogyakarta:
(PSYRATS). Diperoleh tanggal 10 Graha Ilmu
November 2017 dari
220
Simanjuntak, J. (2008). Konseling gangguan Videbeck, S.L. (2012). Buku ajar keperawatan
jiwa & okultisme. Jakarta: Gramedia jiwa. Jakarta: EGC
Pustaka Utama World Health Organization. (2016).
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2005). Schizophrenia. Diperoleh Tanggal 3
Principle and practice of psychiatric Oktober 2017 dari
nursing. Philadelphia: Elseiver Mosby Http://www.who.int/mediacentre/factsheets
Suryana, D. (2012). Terapi musik. Diperoleh /fs397/en/
tanggal 29 Oktober 2017 dari Yosep, I. (2011). Keperawatan jiwa. Bandung:
https://books.google.co.id/books/about/Tera Aditama
pi_Musik.html?id=fuCO5gqmoVcC&redir_
esc=y.
Suwondo. (2013). Hubungan antara frekuensi
kekambuhan pasien skizofrenia dengan
tingkat kecemasan keluarga. Diperoleh
tanggal 29 Januari 2018 dari
https://pmb.stikestelogorejo.ac.id
221
ARTIKEL PENELITIAN
Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan Gejala
pada Pasien Halusinasi Pendengaran
Abstrak
Peningkatan penderita penyakit jiwa menyebabkan masalah di bidang kesehatan salah satunya mengalami
gangguan halusinasi berupa halusinasi pendengaran. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi non farmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik klasik. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan disain
penelitian pre and post test without control. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total
populasi dengan sampel 30 responden di RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Hasil analisa statistik
menggunakan uji paired t test menunjukkan p value sebesar 0,000 artinya terdapat efektivitas pemberian terapi
musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Saran bagi keluarga pasien yang
mengalami halusinasi pendengaran untuk dapat mengaplikasikan terapi musik klasik dengan bantuan tenaga
kesehatan untuk mengurangi tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Kata kunci : Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran, Terapi Musik Klasik,
Abstract
Increased illness sufferers causes problems in the health field one misbehaving hallucinations in the form of
auditory hallucinations. This can be overcome with pharmacological and non-pharmacological therapy. Non
pharmacological therapies that can be used in the form of classical music therapy. The purpose of this research
was to know classical music therapy's effectiveness against a decrease in signs and symptoms of auditory
hallucinations. Type of this research is quantitative research uses quasi experiment design with design research
pre and post test without control. Sampling techniques in the study using a sample with a total population of 30
respondents in Mental Hospital Dr. Soeharto Heedjan Jakarta. The results of the statistical analysis using the
paired t test test indicates p value of 0.000 means there is the effectiveness of the grant of a classical music
therapy against a decrease in signs and symptoms of auditory hallucinations. Advice for the families of patients
who experience auditory hallucinations to be able to apply the classical music therapy with the help of health
workers to reduce the signs and symptoms of auditory hallucinations.
189
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
RS Jiwa Provisi Sumatra Utara menunjukkan seseorang melamun atau merasa dirinya berada
adanya perbedaan tanda dan gejala skizofrenia dalam suasana hati yang emosional atau tidak
yang bermakna antara kelompok intervensi dan terfokus, musik klasik dapat membantu
kelompok kontrol (P-value<0.05). Skizofrenia memperkuat kesadaran dan meningkatkan
menurun secara bermakna pada kelompok organisasi metal seseorang jika didengarkan
intervensi (P-value< 0.05). Sedangkan pada selama sepuluh hingga lima belas menit.16
kelompok kontrol Skizofrenia menurun secara Berdasarkan data rekam medik RSJ dr.
tidak bermakna (P-value> 0.05).10 Soeharto Heerdjan Jakarta periode Januari
Gold, dkk. (2005) melakukan penelitian sampai dengan Juni 2015, jumlah kunjungan
mengenai efektifitas terapi musik sebagai pasien sebanyak 35.396 dan yang dirawat inap
terapi tambahan pada pasien skizofrenia. Hasil sebanyak 1474. 10 besar diagnosa penyakit
penelitian ini menunjukkan bahwa terapi pasien rawat inap diantaranya Skizofrenia
musik yang diberikan sebagai terapi tambahan Paranoid (766), Skizofrenia yang tak Terinci
pada perawatan standar dapat membantu (216), Skizoafektif, Tipe Manik (51),
meningkatkan kondisi mental pasien Skizofrenia Residual (37), Psikotik Akut (32),
skizofrenia.11 Skizofrenia Hebrefenik (28), GMO (Gangguan
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu Mental Organik (20), Skizoafektif (20),
terapi dan musik. Kata terapi berkaitan dengan Skizoafektif, Tipe Depresi (18), dan Gangguan
serangkaian upaya yang dirancang untuk Afektif Bipolar, Manik dengan Gejala Psikotik
membantu atau menolong orang. Biasanya kata (14). Penderita gangguan jiwa halusinasi
tersebut digunakan dalam konteks masalah sebanyak 136 pasien dan 30 diantaranya
fisik dan mental. Terapi musik adalah sebuah mengalami halusinasi pendengaran. Peneliti
terapi kesehatan yang menggunakan musik di mengambil khusus diagnosa halusinasi
mana tujuannya adalah untuk meningkatkan pendengaran murni, agar penelitian lebih
atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif spesifik dalam penerapan terapi musik klasik.
dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
usia. Bagi orang sehat, terapi musik bisa dengan cara wawancara terhadap 10 perawat
dilakukan untuk mengurangi stres dengan cara di ruang rawat inap RS Jiwa dr. Soeharto
mendengarkan musik.12 Heerdjan tanggal 18 Agustus 2015 didapatkan
Terapi musik sangat mudah diterima organ perawat mengatakan tindakan keperawatan
pendengaran dan kemudian melalui saraf yang dilakukan pada pasien halusinasi adalah
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang mengidentifikasi halusinasi, cara mengontrol
memproses emosi yaitu sistem limbik.8 Pada halusinasi, dan terapi aktivitas kelompok:
sistem limbik di dalam otak terdapat stimulasi persepsi sensori halusinasi dan
neurotransmitter yang mengatur mengenai perawat mengatakan pernah melakukan terapi
stres, ansietas, dan beberapa gangguan terkait musik klasik sebagai terapi nonfarmakologi
ansietas.13 Musik dapat mempengaruhi pada pasien dengan masalah gangguan
imajinasi, intelegensi, dan memori, serta dapat persepsi sensori: halusinasi, namun RS lebih
mempengaruhi hipofisis di otak untuk sering melakukan TAK dalam 1 minggu sekali
melepaskan endorfin.14 sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh
Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik mana efektivitas terapi musik terhadap
“acid” (asam) dan “alkaline” (basa). Musik penurunan tanda dan gejala halusinasi
yang menghasilkan acid adalah musik hard pendengaran.
rock dan rapp yang membuat seseorang Berkaitan dengan hal tersebut diatas
menjadi marah, bingung, mudah terkejut dan mengingat tingginya angka penderita gangguan
tidak fokus. Musik yang menghasilkan alkaline jiwa di Indonesia, dan kurangnya tindakan
adalah musik klasik yang lembut, musik terapi musik oleh perawat di RS Jiwa dr.
instrumental, musik meditatif dan musik yang Sorharto Heerdjan, peneliti tertarik untuk
dapat membuat rileks dan tenang seperti musik melakukan penelitian mengenai “ Efektivitas
klasik. 15 terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
Musik klasik Mozart mampu memperbaiki dan gejala pada pasien halusinasi
konsentrasi, ingatan dan presepsi spasial. Pada pendengaran di ruang rawat inap elang,
gelombang otak, gelombang alfa mencirikan merak dan perkutut RS Jiwa dr. Soeharto
perasaan ketenangan dan kesadaran yang Heerdjan Jakarta tahun 2015”.
gelombangnya mulai 8 hingga 13 hertz. Tujuan dari penelitian ini adalah
Semakin lambat gelombang otak, semakin mengidentifikasi efektivitas terapi musik klasik
santai, puas, dan damailah perasaan kita, jika terhadap penurunan tanda dan gejala pada
191
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
pasien halusinasi pendengaran di ruang rawat elang RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
inap elang, merak dan perkutut RS Jiwa Dr. yaitu sampel dan tempat tersebut sesuai dengan
Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2015. kriteria penelitian dan mudah dijangkau
sehingga dapat memperoleh data dasar yang
Metode diperlukan. Penelitian ini dimulai dari bulan
Agustus 2015 sampai dengan Februari 2016
Metode penelitian adalah suatu cara untuk Prosedur pengumpulan data adalah suatu
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau proses pendekatan kepada subjek dan proses
pemecahan masalah, pada dasarnya pengumpulan karakteristik subjek yang
menggunakan metode ilmiah.21 Pada bagian diperlukan dalam suatu penelitian.23 Alat
metode penelitian ini akan diuraikan mengenai pengumpulan data yang digunakan adalah
desain penelitian, populasi, sampel, sumber lembar observasi. Obrservasi merupakan salah
data, instrumen dan prosedur analisa data. satu teknik pengumpulan data yang tidak
Rancangan penelitian yang digunakan hanya mengukur sikap dari responden
adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi (wawancara dan angket) namun juga dapat
eksperimen adalah penelitian yang menguji digunakan untuk merekam berbagai fenomena
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini
dengan atau tanpa kelompok pembanding digunakan bila penelitian ditujukan untuk
namun tidak dilakukan randomisasi untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja,
memasukkan subjek ke dalam kelompok gejala-gejala alam dan dilakukan pada
perlakuan atau kontrol.22 responden yang tidak terlalu besar.17
Desain penelitian yang digunakan Jenis skala pengukuran yang digunakan
yaitu kuantitatif dengan pre and post test adalah skala Likert. Lembar observasi terdiri
without control. Pada desain penelitian ini, dari: data demografi, cara melakukan terapi
peneliti hanya melakukan intervensi pada satu musik, ceklist observasi yang berisikan
kelompok tanpa pembanding. Efektifitas pernyataan tentang tanda dan gejala halusinasi.
perlakuan dinilai dengan cara membandingkan Dalam hal ini lembar observasi diisi sebelum
nilai post test dengan pre test.22 Alasan dilakukan terapi musik klasik dan setelah
menggunakan desain tersebut dalam penelitian dilakukan terapi musik klasik.
ini untuk mengetahui efektifitas pemberian Analisa yang digunakan adalah analisa
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda univariat digunakan untuk mendapatkan
dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran gambaran tentang karakteristik responden,
di ruang rawat inap elang, merak dan perkutut mendeskripsikan tingkat halusinasi
RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun pendengaran sebelum dan sesudah dilakukan
2015. terapi musik klasik dan analisa bivariat
Dalam penelitian ini populasinya adalah digunakan untuk melihat pengaruh terapi
pasien jiwa dengan masalah keperawatan musik klasik terhadap tingkat halusinasi
Gangguan Sensori Presepsi: Halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi dengar.
Pendengaran yang rawat di ruang rawat inap di
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Hasil
Soeharto Heerdjan Jakarta sejumlah 30 orang. Analisa Univariat
Sampel yang terlibat dalam penelitian ini Penyajian hasil penelitian disusun
adalah semua pasien dengan Gangguan Sensori berdasarkan sistematika yang dimulai dengan
Presepsi: Halusinasi Pendengaran yang rawat gambaran analisa univariat yang bertujuan
di ruang rawat inap merak, perkutut dan elang untuk melihat distribusi frekuensi variabel
RS Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta dengan dependen dan independen. Sedangkan analisa
menggunakan total populasi yaitu sebanyak 30 bivariat untuk melihat efektivitas pemberian
orang. Alasan mengambil total populasi karena terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
jumlah populasi kurang dari 100 dan seluruh dan gejala halisinasi dengar.
populasi dijadikan sampel penelitian. Dengan Penelitian ini dilakukan di RS Jiwa dr.
kriteria pasien dengan halusinasi pendengaran Soeharto Heerdjan Jakarta di ruang rawat inap
murni. elang, perkutut dan merak. Penelitian ini
Sumber data diperoleh dari pasien dengan dilakukan selama 14 hari yaitu pada tanggal 27
halusinasi pendengaran di ruang rawat inap Desember 2015 hingga 09 januari 2016.
merak, perkutut dan elang RS Jiwa dr. Semua responden tersebut diberikan terapi
Soeharto Heerdjan Jakarta. Alasan peneliti musik klasik secara bersamaan di ruangan
memilih ruang rawat inap merak, perkutut dan
192
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
193
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
194
Vol. 7 No. 1 Maret 2017 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
positif bagi kehidupan manusia. Sehubungan 3 menjadi 2, dapat disimpulkan bahwa adanya
dengan itu ia mengatakan: "Without music, life penurunan tingkat halusinasi pada kelompok
would be an error." Dalam kenyataannya eksperimen yang telah diberikan terapi musik
musik memang memiliki fungsi atau peran klasik. Hasil uji pada kelompok kontrol yang
yang sangat penting sehingga tidak satupun tidak diberikan terapi musik klasik didapatkan
manusia yang bisa lepas dari keberadaan nilai significancy (p value) 0,414 atau p value
musik. > α (0,05), maka Ha ditolak. Hal ini berarti
Efektivitas pemberian terapi musik klasik tidak ada perbedaan yang signifikan antara
terhadap penuruan tanda dan gejala pretest dan posttest pada kelompok kontrol.
halusinasi pendengaran Hal ini ditunjukkan tidak adanya perubahan
Secara umum beberapa musik klasik nilai rata-rata antara pretest dan posttest pada
dianggap memiliki dampak psikofisik yang kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa
menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung tidak ada penurunan tingkat halusinasi pada
membuat detak nadi bersifat konstan, memberi kelompok kontrol. Perbedaan tingkat
dampak menenangkan, dan menurunkan stress. halusinasi posttest pada kelompok eksperimen
Tetapi pemakaian musik jenis ini perlu dan kelompok kontrol didapatkan p value
pertimbangan tentang waktu tampilan musik, 0,000 < α (0,05), maka Ho ditolak berarti ada
taraf usia perkembangan, dan latar belakang perbedaan yang signifikan tingkat halusinasi
budaya, serta aktivitas motorik yang sesuai dan setelah (posttest) diberikan terapi musik klasik
diassosiasikan dengan kasih sayang dan antara kelompok eksperimen dan kelompok
estetika. Waktu yang ideal dalam mendengrkan kontrol.19
terapi musik adalah 10 sampai dengan 15 Hal ini sesuai dengan teori bahwa terapi
menit. musik klasik merupakan sebuah terapi
Musik klasik Mozart adalah musik klasik kesehatan yang menggunakan musik klasik
yang muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
oleh Wolgang Amadeus Mozart. Musik klasik memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan
Mozart memberikan ketenangan, memperbaiki sosial bagi individu dari berbagai kalangan
persepsi spasial dan memungkinkan pasien usia. Dalam penilitan ini dengan menggunakan
untuk berkomunikasi baik dengan hati maupun musik klasik sebagai terapi yang diketahui
pikiran. Musik klasik Mozart juga memiliki dapat meningkatkan atau memperbaiki kondisi
irama, melodi, dan frekuensi tinggi yang dapat fisik, emosi, kognitif dan sosial akan
merangsang dan menguatkan wilayah kreatif membantu mengurangi penurunan tanda dan
dan motivasi di otak. Musik klasik Mozart gejala halusinasi pendengaran responden. 8
memiliki efek yang tidak dimiliki komposer Menurut Stuart & Laraia tanda dan gejala
lain. Musik klasik Mozart memiliki kekuatan halusinasi antara lain: respon terhadap realita
yang membebaskan, mengobati dan dan tidak tepat, tersenyum dan tertawa sendiri,
menyembuhkan.18 berbicara sendiri, melakukan aktivitas fisik
Berdasarkan tabel 7 terlihat nilai mean yang merefleksikan isi halusinasi, bersikap
perbedaan skor antara sebelum dan sesudah seperti mendengarkan sesuatu / memiringkan
adalah 5,200 dengan standar deviasi 2,882. kepala ke satu sisi seperti jika seorang sedang
Hasil uji statistik didapatkan 0,000 (p < 0,05), mendengarkan sesuatu, kurangnya interaksi
maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara dengan orang lain, dan kurang dapat
tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada berkonsentrasi. Jenis-jenis halusinasi terdiri
pasien halusinasi pendengaran sebelum dan dari: halusinasi audio/dengar, halusinasi
sesudah terapi musik klasik atau ada efektivitas visual/lihat, halusinasi olfaktorik/penciuman
terapi musik klasik terhadap penurunan tanda (bau/hidu), halusinasi gustatorik/kecap, dan
dan gejala halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi taktil/raba-rasa/kinestetik.6
halusinasi pendengaran. Pemberian intervensi terapi musik klasik
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian membuat seseorang menjadi rileks,
terdahulu oleh Rafina Damayanti, Jumaini, Sri menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
Utami (2014) yang menyatakan bahwa Pada melepaskan rasa gembira dan sedih,
kelompok eksperimen didapatkan nilai melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat
significancy (p value) 0,003 atau p value < α stres, sehingga dapat menyebabkan penurunan
(0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada kecemasan.20
perbedaan antara pretest dan posttest dan Menurut peneliti, penelitian yang peneliti
terjadi penurunan nilai rata-rata pretest dan lakukan sejalan dengan teori dan penelitian
posttest diberikan terapi musik klasik yaitu dari sebelumnya. Bahwa terapi musik klasik
195
Wuri Try Wijayanto Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ2, drg. Christiana R. Titaley, MPIH, Ph.D3. Dosen Fakultas Kedokteran,
Universitas Pattimura, Kampus FK Unpatti, Jl. Ir.Putuhena, Ambon, Maluku.
Abstrak
Skizofrenia adalah sindrom dengan variasi penyebab, dan perjalanan penyakit yang luas, tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan budaya. Pasien skizofrenia memiliki tiga gejala yaitu gejala positif, gejala negatif,
dan gejala disorganisasi, yang berdampak pada fungsi pasien untuk berinteraksi dengan keluarga, sekolah, pekerjaan,
lingkungan, agama, dan sosial. Terapi musik klasik bermanfaat untuk merelaksasi, memperbaiki presepsi, konsentrasi, dan
dapat meningkatkan kontak intrapersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap
perubahan gejala dan fungsi pada pasien skizofrenia rawat inap bagian subakut di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi
Maluku. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan eksperimental. Subyek penelitian berjumlah 10 orang
pasien skizofrenia yang diambil dengan teknik purposive sampling dan dikelompokan dalam one group pretest-posttest.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi menggunakan Global Assessment of Functioning Scale (GAF Scale)
sebelum dan sesudah diterapi musik klasik Symphony No 9 karya Ludwig Van Beethoven, dalam waktu 30 menit setiap sesi
selama tujuh kali pada pasien skizofrenia. Perubahan gejala dan fungsi pasien skizofrenia akan dibandingkan dan dianalisa
dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata kesepuluh pasien skizofrenia memiliki
skor GAF Scale sebelum diterapi musik klasik yaitu 51-60, namun setelah diterapi musik klasik terjadi peningkatan skor GAF
Scale, sebanyak 50% menjadi 61-70 dan 50% menjadi 71-80. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terapi musik klasik dapat
menurunkan gejala yang dirasakan dan meningkatkan fungsi secara umum pasien skizofrenia yang dirawat inap.
