Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


ASMA BRONCHIAL

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2A
A.CINDEWI ANDI NYIWI (2104001)
DIAN ELVIANI (2104010)
DESI FATMASARI (2104009)
MILY INDIYANA (2101015)
SRI DAMAYANTI (2104033)
RITA (2104027)
WIDHY NURMAYANI (2104042)
WINARTI (2104043)
WINDASARI (2104053)
YULIA (2104044)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Contoh Kasus
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dengan keluhan sesak nafas disertai batuk, demam
dan kesulitan tidur dan ibu pasien mengatakan sesaknya sering kambuh jika kedinginan dan
terkena paparan debu, didapatkan hasil pemeriksaan fisik, TD : 100/80, nadi 80x/menit, suhu
36 ˚C, pernapasan 28x/menit.

A. Konsep Kebutuhan Oksigenasi


1. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan
untuk mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan [ CITATION Sap13 \l 1057 ].
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan
biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar
0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan
metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga
berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke
seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen
merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
[ CITATION Tar06 \l 1057 ].
2. Anatomi dan Fisiologi Oksigenasi
System respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari
cavum nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan bronkiolus terminal,
dan bagian respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus
respiratorius, ductus alveolar dan alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran
nafas atas dan bawah, saluran nafas atas terbatas hingga faring, sedangkan saluran
nafas abwah dimulai dari laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru. Anatomi
system pernafasan terdiri atas :
a. Saluran pernapasan atas
1) Nasal cavity
Rongga hidung dimulai dari vestibulum yakni pada bagian anterior ke bagian
posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas dua
bagian yang secara tranversal konka superior, medialis dan inferior.
2) Pharynx
Bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut, terdiri dari nasofaring
(bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian yang
berbatasan dengan rongga mulut) dan larringofaringeal (bagian yang
berbatasan dengan laring)
3) Larynx
Fungsi utamanya adalah sebagai alat suara, dalam saluran pernafasan sebagai
jalan udara. Lapisan mukosa bersilia pada laring berfungsi untuk
menghilangkan partikel asing dan untuk menghangatkan dan melembabkan
udara yang dihirup.
b. Saluran pernapasan bawah
1) Trachea
Merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (berbentuk U) dengan
Panjang 10-20 cm, dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang berbentuk huruf C
dan berakhir Ketika bercabang dua karina. Bagian yang tidak berkartilago
disebut trakea membranosa, berada di posterior. Pada ketinggian vertebra
torakalis ke 4 trakea bercabang 2 di karina menjadi bronchus utama kanan
dan kiri. Diatas tempat masuk nya bronkus utama, kedua kartilago bertemu
membentuk cincin sempurna, tidak hanya C melainkan O.
2) Bronchus
Percabangan dari trakea sebelum masuk ke mediastinum disebut bifurkasi
dan sudut tajam yang dibentuk oleh percabangan, ini disebut karina. Bronkus
utama kanan mempunyai 3 percabangan yakni superior, medialis dan
inferior. Bronkus utama kiri mempunyai 2 percabangan yaitu bronkus lobaris
superior dan inferior. Bronkus segmental merupakan percabangan dari
bronkus lobaris. Bronchus dibentuk dan ditopang oleh cincin kartilago,
dilapisi oleh eptel kolumnra bersilia, mengandung otot polos, mendapat
vaskularisasi dari arteri bronkialis, berdiameter lebih dari 2 mm bukan
merupakan pipa yang kaku.
3) Bronchiolus
Merupakan saluran nafas yang tidak berkartilago. Pada saat apru kolaps,
bronchus bersar masih tetap paten, sedangkan bronchus kecil, bronchioles,
dan alveoli ikut kolaps. Bronchiolus paling ujung (distal) disebut terminalis.
3-5 bronchiulus terminalis membentuk asinus.
c. Paru-paru
1) Paru-paru
Paru kanan terdiri atas 3 lobus dan 10 segmen, sedangkan paru kiri terdiri
atas 2 lobus dan 8 segmen.
2) Alveoli
Terdapat lebih dari 300 juta gelembung alveoli dengan diameter 0,3 mm.
struktur gelembung ini cenderung tidak stabil. Adanya tegangan muka cairan
yang melapisi alveoli menyebabkan gelembung cenderung menjadi kolaps,
namun berkat adanya surfaktan yang menurunkan tegangan maka cairan di
dinding alveoli menyebabkan gelembung tersebut tidak mudah kolps, tetapi
mengembang dan stabil.