Kata Kunci: Skizofrenia, Musik Klasik, GAF Scale
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 31
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
Abstract
Schizophrenia is a syndrome with a variety unknown causes and a wide course of disease, as well as a number of
consequences that depend on consideration of genetic, physical, and cultural influences. Schizophrenic patients have three
symptoms: positive symptoms, negative symptoms, and symptoms of disorganization, which have an impact on the patient's
function to interact with family, school, work, environment, religion and social. Classical music therapy is useful for
relaxation, perception improvement, concentration, and can increase intrapersonal contact. This study aims to determine the
effect of classical music therapy on symptom and function changes in schizophrenic patients hospitalized in the sub-acute
section of the Maluku Province Regional Special Hospital. This research is an analytical research with an experimental
approach. The subjects were 10 schizophrenic patients who were taken with purposive sampling technique which was included
in one group pre test-posttest. Data collection was carried out by using the observation of the Global Assessment of
Functioning Scale (GAF Scale) before and after being treated by Ludwig Van Beethoven's Symphony No. 9 classical music
in seven sessions for seven times in schizophrenic patients. Symptom and function changes of schizophrenic patients will be
compared and analyzed by using the Wilcoxon test. The results found that on average, ten schizophrenic patients had
symptoms and functions change measured by GAF Scale scores before classical music treatment was 51-60, but after classical
music treatment, there was an increase in GAF Scale score, as much as 50% to 61-70 and 50% to be 71-80. So, it can be
conclude that classical music therapy can reduce the symptoms and improve general function in
schizophrenic patients hospitalized.
Keywords: Schizophrenia, Classical Music, GAF Scale
Pendahuluan
Skizofrenia merupakan gangguan mental (WHO) tahun 2017, terdapat 21 juta orang di
yang berat ditandai dengan gangguan dalam seluruh dunia yang mengalami skizofrenia.3
pemikiran, presepsi, dan bahasa.1 Angka Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
kematian pasien skizofrenia mengalami (RISKESDAS)5 tahun 2013, menunjukan
peningkatan 2-3 kali lebih cepat dibandingkan prevalensi skizofrenia di Indonesia, mencapai
orang-orang pada umumnya.2 Hal ini sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
dikarenakan lebih dari 50% orang yang 1000 penduduk.4 Prevalensi skizofrenia
mengalami skizofrenia tidak mendapatkan berdasarkan provinsi di Indonesia yang tertinggi
perawatan yang baik, sehingga mengalami yaitu Provinsi Aceh dan DI Yogyakarta yaitu 2,7
gangguan metabolik, gangguan kardiovaskular, per 1000 penduduk, dan untuk Provinsi Maluku
dan infeksi yang terlambat diobati sehingga prevalensi skizofrenia sebesar 1,7 per 1000
mengakibatkan pasien skizofrenia meninggal. penduduk, ternyata mengalami peningkatan
Menurut data dari World Heatlh Organization
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 32
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
daripada tahun sebelumnya sebesar 0,9 per 1000 Manfaat dari terapi musik adalah untuk
penduduk.4,5 merelaksasi, mempertajam pikiran,
Pada Rumah Sakit Khusus Daerah memperbaiki presepsi, konsentrasi, ingatan,
Provinsi Maluku, berdasarkan hasil rekapan menyehatkan tubuh, meningkatkan fungsi otak,
tahun 2018 angka kejadian skizofrenia terus dan dapat meningkatkan kontak intrapersonal
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, di serta meningkatkan kemampuan untuk
tahun 2015 sebesar 361 orang, 2016 sebanyak beradaptasi dengan lingkungan sosial di
395 orang dan di tahun 2017 sebanyak 506 masyarakat.9,10 Musik yang dapat digunakan
orang.6 untuk terapi musik pada umumnya musik yang
Pasien skizofrenia memiliki tiga gejala yaitu lembut, memiliki nada-nada dan irama yang
gejala positif, gejala negatif, dan gejala teratur atau instrumentalia, yaitu musik
disorganisasi. Gejala-gejala skizofrenia tersebut klasik.10,11
akan berdampak pada fungsi pasien untuk Penelitian sebelumnya yang dilakukan
berinteraksi dengan keluarga, sekolah, pekerjaa oleh I Wayan Chandra, I Gusti Ayu Ekadewi,
-n, lingkungan, agama, dan sosial.7 Berdasarkan dan I Ketut Gama tahun 2013,12 mengenai terapi
penjelasan diatas, maka perlu dilakukan penang musik klasik terhadap gejala perilaku agresif
anan secara komprehensif yaitu dengan farmak- pasien skizofrenia di Ruang Kunti Rumah Sakit
oterapi dan nonfarmakoterapi, supaya dapat Jiwa Provinsi Bali. Hasil penelitian menunjukan
menangani gejala dan meningkatkan fungsi perilaku agresif pasien skizofrenia sebelum
pasien skizofrenia.7 diberikan terapi musik klasik sebagian besar
Farmakoterapi yaitu terapi dengan sebanyak 11 orang dalam kategori sedang.
memberikan obat-obatan yang terbagi atas dua Setelah diberikan terapi musik sebagian besar
golongan yaitu golongan Antipsikotika Generasi sebanyak 12 orang dalam kategori tingkat
I (APG I) dan Antipsikotika Generasi agresif yang ringan.12
II (APG II). Penanganan secara nonfarmakotera Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
pi yaitu pelatihan yang digunakan seperti pelati Rafina Damayanti, Jumaini, dan Sri Utami 13,
han keterampilan sosial, terapi berorientasi pada tahun 2014 di Rumah Sakit Jiwa Tampan
keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individu, Provinsi Riau mengenai efektifitas terapi musik
terapi kejuruan dan terapi perilaku kognitif dan klasik terhadap penurunan tingkat halusinasi
terapi menggunakan musik.8,9 pada pasien halusinasi sebanyak 34 orang yang
terdiri dari 17 orang kelompok eksperimental
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 33
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
dan 17 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku. Jumlah
ini membuktikan adanya penurunan tingkat minimal sampel diukur menggunakan rumus
halusinasi pada kelompok eksperimen yang dibawah ini :
telah diberikan musik klasik, sedangkan untuk
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽 )2 𝑓
kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang 𝑛1 = 𝑛2 =
(𝑃1 − 𝑃2 )2
signifikan.13
Pada tahun 2017 Jonas Danny, Monty Keterangan :
14
Satiadarma, dan Denrich Suryadi melakukan n1 = n2 = besar sampel.
penelitian tentang penerapan terapi musik untuk p1 = proporsi penurunan gejala dan fungsi pada
menurunkan gejala negatif pada pasien pasien skizofrenia sebelum
skizofrenia di salah satu panti sosial Jakarta mendengarkan musik klasik = 0 12
Barat. Penerapan terapi musik yang dilakukan p2 = proporsi peningkatan gejala dan fungsi
sebanyak delapan kali dengan setiap sesi pada pasien skizofrenia setelah
berlangsung selama 20 sampai 45 menit, terbukti mendengarkan musik klasik = 0,8 12
efektif dapat menurunkan gejala negatif pada f = P1 (1 - P2) + P2 (1 - P1) = 0,8
pasien skizofrenia. Perubahan ini terlihat dari Kesalahan tipe I (α) = 0,05, tingkat kepercayaan
menurunnya skor dari tiga partisipan dengan 95%. Zα = 1,96
menggunakan alat ukur Positive and Negative Kesalahan tipe II (β) = 0,2. Kekuatan studi 80%,
Syndrom Scale (PANSS).14 Zβ = 0,84
Dari hasil perhitungan dengan rumus
Metode diatas diperoleh besar sampel minimal adalah 10
Penelitian ini merupakan penelitian orang, yang diambil dengan menggunakan
analitik, dengan menggunakan desain penelitian pendekatan purposive sampling.
eksperimental, rancangan one-group pretest
Hasil
pada awal peneltian dan postest setelah
intervensi diberikan dalam waktu tiga puluh Karakteristik Responden
menit selama tujuh kali. Dalam penelitian ini, Berdasarkan Tabel 1 karakteristik
populasi yang diambil dengan cara purposive responden penelitian berdasarkan usia
sampling, yakni pasien rawat inap skizofrenia di menunjukan bahwa sebanyak tiga responden
bagian subakut ditetapkan ciri-ciri khusus yang (30%) tergolong kelompok usia dewasa muda,
sesuai dengan tujuan penelitian, pada Rumah dan tujuh responden (70%) dalam penelitian ini
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 34
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
tergolong dalam usia kelompok dewasa tua. Gejala dan Fungsi Pasien Skizofrenia
Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sebanyak Sebelum di Terapi Musik Klasik
enam orang (60%) dan jumlah responden Pasien skizofrenia yang masuk rumah
perempuan sebanyak empat orang (40%). sakit memiliki GAF Scale rata-rata 41-50
Karakteristik responden dari status sebanyak (Rendah), dengan ciri-ciri gejala serius, gaduh
lima responden (50%) sudah menikah dan lima gelisah, hendaya serius, dan disabilitas berat
responden (50%) lainnya belum menikah. dalam fungsi kehidupan sosial, pekerjaan,
Berdasarkan data pendidikan terakhir sekolah, dan intrapersonal. Setelah itu akan
responden, sebanyak empat responden (40%) mendapatkan penatalaksanaan farmakoterapi di
menamatkan Sekolah Tingkat Pertama (SMP), ruangan akut, jika sudah mengalami perbaikan
dan enam responden (60%) berpendidikan gejala dan fungsi kemudian di pindahkan ke
terakhir yaitu Sekolah Tingkat Atas (SMA). ruangan subakut. Sebelum diberikan terapi
musik klasik, dilakukan pengukuran skor GAF
Tabel 1 Distribusi karakteristik responden Scale pada kesepuluh responden yang sudah
Karakteristik Responden n Persentase dipindahkan ke ruangan subakut, ditemukan
(%)
delapan orang memiliki skor Global Assessment
Usia
of Functioning Scale (GAF Scale) 51-60
Dewasa muda (<
3 30,0
25 tahun) (Sedang), dan dua orang dengan skor GAF Scale
Dewasa tua (≥ 25 61-70 (Sedang) (Gambar 1). Berdasarkan hasil
7 70,0
tahun) di atas, gejala dan fungsi yang kesepuluh
Jenis Kelamin
responden dikategorikan dalam kelompok rata-
Laki-laki 6 60,0
rata.
Perempuan 4 40,0
Status 100
Menikah 90
Skor GAF Scale
5 50,0
Belum Menikah
5 50,0 80
Pendidikan Terakhir
70
SMP
4 40,0
SMA 60
6 60,0
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TOTAL 10 100,0 Pasien
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 35
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
Chlorpromazine (2x1)
(2x1) Carbamazepine
(2x1) Chlorpromazine
(1x1) Chlorpromazine
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 37
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
a. Usia
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 1 mengenai karakteristik
Berdasarkan karakterisitik responden
usia, terdapat 70% dari resonden yang
khususnya jenis kelamin (Tabel 1), terdapat
mengalami skizofrenia pada usia ≥ 25 tahun, dan
perbedaan yang bermakna pada kelompok laki-
30% < 25 tahun hasil ini sesuai dengan
laki sebanyak enam orang (60%) dan responen
penelitian Ajeng Wijayanti dkk15 tahun 2014,
perempuan empat orang (40%), hasil penelitian
tentang hubungan onset usia dengan kualitas
ini sejalan dengan beberapa penelitian antara
hidup penderita skizofrenia di wilayah kerja
lain penelitian Cordosa et al 17 tahun 2005, yang
puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. Hasil
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 38
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 39
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
perbaikan jika dibandingkan dengan saat pasien anti sosial, mengatur hormon yang berkaitan
masuk rumah sakit untuk dirawat inap dengan dengan stres dan mengubah presepsi dan
skor GAF Scale rata-rata 41-50 (Rendah). Pasien mempengaruhi untuk mengenal ruang sekitar,
dirawat inap dengan gejala yang berat, dan menimbulkan rasa aman, relaksasi, mengurangi
disabilitas berat, sehingga dirawat selama kecemasan dan mengatasi depresi.10
kurang lebih seminggu di ruangan akut untuk Dalam penelitian ini, subyek diteliti dalam
diobservasi dan diberikan perawatan one group pre test-post test yang terdiri dari 10
farmakoterapi. pasien skizofrenia. Pada kelompok ini diberikan
perlakuan berupa mendengarkan musik klasik
Gejala dan Fungsi Sesudah Terapi Musik selama 30 menit sebanyak tujuh kali kemudian
Klasik akan di ukur dengan Global Assessment of
Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi Functioning Scale (GAF Scale) dari masing-
peningkatan fungsi dan penurunan gejala masing subyek penelitian. Hasil penelitian,
skizofrenia yang signifikan, setelah didapati terjadi perubahan gejala dan fungsi
mendengarkan musik klasik Symphony No 9 yang diukur dengan skor GAF Scale meningkat
karya Ludwig Van Beethoven yang pada tingkat klasifikasi yang rata-rata dan tinggi.
diperdengarkan selama 30 menit sebanyak tujuh Sebanyak lima pasien yang memiliki skor GAF
kali dalam tujuh hari untuk setiap pasien. Waktu Scale meningkat menjadi 61-70 (50%) dalam
yang diperlukan untuk terapi musik klasik kategori rata-rata dan lima pasien 71-80 (50%)
sampai menimbulkan pengaruh belum dapat dikategorikan tinggi. Pasien dengan skor GAF
dipastikan secara pasti, akan melalui beberapa Scale 61-70 masih memiliki gejala ringan yang
studi menyarankan bahwa mendengarkan musik terlihat adanya perubahan mood, depresi, dan
klasik selama 25 sampai 90 menit dapat insmonia ringan, fungsi secara umum cukup
menimbulkan pengaruh fisiologis pada tubuh.20 baik, hubungan interpersonal yang cukup
Musik klasik diyakini oleh hampir semua berarti, komunikasi relevan, kontak verbal dan
ahli terapi musik dan ilmuan yang pernah mata positif, fungsi kognitif cukup, kadang
meneliti pengaruh musik terhadap otak atau berbohong. Pasien dengan skor GAF Scale 71-
fisiologis tubuh manusia, memiliki kejernihan 80 berdasarkan hasil observasi dan tanya jawab
dan kebeningan yang terkandung didalam musik terlihat tenang, kooperatif, gejala halusinasi atau
sehingga mampu memperbaiki kosentrasi, waham sudah berkurang, dapat berkonsentrasi
presepsi parsial, mengurangi perilaku agresif,
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 40
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
saat terapi musik klasik, fungsi kognitif baik, efektif bagi penderita skizofrenia, karena pasien
komunikasi baik, dan fungsi secara umum baik. akan merasakan ketenangan, santai, rileks,
Peneliti belum menemukan hasil nyaman, mulai dapat berinteraksi dengan orang
penelitian yang sama persis, tetapi berdasarkan lain, fokus terhadap apa yang dilakukan serta
hasil penelitian serumpun dan sesuai dengan munculnya motivasi untuk sembuh.21
beberapa hasil penelitian yang dilakukan, antara Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
lain oleh I Wayan dkk,12 pada tahun 2013 yang Campbell10 tahun 2010 yaitu pengaruh musik
meneliti tentang terapi musik klasik terhadap klasik pada gelombang otak. Gelombang beta
perubahan gejala perilaku agresif pasien yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz dalam
skizofrenia pada 15 orang subyek menyatakan kegiatan sehari-hari maupun apabila mengalami
bahwa, terdapat pengaruh yang sangat signifikan perasaan negatif. Saat mendengarkan musik
(p=0,000) antara terapi musik klasik dengan klasik akan dirasakan gelombang otak pada
perubahan gejala perilaku agresif pasien gelombang alfa, yang mencirikan ada perasaan
skizofrenia. Hasil yang signifikan (p=0,000) yang tenang dan rileks yang daurnya mulai dari
juga diperoleh dari hasil penelitian Rafina dkk,13 8 hingga 3 hertz. Kemudian masuk pada periode
pada tahun 2014 tentang efektifitas terapi musik puncak kreativitas, meditasi, dan tidur dicirikan
klasik terhadap penuruan tingkat halusinasi pada dalam gelombang delta, yang berkisar 0,5
34 pasien halusinasi dengar di RSJ Tampan hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak
Provinsi Riau, yang menyatakan kesimpulan semakin santai, puas dan damai perasaan
bahwa ada penurunan tigkat hasusinasi pada seseorang. Terapi musik sangat mudah diterima
kelompok eksperimen yang telah di terapi musik oleh telinga dan melalui nervus auditorius
klasik. disalurkan ke sistem limbik yang mengatur
Penelitian Ulrich, Houtmans dan emosi manusia, sehingga secara langsung dapat
Gold,21 tahun 2007 yang juga menggunakan memperngaruhi reaksi emosional dan reaksi
terapi musik untuk pasien skizofrenia fisik manusia seperti detak jantung, tekanan
didapatkan hasil bahwa, terapi musik dapat darah, temperatur tubuh juga mengaktifkan
mengurangi gejala negatif dan meningkatkan memori yang tersimpan di corpus collosum dan
kontak interpersonal serta meningkatkan meningkatkan seluruh integrasi wilayah otak.10
kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosial di masyarakat. Hasil
penelitian ini menunjukan terapi musik sangat
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 41
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 42
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 43
ISSN 2686-5165 (online)
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2019
116,362-70. 2007.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/index 44
ORIGINAL RESEARCH
published: 23 January 2018
doi: 10.3389/fnins.2017.00744
INTRODUCTION have suggested that music therapy can have uniquely motivating,
emotionally expressive and relationship-building qualities in
Neuropsychiatric conditions, such as schizophrenia, display schizophrenia (Rolvsjord, 2001; Solli, 2008). Music therapy
a complex and diverse neurobiology, which has long been has been shown to significantly increase the patients’ level
associated with difficulty in distinguishing between the “self ” of interest in external events and to diminish their negative
and “non-self,” as well as with an uncertainty regarding symptoms (Tang et al., 1994). In addition, music listening
whether one’s actions and thoughts are independent from has also been performed at the group level in patients. After
external influences. Various passivity symptoms, such as auditory music intervention, significant advantages were detected in
verbal hallucinations, thought insertion, and emotion processing, some measures concerning personal relations and subjectivity
especially in response to emotional stimuli, may be caused by in patients with schizophrenia (Hayashi et al., 2002). Cognitive
these experiences. These symptoms are often referred to as task performance could also be facilitated after listening to
first-rank symptoms, which play a key role in the diagnosis music by Mozart in patients with schizophrenia (Glicksohn
of patients with schizophrenia (Waters and Badcock, 2010). and Cohen, 2000). However, the particular mechanism behind
Neuroimaging data also support the idea that these symptoms this phenomenon is still poorly understood; the neural
are related to altered brain functional connectivity (FC) (Fornito system changes induced by the long-term effects of music
et al., 2012; Wojtalik et al., 2017). Prolonged treatment with intervention could translate into clinically meaningful effects.
antipsychotic drugs is a common choice for the remission Importantly, neuroimaging studies have highlighted that music
stage of schizophrenia. Complementary therapies, such as music can modulate the state of neural systems, e.g., the insular network
intervention (Talwar et al., 2006) and cognitive-behavioral (Baumgartner et al., 2006; Koelsch et al., 2006). Music training
intervention (Rector and Beck, 2001), are also used for patients could lead to significant reorganization in insula-based networks,
with schizophrenia. Specifically, recent studies of patients with potentially facilitating the high-level cognitive and affective
schizophrenia showed that music intervention could significantly functions that are associated with the integration of multisensory
improve psychiatric symptoms (Mössler et al., 2011; Lu et al., information in the context of music performance (Zamorano
2013). et al., 2017). In addition, the right anterior insula is also a key
Music is one of the oldest and most basic sociocognitive node in the brain’s singing network, which is responsible for
domains of the human species. It is considered as a profound the integration of salient signals across multiple sensory and
capacity to bind individuals together emotionally and to change cognitive domains that guides vocal behavior (Kleber et al., 2017).
our physiological behavior, emotions, and subjective perception Thus, the insula might be an important region related to music
of time (Habibi and Damasio, 2014). Music listening and music intervention in patients with schizophrenia.
therapy (such as music performance and/or listening by patients, The human insular cortex forms a distinct lobe and involves
etc.) are often justified by the proposed need for a medium for three major functionally unique subregions (Deen et al., 2011),
communication and expression. Listening to Mozart K.448 could including the ventral anterior insula (vAI), dorsal anterior insula
temporarily enhance spatial-temporal reasoning on humans (dAI), and the posterior insula (PI). The dAI functions as
(Rauscher et al., 1993). Other forms of music were found to an integral hub in integrating the interactions between other
be equally effective in the short-term (Gardiner et al., 1996; brain networks involved in externally oriented attention and
Rauscher et al., 1997). The discovery of these effects of music self-related cognition (Kurth et al., 2010; Uddin et al., 2014),
opened a new page for the study of the impact of music on the vAI appears to be more involved in affective processes,
humans. Furthermore, music therapy is one therapeutic method and the PI is associated with sensorimotor processing (Chang
that uses musical experiences to help people with serious mental et al., 2013). Of these three subregions, particular attention
disorders develop relationships and address issues that they may has been paid to the dAI because it is a key node in the
not be able to by using words alone (Bruscia, 1998; Gold et al., salience network (SN), which contributes to stimulus detection
2009). Research has extensively and continuously examined the and salience processing (Kurth et al., 2010; Uddin et al., 2014;
cognitive effects of music listening on listeners and music therapy Nomi et al., 2016). Moreover, task-based investigations have
on patients with dementia, anxiety, and schizophrenia (Pavlicevic revealed that the dAI is the most flexible insula subregion (Yeo
et al., 1994; Foster and Valentine, 2001; Chan et al., 2003). et al., 2014). The dAI has also been reported to facilitate the
The effect of music intervention is associated with the detection of salient exogenous stimuli and to coordinate network
regulation of behaviors, such as emotion and sensorimotor switching between the default mode and central executive
processing in our bodies (Damasio, 2001; Habibi and Damasio, networks (Menon and Uddin, 2010). Thus, the insula provides
2014; Luo et al., 2014; Li et al., 2015) that are considered core the basis for a sense of the physiological condition of the body
fields of abnormality in schizophrenia (Wylie and Tregellas, (sensorimotor processing) and for the representations of signals
2010). To assess the effect of music therapy on patients with from the external environment (external emotional stimuli)
schizophrenia, almost all studies have compared both individual (Craig, 2004; Singer et al., 2009). In other words, the insula is a
and groups of patients receiving standard care with or without likely candidate region for where the integration of internal and
music therapy (Talwar et al., 2006; Ulrich et al., 2007). The external information and the maintenance of the balance between
duration of these studies varied from 1 to 4 months (40– them occur.
60 min per week), while no later follow-up assessments over Many deficits observed in schizophrenia might be related
a longer term were included. More practically, clinical reports to insula pathology (Wylie and Tregellas, 2010; Dong et al.,
FIGURE 1 | Consort diagram showing the flow of patients through the study from baseline to the 1- and 6-month follow-ups.
before the start of the study, the evaluators were trained in the use (Tamkin and Kunce, 1985). The target patterns contained
of observer instruments to achieve a high inter-rater reliability. geometric and abstract figures and were displayed to the subjects
Then, we administered the Block Design Test (BDT) and the for 10 s. After that, the subjects were required to duplicate the
Benton Visual Retention Test (BVRT), as well as the Spatial Maze figures from immediate memory. Finally, the Spatial Maze task,
Test from the Wechsler Adult Intelligence Scale Revised (WAIS- which also comes from the WAIS-R, is one of the most reliable
R) (Wechsler, 1981) to the two patient groups. The BDT, which measures of visuospatial anterograde memory function.
reflects visuospatial ability (Kaufman, 2001), requires the subjects
to duplicate 10 target patterns using a set of two-colored blocks. MRI Data Acquisition and Preprocessing
The patterns were presented in order of ascending difficulty. The experiments were performed on a 3T MRI scanner (GE
The BVRT is a well-established neurodiagnostic instrument that DISCOVERY MR750). at the University of Electronic Science
has been used to assess visuospatial perception and retention and Technology of China. During scanning, we used foam
MTSZ, Music intervention schizophrenia; UMTSZ, no-music intervention schizophrenia; CPZ, chlorpromazine; Indicated values are shown mean ± standard deviation.
a Indicates the p-values for the comparisons (Chi-square test) among the MTSZ(baseline), UMTSZ(baseline), and healthy controls.
b Indicates the p-values for the comparisons (Analysis of variance) among the MTSZ(baseline), UMTSZ(baseline), and healthy controls.
c Indicates the p-values for the comparisons (Two-sample t-tests) between the MTSZ and the UMTSZ at baseline.
padding and ear plugs to reduce head motion and scanning noise, algebra (DARTEL), and segmentation into gray matter (GM),
respectively. The resting-state functional MRI data were acquired white matter and cerebrospinal fluid. The segmented GM was
using gradient-echo echo planar imaging sequences (repetition modulated using nonlinear deformation. Then, we obtained the
time [TR] = 2,000 ms, echo time [TE] = 30 ms, flip angle [FA] = total GM volume and total intracranial volume (TIV) of each
90◦ , matrix = 64 × 64, field of view [FOV] = 24 × 24 cm2 , slice subject. The GM volumes of all the subjects were normalized by
thickness/gap = 4 mm/0.4 mm), with an eight channel-phased dividing the individual TIV score of each subject. The GM value
array head coil. All subjects underwent a 510-s resting state scan is related to the local functional connectivity strength across a
to yield 255 volumes (32 slices per volume). The first five volumes brain region (Liang et al., 2013). Thus, to avoid the effects of GM,
were discarded for the magnetization equilibrium. Subsequently, the patients and HCs’ normalized GM volumes at baseline were
high-resolution T1-weighted images were acquired using a 3- entered as the global variable to correct for the global GM volume
dimensional fast spoiled gradient echo sequence (TR = 6.008 ms, effect across subjects in the statistical analysis.
FA = 9 degree, matrix = 256 × 256, FOV = 25.6 × 25.6 cm2 , slice
thickness = 1 mm, no gap, 152 slices). During the resting-state Functional Connectivity Mapping
fMRI, all the subjects were instructed to have their eyes-closed The same analysis was performed in all three groups. In the
and to move as little as possible without falling asleep. previous literature, three subregions of the insula, including the
The functional data preprocessing was performed using SPM8 ventral anterior insula (vAI), dorsal anterior insula (dAI) and the
(Statistical Parametric Mapping, http://www.fil.ion.ucl.ac.uk/ posterior insula (PI), were subdivided based on the clustering
spm/). A series of preprocessing steps were performed for each of the FC patterns in the unilateral insula (Deen et al., 2011).
subject as follows: (1) slice timing correction; (2) head motion According to the template of the insula from the findings of Deen
correction; (3) normalization: the functional data were spatially et al. each ROI was used as a seed in the whole-brain FC analysis
normalized (3 ∗ 3 ∗ 3 mm) to the EPI template; (4) the images in each of the three groups. The mean BOLD series of each ROI
were smoothed by a 6-mm full width at half maximum Gaussian were extracted from these seeds. Subsequently, an FC analysis was
kernel; (5) temporal filtering was performed at bandpass 0.01– performed between the seed and all the voxels in the brain. The
0.08 Hz; and (6) nuisance signals were regressed out, including resulting correlation coefficients were transformed using Fisher’s
white matter, cerebrospinal fluid, and 12 motion parameters r-to-z transformation.
(x-,y-,z-translations, three rotations, their derivatives), except for
the global signal due to a recent excellent study that demonstrated Statistical Analysis
that altered global brain signal was observed in patients with Baseline Functional Connectivity Analysis between
schizophrenia, which may underlie profound alterations in the the Patients and HCs
neural information flow in patients with schizophrenia (Yang We established baseline abnormalities between the healthy
et al., 2014). In addition, a recent study also demonstrated that controls and the patients with schizophrenia through a voxel
head motion has a substantial impact on FC (Power et al., 2012). wise two-sample t-test, with gender, years of education, and age
Thus, any subjects who had a maximum translation in any of the as covariates, within an explicit mask from the union set of the
cardinal directions larger than 2.0 mm or a maximum rotation one-sample t-test results of the two groups. Due to the greater
larger than 2.0 degree were excluded from subsequent analysis. number of patients than the number of healthy controls, an equal
In addition, framewise displacement (FD) was evaluated in the number of the HC group and patients with schizophrenia who
three groups as suggested by Power et al. (2012). were randomly selected from the two patient groups was entered
The structural images were processed using the SPM8 into the statistical comparison. To ensure a high reproducibility
toolbox, with spatial normalization to the MNI-space using a of our results at baseline, these steps were repeatedly performed
diffeomorphic anatomical registration through exponentiated lie 200 times, which led to a total of 200 two-sample t-test results. For
(baseline) (1 month)
P-valve
Interaction effects Music main effects Post-hoc (paired t-test) Post-hoc (t-test2)
0.010*
0.272
0.783
0.059
0.967
0.164
comparison results, where the voxels exhibited significant group
0.33
differences (P < 0.05, cluster level false discovery rate corrected)
TABLE 2 | The main effects of time and music intervention factor, as well as the music intervention * time interaction on PANSS and neuropsychological scores in patients through repeated measure ANOVA.
0.284
0.152
0.717
0.806
0.147
0.539
0.405
Indicated values are shown mean ± standard deviation. BVRT, Benton visual retention test; PANSS, positive and negative symptom scale; “t-test2” means the t-test between MTSZ and UMTSZ. *p < 0.05, **p < 0.01.
Longitudinal Analysis in Patients
After tests for normality, homogeneity of variance and Mauchly’s
test of sphericity through Matlab 2016a software, the repeated
(UMTSZ)
P-valve
0.631
0.513
0.331
0.738
0.311
measures ANOVA and post-hoc analyses were performed to
0.12
0.57
0.005**
P-value
(MTSZ)
0.002**
0.036*
0.071
0.202
3.487
8.914
12.861
14.693
4.794
11.311
0.004**
0.001**
0.007**
0.021*
0.092
0.186
5.842
9.509
13.294
3.005
8.228
0.31
Validation Analyses
22.78 ± 10.00 22.21 ± 11.09 20.63 ± 9.04
3.73 ± 2.59
3.87 ± 3.43
10.71 ± 3.94
21.91 ± 7.27
30.78 ± 6.13
6-month
13/18
12.71 ± 5.64
23.11 ± 7.63
27.78 ± 6.15
6-month
MTSZ
10.61 ± 4.64
23.11 ± 6.67
29.78 ± 6.05
1-month
18/18
19.39 ± 8.88
24.72 ± 5.00
18/18
10.67 ± 4.60
23.39 ± 5.98
30.05 ± 5.97
18/18
12.89 ± 4.38
PANSS-negative score 21.78 ± 9.24
28.22 ± 7.03
Baseline
18/18
PANSS-general score
FIGURE 2 | The FC patterns of each seed in three groups. Patterns of significant positive correlations with the following six seeds: bilateral dorsal anterior insula [(A):
left dAI; (B): right dAI], bilateral posterior insula [(C): left PI; (D): right PI], bilateral ventral anterior insula [(E): left vAI; (F): right vAI], in healthy control (“a”: HC) and music
intervention patients with schizophrenia (“b”: MTSZ), and music no-intervention patients with schizophrenia (“c”: UMTSZ). For display purposes, all of the maps are
shown with t score between 3.5 and 10.
with a linear kernel and default parameters was applied, using a recalled because they were no longer interested in the experiment
LOOCV procedure. after being discharged from the hospital. Five patients with
schizophrenia with excessive head motion were also excluded,
RESULTS so thirteen (13/18) UMTSZ and nine (9/18) MTSZ patients were
included in the follow-up analysis. Through comparison analysis,
Forty-five patients with schizophrenia finished the randomized the long-term effect of music intervention was evaluated.
controlled trial at two time-points (baseline and 1-month follow-
up). Nine of them (four in MTSZ and five in UMTSZ) were Changes in Clinical and
excluded due to the excessive head motion during the MRI scans. Neuropsychological Measurements
Thus, 18 MTSZ, 18 UMTSZ, and 19 HC were included in the Through a repeated measures ANOVAs analysis, we observed
following analysis. The demographic information is displayed in significant music intervention main effects and music
Table 1. intervention ∗ time interaction in the PANSS and BVRT
To further examine the effect of music intervention on the scores (Table 2). None of the symptoms or neuropsychological
insular networks, we did the follow-up visits 6 months later, measurements showed significant main effects of time. Post-hoc
as we expected that the effect of music intervention would analysis revealed no significant difference between the MTSZ
vanish gradually after the period of intervention (Guétin et al., and UMTSZ groups at baseline for any of the features of the
2009). However, nine patients with schizophrenia (25%) were not psychiatric symptoms or neuropsychology. The significant
FIGURE 3 | Music intervention * time interactions on the FC map of the left dAI. (A) Denotes the altered FC in patients compared with the HCs. The cool color
indicates decreased FC. The maps are shown with probability scores between 80 and 100%. (B) Denotes the significant music intervention * time interaction that was
observed between the left dAI and the ACC. (C) The bar maps present the FC differences between-group and within-group in the regions showing significant music
intervention * time interaction. The data are expressed as the mean value + standard error. ***p < 0.001. PM: probability map. The blue circle marks the same region
in (A,B), which represents the positively modulated region through music intervention in patients.
increase in the BVRT and the decrease in the PANSS scores were ACC. In addition, decreased FC was observed between the
found in the MTSZ group following music intervention, but bilateral PI and the sensorimotor regions, as well as the occipital
not in the UMTSZ group (Table 2). Furthermore, the effects area in patients. While in the bilateral PI and vAI networks,
of music intervention had vanished in the MTSZ group at the the patients also demonstrated increased FC with the basal
follow-up visits after 6 months [comparison results between 1 ganglia regions compared with the HCs (Figures 3A, 4A, 5A,
and 6 months from the baseline: BVRT: t (17) = 3.76, p = 0.001; Figure S1). In addition, compared to the UMTSZ group, the
PANSS-total score: t (17) = 5.24, p < 0.001; PANSS-positive score: MTSZ patients demonstrated decreased correlations with the
t (17) = 2.51, p = 0.022; PANSS-negative score: t (17) = 2.70, p = precentral and supplementary motor areas in the bilateral dAI
0.015; PANSS- general score: t (17) = 3.56, p = 0.002]. networks (uncorrected P < 0.05; Figure S2). If the strict threshold
(voxel level false discovery rate corrected P < 0.05) was used, no
Baseline Functional Connectivity difference was observed between the MTSZ and UMTSZ groups
Abnormalities between Patients and HC at baseline.
The FC patterns of each seed were remarkably similar across
the MTSZ, UMTSZ, and HC groups (Figure 2). Compared Music Intervention Effects in Longitudinal
to the HCs, the patients demonstrated decreased FC between Changes of Functional Connectivity
the three insular subregions and the orbital frontal cortex, as After 1 month of music intervention, the repeated measures
well as temporoparietal junction. In the left dAI and bilateral ANOVA analysis showed significant music intervention ∗ time
vAI networks, the patients exhibited decreased FC with the interaction effects on the FC between the left dAI and the ACC
FIGURE 4 | Music intervention * time interaction effect on the FC of the left PI. (A) Denotes the altered FC in the patients compared with the HCs. The cool color
indicates decreased FC, and the hot color indicates increased FC. The maps are shown with probability score between 80 and 100%. (B) Denotes the significant
music intervention * time interactions that were observed in the left PI-ACC FC and the PI-left precentral FC. (C) The bar maps present the FC differences
between-group and within-group. The data are expressed as the mean value + standard error. *p < 0.05, ***p < 0.001. PM: probability map. The circles mark in (B),
which represent the positively modulated region through music intervention in patients in (C) (blue circle: ACC; black circle: left precentral).
(Figure 3B, Table 3) in the patients. Post-hoc analysis revealed significant difference in the FC after music intervention was
that the FC between the left dAI and the ACC did not show any found.
significant differences between the MTSZ and UMTSZ groups at The 6-month follow-up investigation is illustrated in Figure 6.
baseline but was found to be significantly increased in the MTSZ The increased FC between the left insula (dAI and PI) and the
patients following music intervention (Figure 3C). Importantly, ACC in response to the music intervention mentioned above had
this increased connectivity was observed to decrease in patients a significantly reduced alteration compared with the second scan
compared with the HCs at baseline. (after 1-month of music intervention). In a word, a diminished
Regions showing significant music intervention ∗ time effect of music intervention was observed after 6 months of music
interaction effects on the FC of the left PI were located in the intervention.
ACC and the left precentral gyrus (Figure 4B, Table 3), with non-
significant lower values in the MTSZ group compared to the Prediction of Music Intervention Effects by
UMTSZ group at baseline and significant increases in the MTSZ Validation Analyses
group following music intervention (Figure 4C). The binary and linear predictions of music intervention by
Significant music intervention ∗ time interaction effects on the FCs yielded an accuracy rates significantly above the level
the FC between the right PI and the ACC, left precentral, and of chance (Figure 7A, Table 4). In the classification model
right precentral gyrus were observed (Figure 5B, Table 3), inter-group validation analysis, the classifiers_MTSZ, based on
with non-significant lower values in the MTSZ group the FCs from MTSZ group, had better accuracy than the
compared to the UMTSZ group at baseline and significant classifiers_UMTSZ. In addition, through this validation analysis,
increases in the MTSZ patients at the 1-month follow-up the effect of music intervention had vanished in the MTSZ
(Figure 5C). Finally, no significant main effects of time group at the 6-month follow-up (Figure S3, Table S2). Detailed
or group music intervention factors were observed in any information about the validation analyses of the follow-up visits
regions. In the right dAI and bilateral vAI networks, no can be found in section 3 of the Supplemental Information.