Gambar .1 saluran pernafasan pada manusia


Nilai normal pernapasan :
Bayi (0-1 tahun : 30-60/menit
Balita (1-3 tahun) : 24-40/menit
Pre-schooler (3-6 tahun) : 22-34/menit
Anak usia sekolah (6-12 tahun) : 18-30/menit
Remaja (12-18 tahun) : 12-16/menit
Dewasa (19-59 tahun) : 12-20/menit
Lansia (60 tahun keatas) : 28/menit
Menurut [ CITATION Bru02 \l 1057 ] peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inspirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran
pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada
naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif
yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada
turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi:
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan keluar paru-
paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan
persarafan yang utuh. Otot pernapasan insiprasi utama adalah diafragma.
Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,yang keluar dari spinalis pada vertebra
servikal keempat.
1) Kerja pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan
membuat paru berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat
kompliansi paru,tahanan jalan napas,keberadaan ekspirasi yang aktif,dan
penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
2) Komplikasi
Merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respons
terhadap peningkatkan tekanan intralveolar. Komplikasi menurun pada
penyakit,seperti edema pulmonary, interstisial, fibrosis pleura dan kelainan
struktur traumatic atau congenital, seperti kifosis atau fraktur iga. Surfaktan
merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar yang
mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegahanya dari
kolaps.
3) Tahanan jalan napas
Merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait dengan
kecepatan aliran gas yang diinspirasi. Tahanan jalan napas dapat mengalami
peningkatan akibat obstursi jalan napas,penyakit dijalan napas kecil (seperti
asma),dan edema trakeal. Jika tahanan meningkat,jumlah udara yang melalui
jalan napas anatomis menurun. Ekspirasi merupakan proses pasif normal
yang bergantung pada property recoil elastis dihasilkan oleh serabut elastic
dijaringan paru dn oleh tegangan permukaan dalam cairan yang melepasi
alveoli . klien yang mengalami penyakit pulmonary obstruksi kronik lanjut
akan kehilangan recoil elastis paru dan thoraks. Akibatnya ,kerja napas klien
meningkat.
4) Volume paru
Volume paru normal di ukur melalui pemeriksaan fungsi pulmonary.
Spirometri mengukur volume udara yang memasuki atau yang meninggalkan
paru-paru. Variasi volume paru dapat dihubungkan dengan status
kesehatan,seperti kehamilan,latihan fisik,obesitas,atau kondisi paru yang
obstruksi dan restriktif. Jumlah surbfaktan,tingkat komplikasi,dan kekuatan
otot pernapasan mempengaruhi tekanan dan volume di dalam paru-paru.
5) Tekanan
Gas bergerak ke dalam dan keluar paru karena ada perubahan tekanan.
Tekanan intrapleura bersifat negative atau kurang daripada tekanan atmosfer,
yaitu 760 mm Hg pada permukaan laut. Supaya udara mengalir ke dalam
paru-paru, maka tekanan intrapleura harus lebih negative, dengan gradien
tekanan antara atmosfer dan alveoli.
b. Perfusi
Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dari membran kapiler
alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonar
merupakan suatu reservoir untuk darah sehingga paru dapat meningkatkan
volume darahnya tanpa peningkatan tekanan dalam arteri atau vena pulmonary
yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai filter, yang menyaring
thrombus kecil sebelum thrombus tersebut mencapai organ-organ vital.
c. Difusi
Merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan
terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh
ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membran merintangi proses difusi
karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu yang lebih lama ntuk
melewati membran tersebut. Klien yang mengaami udema pulmonary,infiltrasi
pulmonar,atau efusi pulmonary memiliki ketebalan membrane alveolar.
3. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang  menyebabkan  klien mengalami gangguan
oksigenasi yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada,
nyeri, cemas, penurunan energi/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan
muskoloskeletal, kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas
neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-
alveoli.
4. Faktor Predisposisi
a. Faktor Fisiologi
1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
3) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport
O2 terganggu.
4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.
5) Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyalit kronik seperti TBC
paru.
b. Faktor Perkembangan
1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
2) Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
3) Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
4) Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
5) Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
c. Faktor Perilaku
1) Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
yang tinggi lemak menimbulkan arterioklerosis.
2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
4) Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alcohol, menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat
d. Faktor Lingkungan
1) Tempat kerja
2) Suhu lingkungan
3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
5. Proses terjadinya pertukaran gas
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas. [ CITATION Bru02 \l 1057 ]
Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi defisiensi oksigen, yang
mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel.
Hipoksia merupakan penyebab penting dan umum dari cedera dan kematian sel.
Teragntung pada beratnya hipoksia, sel dapat mengalami adaptasi, cedera, atau
kematian. Penyebab hipoksia berdasarkan mekanismenya dibagi dalam kategosi,
yaitu:

1. Hipoksemia arteri
2. Berkurang aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa adanya
hipoksemia arteri
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan

Hipoksia memiliki beberapa gejala antara lain :


1. Frekuensi nadi dan pernapasan naik
2. Lemas
3. Gangguaan pada cara berpikir dan berkonsentrasi
4. Sianosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir berubah menjadi biru
5. Pingsan dan
6. Gelisa
Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang atau penggunaan berlebihan di
jaringan maka metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobic.
Perubahan terjadi karena untuk menyediakan energy yang cukup untuk metabolisme
(reksodiputor et al,. 2019). Pada metabolisme anaerob terjadi asidosis di sitosol
karena adanya pembentukan asam laktal, yang berdisiosiasi menjadi laktat dan H.
Dampak hipoksia dalam periode awal memiliki gejala seperti kelelahan,
mengantuk, apatis, kurang mampu memusatkan perhatian. Ketika hipoksia menjadi
semakin berat, pusat-pusat dibatang otang akan dipengaruhi. Di otak terdapat
pernapasan yang merupakan kelompok neuron pernapasan dorsal yang terletak di
bagian dorsal medulla yang menyebabkan isnpirasi, kelompok sistem pernapasan
yang terletak di ventrolateral medulla yang mempengaruhi ekspirasi atau inspirasi,
tergantung pada kelompok neuron yang dirangsang.
Berkurangnya kandungan oksigen dalam darah (hipoksia) akan merangsang
syaraf simpatis, yang berpengaruh pada jantungan sehingga menyebabkan takikardi
(Guyto & hall, 2012). Bila kondisi oksigen dalam darah rendah tidak teratasi dan
berlanjut menjadi kondisi hipoksia, maka akan memicu perubahan aktivitas
metabolisme pada tubuh.

6. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk
bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea,
penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu:
a. Suara napas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takipnea
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik  yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
Nilai normal :
pH = 7,35 – 7,45 mmHg
pCO2 = 35-45 mmHg
HCO3 = 22-26 mEq/L
 Lihat pH:
Jika pH<7,35 = asidosis, jika nilai pH>7,45 = alkalosis
 Lihat arah perubahan dengan pCO2 dan HCO3, jika arah perubahan pH
berlawanan dengan pCO2 , maka respiratorik, jika arah perubahan pH searah
dengan HCO3 maka metabolic
 Tentukan kompensasi
 Metabolik
 Jika metabolic dan pCO2 normal maka tidak terkompensasi
 Jika metabolic dan pCO2 naik maka terkompensasi
 Jika pH normal (7,35-7,45) maka terkompensasi penuh
 Jika pH belum normal maka terkompensasi sebagian
 Respiratorik
 Jika respiratorik dan HCO3 normal, maka tidak terkompensasi
 Jika respiratorik dan HCO3 naik, maka terkompensasi
 Jika pH normal maka terkompensasi penuh
 Jika pH belum normal maka terkompensasi Sebagian
 Persamaan Handerson-Hasselbalch

pH = 6,10 + log HCO3


PaCO2

 Penilaian oksigenasi AGD :


Jika PaO2 ≤ 60 mmHg menunjukkan hipoksemia atau dikategorikan gagal nafas
tipe I. jika hasil tersebut disertai dengan peningkatan PaCO2 (≥49 mmHg)
dikategorikan dengan gagal nafas tipe II.
 Penghitungan kebutuhan oksigen :
Hitung kebutuhan O2 :