FIGURE 5 | Music intervention * time interaction effect on the FC of the right PI. (A) Denotes the altered FC in the patients compared with the HC. The cool color
indicates decreased FC, and the hot color indicates increased FC. The maps are shown with probability scores between 80 and 100%. (B) Denotes the significant
music intervention * time interaction that was observed in the PI-ACC FC and the PI-bilateral precentral FC. (C) The bar maps present the FC differences
between-group and within-group. The data are expressed as the mean value + standard error. *p < 0.05, **p < 0.01. PM: probability map. The circles mark in (B),
which represents the positively modulated region through music intervention in patients in (C) (blue circle: ACC; black circle: left precentral; purple circle: right
precentral).
Furthermore, the SVR results, which were based on the FC received music intervention. However, at the 6-month follow-
between the left dAI and the ACC in the MTSZ at baseline, up investigation demonstrated the effect of music listening had
were significantly associated with the actual percentage changes vanished.
in the PANSS-positive scores of the MTSZ group (r = 0.47, p < In patients with schizophrenia, abnormal external stimulus
0.01; Figure 7B). The mean absolute error between the predicted responses are central to its psychopathology (Morrison et al.,
percentage of change in the PANSS-positive score and the actual 1988), weakening social cognition and regulation of emotion,
score was 8.37%. which is associated with poor social functioning (Couture et al.,
2006). Structural and functional deficits in the insula have been
DISCUSSION implicated in patients with schizophrenia for disturbed responses
processing (Shepherd et al., 2012). The dAI plays a crucial role
To the best of our knowledge, this study is the first to assess in the SN, which has extensive involvement in the detection and
the effect of long-term music intervention on the insular processing of salient events (Chang et al., 2013), in addition to
neural circuit in patients with schizophrenia. Consistent with its relation to marking objects that require further processing by
previous studies, the patients with schizophrenia illustrated integrating external stimuli with internal homeostatic contexts
the dysfunctional insular connectivity in this study. After (Nomi et al., 2016). In schizophrenia, abnormal functioning
listening to Mozart’s sonata music, we observed the positive of the anterior insula is involved in hallucinations (Wylie and
improvement effect on the abnormally lower insular FCs Tregellas, 2010). Dysfunction of the SN has been observed in
(within the dAI and PI networks) using correlation and schizophrenia between the bilateral anterior insula and several
pattern classification analyses. Furthermore, the principal nodes of the SN, which has been related to cognitive dysfunction
findings of the SVR analysis indicated that the FC of (White et al., 2010). Similar to previous findings, at baseline,
the left dAI with the ACC at baseline could predict the we observed decreased FC between the dAI and the ACC in
improvement in the psychiatric symptoms in the patients who schizophrenia. More importantly, in the MTSZ group, after
TABLE 3 | Significant music intervention * time interaction on FC of subregion of disintegration in sensorimotor processing domain might
insula through repeated measure ANOVA. enhance our understanding of schizophrenia pathophysiology
Regions BA MNI coordinates Peak Cluster
(Javitt, 2009). Specifically, the posterior insula is involved in
F-score voxels sensorimotor processing (Stephani et al., 2011). It has been
ascribed an integrative role, linking information from diverse
x y z
sensorimotor functional regions and playing an important
LEFT dAI
role in sensorimotor processing (Nieuwenhuys, 2012). In the
Ins.L BA 48 −38 −6 6 7.582 86
current study, we observed decreased FC between the PI and
ROL.L BA 48 −45 −5 10 5.474
sensorimotor regions in schizophrenia at baseline. After listening
ACC.R BA 24 5 24 26 11.756 56
to Mozart’s sonata music, we found increased FC between the
bilateral PI and sensorimotor regions of the MTSZ group, though
ACC.L BA 24 −2 21 26 7.263
there were no significant differences in the patients compared
LEFT PI
with controls at the baseline. Previous studies have indicated that
PreCG.L BA 6 −57 5 27 13.421 118
music listening can clearly modify the sensorimotor processing
ACC.R BA 24 2 15 28 9.290 65
of the body, e.g., temperature and galvanic skin responses
ACC.L BA 24 −1 13 29 8.732
(Blood and Zatorre, 2001; Trost et al., 2012; Li et al., 2014).
RIGHT PI
Our previous study also revealed that FC was significantly
ACC.R BA 24 2 12 30 11.528 165
increased in the multi-sensorimotor cortices of musicians
ACC.L BA 24 −2 13 29 11.344
(Luo et al., 2012). Additionally, music intervention might be a
MCC.R BA 24 1 9 33 10.173
useful neurorehabilitation tool for patients with chronic stroke
MCC.L BA 24 −3 84 37 9.424
and could lead to functional network reorganization in the
PreCG.L BA 6 −57 8 31 9.126 71
sensorimotor cortex (Rojo et al., 2011). Thus, in our study, the
PreCG.R BA 6 44 1 34 8.770 36
increased sensorimotor connectivity after listening to Mozart’s
BA, Brodmann area; dAI, dorsal anterior insula; PI, posterior insula; Ins, insula; ROL, sonata music might be a compensatory response to other
rolandic operculum; PreCG, precentral gyrus; ACC, anterior cingulate cortex; MCC, abnormal connectivity in the sensorimotor network in patients.
middle cingulate cortex. Altogether, these findings may indicate that the increased FCs
of the PI network, as the positive regulatory effect of long-term
music intervention, might increase sensorimotor processing in
listening to Mozart’s sonata music, we found that long-term patients with schizophrenia.
music intervention could positively improve the abnormally low The functional differentiation of the insular cortex has
FC between the dAI and the ACC. Extending these results here, already been indicated by excellent recent studies. The insula
in the MTSZ group, the SVR analysis provided a continuous is thought to play a role in the functional integration between
prediction of positive symptom remission based on the baseline different functional systems by integrating information from
FC between the dAI and the ACC. Music listening can evoke these diverse systems (Craig, 2004; Nieuwenhuys, 2012). The
emotional feelings, such as peacefulness, fear and joy (Sloboda insula was reported to be involved in not only integrating
et al., 2001). These effects could be related to music’s ability cognitive tasks and emotion, as well as in sensation, but
to alter brain functional networks that are associated with the also processing of the reciprocal influence of emotion and
processing of external emotional stimuli (Brattico et al., 2013; interoception (Critchley, 2005; Cao et al., 2016). Importantly,
Zatorre and Salimpoor, 2013). The dAI and the ACC, which the dAI, as the key node of the SN, is the critical functional
are joined by interacting structural connections, are specialized hub in these processes. A posterior-to-anterior progression of
for anticipation and evaluation of external stimuli (Lovero increasingly complex representations in the insula provides
et al., 2009). These results indicated that the SN may be an a foundation for the sequential integration of interoceptive
important network for music intervention. Increased functional awareness with the external sensory environment (Craig,
integration within the SN had a positive improvement effect on 2002, 2011). This processing could then create subjective
the abnormally low FC in the SN and might positively regulate feelings from the integration of intero- and exteroceptive
the assignment of “salience events” in schizophrenia. This sensory information, providing a basis for the “self ” and
phenomenon might improve stimulus response and cognitive identification of the boundaries between the “self ” and others
function in patients. (Namkung et al., 2017) that is considered a core abnormality
Of no less importance, schizophrenia is a severe mental of schizophrenia. Importantly, a recent study reported that
disorder that is associated with derogated sensorimotor music intervention as an addition to standard care could
processing (Javitt, 2009). Neuroimaging studies have shown help patients with schizophrenia to improve their global state,
decreased connectivity in the sensorimotor functional networks mental state and social functioning (Mössler et al., 2011). In
in patients with schizophrenia (Walther and Strik, 2012; Chen the MTSZ group, after listening to Mozart’s sonata music,
et al., 2015). Furthermore, regions of the sensorimotor cortex we found that long-term music intervention could improve
have displayed widespread abnormal FC with higher-order the FC between the PI and ACC, which is one important
regions in patients with schizophrenia (Kaufmann et al., 2015). region in the SN. In patients, the increased PI-SN FC
Thus, it has been hypothesized that targeting the functional might enhance the integration between the interoceptive and
FIGURE 6 | Six-month effects of music intervention versus no-music intervention on insular FC in the patients with schizophrenia. The data are expressed as the
mean value ± standard error. (A) FC of left dAI and ACC; (B) FC of left PI and ACC; (C) FC of left PI and left precentral gyrus; (D) right PI and ACC; (E) right PI and left
precentral gyrus; (F) right PI and right precentral gyrus.
FIGURE 7 | The pattern classification results. (A) Represents the validation result through the machine learning analysis. In the training cohort, the MTSZ at baseline
and the MTSZ at 1-month were included. The validation cohort consisted of the UMTSZ at baseline, the UMTSZ at 1-month and the HCs. The blue line indicates a
threshold with an 83.3% specificity and a 61.1% sensitivity for differentiating the MTSZ at 1-month from the MTSZ at baseline in the training cohort. Fitting this
threshold to the validation cohort provided the accuracy for classifying the UMTSZ at baseline, the UMTSZ at 1-month and the HCs. (B) Represents the prediction
result based on the SVR. The scatter map shows a significant correlation between the predicted and true individual percentage of change in the PANSS-positive score.
exteroceptive systems and improve both subjective feelings and abovementioned findings might reflect that music listening
the functioning between sensorimotor processing and response could temporarily normalize the reciprocal connections between
to an external stimulus. Consistent with this speculation, after the interoceptive and exteroceptive systems, then could relieve
music intervention in the MTSZ patients, we found remissions the psychiatric symptoms and behavior in patients with
in the psychiatric symptoms, reflecting the effects of long- schizophrenia.
term music intervention. In addition, we found remission in
the performance on the BVRT, which is a well-established
neurodiagnostic instrument that assessed visuospatial perception LIMITATION
and retention (Strauss et al., 2006) in the MTSZ group.
Previous studies have indicated that the effects of music In this study, there were several limitations. First, the ideal design
might not be durable in humans (Gardiner et al., 1996; of our study, which included two groups of non-medically treated
Rauscher et al., 1997). In this study, the short-term effects of patients with schizophrenia, is ethically questionable for patients.
music intervention were also observed on insular subregion Second, a single musical piece was selected (Mozart’s sonata K.
networks, psychiatric symptoms and BVRT performance. The 448) in our study. The special effects of Mozart’s music might be
Classifier Intra-group validation (LOOCV) Inter-group validation (patients) Inter-group validation (HCs)
SVM_MTSZ 83.33 (15/18) 66.67 (12/18) 77.78 (14/18) 11.11 (2/18) 84.21 (16/19)
SVM_UMTSZ 44.44 (8/18) 33.33 (6/18) 27.78 (5/18) 38.89 (7/18) 5.26 (1/19)
PHA_MTSZ 83.33 (15/18) 61.11 (11/18) 66.67 (12/18) 11.11 (2/18) 84.21 (16/19)
PHA_UMTSZ 22.22 (4/18) 44.44 (8/18) 16.67 (3/18) 33.33 (6/18) 10.53 (2/19)
SVM, Support vector machines; PHA, post-hoc analysis; MTSZ, music intervention schizophrenia; UMTSZ, no-music intervention schizophrenia; HC, healthy control; LOOCV, leave one
out cross validation.
a Sensitivity (true-positive rate) depicts the proportion at level without therapeutic effect (baseline) who are correctly identified in the inter-group validation (patients).
b Specificity (true-negative rate) depicts the proportion at level with therapeutic effect (1-month) who are correctly identified in the inter-group validation (patients).
c Sensitivity depicts the proportion of inter-group (HC) for classifying them as the state after intervention. Because there are two states: before(baseline) and after(1-month) intervention
for any classifier, HC should be classified into after intervention state rather than before intervention state.
observed in patients. Further studies should investigate the effects AUTHOR CONTRIBUTIONS
of other types of music, such as general, familiar, and preferred
music, in patients with schizophrenia. This future research might HH, MY, CL, BB, and DY had made a substantial contribution
be a better way to understand the effect of different types of music to the conception and design the experiment and drafting and
on patients as well as to investigate whether these effects are revising the article, then they gave final approval of the version
similar to those obtained from Mozart music. Additionally, these to be published; YX and JS had made a substantial contribution
additional results might help us to comprehend the mechanism to the analysis and interpretation of the data, and revising the
behind the effect of music on the human brain. Third, our article critically, and then he gave final approval of the version to
work only focused on the difference in the insular subregion be published; MD, XC, YL, DY, and CL had made a substantial
networks. It is necessary to assess whether there are changes contribution to the acquisition and interpretation of the data,
in other brain regions as well. The progressive effect of music then they gave final approval of the version to be published.
intervention at the whole-brain level will be considered in future
studies. Final, the results of this study require replication in ACKNOWLEDGMENTS
larger samples; we believe that the present study advances the
knowledge about the effect of music listening in patients with This study was supported by grants from the Special-Funded
schizophrenia on the neural system, suggesting that the insular Program on National Key Scientific Instruments and Equipment
network, as the key core region in the salience and sensorimotor Development of China (No. 2013YQ490859); National Nature
networks, may be an important target for music intervention, as Science Foundation of China (No. 81471638, 81330032); the
well as improving the symptoms and behavior in patients with Chinese Fundamental Research Funding for Central Universities
schizophrenia. (No. ZYGX2015J091); the “111” project of China (No. B12027);
In conclusion, the human central nervous system The project of the Science and Technology Department in
continuously monitors the body’s exterior environments through Sichuan province (2017JY0094); Sichuan provincial health and
the SN. After music listening, increasing representations in the family planning commission research project (16PJ051) and
human insula could provide a foundation for the sequential the Sixth Science and Technology Project from the Chengdu
integration of subjective feelings and motivational responses Science and Technology Bureau (No. 2013-11). The authors
to external stimuli in patients. In addition, we found that the thank Yushu Feng for the music intervention on patients with
classification model of the MTSZ group had better accuracy in schizophrenia, and Benjamin Klugah-Brown for the English
the classification analysis, which was caused by the normalized language improvement.
insular functional networks. The abovementioned findings might
reflect that music intervention could normalize the salience and SUPPLEMENTARY MATERIAL
sensorimotor networks, as well as the relationship between
these networks. This finding yields a significant remission in The Supplementary Material for this article can be found
positive symptoms and behavior in response to music listening online at: https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnins.
in patients with schizophrenia. 2017.00744/full#supplementary-material
REFERENCES Blood, A. J., and Zatorre, R. J. (2001). Intensely pleasurable responses to music
correlate with activity in brain regions implicated in reward and emotion. Proc.
Baumgartner, T., Lutz, K., Schmidt, C. F., and Jäncke, L. (2006). The Natl. Acad. Sci. U.S.A. 98, 11818–11823. doi: 10.1073/pnas.191355898
emotional power of music: how music enhances the feeling of affective Brattico, E., Bogert, B., and Jacobsen, T. (2013). Toward a neural
pictures. Brain Res. 1075, 151–164. doi: 10.1016/j.brainres.2005. chronometry for the aesthetic experience of music. Front. Psychol. 4:206.
12.065 doi: 10.3389/fpsyg.2013.00206
Bruscia, K. E. (1998). Defining Music Therapy. Spring House Books. Javitt, D. C. (2009). Sensory processing in schizophrenia: neither simple nor intact.
Cao, W., Cao, X., Hou, C., Li, T., Cheng, Y., Jiang, L., et al. (2016). Effects Schizophr. Bull. 35, 1059–1064. doi: 10.1093/schbul/sbp110
of cognitive training on resting-state functional connectivity of default Jiang, Y., Duan, M., Chen, X., Chang, X., He, H., Li, Y., et al. (2017).
mode, salience, and central executive networks. Front. Aging Neurosci. 8:70. Common and distinct dysfunctional patterns contribute to triple
doi: 10.3389/fnagi.2016.00070 network model in schizophrenia and depression: a preliminary study.
Chan, Y. M., Lee, P. W., Ng, T. Y., Ngan, H. Y., and Wong, L. C. (2003). The use Prog. Neuropsychopharmacol. Biol. Psychiatry 79(Pt B), 302–310.
of music to reduce anxiety for patients undergoing colposcopy: a randomized doi: 10.1016/j.pnpbp.2017.07.007
trial. Gynecol. Oncol. 91, 213–217. doi: 10.1016/S0090-8258(03)00412-8 Kaufman, A. S. (2001). WAIS-III IQs, Horn’s theory, and generational
Chang, C. C., and Lin, C. J. (2011). LIBSVM: a library for support vector machines. changes from young adulthood to old age. Intelligence 29, 131–167.
ACM Trans. Intell. Syst. Technol. 2:27. doi: 10.1145/1961189.1961199 doi: 10.1016/S0160-2896(00)00046-5
Chang, L. J., Yarkoni, T., Khaw, M. W., and Sanfey, A. G. (2013). Decoding the Kaufmann, T., Skåtun, K. C., Alnæs, D., Doan, N. T., Duff, E. P., Tønnesen, S.,
role of the insula in human cognition: functional parcellation and large-scale et al. (2015). Disintegration of sensorimotor brain networks in schizophrenia.
reverse inference. Cereb. Cortex 23, 739–749. doi: 10.1093/cercor/bhs065 Schizophr. Bull. 41, 1326–1335. doi: 10.1093/schbul/sbv060
Chen, X., Duan, M., Xie, Q., Lai, Y., Dong, L., Cao, W., et al. (2015). Functional Kleber, B., Friberg, A., Zeitouni, A., and Zatorre, R. (2017). Experience-dependent
disconnection between the visual cortex and the sensorimotor cortex suggests modulation of right anterior insula and sensorimotor regions as a function of
a potential mechanism for self-disorder in schizophrenia. Schizophr. Res. 166, noise-masked auditory feedback in singers and nonsingers. Neuroimage 147,
151–157. doi: 10.1016/j.schres.2015.06.014 97–110. doi: 10.1016/j.neuroimage.2016.11.059
Coppola, G., Toro, A., Operto, F. F., Ferrarioli, G., Pisano, S., Viggiano, Koelsch, S., Fritz, T., V Cramon, DY., Müller, K., and Friederici, A. D. (2006).
A., et al. (2015). Mozart’s music in children with drug-refractory epileptic Investigating emotion with music: an fMRI study. Hum. Brain Mapp. 27,
encephalopathies. Epilepsy Behav. 50, 18–22. doi: 10.1016/j.yebeh.2015.05.038 239–250. doi: 10.1002/hbm.20180
Couture, S. M., Penn, D. L., and Roberts, D. L. (2006). The functional significance Kurth, F., Zilles, K., Fox, P. T., Laird, A. R., and Eickhoff, S. B. (2010). A link
of social cognition in schizophrenia: a review. Schizophr. Bull. 32(Suppl. 1), between the systems: functional differentiation and integration within the
S44–S63. doi: 10.1093/schbul/sbl029 human insula revealed by meta-analysis. Brain Struct. Funct. 214, 519–534.
Craig, A. D. (2002). How do you feel? Interoception: the sense of the physiological doi: 10.1007/s00429-010-0255-z
condition of the body. Nat. Rev. Neurosci. 3, 655–666. doi: 10.1038/nrn894 Li, G., He, H., Huang, M., Zhang, X., Lu, J., Lai, Y., et al. (2015). Identifying
Craig, A. D. (2004). Human feelings: why are some more aware than others? Trends enhanced cortico-basal ganglia loops associated with prolonged dance training.
Cogn. Sci. 8, 239–241. doi: 10.1016/j.tics.2004.04.004 Sci. Rep. 5:10271. doi: 10.1038/srep10271
Craig, A. D. (2011). Significance of the insula for the evolution of human Li, J., Luo, C., Peng, Y., Xie, Q., Gong, J., Dong, L., et al. (2014). Probabilistic
awareness of feelings from the body. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1225, 72–82. diffusion tractography reveals improvement of structural network in musicians.
doi: 10.1111/j.1749-6632.2011.05990.x PLoS ONE 9:e105508. doi: 10.1371/journal.pone.0105508
Critchley, H. D. (2005). Neural mechanisms of autonomic, affective, and cognitive Liang, X., Zou, Q., He, Y., and Yang, Y. (2013). Coupling of functional connectivity
integration. J. Comp. Neurol. 493, 154–166. doi: 10.1002/cne.20749 and regional cerebral blood flow reveals a physiological basis for network
Damasio, A. (2001). Fundamental feelings. Nature 413:781. doi: 10.1038/35101669 hubs of the human brain. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 110, 1929–1934.
Deen, B., Pitskel, N. B., and Pelphrey, K. A. (2011). Three systems of insular doi: 10.1073/pnas.1214900110
functional connectivity identified with cluster analysis. Cereb. Cortex 21, Linnman, C., Coombs, G. III, Goff, D. C., and Holt, D. J. (2013). Lack of insula
1498–1506. doi: 10.1093/cercor/bhq186 reactivity to aversive stimuli in schizophrenia. Schizophr. Res. 143, 150–157.
Dong, D., Wang, Y., Chang, X., Luo, C., and Yao, D. (2017). Dysfunction of doi: 10.1016/j.schres.2012.10.038
large-scale brain networks in schizophrenia: a meta-analysis of resting-state Lovero, K. L., Simmons, A. N., Aron, J. L., and Paulus, M. P. (2009). Anterior
functional connectivity. Schizophr. Bull. doi: 10.1093/schbul/sbx034. [Epub insular cortex anticipates impending stimulus significance. Neuroimage 45,
ahead of print]. 976–983. doi: 10.1016/j.neuroimage.2008.12.070
Forman, S. D., Cohen, J. D., Fitzgerald, M., Eddy, W. F., Mintun, M. A., and Lu, S. F., Lo, C. H., Sung, H. C., Hsieh, T. C., Yu, S. C., and Chang, S. C.
Noll, D. C. (1995). Improved assessment of significant activation in functional (2013). Effects of group music intervention on psychiatric symptoms and
magnetic resonance imaging (fMRI): use of a cluster-size threshold. Magn. depression in patient with schizophrenia. Complement. Ther. Med. 21, 682–688.
Reson. Med. 33, 636–647. doi: 10.1002/mrm.1910330508 doi: 10.1016/j.ctim.2013.09.002
Fornito, A., Zalesky, A., Pantelis, C., and Bullmore, E. T. (2012). Luo, C., Guo, Z. W., Lai, Y. X., Liao, W., Liu, Q., Kendrick, K. M., et al.
Schizophrenia, neuroimaging and connectomics. Neuroimage 62, 2296–2314. (2012). Musical training induces functional plasticity in perceptual and
doi: 10.1016/j.neuroimage.2011.12.090 motor networks: insights from resting-state FMRI. PLoS ONE 7:e36568.
Foster, N. A., and Valentine, E. R. (2001). The effect of auditory stimulation doi: 10.1371/journal.pone.0036568
on autobiographical recall in dementia. Exp. Aging Res. 27, 215–228. Luo, C., Tu, S., Peng, Y., Gao, S., Li, J., Dong, L., et al. (2014). Long-term effects
doi: 10.1080/036107301300208664 of musical training and functional plasticity in salience system. Neural Plast.
Gardiner, M. F., Fox, A., Knowles, F., and Jeffrey, D. (1996). Learning improved by 2014:180138. doi: 10.1155/2014/180138
arts training. Nature 381:284. doi: 10.1038/381284a0 Menon, V., and Uddin, L. Q. (2010). Saliency, switching, attention and control:
Glicksohn, J., and Cohen, Y. (2000). Can music alleviate cognitive dysfunction in a network model of insula function. Brain Struct. Funct. 214, 655–667.
schizophrenia? Psychopathology 33, 43–47. doi: 10.1159/000029118 doi: 10.1007/s00429-010-0262-0
Gold, C., Solli, H. P., Krüger, V., and Lie, S. A. (2009). Dose-response Mitchell, R. L., Elliott, R., Barry, M., Cruttenden, A., and Woodruff, P. W.
relationship in music therapy for people with serious mental disorders: (2004). Neural response to emotional prosody in schizophrenia and in
systematic review and meta-analysis. Clin. Psychol. Rev. 29, 193–207. bipolar affective disorder. Br. J. Psychiatry 184, 223–230. doi: 10.1192/bjp.184.
doi: 10.1016/j.cpr.2009.01.001 3.223
Guétin, S., Portet, F., Picot, M., Pommié, C., Messaoudi, M., Djabelkir, L., et al. Moran, L. V., Tagamets, M. A., Sampath, H., O’Donnell, A., Stein, E. A.,
(2009). Effect of music therapy on anxiety and depression in patients with Kochunov, P., et al. (2013). Disruption of anterior insula modulation of
Alzheimer’s type dementia: randomised, controlled study. Dement. Geriatr. large-scale brain networks in schizophrenia. Biol. Psychiatry 74, 467–474.
Cogn. Disord. 28, 36–46. doi: 10.1159/000229024 doi: 10.1016/j.biopsych.2013.02.029
Habibi, A., and Damasio, A. (2014). Music, feelings, and the human brain. Morrison, R. L., Bellack, A. S., and Mueser, K. T. (1988). Deficits in
Psychomusicol. Music Mind Brain 24, 92–102. doi: 10.1037/pmu0000033 facial-affect recognition and schizophrenia. Schizophr. Bull. 14, 67–83.
Hayashi, N., Tanabe, Y., Nakagawa, S., Noguchi, M., Iwata, C., Koubuchi, doi: 10.1093/schbul/14.1.67
Y., et al. (2002). Effects of group musical therapy on inpatients with Mössler, K., Chen, X., Heldal, T. O., and Gold, C. (2011). Music therapy for people
chronic psychoses: a controlled study. Psychiatry Clin. Neurosci. 56, 187–193. with schizophrenia and schizophrenia-like disorders. Cochrane Database Syst.
doi: 10.1046/j.1440-1819.2002.00953.x Rev. CD004025. doi: 10.1002/14651858.CD004025.pub3
Namkung, H., Kim, S. H., and Sawa, A. (2017). The insula: an underestimated brain Tang, W., Yao, X., and Zheng, Z. (1994). Rehabilitative effect of music therapy for
area in clinical neuroscience, psychiatry, and neurology. Trends Neurosci. 40, residual schizophrenia. A one-month randomised controlled trial in Shanghai.
200–207. doi: 10.1016/j.tins.2017.02.002 Br. J. Psychiatry Suppl. 164, 38–44.
Nieuwenhuys, R. (2012). The insular cortex: a review. Prog. Brain Res. 195, Trost, W., Ethofer, T., Zentner, M., and Vuilleumier, P. (2012). Mapping
123–163. doi: 10.1016/B978-0-444-53860-4.00007-6 aesthetic musical emotions in the brain. Cereb. Cortex 22, 2769–2783.
Nomi, J. S., Farrant, K., Damaraju, E., Rachakonda, S., Calhoun, V. D., and Uddin, doi: 10.1093/cercor/bhr353
L. Q. (2016). Dynamic functional network connectivity reveals unique and Uddin, L. Q., Kinnison, J., Pessoa, L., and Anderson, M. L. (2014). Beyond the
overlapping profiles of insula subdivisions. Hum. Brain Mapp. 37, 1770–1787. tripartite cognition-emotion-interoception model of the human insular cortex.
doi: 10.1002/hbm.23135 J. Cogn. Neurosci. 26, 16–27. doi: 10.1162/jocn_a_00462
Palaniyappan, L., Mallikarjun, P., Joseph, V., and Liddle, P. F. (2011). Ulrich, G., Houtmans, T., and Gold, C. (2007). The additional therapeutic effect
Appreciating symptoms and deficits in schizophrenia: right posterior insula of group music therapy for schizophrenic patients: a randomized study. Acta
and poor insight. Prog. Neuropsychopharmacol. Biol. Psychiatry 35, 523–527. Psychiatr. Scand. 116, 362–370. doi: 10.1111/j.1600-0447.2007.01073.x
doi: 10.1016/j.pnpbp.2010.12.008 Walther, S., and Strik, W. (2012). Motor symptoms and schizophrenia.
Pavlicevic, M., Trevarthen, C., and Duncan, J. (1994). Improvisational music Neuropsychobiology 66, 77–92. doi: 10.1159/000339456
therapy and the rehabilitation of persons suffering from chronic schizophrenia. Waters, F. A., and Badcock, J. C. (2010). First-rank symptoms in schizophrenia:
J. Music Ther. 53, 2955–2959. doi: 10.1093/jmt/31.2.86 reexamining mechanisms of self-recognition. Schizophr. Bull. 36, 510–517.
Power, J. D., Barnes, K. A., Snyder, A. Z., Schlaggar, B. L., and Petersen, S. doi: 10.1093/schbul/sbn112
E. (2012). Spurious but systematic correlations in functional connectivity Wechsler, D. (1981). WAIS-R Manual: Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised.
MRI networks arise from subject motion. Neuroimage 59, 2142–2154. New York, NY: Psychological Corporation.
doi: 10.1016/j.neuroimage.2011.10.018 White, T. P., Joseph, V., Francis, S. T., and Liddle, P. F. (2010). Aberrant
Rauscher, F. H., Shaw, G. L., and Ky, K. N. (1993). Music and spatial task salience network (bilateral insula and anterior cingulate cortex) connectivity
performance. Nature 365:611. doi: 10.1038/365611a0 during information processing in schizophrenia. Schizophr. Res. 123, 105–115.
Rauscher, F. H., Shaw, G. L., Levine, L. J., Wright, E. L., Dennis, W. R., doi: 10.1016/j.schres.2010.07.020
and Newcomb, R. L. (1997). Music training causes long-term enhancement Williams, L. M., Das, P., Liddell, B. J., Olivieri, G., Peduto, A. S., David,
of preschool children’s spatial-temporal reasoning. Neurol. Res. 19, 2–8. A. S., et al. (2007). Fronto-limbic and autonomic disjunctions to negative
doi: 10.1080/01616412.1997.11740765 emotion distinguish schizophrenia subtypes. Psychiatry Res. 155, 29–44.
Rector, N. A., and Beck, A. T. (2001). Cognitive behavioral therapy for doi: 10.1016/j.pscychresns.2006.12.018
schizophrenia: an empirical review. J. Nerv. Ment. Dis. 189, 278–287. Wojtalik, J. A., Smith, M. J., Keshavan, M. S., and Eack, S. M. (2017). A
doi: 10.1097/00005053-200105000-00002 systematic and meta-analytic review of neural correlates of functional outcome
Rojo, N., Amengual, J., Juncadella, M., Rubio, F., Camara, E., Marco- in schizophrenia. Schizophr. Bull. 43, 1329–1347. doi: 10.1093/schbul/sbx008
Pallares, J., et al. (2011). Music-supported therapy induces plasticity in the Wylie, K. P., and Tregellas, J. R. (2010). The role of the insula in schizophrenia.
sensorimotor cortex in chronic stroke: a single-case study using multimodal Schizophr. Res. 123, 93–104. doi: 10.1016/j.schres.2010.08.027
imaging (fMRI-TMS). Brain Inj. 25, 787–793. doi: 10.3109/02699052.2011.5 Xing, Y., Xia, Y., Kendrick, K., Liu, X., Wang, M., Wu, D., et al. (2016). Mozart,
76305 Mozart rhythm and retrograde Mozart effects: evidences from behaviours and
Rolvsjord, R. (2001). Sophie learns to play her songs of tears. Nordic J. Music Ther. neurobiology bases. Sci. Rep. 6:18744. doi: 10.1038/srep18744
10, 77–85. doi: 10.1080/08098130109478020 Yang, G. J., Murray, J. D., Repovs, G., Cole, M. W., Savic, A., Glasser, M. F., et al.
Shepherd, A. M., Matheson, S. L., Laurens, K. R., Carr, V. J., and Green, M. (2014). Altered global brain signal in schizophrenia. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A.
J. (2012). Systematic meta-analysis of insula volume in schizophrenia. Biol. 111, 7438–7443. doi: 10.1073/pnas.1405289111
Psychiatry 72, 775–784. doi: 10.1016/j.biopsych.2012.04.020 Yeo, B. T., Krienen, F. M., Eickhoff, S. B., Yaakub, S. N., Fox, P. T., Buckner, R.
Singer, T., Critchley, H. D., and Preuschoff, K. (2009). A common role of L., et al. (2014). Functional specialization and flexibility in human association
insula in feelings, empathy and uncertainty. Trends Cogn. Sci. 13, 334–340. cortex. Cereb. Cortex 25, 3654–3672. doi: 10.1093/cercor/bhu217
doi: 10.1016/j.tics.2009.05.001 Zamorano, A. M., Cifre, I., Montoya, P., Riquelme, I., and Kleber, B. (2017). Insula-
Sloboda, J. A., O’Neill, S. A., and Ivaldi, A. (2001). Functions of music in everyday based networks in professional musicians: evidence for increased functional
life: an exploratory study using the experience sampling method. Music. Sci. 5, connectivity during resting state fMRI. Hum. Brain Mapp. 38, 4834–4849.
9–32. doi: 10.1177/102986490100500102 doi: 10.1002/hbm.23682
Solli, H. P. (2008). “Shut up and play!” Improvisational use of popular Zatorre, R. J., and Salimpoor, V. N. (2013). From perception to pleasure: music and
music for a man with schizophrenia. Nordic J. Music Ther. 17, 67–77. its neural substrates. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 110(Suppl. 2), 10430–10437.
doi: 10.1080/08098130809478197 doi: 10.1073/pnas.1301228110
Stephani, C., Fernandez-Baca Vaca, G., Maciunas, R., Koubeissi, M., and Lüders,
H. O. (2011). Functional neuroanatomy of the insular lobe. Brain Struct. Funct. Conflict of Interest Statement: The authors declare that the research was
216, 137–149. doi: 10.1007/s00429-010-0296-3 conducted in the absence of any commercial or financial relationships that could
Strauss, E., Sherman, E. M., and Spreen, O. (2006). A Compendium of be construed as a potential conflict of interest.
Neuropsychological Tests: Administration, Norms, and Commentary. Oxford:
Oxford University Press. Copyright © 2018 He, Yang, Duan, Chen, Lai, Xia, Shao, Biswal, Luo and Yao.
Talwar, N., Crawford, M. J., Maratos, A., Nur, U., McDermott, O., and This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons
Procter, S. (2006). Music therapy for in-patients with schizophrenia: Attribution License (CC BY). The use, distribution or reproduction in other forums
exploratory randomised controlled trial. Br. J. Psychiatry 189, 405–409. is permitted, provided the original author(s) or licensor are credited and that the
doi: 10.1192/bjp.bp.105.015073 original publication in this journal is cited, in accordance with accepted academic
Tamkin, A. S., and Kunce, J. T. (1985). A comparison of three neuropsychological practice. No use, distribution or reproduction is permitted which does not comply
tests: the Weigl, Hooper, and Benton. J. Clin. Psychol. 41, 660–664. with these terms.
Sükran Ertekin Pinar RN, PhD & Havva Tel, RN, PhD
To cite this article: Sükran Ertekin Pinar RN, PhD & Havva Tel, RN, PhD (2018): The Effect of
Music on Auditory Hallucination and Quality of Life in Schizophrenic Patients: A Randomised
Controlled Trial, Issues in Mental Health Nursing, DOI: 10.1080/01612840.2018.1463324
ABSTRACT
The study was conducted to determine the effects of music on auditory hallucination and quality
of life in schizophrenic patients. The sample of this randomised controlled study consisted of 28
patients (14 experimental and 14 control groups) hospitalised with a diagnosis of schizophrenia
(DSM-IV) and auditory hallucination. The study data were collected with the Information Form,
The Scale for the Assessment of Positive Symptoms (SAPS), Characteristics of Auditory
Hallucinations Questionnaire, and The World Health Organization Quality of Life Scale (WHOQOL-
BREF). The hallucination, positive formal thought, and total SAPS scores of the patients in the
experimental group obtained during their hospitalisation were determined to be higher than
those obtained at discharge and at follow-ups after discharge. The characteristics of auditory hallu-
cination questionnaire scores of the patients in the experimental and control groups decreased.
The physical, mental, environmental, and national environmental domain scores of the quality of
life in the experimental group increased at sixth month after discharge. Listening to music had
positive effects on positive symptoms and the quality of life of patients with auditory hallucin-
ation. In line with these results, listening to music may be recommended to cope with auditory
hallucinations and to provide positive quality of life.
CONTACT S€ukran Ertekin Pinar sepinar09@gmail.com Faculty of Health Sciences, Cumhuriyet University, Sivas, Turkey.
Color versions of one or more of the figures in the article can be found online at www.tandfonline.com/imhn.
ß 2018 Taylor & Francis Group, LLC
2 S. ERTEKIN PINAR AND H. TEL
relaxation techniques, hiking, and listening to music H2: Music has a positive effect on the positive symptoms of
together with drug therapy are told to be effective (Buccheri patients with schizophrenia at their sixth month.
et al., 2004; Peng, Koo, & Kuo, 2010; Silverman, 2006;
H3: Music has a positive effect on the quality of life scores of
Talwar et al., 2006; Tsai & Chen, 2006). One of the psycho-
patients with schizophrenia at their sixth month.
social approaches used in patients with auditory hallucina-
tions is music therapy. Music therapy aims to create changes H4: There was a correlation between auditory hallucination and
in behaviours and mood and to improve the quality of life WHOQOL-BREF scores at sixth month in patients treated
by reducing stress, pain, anxiety, and isolation (Ucan & with music in the experimental group.