MV = TV X RR
MV = TV x RR
= ((6-8 cc) x BB) x RR

Keterangan :
MV : Minute Volume
TV : Tidal Volume
RR : Respiration Rate
BB : Berat Badan

c. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d. Pemeriksaan sinar X dada
8. Penatalaksanaan pemenuhan oksigenasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21
%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1. Perubahan frekuensi atau pola napas
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. Hipoksemia
4. Menurunnya kerja napas
5. Menurunnya kerja miokard
6. Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,
diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas
dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara memberikan
oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui
kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega
terjadinya hipoksia (Hidayat, 2009).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
1. Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih
mampu bernapas sendiri dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan
untuk menambah konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka dengan
kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
a. Nasal kanula/binasal kanula.
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat memberikan oksigen
dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b. Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5
– 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus
mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong
reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan konsentrasi
60 – 80%.
d. Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka pada
saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya
mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2. Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan
tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi
oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan
ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15
liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju
sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai
dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%,
merah 40% dan hijau 60%.
B. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. IDENTITAS
PASIEN
a. Nama : An. K
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 10 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Alamat : Harmony Reside A/25
g. No. CM :
h. Diagnostik Medis : Asma

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny. N
b. Umur : 38 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Alamat : Harmony Residen A/25
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama : batuk, kadang demam, sesak nafas dan susah tidur
2) Kronologi penyakit saat ini : pasien mengalami keluhan sesak nafas disertai
batuk, demam dan kesulitan tidur. Ibu pasien mengatakan sesaknya sering
kambuh jika kedinginan dan terkena paparan debu
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien : kualitas tidur menurun disebabkan karena
batuk dan sesak napas terutama di malam hari
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan Kesehatan :
b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Genogram (minimal 3 generasi)
1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumlah keluarga? Pasien tinggal
dengan kedua orang tuanya dan adik nya
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa? Ayah dari
pasien memiliki Riwayat penyakit yang sama
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun? Tidak
ada
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota mengalami
sakit? Keluarga akan merasa khawatir
c. PENGKAJIAN BIOLOGIS (Dikaji sebelum dan sesudah sakit) RASA AMAN
DAN NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri? Tidak ada rasa nyeri
2) apakah ada mengganggu aktifitas? Tidak ada gangguan aktivitas
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan nyeri?
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
5) Apakah ada Riwayat pembedahan?
d. AKTIFITAS ISTIRAHAT – TIDUR
AKTIFITAS
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR? Klien berolahraga saat disekolah
2) Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas? Klien tidak
menggunakan alat bantu dalam beraktifitas
3) Apakah ada gangguan aktifitas? Klien tidak mengalami gangguan aktifitas
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?klien setiap
jam 07.30 pagi berangkat ke sekolah dan akan Kembali ke rumah jam 10.30
5) Apakah klien mempunyai keterampilan khusus? Klien tidak memiliki
keterampilah khusus
6) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini? Klien mengalami susah tidur
saat sesak nya kambuh
e. ISTIRAHAT
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat : tidak teratur
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang : klien biasanya melatih hafalan
surah-surah pendek
3) Apakah klien menyediakan waktu khusus untuk istirahat : tidak
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby? ya
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini : kesulitan tidur karena batuk
dan sesak
f. TIDUR
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam,berapa lama, nyenyak/tidak?) : klien tidur
dimalam hari selama kurang lebih 8 jam,
2) Apakah kondisi saat ini mengganggu klien: klien merasa ternganggu jika sesak
nya kambuh
3) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur: tidak
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur: biasanya main game atau