Ovayolu, 2006). Results of studies investigating the effects of
music on schizophrenic patients revealed that music had
rehabilitative effects on sufferers, and that symptoms of hal- Methods
lucination and other symptoms significantly decreased Participants and setting
(Gold, Heldal, Dahle, & Wigram, 2005; M€ ossler, Chen,
Heldal, & Gold, 2011; Peng et al., 2010; Silverman, 2006, The study was designed as a randomised controlled study
2011; Talwar et al., 2006). The study was conducted to with patients diagnosed with schizophrenia (DSM-IV), hav-
determine the effects of music on auditory hallucination and ing auditory hallucinations, hospitalised in the psychiatry
quality of life in schizophrenic patients. departments of University and State Hospital (Sivas/Turkey)
between January 2011 and 2013. The research was initiated
by a meeting with the patients who were hospitalised with
Use of music in therapy the diagnosis of schizophrenia on the first day of hospitalisa-
Music is an art that expresses emotions and thoughts with tion. Patients who agreed to participate in the study were
voices or expresses voices in order and aesthetic understand- divided into experimental and control groups by randomisa-
ing. Music has a therapeutic feature when used for a patient tion using simple random sampling method. There are 14
who finds a way to express himself/herself through music. patients in each group. The study was finalised with 28
Music has the benefits of getting rid of stress, anxiety, and patients. After the power analysis, the power of the test was
tension, and expressing emotions and thoughts (Ucan & found as p ¼ 0.82 (a ¼ 0.05, b ¼ 0.10, 1 b ¼ 0.90).
Ovayolu, 2006). The tradition of treating with music has a
history of about 6,000 years in Turkish societies. The first Inclusion criteria
serious music therapy treatments in Turks are seen in the
Seljuks and the Ottomans. Currently, it is used as music Patients who are 18 years old or above;
therapy for psychiatric patients. Music therapy has been part Diagnosed with schizophrenia (DSM-IV) and auditory
of treatment programmes in psychiatry to improve social hallucination;
relationships, restore self-confidence, increase concentration, Living in centre of Sivas province;
self-esteem, and self-respect (Gencel, 2006). Music therapy is Able to communicate and answer questions;
considered to be a type of psychosocial rehabilitation and, Agreed to participate in the study.
when used in conjunction with medicines, can positively
improve the symptoms of chronic schizophrenia. It can also Measures
improve the quality of life, increase cognitive functions,
improve the skills, strengthen the patient’s ego, and provide To collect the study data, the personal information form,
emotional expression in schizophrenic patients. Thus, it can the scale for the assessment of positive symptoms (SAPS),
contribute to the physiological and psychological well-being the characteristics of auditory hallucinations questionnaire,
of the patient (Hayashi et al., 2002; Ulrich, Houtmans, & and The World Health Organization Quality of Life Scale
Gold, 2007). The occurrence in schizophrenia of anxiety can (WHOQOL-BREF) were used.
lead to increased hallucinations. For this reason, listening to
music can be useful to get rid of negative thoughts and feel-
ings due to the relaxing effect of music (Tsai & Chen, 2006). The information form
In this context, Rast tonality, one of the most important The form developed through a literature review includes 24
treatment ways in Turkish music, has been used in this items questioning patients’ socio-demographic characteris-
study. It is emphasised that Rast tonality, one of the import- tics, diseases, and auditory hallucinations.
ant tonalities in Turkish music, has a significant impact on
the health. It affects the body positively, particularly the
The Scale for the Assessment of Positive
brain, both physically and mentally, has effects on muscles,
Symptoms (SAPS)
provides relaxation, and induces feelings of joy, peace, vital-
ity, comfort, relief, and happiness. It also reduces too much SAPS was developed by Andreasen (1990). The six-point
sleep (Group for the Research and Promotion of Turkish Likert-type scale consists of 34 items and 4 subscales.
Music, 2017). The hypothesis of the study: Subscales are related to hallucinations, delusions, bizarre
H1: Music has a positive effect on the auditory hallucination behaviours, and positive formal thought disorder. The pos-
scores of patients with schizophrenia at their sixth month. sible total score of the scale ranges from 0 to 170 points.
ISSUES IN MENTAL HEALTH NURSING 3
Higher scores indicate that the symptoms are high. 15 min through headphones when they experienced auditory
The reliability and validity study of the Turkish version of hallucinations during their stay in the hospital. The patients
the scale was performed by Erkoç, Arkonaç, Ataklı, and in the control group did not listen to the music in the hos-
Ozmen (1991). pital setting. They were also told to listen to the same music
whenever they had auditory hallucinations after they were
discharged from the hospital. The patients in both groups
The characteristics of auditory hallucinations
questionnaire were administered the SAPS and the characteristics of audi-
tory hallucinations questionnaire at discharge and at the first
The questionnaire was developed through a literature and third month follow-ups. At the sixth month of follow-
review. Especially, it was prepared with the aim of evaluat- up, they were administered the WHOQOL-BREF in addition
ing auditory hallucinations. Survey questionnaires were to the SAPS and characteristics of auditory hallucinations
obtained from the researches mentioned in the literature. questionnaire. The patients’ follow-ups were performed
The questionnaire was prepared by taking the opinion of a when they presented to the psychiatric outpatient clinics
specialist statistician. The questionnaire consists of seven after being discharged (Figure 1).
items and is used to assess the data related to the charac-
teristics of auditory hallucinations experienced within the
last 24 h. Questions were scored between 0 and 5. Higher Data analysis
scores indicate that the intensity and severity of the nega-
tive characteristics are high. Three patients who met the The data were analysed using the Statistical Package for the
sampling criteria were pre-tested. After the pretesting, it Social Sciences (SPSS) version 22.0 software (IBM, Chicago,
was decided to administer the questionnaire without IL). For the analysis of the data, when parametric test
making any revisions (Buccheri, Trygstad, Buffum, Lyttle, assumptions (Kolmogorov–Smirnov) were fulfilled, the
& Dowling, 2010; Buccheri, Trygstad, & Dowling, 2007; paired samples t-test was used, and when parametric test
Buccheri et al., 2004; Buffum et al., 2009; Trygstad assumptions were not fulfilled, Friedman tests were used to
et al., 2002). compare the values measured at different times. To deter-
mine the correlation coefficient between the measurements,
Pearson correlation analysis was used. The significance level
The World Health Organization Quality of Life Scale
was 0.05 for all tests and we also calculated 95% confi-
(WHOQOL-BREF)
dence intervals.
In the study, the Turkish version of WHOQOL-BREF
developed by the World Health Organization was used.
The scale consists of 26 questions, made up of five types of Ethics
Likert-type scales. The validity and reliability study of the
Before the study, the patients who met the sampling criteria
scale was carried out by Eser et al. (1999). WHOQOL-
of the study were informed about the aim of the study and
BREF consists of physical, mental, social, environmental,
those who agreed to participate gave their informed con-
and national environmental areas. When the scale ques-
sents. The approval of the Ethics Committee of University
tions are answered, individuals are asked to take the last
two weeks into account. High scores indicate a higher (decision no: 05/04) and the written permission of the insti-
quality of life. tutions where the study would be conducted were
also obtained.
Characteristics related to auditory hallucination experimental and control group patients obtained at
their stays in the hospitals, at discharge and at the first,
When the contents of auditory hallucinations during hospi-
third, and sixth-month follow-ups after discharge
talisation were evaluated, 71.4% of the patients in the experi-
(p < 0.05). Hallucination subscale scores of the SAPS were
mental group, 78.5% of the patients in the control group
high at their stays in the hospitals but decreased at
heard “criticising voices,” 78.5% of the patients in the discharge and at the follow-ups after discharge in both
experimental group, and 71.4% of the patients in the control groups (Table 2).
group heard “repeating voices.” The scores of the experimental group patients obtained
It was determined that 78.6% of the patients in the from the physical, mental, social, environmental, and
experimental group had auditory hallucinations in the first national environmental subscales of the quality of life at the
and third-month follow-ups, and 85.7% in the sixth-month sixth-month follow-up were statistically higher than those
follow-up after discharge. When the frequency of hallucina- obtained at their stays in the hospitals (p < 0.05). On the
tions in the experimental group was evaluated, it was found other hand, there were no statistically significant differences
that 45.5% in the first month, 100% in the third month, and between the scores of the control group patients obtained
50% in the sixth month experienced occasional auditory hal- from the physical, mental, social, environmental, and
lucinations. It was determined that 100% of the patients in national environmental subscales of the quality of life at
the experimental group in the first and sixth months and their stays in the hospitals and at the sixth month follow-up
64.3% in the third month continued to listen to music when (p < 0.05) (Table 3).
they had auditory hallucinations. There were no statistically significant differences between
the scores of the experimental group patients obtained from
Characteristics of auditory hallucination, the SAPS, and the auditory hallucination and the quality of life at their
the WHOQOL-BREF stays in the hospitals and at the sixth-month follow-up
(p < 0.05). However, in the control group, there was a statis-
There were statistically significant differences between char- tically significant negative correlation between the scores of
acteristics of auditory hallucination scores of the experimen- the patients obtained from the auditory hallucination and
tal and control group patients obtained at their stays in the the quality of life at their stays in the hospitals and at the
hospitals, at discharge, and at the first, third, and sixth- sixth-month follow-up (p < 0.05). While their auditory hal-
month follow-ups after discharge (p < 0.05). The scores of lucination scores increased during their hospital stays, their
the patients in both groups from the characteristics of audi- physical, mental, and social domain scores decreased.
tory hallucination questionnaire decreased but remained However, at the sixth-month follow-up, while their auditory
unchanged after discharge (Table 1). hallucination scores increased, their mental, environmental,
There were statistically significant differences between and national environmental domain scores decreased
hallucination subscale scores of the SAPS of the (Table 4).
Table 1. Characteristics of auditory hallucination questionnaire scores of the patients during hospitalisation, at discharge and at the first, third, and sixth months
after discharge.
During First month Third month Sixth month
SAPS scores hospitalisation At discharge after discharge after discharge after discharge
v , p
2
X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD X ± SD
Experimental (n ¼ 14) 22.50 ± 4.60 15.85 ± 7.74 7.85 ± 11.81 9.35 ± 10.84 9.78 ± 9.37 v ¼ 16.64 p ¼ 0.002
2
Control (n ¼ 14) 24.28 ± 5.71 6.50 ± 11.18 9.57 ± 13.50 8.28 ± 12.30 4.21 ± 10.92 v2¼16.64 p ¼ 0.002
Friedman test; p < 0.05.
Table 2. The SAPS scores of the patients during hospitalisation, at discharge and at the first, third, and sixth months after discharge.
During At discharge First month after Third month after Sixth month after
v , p
2
SAPS scores hospitalisation X ± SD X ± SD discharge X ± SD discharge X ± SD discharge X ± SD
Experimental (n ¼ 14)
Hallucinations 17.42 ± 7.60 8.50 ± 6.30 8.78 ± 9.08 8.21 ± 5.76 9.28 ± 7.94 v2 ¼ 16.20 p 5 0.003
Delusions 20.50 ± 10.76 16.14 ± 8.02 17.21 ± 15.29 17.85 ± 10.38 16.71 ± 11.56 v2 ¼ 7.35 p ¼ 0.118
Bizarre behaviour 0.57 ± 1.65 0.42 ± 0.93 0.000 ± 0.000 0.000 ± 0.000 0.14 ± 0.53 v2 ¼ 6.35 p ¼ 0.174
Positive formal 9.21 ± 6.56 4.21 ± 4.44 3.64 ± 5.15 2.78 ± 5.10 3.14 ± 5.23 v2 ¼ 31.60 p 5 0.001
thought disorder
Total 47.78 ± 17.53 29.28 ± 10.19 27.71 ± 20.65 28.85 ± 16.39 29.28 ± 21.07 v2 ¼ 20.32 p 5 0.001
Control (n ¼ 14)
Hallucinations 13.57 ± 6.95 4.42 ± 7.41 4.78 ± 7.15 6.14 ± 10.43 7.50 ± 10.46 v2 ¼ 17.91 p 5 0.001
Delusions 22.28 ± 13.70 12.85 ± 10.79 13.07 ± 12.36 15.35 ± 12.95 13.78 ± 12.72 v2 ¼ 16.39 p 5 0.003
Bizarre behaviour 0.85 ± 2.17 0.50 ± 1.87 0.35 ± 1.33 0.42 ± 1.60 0.71 ± 1.83 v2 ¼ 1.04 p ¼ 0.902
Positive formal 15.57 ± 14.14 8.64 ± 10.33 7.64 ± 9.36 8.35 ± 8.55 8.57 ± 8.15 v2 ¼ 9.43 p ¼ 0.051
thought disorder
Total 52.64 ± 26.34 26.42 ± 26.63 24.64 ± 22.90 30.28 ± 26.25 30.57 ± 24.92 v2¼19.13 p 5 0.001
The bold values represent significant findings.
Friedman test; p < 0.05.
6 S. ERTEKIN PINAR AND H. TEL
Table 3. The WHOQOL-BREF scores of the patients during hospitalisation, at discharge and at the first, third, and sixth months after discharge.
WHOQOL-BREF scores WHOQOL-BREF scores
Experimental (n ¼ 14) Control (n ¼ 14)
During Sixth month after During Sixth month after
hospitalisation X ± SD discharge X ± SD t, p hospitalisation X ± SD discharge X ± SD t, p
Physical domain 12.42 ± 2.73 15.35 ± 2.92 t ¼ 3.35 p 5 0.005 13.92 ± 3.45 14.64 ± 2.84 t ¼ 1.03 p ¼ 0.320
Mental domain 10.14 ± 2.82 13.07 ± 3.38 t ¼ 5.33 p 5 0.001 10.85 ± 3.57 11.64 ± 3.12 t ¼ 1.21 p ¼ 0.247
Social domain 10.78 ± 4.04 11.64 ± 3.49 t ¼ 0.97 9.50 ± 2.95 9.57 ± 4.61 t ¼ 0.05
p ¼ 0.349 p ¼ 0.960
Environmental domain 13.14 ± 3.00 15.21 ± 3.09 t ¼ 5.83 13.28 ± 2.19 13.78 ± 2.88 t ¼ 0.54
p 5 0.001 p ¼ 0.595
National environmen- 12.85 ± 2.90 14.78 ± 2.80 t ¼ 5.43 13.07 ± 1.89 13.85 ± 2.62 t ¼ 0.90
tal domain p 5 0.001 p ¼ 0.381
The bold values represent significant findings.
Paired samples t-test; p < 0.05.
Table 4. Relationship between the characteristics of auditory hallucination and whoqol-bref scores of the patients during hospitalisation and at the sixth month
after discharge.
Physical domain Mental domain Social domain Environmental domain National environmental domain
Auditory hallucination WHOQOL-BREF during hospitalisation
Experimental (n ¼ 14) r ¼ 0.043 r ¼ 0.325 r ¼ 0.486 r ¼ 0.355 r ¼ 0.345
p ¼ 0.885 p ¼ 0.256 p ¼ 0.078 p ¼ 0.212 p ¼ 0.227
Control (n ¼ 14) r ¼ 0.541 r ¼ 0.533 r ¼ 0.688 r ¼ 0.429 r ¼ 0.434
p 5 0.046 p 5 0.050 p 5 0.007 p ¼ 0.126 p ¼ 0.121
WHOQOL-BREF sixth month after discharge
Experimental (n ¼ 14) r ¼ 0.042 r ¼ 0.180 r ¼ 0.024 r ¼ 0.357 r ¼ 0.276
p ¼ 0.886 p ¼ 0.538 p ¼ 0.936 p ¼ 0.210 p ¼ 0.340
Control (n ¼ 14) r ¼ 0.527 r ¼ 0.637 r ¼ 0.501 r ¼ 0.598 r ¼ 0.669
p ¼ 0.053 p 5 0.014 p ¼ 0.068 p 5 0.024 p 5 0.009
The bold values represent significant findings.
r ¼ Pearson correlation analysis; p < 0.05.
symptoms than conventional antipsychotic drugs. That the quality of life of schizophrenic individuals (Acil, Dogan, &
scores of the control group patients obtained from the audi- Dogan, 2008; Huppert et al., 2001; Wiersma et al., 2004;
tory hallucination questionnaire and the hallucination sub- Yildiz, Veznedaroglu, Eryavuz, & Kayahan, 2004).
scale of the SAPS at follow-ups were lower in the majority
of these patients suggests that new generation antipsychotic
Study limitations
drugs were effective. It was observed that the scores
obtained from the auditory hallucination questionnaire and The results of this present study are related to the subjects
the hallucination subscale of the SAPS decreased but in the sample of this study and thus they cannot be
remained unchanged after discharge. These results are generalised.
important since they indicate the patients’ compliance with
the therapy. It is reported that most of the symptoms and
relapse rates decrease in schizophrenic patients who comply Conclusion
with the treatment and collaborate with the treatment team In this study, it was observed that listening to music in the
(Dogan, 2002). Rast tonality had positive effects on the positive symptoms
The scores of the experimental group patients obtained and quality of life of the patients having auditory hallucina-
from the physical, mental, environmental, and national tions. In line with these results, it is recommended that indi-
environmental domains of the quality of life at the sixth- viduals with schizophrenia should be encouraged to listen to
month follow-up were higher than those obtained at dis- music in the Rast tonality to cope with auditory hallucina-
charge from the hospitals. This finding supports hypothesis tions and to maintain their quality of life. It is recom-
H3. Schizophrenia symptoms significantly prevent individu- mended to conduct researches on the use of different music
als from fulfilling self-care activities and psychosocial func- genres or other tonalities of Turkish music and to evaluate
tions and reduce their quality of life (Huppert, Weiss, Lim, the effect of music in the wider sample groups with the
Pratt, & Smith, 2001). It is considered that continuation of groups of patients with schizophrenia and other psychiatric
treatment in schizophrenia helps patients to maintain or disorders. Also, in psychiatry departments, necessary equip-
even to improve their well-being and quality of life (Dogan, ments (iPads, etc.), should be provided for patients experi-
2002). In studies conducted to assess the effects of music encing auditory hallucinations so that they can listen
therapy on quality of life in patients with schizophrenia, to music.
Grocke, Bloch, and Castle (2009) found that patients’ listen-
ing to original songs recorded in a professional studio
improved their quality of life, Hayashi et al. (2002) deter- Acknowledgements
mined a significant positive relationship between patients’ The study was a oral presentation at “HORATIO: European Psychiatric
listening to folk music and popular songs and their quality _
Nursing Congress” (31 October–2 November 2013, Istanbul, Turkey).
of life, whereas Ulrich et al. (2007) and Bloch et al. (2010) This research was based on the researcher’s doctoral thesis.
indicated that music therapy had no effect on the patients’
quality of life. Disclosure statement
In this study, a significant relationship was determined
between the auditory hallucination and quality of life scores No potential conflict of interest was reported by the authors.
obtained at discharge and at the sixth-month follow-up by
the patients who did not listen to music. According to this References
result, hypothesis H4 is accepted. The more their auditory
hallucination scores increased during their hospital stays, the Acil, A. A., Dogan, S., & Dogan, O. (2008). The effects of physical
exercises to mental state and quality of life in patients with schizo-
more the scores they obtained from the physical, mental, phrenia. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 15(10),
and social domains of the quality of life decreased. However, 808–815. doi:10.1111/j.1365-2850.2008.01317.x
at the sixth month after discharge, the more their auditory Andreasen, N. C. (1990). Methods for assessing positive and negative
hallucination scores increased, the more the scores they symptoms. Modern Problems of Pharmacopsychiatry, 24, 73–88.
doi:10.1159/000418013
obtained from the mental, environmental, and national
Bloch, B., Reshef, A., Vadas, L., Haliba, Y., Ziv, N., Kremer, I., &
environmental domains of the quality of life decreased. Haimov, I. (2010). The effects of music relaxation on sleep quality
Negative experiences such as hallucinations, cognitive and and emotional measures in people living with schizophrenia. Journal
psychosocial dysfunction, disability, long and frequent hos- of Music Therapy, 47(1), 27–52. doi:10.1093/jmt/47.1.27
pitalisation, insufficient social support, coping difficulties, Buccheri, R., Trygstad, L., Dowling, G., Hopkins, R., White, K., Griffin,
J. J., … Hebert, P. (2004). Long-term effects of teaching behavioral
economic problems, drug side effects, and stigma decreased strategies for managing persistent auditory hallucinations in schizo-
schizophrenic patients’ quality of life (Huppert et al., 2001). phrenia. Journal of Psychosocial Nursing and Mental Health Services,
Therefore, various psychosocial approaches including music 42(1), 18–27. doi:10.3928/02793695-20040301-10
therapy are implemented in order to increase schizophrenic Buccheri, R., Trygstad, L., & Dowling, G. (2007). Behavioral manage-
patients’ compliance with the treatment, to prevent repeated ment of command hallucinations to harm in schizophrenia. Journal
of Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 45(9), 46–54.
hospitalisations, and to improve social functioning and qual- Buccheri, R. K., Trygstad, L. N., Buffum, M. D., Lyttle, K., & Dowling,
ity of life. In several studies, psychosocial interventions have G. (2010). Comprehensive evidence-based program teaching self-
been determined to play an important role in improving management of auditory hallucinations on inpatient psychiatric
8 S. ERTEKIN PINAR AND H. TEL
units. Issues in Mental Health Nursing, 31(3), 223–231. doi:10.3109/ Morgan, K., Bartrop, R., Telfer, J., & Tennant, C. (2011). A controlled
01612840903288568 trial investigating the effect of music therapy during an acute psych-
Buffum, M. D., Buccheri, R., Trygstad, L., Gerlock, A. A., Birmingham, otic episode. Acta Psychiatrica Scandinavica, 124(5), 363–371.
P., Dowling, G. A., & Kuhlman, G. J. (2009). Behavioral manage- doi:10.1111/j.1600-0447.2011.01739.x
ment of auditory hallucinations implementation. Journal of M€ossler, K., Chen, X., Heldal, T. O., & Gold, C. (2011). Music therapy
Psychosocial Nursing and Mental Health Services, 47(9), 32–40. for people with schizophrenia and schizophrenia-like disorders.
doi:10.3928/02793695-20090730-01 Cochrane Database Systematic Reviews, 7(12), CD004025.
De Sousa, A., & De Sousa, J. (2010). Music therapy in chronic schizo- doi:10.1002/14651858.CD004025.pub3
phrenia. Journal of Pakistan Psychiatric Society, 7(1), 13–17. M€ uller, W., Haffelder, G., Schlotmann, A., Schaefers, A. T. U., &
Dogan, O. (2002). Psychosocial approaches in schizophrenic disorders. Teuchert-Noodt, G. (2014). Amelioration of psychiatric symptoms
Anatolian Journal of Psychiatry, 3, 240–248. through exposure to music individually adapted to brain rhythm
Emiroglu, B., Karadayı, G., Aydemir, O.,€ & Uçok,
€ A. (2009). Validation disorders – A randomized clinical trial on the basis of fundamental
of the Turkish version of the functional remission of general schizo- research. Cognitive Neuropsychiatry, 19(5), 399–413. doi:10.1080/
phrenia (FROGS) scale. Archives of Neuropsychiatry, 46, 15–24. 13546805.2013.879054
€
Erkoç, Ş., Arkonaç, O., Ataklı, C., & Ozmen, E. (1991). The reliability Na, H. J., & Yang, S. (2009). Effects of listening to music on auditory
and validity of scale for the assessment of the positive symptoms. hallucination and psychiatric symptoms in people with schizophre-
Journal of Thinking Man, 4(2), 20–24. nia. Journal of Korean Academy of Nursing, 39(1), 62–71.
Eser, E., Fidaner, H., Fidaner, C., Yalçın Eser, S., Elbi, H., & G€
oker, E. doi:10.4040/jkan.2009.39.1.62
(1999). The psychometric properties of the WHOQOL-100 and Peng, S. M., Koo, M., & Kuo, J. C. (2010). Effect of group music activ-
WHOQOL-BREF. Journal of Psychiatry Psychology ity as an adjunctive therapy on psychotic symptoms in patients with
Psychopharmacology, 7, 23–40. acute schizophrenia. Archives of Psychiatric Nursing, 24(6), 429–434.
Gallagher, A. G., Dinan, T. G., & Baker, L. J. (1994). The effects of doi:10.1016/j.apnu.2010.04.001
varying auditory input on schizophrenic hallucinations: A replica- Silverman, M. J. (2006). Psychiatric patients’ perception of music ther-
tion. British Journal of Medical Psychology, 67(1), 67–75. apy and other psychoeducational programming. Journal of Music
doi:10.1111/j.2044-8341.1994.tb01771.x Therapy, 43(2), 111–122. doi:10.1093/jmt/43.2.111
Gençel, O.€ (2006). Music therapy. Journal of Kastamonu Education, Silverman, M. J. (2011). Effects of music therapy on psychiatric
14(2), 697–706. patients’ proactive coping skills: Two pilot studies. The Arts in
Gold, C., Heldal, T. O., Dahle, T., & Wigram, T. (2005). Music therapy Psychotherapy, 38(2), 125–129. doi:10.1016/j.aip.2011.02.004
for schizophrenia or schizophrenia-like illnesses. Cochrane Database Talwar, N., Crawford, M. J., Maratos, A., Nur, U., McDermott, O., &
Systematic Reviews, 18(2), CD004025. doi:10.1002/14651858. Procter, S. (2006). Music therapy for in-patients with schizophrenia.
CD004025.pub2 British Journal of Psychiatry, 189(05), 405–409. doi:10.1192/
Gold, C. (2007). Music therapy improves symptoms in adults hospital- bjp.bp.105.015073
ised with schizophrenia. Evidence-Based Mental Health, 10(3), 77. Trygstad, L., Buccheri, R., Dowling, G., Zind, R., White, K., Griffin,
doi:10.1136/ebmh.10.3.77 J. J., … Hebert, P. (2002). Behavioral management of persistent
Grocke, D., Bloch, S., & Castle, D. (2009). The effect of group music auditory hallucinations in schizophrenia: Outcomes from a 10-week
therapy on quality of life for participants living with a severe and course. Journal of the American Psychiatric Nurses Association, 8(3),
enduring mental illness. Journal of Music Therapy, 46(2), 90–104. 84–91. doi:10.1067/mpn.2002.125223
doi:10.1093/jmt/46.2.90 Tsai, Y., & Chen, C. (2006). Self-care symptom management strategies
Group for the Research and Promotion of Turkish Music (2017). for auditory hallucinations among patients with schizophrenia in
Retrieved from http://www.tumata.com (Accessed December 15, Taiwan. Applied Nursing Research, 19(4), 191–196. doi:10.1016/
2018). j.apnr.2005.07.008
Hayashi, N., Tanabe, Y., Nakagawa, S., Noguchi, M., Iwata, C., € & Ovayolu, N. (2006). Music and its use in medicine. Fırat
Uçan, O.,
Koubuchi, Y., … Koike, I. (2002). Effects of group musical therapy Journal of Health Services, 1, 14–22.
on inpatients with chronic psychoses: A controlled study. Psychiatry Ulrich, G., Houtmans, T., & Gold, C. (2007). The additional thera-
and Clinical Neurosciences, 56(2), 187–193. doi:10.1046/j.1440- peutic effect of group music therapy for schizophrenic patients: A
1819.2002.00953.x randomized study. Acta Psychiatrica Scandinavica, 116(5), 362–370.
Huppert, J. D., Weiss, K. A., Lim, R., Pratt, S., & Smith, T. E. (2001). doi:10.1111/j.1600-0447.2007.01073.x
Quality of life schizophrenia: Contributions of anxiety and depres- Varcarolis, E. M. (1998). Schizophrenic disorders. Foundations of psychi-
sion. Schizophrenia Reseach, 51(2–3), 171–180. doi:10.1016/S0920- atric mental health nursing (pp. 625–675). Philadelphia: W. B.
9964(99)00151-6 Saunders Company.
Kanungpairn, T., Sitthimongkol, Y., Wattanapailin, A., & Klainin, P. Wiersma, D., Jenner, J. A., Nienhuis, F. J., & Willige, G. (2004).
(2007). Effects of a symptom management program on auditory hal- Hallucination focused integrative treatment improves quality of life
lucinations in Thai outpatients with a diagnosis of schizophrenia: A in schizophrenia patients. Acta Psychiatrica Scandinavica, 109(3),
pilot study. Nursing & Health Sciences, 9(1), 34–39. doi:10.1111/ 194–201. doi:10.1046/j.0001-690X.2003.00237.x
j.1442-2018.2007.00302.x Yildiz, M., Veznedaroglu, B., Eryavuz, A., & Kayahan, B. (2004).
Lim, A., Hoek, H. W., Deen, M. L., Blom, J. D., Bruggeman, R., Cahn, Psychosocial skills training on social functioning and quality of life
W., … Wiersma, D. (2016). Prevalence and classification of halluci- in the treatment of schizophrenia: A controlled study in Turkey.
nations in multiple sensory modalities in schizophrenia spectrum International Journal of Psychiatry in Clinical Practice, 8(4),
disorders. Schizophrenia Research, 176(2–3), 493–499. doi:10.1016/ 219–225. doi:10.1080/13651500410005595
j.schres.2016.06.010 Zarghami, M., Moonesi, F. S., & Khademloo, M. (2012). Control of
Mohammadi, A. Z., Minhas, L. S., Haidari, M., & Panah, F. M. (2012). persistent auditory hallucinations through audiotape therapy.
A study of the effects of music therapy on negative and positive European Review for Medical and Pharmacological Sciences, 16(4),
symptoms in schizophrenic patients. German Journal of Psychiatry, 64–65. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
15(2), 56–62. http://www.gjpsy.uni-goettingen.de 23090812.
EFEKTIVITAS PEMBERIAN MOZART “SONATA K.331”
SKRIPSI
Oleh :
1511410025
JURUSAN PSIKOLOGI
2017
ii
iii
iv
-
Motto
Janganlah hidup untuk dirimu sendiri tapi hiduplah untuk orang lain juga. (Ayah
Penulis)
Jangan mengeluh dan jadilah tangguh, karena Tuhan tak akan meninggalkan atas
Persembahan
sahabat penulis.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah swt, Tuhan semesta alam dan
atas berkat dan rahmad-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
1. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
2. Drs. Sugeng Hariyadi S. Psi. M.S, Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
3. Dr. Sri Maryati Deliana, M.Si., selaku penguji I yang telah memberikan masukan
vi
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang yang telah
memberi bekal ilmu yang bermanfaat dan saran – saran yang berarti.
7. Bapak, Ibu, Adek, Bulek yang telah melimpahkan kasih sayang, doa, perhatian
8. Sahabat penulis Nita, Firma, Fuad, Riris, Oki, Intan, Mahda yang selalu
11. Pengelola tempat rehabilitasi Yayasan Rumah Damai, serta semua subjek dalam
12. Sheila on7 yang lagu – lagunya selalu yang selalu menjadi semangat dmengiringi
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan bidang
Penulis
vii
ABSTRAK
Sejati, Anggi Meidiana Widi. 2016. Efektivitas Pemberian Mozart “Sonata K.331”
Terhadap Pengurangan Halusinasi Pendengaran Pada Penderita Skizofrenia.
Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing : Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi.,M.Si.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN............................................................................................... ii
BAB
1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
ix
BAB
BAB
x
3.2 Desain Penelitian ....................................................................................... 37
BAB
xi
4.4 Pelaksanaan Intervensi .............................................................................. 54
4.5Post-test ....................................................................................................... 55
BAB
LAMPIRAN .................................................................................................... 77
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.7 Hasil chek list Halusinasi Pendengaran Post-test Kelompok Kontrol ...... 59
Kontrol ............................................................................................................ 67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Grafik chek list Aspek Halusinasi Pendengaran Pre-test Subjek Ap ........ 52
4.3 Grafik chek list Aspek Halusinasi Pendengaran Pretest Subjek Rd .......... 54
.......................................................................................................................... 54
.......................................................................................................................... 56
4.7 Grafik chek list Aspek Halusinasi Pendengaran Post-test Subjek Rd .. ... 58
4.8 Grafik chek list Rata - Rata Halusinasi Pendengaran Post-test Subjek Rd
.......................................................................................................................... 58
4.9 Grafik chek list Aspek Halusinasi Pendengaran Post – test Kelompok Kontrol
.......................................................................................................................... 60
4.10. Grafik chek list Rata - Rata Halusinasi Pendengaran Post-test kelonpok Kontrol
.......................................................................................................................... 60
xiv
4.11 Grafik Perbandingan Aspek Halusinasi Pendengaran Pre-test dengan Post-test
Subjek Ap ........................................................................................................ 63
4.12 Grafik Perbandingan Rata – rata Halusinasi Pendengaran Pre-test dengan Post-
4.13 Grafik Perbandingan Aspek Halusinasi Pendengaran Pre - test dengan Post-test
Subjek Rd ......................................................................................................... 66
4.14 Grafik Perbandingan Rata – Rata Halusinasi Pendengaran Pre - test dengan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
sosial di Indonesia dan cendrung meningkat tiap tahun. Hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain dan masyarakat. Ketika
manusia tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan maka akan terjadi gangguan
kesehatan yaitu kesehatan mental atau jiwa (Stuart dan Sundeen, 1998).
gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan
25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-21 tahun
(WHO, 2009). Menurut National institute of mental health gangguan jiwa mencapai
13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai negara. Berdasarkan hasil sensus
penduduk Amerika Serikat tahun 2004, diperkirakan 26,2 % penduduk yang berusia
1
2
Salah satu gangguan kesehatan jiwa yang umum terjadi adalah skizofrenia,
gangguan jiwa yang bagi orang awam disebut gila. Prevalensi skizofrenia di
Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan
jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat gangguan jiwa dengan
skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Angka tersebut merupakan
angka yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius (Sulistyowati dkk 2006).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes), 2007 (Depkes RI, 2007)
sampai berat. Data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Menurut WHO di beberapa
jumlah penderita skizofrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1000 penduduk
yang mayoritas penderita berada di kota besar. Dari hasil survai di rumah sakit
Indonesia, ada 0,5 – 1,5 perseribu penduduk mengalami halusinasi (Purba, dkk dalam
Riza 2010).
Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja baik laki – laki maupun wanita. Data
– 2 juta penduduk mengalami gangguan jiwa yang sama. Dari jumlah tersebut, baru
sekitar 7000 – 10000 penderita yang telah memperoleh penanganan secara medis.
Dan 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia
3
remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh
akan dibawa berobat, mereka tidak dibawa ke dokter melainkan dibawa ke “orang
pintar”.
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Umumnya skizofrenia ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar inappropriate atau tumpul blunted. Kesadaran yang jernih
Sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada
tingkat premorbid (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan
pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cendrung memburuk. Sekitar 50% berada
dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat (Harris dalam Craighead, Kazdin &
Mahoney, 1994).
Penderita skizofrenia pastinya akan mengalami gejala dan tanda seperti delusi
atau waham (keyakinan yang tidak masuk akal) dan tentunya akan mengalami
sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita akan mendengarkan suara atau
bisikan yang bisa menghibur atau menakutkan atau menganggap suara atau bisikan
tersebut bersifat negatif atau buruk atau suara tersebut memberikan perintah.
interprestasi stimulus lingkungan atau perubahan negatif dalam jumlah atau pola
stimulus yang datang, disorientasi waktu dan tempat, disorientasi orang, perubahan
kecemasan dari kecemasan yang sedang sampai panik tergantung dari tahap
halusinasi yang dialaminya. Dan hal ini dapat menyebabkan dampak negatif dari
halusinasi yaitu dapat mencederai diri, orang lain dan dapat merusak lingkungan.
halusinasi adalah adanya kerusakan di struktur otak yang lebih dalam, menyebabkan
otak menciptakan realitasnya sendiri. Realitas alternatif ini sendiri belum dapat
diperiksa kerena pusat pemikiran yang lebih tinggi di otak, yang terletak di lobus
frontal dari korteks serebral gagal melakukan pemeriksaan realitas terhadap gambaran
suara mereka yang biasanya dibangkitkan dalam diri pada sumber – sumber dari luar.