memperlancar hafalan/muroja’ah
5) Bagaimana kebiasaan tidur? Teratur
6) Apakah klien sering terjaga saat tidur: terkadang jika sesak nya kambuh
7) Pernakah mengalamai gangguan tidur? Jenis nya? Hanya jika sesaknya
kambuh
8) Apa hal ditimbulkan akibat gangguan tersebut? Jika susah tidur karena sesak
biasanya klien akan merasa lemas sehingga tidak bisa ke sekolah
g. CAIRAN
1) Berapa banyak klien minum perhari : 6-8 gelas/hari dengan frekuensi 800
ml/hari
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien : susu dan jus
3) Apakah ada minuman yang disukai/dipantang : klien menyukai air putih dan
pantang terhadap minuman dingin dan bersoda
4) Apakah klien terbiasa minum alcohol: tidak perna
5) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari : dengan minum air dan susu serta
makanan yang bersera
6) Ada program pembatasan cairan: tidak ada
h. NUTRISI
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hari : bubur dan buah-buahan
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien: nafsu makan menurun dengan porsi
2x sehari
3) Apakah ada makanan kesukaan: bauh-buahan, makanan yang dipantang:
gorangan, permen karet dan makanan cepat saji
4) Apakah ada Riwayat alergi terhadap makanan : makanan yang sangat manis
dan minuman dingin serta minuman bersoda
5) Apakah ada kesulitan menelan? Menguyah?: tidak ada
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus: tidak ada
7) Apakah ada yang meyebabkan gangguan pencernaan: tidak ada
8) Bagaimana kondisi gigi klien : gigi tampak bersih
9) adakah Riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan system
pencernaan: -
i. ELIMINASI: URINE DAN FESES
Eliminasi Feses:
1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan karateristik feses? Pola
defekasi teratur, pagi hari saat bangun tidur dengan konsistensi feses lembek
berwarna kuning
2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar: tidak perna
3) Apakah ada kesulitan: tidak ada
4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah: -
5) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk defeksi: -
Eliminasi Urine:
1) Apakah BAK klien teratur : 6-7 kali sehari
2) usaha yang diakukan klien untuk megatasi masalah: -
3) bagaimana perubahan pola miksi klien: -
4) apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu dalam
miksi: tidak ada
j. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONIKSIDA
PERNAFASAN.
1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas: Dypsnue
2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masala : mengatur posisi duduk
(fowler) dan memakai nebuliser
3) Apakah klien menggunakan alat bantu pernafasan : menggunakan nebuliser
jika sesak nya terasa berat dan mengganggu
4) Posisi yang nyaman bagi klien : fowler
5) Apakah klien terbiasa merokok Obat - obatan untuk melancarkan pernafasan :
tidak
6) Apakah ada elergi terhadap debu : ada
7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan : tidak pernah,
hanya periksa ke dokter keluarga
8) Apakah klien pernah punya Riwayat gangguan pernafasan dan mendapat
pengobatan? ( Ya, apa jenis obat, berapa lama pemberiannya? Kapan? Jika
klien sesak biasanya menggunakan nebuliser dengan Ventolin 2,5 mg yang
diencerkan dengan NaCl 0,9% dan salbutamol 2 mg per oral
k. KARDIOVASKULAR
1) Apakah klien cepat Lelah : tidak
2) Apakah klien kluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang menyebar?Pusing?
Rasa berat didada : tidak ada
3) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung : tidak ada
4) Apakah klien dapat obat untuk mengatasi gangguan kardiovaskuler: tidak ada
l. PERSONAL HYGIENE
1) Bgaimanakah pola personal hygiene : Berapa kali mandi, gosok gigi dll?
mandi 3 kali sehari dan sikat gigi 2 kali sehari
2) Berapa hari klien terbiasa cuci rambut : 3 kali dalam satu minggu
3) Apakah klien melakukan bantuan dalam melakukan personal hygiene :
Dibantu oleh Ny.N
m. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPRITUAL
 Psikologi
1) Status Emosi : klien Nampak tenang
2) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya? Dapat bercerita
sesuai dengan umur nya
3) Bagaimana suasana hati klien? An.K mengatakan jika sesak, maka
akan menggangu dan tidak bisa ber konsentrasi untuk belajar
4) Bagaimana perasaan klien saat ini? An.K mengatakan sudah tidak
merasa sesak
5) Apa yang dilakukan bisa suasana hati sedih,marah,gembira? An.K
adalah anak yang periang, penurut terhadap orang tua, dan rajin belajar.
Jika marah maka anak K hanya akan diam sambil main game.
6) Konsep diri?
7) Hal – hal apa yang disukai klien? Klien suka main game dan bermain
Menyusun lego sertai mewarnai
8) Bagaimana klien memandang diri sendiri? Klien adalah anak yang
cukup pintar sekolah, dan memiliki orang tua yang sangat saying
kepadanya
9) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan yang ada
pada dirinya? Klien belum mampu untuk mengidentifikasi
10) Hal – hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini? Tidak ada keluhan
dalam beraktifitas
 Hubungan Sosial :
1) Apakah klien mempunyai teman dekat? Klien memiliki banyak teman
dekat disekolah
2) Siapa yang dipercayai klien? Kedua orang tua nya
3) Apakah klien ikut dalam kegiatanmasyarakat? Tidak
4) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan? Klien
adalah murid sekolah dasar
 Spiritual :
a. Apakah klien menganut satu agama? Klien menganut agama islam
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan ibadah?
Tidak
c. Bagaimana hubugan antara manusia dan tuhan dalam agama klien?
Sesuai dengan ajaran agama islam

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. KEADAAN UMUM
1) Kondisi klien secara umum :
a. Kesadaran : Composmentis dengan GCS 15
b. Penampilan dihubungan dengan usia : Seperti anak seusianya
c. Ekspresi wajah : Tenang
d. Kebersihan secara umum : Pasien nampak bersih
2) Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 100/80
b. Denyut nadi : 80 kali / menit
c. Suhu : 36
d. Pernapasan : 28x/ menit
3) Pertumbuhan fisik:
a. TB : 138 cm
b. BB : 33 cm
c. postur tubuh.
4) Keadaan kulit:
warna : tidak terdapat perubahan warna
tekstur : halus
kelainan kulit.: tidak ada
b. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a. Kepala
1) Bentuk : tidak ada benjolan,
keadaan kulit : Nampak bersih,
pertumbuhan rambur : rambut pasien Nampak rontok
2) Mata : tidak terdapat edema maupun radang,
Kebersihan penglihatan : penglihatan pasien baik tidak ada kelainan
Pupil : bentuk pupil isokor dan terdapat reflex pada cahaya, reflek : pasien
mampu menggerakkan bolat mata dan mampu menutup kelopak mata,
sklera, konjungtiva
3) Telinga:
Bentuk : ukuran dan bentuk telinga sesuai dengan pertumbuhan
Kebersihan : keadaan lubang telinga Nampak bersih
Secret : tidak ada
fungsi dan nyeri telinga : tidak ada nyeri tekan
4) Hidung:
Polip : tidak ada
Secret : tidak ada pengeluaran sekret
nyeri : tidak ada
5) Mulut:
kemampuan bicara : baik
keadaan bibir : bibir pasien tidak sianosis dan tidak pucat
warna lidah : warna merah muda/terdapat secret pada mulut dengan warna
kecoklatan kemerahan
gigi (letak, kondisi gigi) : sudah memiliki gigi, tidak terdapat karies,
oropharing (bau nafas, suara parau, dahak) : -
b. Leher
Bentuk : tidak ada kelainan
Gerakan : tidak ada kelainan
pembesaran thyroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar getah bening,
Nyeri telan : tidak ada nyeri tekan dan menelan
c. Dada
1) Inspeksi:
Bentuk dada : bentuk dada pasien kiri dan kanan simetris
kelainan bentuk : tidak ada
retraksi otot dada : terdapat pengembangan pada saat pasien bernafas
pergerakan selama pernafasan : irama pernapasan pasien reguler
jenis pernafasan : -
2) Auskultasi:
Suara pernafasan : vesikuler
Bunyi jantung : normal
suara abnormal yang ditemuai : tidak ada bising usus
3) Perkusi: batas atas intercostan III kiri, batas kanan dan kiri linea
parasternalis kanan
d. Abdomen
1) Inspeksi: simetris
2) Auskultasi: tidak terdapat bising usu
3) Perkusi: tidak tedapat gas abdomen
4) Palpasi: tidak ada nyeri tekan
e. Genetelia, Anus dan rectum
1) Inspeksi: tidak terpasang alat bantu / keteter
2) Palpasi: tidak teraba penumpukan urine
f. Ekstremitas
1) Atas: kelengkapan, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang
mengganggu gerak?, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu, siku,
pergelangan tangan dan jari – jari
2) Bawah: kelengkaan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices,
gerakan otot, gerakan panggul, lutut,pergelangan kaki dan jari – jari
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Radiologi: -
2) Laboratorium : -
3) EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan : -
KLASIFIKASI DATA
A. DATA SUBJEKTIF :
1. batuk, dispnea dan terdengar mengi
2. pasien sering mengalami batuk pada saat malam hari
3. Dispnea
4. Merasa binggung
5. Merasa kawatir dengan akibat yang dihadapi

B. DATA OBJEKTIF :
1. batuk tidak efektif
2. terdengar suara mengi
3. sputum berlebih
4. PCO2 meningkat
5. bunyi napas tambahan
6. tampak gelisah
7. sulit tidur
8. Ibu pasien terlihat cemas
9. ibu pasien tampak gelisah
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH

1. DS :
1. batuk, dispnea dan terdengar mengi
2. pasien sering mengalami batuk pada
saat malam hari
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan proses infeksi

DO :
1) batuk tidak efektif
2) terdengar suara mengi
3) sputum berlebih

2. DS : Gangguan Pertukaran Gas


1) Dispnea berhubungan dengan Perubahan
2) Gelisah Membran Alveolus-Kapiler
3) Kesadaran menurun

DO :
1) PCO2 meningkat
2) PO2 menurun
3) bunyi napas tambahan
4) pola nafas abnormal

DS :
1) Merasa binggung
2) Merasa kawatir dengan akibat Ansietas b.d kurang terpapar informasi
yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
DO :
1) Ibu pasien terlihat cemas
2) ibu pasien tampak gelisah
3) ibu pasien tampak pucat
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi

2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Perubahan Membran Alveolus-Kapiler

3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
berhubungan dengan proses infeksi tindakan keperawatan Observasi
DS : selama 1x8 jam, 1. Identifikasi
1. batuk, dispnea dan terdengar diharapkan bersihan jalan kemampuan
mengi nafas meningkat. Dengan baaatuk
2. pasien sering mengalami batuk kriteria hasil : 2. Monitor adanya
pada saat malam hari 1. Batuk efektif retensi sputum
DO : meningkat 3. Monitor tnda dan
1) batuk tidak efektif 2. Produksi sputum gejala infeksi
2) terdengar suara mengi cukup menurun saluran nafas
3) sputum berlebih 3. Wengi menurun 4. Monitor input dan
4. Wheezing output
menurun 5. Cairan (mis,
5. Dispnea menurun jumlah dan
6. Gelisah cukup karakteristik)
menurun Terapeutik
7. Frekuensi nafas 1. Atur posisi semi
membaik fowler atau fowler
Pola nafas cukup 2. Pasang perlak dan
membaik bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang sekret pada
tempaatnya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik
nafas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
tahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengaan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafaas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
mukolitit atau
ekspektoran
Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan Perubahan tindakan keperawatan Observasi
Membran Alveolus-Kapiler selama 1x8 jam, 1. Monitor pola
DS : diharapkan pertukaran gas nafas (bradipnea,
1) Dispnea meningkat. Dengan takipnea,
DO : kriteria hasil: hiperventikasi)
1)PCO2 meningkat 1. Dispnea cukup 2. Monitor
2) bunyi napas tambahan menurun kemampuan batuk
2. Bunyi nafas efektif
tambahan 3. Monitor adanya
menurun produksi sputum
3. Pusing cukup 4. Monitor adanya
menurun sumbatan jalan
4. Gelisah cukup nafas
menurun 5. Palpasi
5. Nafas cuping kesimetrisan
hidung menurun ekspansi paru
6. PCO2 membaik 6. Auskultasi
7. PO2 membaik bunyibjalan nafas
8. Takikardia cukup 7. Monitor saturasi
membaik oksigen
Pola nafas membaik 8. Monitor nilai
AGD
Terapeutik
1. Atur interval
pemamtauan
respirasi sesuai
kondisi paasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasohkan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Ansietas b.d kurang terpapar Setelah dilakukan Reduksi ansientas
informasi tindakan keperawatan 1x8 Observasi
DS : jam pasien menunjukkan 1. Indentifikasi saat
1) Merasa binggung tingkat kecemasan teratasi tingkat ansientas
2) Merasa kawatir dengan akibat dengan kriteria hasil: berubah .
yang dihadapi 1. Kondisi yang 2. Indentifikasi
DO : dihadapi dari kemampuan dan
1) Ibu pasien terlihat cemas meningkat menjadi mengambil
2) ibu pasien tampak gelisah menurun keputusan
2. Perilaku tegang dari 3. Monitor tanda tanda
meningkat menjadi ansientas ( verbal
menurun dan non verbal)
3. Tremor dari Terapeutik
meningkat menjadi 1. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
Pucat dari meningkat menumbuhkan
menjadi menurun kepercayaan.
2. Temani pasien untuk
mrengurangi
kesecemasann, jika
menungkinkan.
3. Pahami situasi yang
membuat ansientas.
4. Dengarkan dengan
pennuh perhatian
5. Motivasi
mengindetifikasikan
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur
termaksud sensasi
yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara
factual mengenal
diagnosis,pengobatan
dan prognosis.
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien.
4. Anjurkan
mengungkapkann
perasaan dan
presepsi
5. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
6. Latih tehnik relaksasi