Bukti dari penelitian tentang gambaran otak lainnya menunjuk pada ketidaknormalan
para terapis musik yang bekerja secara khusus menangani pasien yang terdiri dari
pengelihatan, dan sebagai populasi pasien psikiatri. Aktivitas ini merupakan awal
selanjutnya baru pada tahun 1998, NAMT melakukan kerja sama dengan organisasi
terapi musik lain dan bersatu di bawah nama AMTA (American Music Therapy
yang psikolog, mengadakan penelitian untuk melihat efek positif dari beberapa jenis
yang diungkap Campbell dan Tomatis. Salah satunya adanya hubungan yang menarik
antara musik dan kecerdasan manusia. Musik (klasik) terbukti dapat meningkatkan
fungsi otak dan intelektual manusia secara optimal. Campbell kemudian mengambil
contoh karya Mozart, sonata in d major K 488 yang diyakininya mempunyai efek
Campbell 2001 (dalam bukunya Efek Mozart) bahwa musik Barok (Bach,
Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang merangsang pikiran dalam
belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu memperbaiki konsentrasi ingatan
dan persepsi spasialnya. Sementara jenis-jenis musik lain mulai dari Jazz, New Age,
Latin, Pop, lagu-lagu Gregorian bahkan gamelan dapat mempertajam pikiran dan
meningkatkan imajinasi.
lain-lain. Musik juga dapat menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, yang
mendapat pendidikan musik jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang berpikiran
logis, sekaligus cerdas, kreatif, dan mampu mengambil keputusan, serta mempunyai
empati.
rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan
7
kecerdasan emosional (EQ), Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori
Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan
musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri
dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri
itu Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang
Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya musik Mozart
yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun lembut memberi
efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Kekuatan
University of California pada awal tahun 1990-an. Di Center for the Neurobiology of
Learning and Memory di Irvine, sebuah tim peneliti mulai meninjau sejumlah efek
mendapatkan nilai delapan hingga sembilan angka lebih tinggi pada tes IQ spasial
(bagian dari skala kecerdasan Stanford-Binet) setelah mendengarkan “Sonata for Two
Pianos in D Major” (K. 448) karya Mozart selama sepuluh menit. Meskipun efek itu
hanya berlangsung sepuluh menit hingga lima belas menit, tim Rauscher
sedemikian kuat hingga cukup dengan mendengarkan musik pun mampu membuat
perbedaan.
frekuensi – frekuensi tertentu yang menyusun bunyi tersebut. Musik yang memasuki
telinga diubah menjadi impuls – impuls saraf di dalam koklea. Impuls – impuls ini
ditransmisikan menuju korteks auditori di dalam lobus temporal di mana area – area
tertentu terspesialisasi, khususnya pada hemisfer kanan, untuk menganalisa nada dan
warna suara. Informasi dari korteks auditori ditransmisikan ke dalam lobus frontal
yang akan menghubungkan musik dengan emosi, pikiran dan pengalaman masa lalu.
(Sweeney, 2009)
Banyak penulis yang mengkaji tentang pengaruh musik terutama musik klasik
sebagai media penyembuhan dan peningkatan kualitas individu atau kelompok. Hal
ini dapat memberikan gambaran adanya hubungan antara musik dengan respon
seseorang yang sebenarnya tidak jauh dari hubungan emosi antar musik dan
Musik memiliki efek mendalam pada tubuh dan jiwa. Ini adalah bagian tak
terpisahkan dari pengalaman manusia dan penting komponen untuk mencapai kualitas
hidup (Dileo & Bradt, 2009), terapi musik menjadi alat yang bermanfaat untuk
kesehatan. Terapi musik telah terbukti menjadi intervensi bermanfaat bagi orang
yang memiliki penyakit mental abadi (Grocke, 2008; Edwards, 2006). Terapi musik
dapat dianggap sebagai salah satu bentuk rehabilitasi psikososial karena dapat
fisiologis kesejahteraan, seperti fungsi kognitif dan ekspresi emosional (Yang, 1998).
Hal ini didefinisikan sebagai metode psikoterapi yang menggunakan interaksi musik
Terapi musik mulai berkembang dan juga sudah banyak penyakit ataupun
gangguan yang bisa dilakukan dengan terapi musik khususnya pada musik klasik,
diantaranya penderita demensia (Carol A.Prickett & Randall S.Moore, 1991), ADHD
dan ADD (Rosali Rebollo Pratt, Hans Henning Abel, dan Jon Skidmore, 1995), autis
(Dawn Wimpory, Paul Chadwick, dan Susan Nash, 1995), anak yang mengalami
cacat perkembangan (Suzanne Evans Morris, 1996), terobsesi oleh kematian (Guy
Berard, 1993), insomnia (Dick Kankas, 1996), ibu hamil (Cynthia Allison Davis,
1994).
Paul Moses seorang spesialis THT, menemukan pola yang terus berulang pada
diri pasien – pasien skizofrenia. Dia menemukan bahwa suara – suara pasien
skizofrenia itu cenderung ritmis ketimbang melodius. Yang dominan adalah nada –
nada tinggi, dan sedikit saja resonansi sengau. Suaranya tidak dapat meluncur suara
yang melompat dari satu tangga ke tangga berikutnya, dan tekanan pada kata-katanya
aneh. Moses menemukan bahwa sebagian dari pola neurotik dan psikotik mereka
lenyap. Menyanyi hanya sedikit membantu, tetapi berdendang, berbicara, dan dialog
vokal yang kreatif dengan pasien – pasien benar – benar memodifikasi perilaku
mereka.
10
yang lain, termasuk kegiatan otot yang lazimnya tidak terdengar yang tidak dapat
Skotlandia melaporkan bahwa pasien – pasien yang mengikuti serangkaian sesi terapi
menerima sesi terapi musik individual satu kali seminggu selama 10 minggu,
memberikan tritmen medis untuk menghilangkan gejala dan terapi psikologis untuk
membantu beradaptasi dengan konsekuensi atau akibat dari gangguan tersebut. Pada
termasuk tiga kelas obat yang utama : antagonis reseptor dopamine, risperidone
(risperdal), dan clozapine (clozaril). Dan untuk terapinya ada terapi perilaku, terapi
11
berorientasi keluarga, terapi kognitif, terapi kelompok, dan dalam sosial ketrampilan
Hasil penelitian Seto & Sandiasti menunjukkan bahwa terapi musik efektif
untuk penderita Skizofrenia, yang ditandai dengan subjek menjadi tenang, rileks,
tersebut nyata, imajinasi, atau halusinasi. Mekanisme tersebut berada pada lobus
frontal. Otak saat mendengarkan musik, akan mentransmisi bunyi musik menuju
telinga dalam yang nantinya informasi tersebut akan menuju ke lobus frontal, di mana
musik dapat dikaitkan pada emosi, pemikiran, dan pengalaman masa lalu.
1.2RUMUSAN MASALAH
dalam penelitian ini adalah apakah pemberian musik klasik efektif dalam
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian musik
ilmu psikologi, yang khususnya di bidang psikologi klinis yang berkaitan dengan
penderita skizofrenia.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang salah di mana tidak terdapat stimulus
Menurut Cook dan Fotaine, halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien
13
14
2.1.2 Etiologi
1. Biologis
neurobiologist yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian
– penelitian berikut :
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi
halusinasi adalah adanya kerusakan di struktur otak yang lebih dalam, menyebabkan
15
otak menciptakan realitasnya sendiri. Realitas alternatif ini sendiri belum dapat
diperiksa kerena pusat pemikiran yang lebih tinggi di otak, yang terletak di lobus
suara mereka yang biasanya dibangkitkan dalam diri pada sumber – sumber dari luar.
Bukti dari penelitian tentang gambaran otak lainnya menunjuk pada ketidaknormalan
2. Psikologis
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
3. Sosial budaya
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
2.1.2.2 FaktorPrespitasi
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
2. Stess Lingkungan
3. Sumber Koping
2.2 Skizofrenia
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku
pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala
fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan
A. Karakteristik gejala
Terdapat dua (atau lebih) dari criteria di bawah ini, masing – masing
ditemukan secara signigikan selama periode satu bulan (atau kurang, bila berhasil
ditangani) :
1) Delusi (waham)
2) Halusinasi
yang jelas
5) Gejala negatif, yaitu adanya afek yang datar, alogia atau avolisi (tidak adanya
kemauan).
Catatan : Hanya diperlukan satu gejala dari criteria A, jika delusi yang muncul
dua atau lebih suara yang saling berbincang antara satu dengan yang
lainnya.
ketidakberfusian ini meliputi satu atau lebig fungsi utama : seperti bekerja, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum
onset (atau jika onset pada masa anak – anak atau remaja, adanya kegagalan untuk
C. Durasi
sekurangnya enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus termasuk sekurangnya
satu bulan gejala (atau kurang, bila berhasil ditangani) yang memenuhi criteria A
(yaitu fase aktif gejala) dan mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau
residual. Selama periode prodromal atau residual ini, tanda – tanda gangguan
20
mungkin hanya dimanifestasikan oleh gejala negative atau dua atau lebih gejala yag
dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk lemah misalnya keyakinan yang aneh,
disingkirkan karena :
a. Tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
b. Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan
hanya dapat diterapkan setelah sekurang – kurnangnya satu tahun atau lebih, sejak
yang menonjol.
2.2.3 Etiologi
a. Diatesis-Stres Model
b. Faktor Biologis
kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian terbaru
lateral ventrikel, atropi koteks atau atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada
c. Genetika
umum 1% pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 12%
apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah dipisahkan
sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot 47%,
sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).
d. Faktor Psikososial
1. Teori Psikoanalitik
dari fiksasi awal dan defek ego, yang mungkin telah disebabkan oleh
2. Teori Psikodinamika
untuk menyaring berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada satu data
pada keseluruhan tiap fase perkembangan selama masa anak – anak dan
3. Teori Belajar
mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional orang tua yang mungkin
4. Teori Keluarga
berlebihan.
24
DSM-IV dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtype, yaitu (Kaplan & Sadock,
2004.
a. Skizofrenia Paranoid
1) Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
b. Skizofrenia Terdisorgnisasi
c. Skizofrenia Katatonik
mutism.
e. Skizofrenia Residual
adanya gejalanegatif atau dua atau lebih gejala yang tertulis dalam
lazim).
2.3Musik Klasik
menyebut jenis music yang diciptakan oleh komponis Eropa sebelum tahun 1990.
Yang dibedakan menjadi enam zaman yaitu musik abad pertengahan (sebelum tahun
1400), musik renaissance (tahun 1400 – 1600 ), musik barok (tahun 1600 – 1750 ),
musik klasik (1750 – 1825 ), musik romantik (tahun 1825 – 1900 ) dan musik modern
Musik klasik menurut Baoe (2003 : 289) merupakan “musik masa lampau
yang selalu memperhatikan tata tertib penyajiannya dan termasuk standar karya
Menurut Tyas (2007 : 13) musik klasik merupakan musik yang lahir dari
dari semua zaman yaitu memiliki tingkat kesulitan dari segi harmoni, melodi, atau
komposisi musiknya.
klasik merupakan musik yang berasal dari Eropa sekitartahun 1750 – 1825 dimulai
27
dengan kompuser Haydn dan Mozart yang memiliki tingkat kesulitan dari segi
Penggunaan musik sebagai terapi sebenarnya telah ada sejak zaman kono.
Namun terapi musik sendiri berkembangnya di Amerika baru mulai pada abad ke 18,
bukti- bukti tentang khasiat musik dalam penyembuhan dapat diketahui dari kitab
suci dan tulisan- tulisan peninggalan sejarah dari bangsa Arab,Cina, India, Yunani,
adalah penerapan seni musik secara ilmiah oleh seorang terapis, yang menggunakan
musik sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan terapis tertentu melalui
perubahan perilaku.
Kemampuan nonverbal, kreativitas dan rasa alamiah dari musik fasilitator untuk
Kata musik dalam terapi musik digunakan untuk menjelaskan media yang
digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Berbeda dengan berbagai terapi
dalam lingkup psikologi yang justru membantu klien untuk bercerita tentang
dengan bantuan musik, pikiran klien dibiarkan untuk mengembara baik untuk
dirasakan. Djohan (2003), mencatat bahwa dengan bantuan alat musik,, klien juga
musik.
Terapi musik bekerja dalam kalangan yang sangat luas seperti penderita
sakit mental, cacat fisik, orang yang disakiti, penderita Alzheimer dan dementia,
traumatis pada otak, ketidak mampuan belajar, termasuk orang yang tidak menderita
Barbara Growe, mantan presiden The National Association of Music Therapy (dalam
Djohan, 2005 : 229) mengatakan bahwa musik dan irama menghasilkan efek
penyembuhan karena dapat menenangkan aktivitias yang berlebihan dari otak kiri.
manusia. Menurut Gardner (dalam Djohan, 2005 : 230), setiap manusia paling sedikit
intelegensi musik.
29
sama dikemukakan Campbell 2002 dalam bukunya Efek Mozart) mengatakan bahwa
musik Barok (Bach, Handel dan Vivaldi) dapat menciptakan suasana yang
merangsang pikiran dalam belajar. Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu
memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial. Masih banyak lagi jenis-jenis
musik lain mulai dari Jazz, New Age,Latin, Pop, lagu-lagu, Gregorian bahkan
emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang terdapat pada
setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna
perkembangannya melalui musik sejak masa dini. Dari beberapa definisi diatas dapat
dilihat bahwa terapi musik tidak saja bersifat memperbaiki dan mengatasi sesuatu
2.3.3 Mozart
penelitian inovatif di University of California pada awal tahun 1990-an. Di Center for
the Neurobiology of Learning and Memory di Irvine, sebuah tim peneliti mulai
Rauscher, Pd.D., serta para koleganya mengadakan sebuah penelitian dimana tiga
puluh enam mahasiswa tingkat sarjana dari departemen psikologi mendapatkan nilai
30
delapan hingga sembilan angka lebih tinggi pada tes IQ spasial (bagian dari skala
Meskipun efek itu hanya berlangsung sepuluh hingga lima belas menit, tim
(spasial) sedemikian kuat sehingga cukup dengan mendengarkan musik pun mampu
Shaw, seorang fisikawan teoritis dan salah satu peneliti yang termasuk dalam tim
tersebut setelah pengumuman hasil-hasil tadi. “Kami menduga bahwa musik yang
rumit tersebut memperlancar pola-pola saraf kompleks tertentu yang terlibat dalam
kegiatan-kegiatan otak yang tinggi seperti matematika dan catur. Sebaliknya, musik
yang sederhana dan berulang-ulang memiliki efek yang berlawanan (Campbell, 2002:
17).
Jenis musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik klasik dari
Mozart memiliki efek terapeutik. Dan menurut Campbell (2002 : 17) “rahasia
keunggulan musik klasik Mozart adalah kemurnia dan kesederhanaan bunyi – bunyi
yang dimunculkan”.
Kehidupan manusia sangat dekat dengan irama, karena denyut nadi dan
degup jantung manusia memiliki irama khusus, hal tersebut menunjukan betapa
31
musik terhadap kehidupan manusia, begitu pula dengan musik klasik. Menurut
Campbell (2002 : 10) musik klasik mempengaruhi otak bagian kanan yaitu musik
antara lain :
dengan memberikan musik klasik pada penderita skizofernia, halusinasi yang dialami
Selain itu Paul Moses seorang spesialis THT, menemukan pola yang terus
berulang pada diri pasien – pasien skizofrenia. Dia menemukan bahwa suara – suara
32
pasien skizofreniam itu cenderung ritmis ketimbang melodius. Yang dominan adalah
nada – nada tinggi, dan sedikit saja resonansi sengau. Suaranya tidak dapat meluncur
suara yang melompat dari satu tangga ke tangga berikutnya, dan tekanan pada kata-
katanya aneh. Moses menemukan bahwa sebagian dari pola neurotik dan psikotik
mereka lenyap. Menyanyi hanya sedikit membantu, tetapi berdendang, berbicara, dan
dialog vokal yang kreatif dengan pasien – pasien benar – benar memodifikasi
perilaku mereka.
State Hospital meneukan bahwa bersenandung menutupi bunyi – bunyi yang lain,
termasuk kegiatan otot yang lazimnya tidak terdengar yang tidak dapat dipersepsi
Dan hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Djohan (2005)
bahwa terapi musik bekerja dalam kalangan yang sangat luas seperti penderita sakit
mental, cacat fisik, orang yang disakiti, penderita Alzheimer dan dementia, gangguan
saraf, gangguan mental dan perkembangan yang tertunda, gangguan traumatis pada
otak, ketidak mampuan belajar, termasuk orang yang tidak menderita sakit tertentu
Imaging (fMRI), ahli saraf dan psikiater dari Universitas Kolombia mampu
skizofrenia yang berkaitan dengan kelainan psikotik. Aktivitas pada daerah spesifik
menghasilkan diagnosis dini dan membuka kesempatan untuk pembentukan obat atau
September 2009. Di dalam penelitian, para peneliti melakukan scanning otak pada 18
individu dengan risiko tinggi dan memiliki gejala prodromal serta dibandingkan
dengan 18 individu sehat yang diikuti selama 2 tahun. Bagi mereka yang mengalami
peningkatan aktivitas di area hipokampus pada skizofrenia kronik. Penelitian saat ini
menunjukkan bahwa pada tahapan dini dari penyakit, sebelum gejala bermanifestasi,
peningkatan aktivitas di regio tertentu dari hipokampus dapat menjadi salah satu
rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan
kecerdasan emosional (EQ), Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori
Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan
34
musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri
dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri
itu Siegel, 1999 mengatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang Alfa yang
dengar pada skizofrenia memiliki hubungan dengan musik. Dikatakan bahwa pasien
otak kanan dan otak kiri dan musik klasik mampu menghasilkan gelombang Alfa
yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbik jaringan neuron otak.
International Society for Music in Medicine (dalam Campbell, 2002 : 315) telah
mempelajari efek musik pada hamper 97.000 pasien sebelum, selama, dan setelah
menjadi berkurang.
Pemaparan diatas hubungan antara halusinasi dengan musik dilihat dari segi
biologis dan psikologisnya yaitu masalah yang ada didalam otak dan masalah secara
psikologisnya.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini terkait dengan tujuan
dijelaskan didalam bab empat. Dilihat hasil grafik untuk keempat aspek menujukkan
klasik secara rutin dan jika subjek tidak diperdengarkan musik klasik maka subjek
5.2 Saran
skizofrenia lebih paham dengan keadaan masing – masing penderita skizofrenia dan
75
76
melakukan kontrol prilaku pada subjek selain itu dengan menggunkan metode yang
sama saat diperdengarkan musik klasik masih bisa efektifkah untuk subjek yang lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, I.S, 2006. Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung : Refika
Aditama.
Bahr, R.D. 1994. “Reducing Time to the Therapy in AMI Patients : the New Paradign
“. Journal of Emergency Medicine. 12: 450-503
Campell, Don, 2002. Efek Mozart. Cetakan II. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Dileo C and Bradt J, 2009 Medical music therapy: “Evidence-based principles and
practices.” In: Soderback I (ed), Inter-national handbook of occupational
therapy. New York Springer: 445-451.
Djohan, 2005. Psikologi Musik. Cetakan II. Yogyakarta : Penerbit Buku Baik
Gold C, Solli HP, Krüger V, Lie SA, 2009 “Dose-response rela-tionship in music
therapy for people with serious mental disorders: systematic review and
meta-analysis”. Clinical Psychology Review. 27: 193-207.
Green, M.F., Kinsbourne M., 1990 “Subvocal activity and auditory hallucinations:
for Behavioral Treatments.” Schizophrenia Bulletin 16
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 2004. Sinopsis Psikiatri (Terjemahan:
Kusuma, W). Jakarta : Binarupa Aksara.
77
Mansjoer, Ari., 1999, “ Kapita selekta kedokteran (edisi 3), Jilid I”, media
Aesculapius, Jakarta.
Mulyadi, Seto, Devina, Anggita Sandiasti., 2012 “Incorportes Music Therapy For
People With Residual Type of Schizophrenia “.international Journal of
Management Sciences and Business Research. Vol. 1: No. 4.
Stuart & Sunden, 2007. Buku Saku Keperawat Jiwa. Jakarta : EGC.
78