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat anti
Ansientas jika perlu.
IMPLEMENTASI
Diagnosis Hari /
Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi
Keperawatan Tanggal
Bersihan jalan Selasa,19 09.00 Mengidentifikasi kemampuan batuk Selasa, 26 oktober 2021
nafas tidak maret Hasil : pasien belum mampu batuk Jam 14.00 Wita
efektif 2021 memonitor adanya retensi sputum S:
berhubungan 09.10 Hasil : sputum terlihat kental 1. Pasien belum mampu batuk
dengan proses Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran
infeksi nafas
09.35 Hasil : pasien masih terlihat batuk O:
memonitor input dan output 1. sputum terlihat kental
Hasil : output dan input tidak seimbang
10.00 mengatur posisi semi fowler atau fowler A: Masalah belum teratasi
Hasil : batuknya sedikit berkurang
Memasang perlak dan bengkok di pangkuan P: Lanjutkan intervensi
pasien
10.10 Hasil : sputum pasien tidak tercecer kemana
mana
Membuang sekret pada tempaatnya
Hasil :pasien Nampak membuang sputumnya
dibengkok
10.25 Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
Hasil :
Menganjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik, tahan selama 2 detik,
10.35 kemudian keluarkan dari mulut dengaan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam
hingga 3 kali
Hasil :
menganjurkan batuk dengan kuat langsung
10.45 setelah tarik nafaas dalam yang ke-3
mengkolaborasi pemberian mukolitit atau
ekspektoran
Hasil :
Memberikan combinvent 1 unit dose vial
(UDV)

Gangguan Selasa,19 11.00 Memonitor pola nafas (bradipnea, takipnea, Rabu, 27 Oktober 2021
Pertukaran Gas maret hiperventilasi) Jam 13.10
berhubungan 2021 Hasil : S:
dengan 11.05 Pasien terlihat napas pendek dan cepat 1. pasien terlihat napas pendek dan cepat
Perubahan Momonitor kemampuan batuk efektif 2. pasien belum mampu batuk secara efektif
Membran Hasil : 3. masih terlihat penumpukan sputum
Alveolus- 11.15 Pasien belum mampu batuk secara efektif O:
Kapiler Memonitor adanya sumbatan jalan nafas 1. masih terdengar suara mengi
11.40 Hasil : 2. saturasi oksigen 80%
Adanya penumpukan sputum 3. nilai AGD 7,38
12.00 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru A : Masalah belum teratasi sebagian
Hasil : P : Lanjutkan intervensi
Paru terlihat simetris
12.10 Mengauskultasi bunyi jalan nafas
Hasil:
12.25 Masih terdengar suara mengi
Memonitor saturasi oksigen
Hasil :
80%
Memonitor nilai AGD
Hasil :
Nilai AGD 7,38

Ansietas b.d Selasa,19 13.00 1.Memonitor tanda-tanda ansietas Kamis, 28 maret 2021
kurang terpapar maret Hasil: ibu pasien sudah tidak takut dan Jam 14.00
informasi 2021 cemas lagi dengan keadaan anak nya S:
13.05 sekarang 1. ibu pasien sudah tidak takut dan tidak cemas
2.Memahami situasi yang membuat cemas lagi dengan keadaan anak nya sekarang
Hasil: ibu pasien mengatakan tidak 2. ibu pasien mengatakan tidak cemas ketika asma
13.15 cemas ketika asma anaknya kambuh anaknya kambuh
3.Melatih teknik relaksasi, dengan cara tarik
nafas melalui mulut tahan 1-2 menit lalu O: pasien tampak rileks setelah melakukan teknik
hembuskan secara perlahan melalui hidung. napas dalam
Dan ulangi sebanyak 1-3 kali. A: masalah teratasi
Hasil: pasien tampak rileks setelah P: intervensi dihentikan
melakukan teknik napas dalam
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG.

Nurarif , A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Cetakan II. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Cetakan II. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Saputra, L. (2013). Catatan Ringkas : Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang Selatan:


Binarupa aksara publisher.

Tarwonto, & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Asuhan Keperaweatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai