Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D DENGAN PENYAKIT
JANTUNG DI DESA KALISABUK

Disusun Oleh :

Kelompok 7
1. Anisa Damayanti (20.03.0011)
2. Daru Frengki Ardiani (20.03.0007)
3. Naeni Rahayu (20.03.0045)
4. Ridwan Nur Alim (20.03.0034)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES SERULINGMAS CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
limpahnya kami dapat menyelesaikan tugas praktek stase Keperawatan Gerontik
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Penyakit Jantung Di desa
kalisabuk berjalan dengan baik. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat
memahami dengan benar. Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dalam menyusun makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
wawasan bagi para pembacanya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam asuhan keperawatan ini,
oleh karena itu kami sangat menggaharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan rancangan makalah ini. Semoga rancangan
asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cilacap, 2 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................4
A.Latar Belakang................................................................................4
B.Rumusan Masalah...........................................................................5
C.Tujuan Penulis.................................................................................5
D.Manfaat penulis...............................................................................5
BAB II............................................................................................................7
TINJAUAN TEORI......................................................................................7
A.Konsep lansia..................................................................................7
B.Konsep Penyakit Jantung Pada Lansia..........................................13
BAB III...........................................................................................................7
TINJAUAN KASUS.....................................................................................7
A.Pengkajian.......................................................................................7
B.Diagnosa keperawatan..................................................................29
C.Diagnosa Prioritas.........................................................................30
D.Intervensi.......................................................................................30
E. Implementasi.................................................................................32
F. Evaluasi.........................................................................................35
BAB IV.........................................................................................................38
PENUTUP....................................................................................................38
A.Kesimpulan...................................................................................38
B.Saran..............................................................................................38
LAMPIRAN................................................................................................39

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu gangguan fungsi
jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan karena
adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Penyakit jantung coroner secara
klinis ditandai dengan adanya nyeri dada atau dada terasa tertekan pada saat
berjalan buru-buru, berjalan datar atau berjalan jauh, dan saat mendaki atau
bekerja (Riskesdas, 2013). PJK juga dapat menimbulkan masalah pada
kemampuan dan kekuatan tubuh. Akibatnya, aktivitas kerja terganggu dan tubuh
jadi mudah lelah dan lemas sehingga menyebabkan intoleransi aktivitas
(Hermayanti 2018). Intoleransi aktivitas juga didefinisikan sebagai
ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah intoleransi
aktivitas yang dialami pasien PJK sangat mengganggu dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 (Kemenkes
RI, 2018) menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Jawa Timur
pada penduduk semua umur tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter adalah
sebesar 1,7% atau sekitar 671.514 penderita. Sample Registration System (SRS)
Indonesia tahun 2014 menunjukkan PJK merupakan penyebab kematian tertinggi
kedua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9% dari seluruh penyebab kematian
tertinggi di Indonesia. Data yang diperoleh dari puskesmas wonorejo yang
mengalami PJK setiap tahun mengalami peningkatan sekitar 10% dari tahun
2018-2020 dari sebanyak 180 penderita, meningkat menjadi 198 penderit,
meningkat lagi menjadi 216 penderita. Hasil wawancara pada 10 keluarga
penderita PJK sebagian besar pasien tidak bisa melakukan aktivitas dengan
keluhan otot mudah kram sebanyak 40%, mudah merasa lelah sebanyak 70%,
merasa lemah sebanyak 60%.

4
Penyakit Jantung Koroner terjadi karena atherosklerosis menyebabkan
penyempitan arteri hingga terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
menimbulkan nyeri dada. Pada keadaan ini kebutuhan oksigen pada jaringan
miokardium berkurang sehingga menimbulkan metabolisme anaerobik, dalam
system ini menyebabkan asam laktat didistribusikan ke saraf otot dan
menimbulkan kelemahan pada fisik pasien PJK. Kelemahan ini membuat
penderita tidak mampu beraktivitas seperti biasa dan terjadilah masalah
intoleransi aktivitas (Lemone, 2015). Kondisi ini harus dilakukan tindakan yang
tepat, karena dapat memengaruhi system organ yang lain, dan keterlambatan
penanganan dapat menyebabkan kegagalan system dan kematian.
Intoleransi aktivitas dapat diselesaikan dengan menganjurkan pasien untuk
tirah baring, dan melakukan aktivitas sehari-hari secara bertahap. Hal ini perlu
latihan dalam beberapa pertemuan yang dapat dilihat dari beberapa respon klien
saat melakukan latihan yaitu nadi, pernafasan dan respon kekuatan tubuh. Latihan
aktivitas dapat berfungsi melatih kekuatan otot jantung secara bertahap. Latihan
pada pasien PJK juga harus disesuaikan pada kemampuan klien dan tingkat
kelemahan klien. Hal ini dilakukan agar metabolisme anaerob berkurang dan
jantung mampu berlatih ke dalam fungsi normal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Masalah Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Penyakit Jantung
Koroner Di Kalisabuk?
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada
klien lansia dengan penyakit jantung koroner.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan dan memperoleh dalam penatalaksanaan
asuhan keperawatan asma pada pasien lansia.
b. Mengidentifikasi faktor pendukung penghambat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan dengan penyakit jantung koroner.
D. Manfaat penulis
1. Bagi perawat
Dapat digunakan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia dengan jantung koroner.
2. Bagi rumah sakit
5
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan untuk masyarakat khususnya lansia.
3. Bagi mahasiswa keperawatan
Menambah pengetahuan seputar tentang asuhan keperawatan pada lansia
dengan jantung koroner, menambah wawasan, dan meningkatkan informasi
seputar dunia kesehatan.

E.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa
dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah
laku yang diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Ariyanto, Fatmawati
& Candra, 2021).
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang
Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Ma’rifatul. AL, 2011
dalam Ariyanto, Fatmawati & Candra, 2021).
2. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Menurut Azizah, 2018 terdapat tujuh kategori utama tugas perkembangan
lanjut usia antara lain :
a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lanjut usia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal
ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
Bagaimana meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan pola
hidup sehat.
b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lanjut usia umumnya pensiun dari pekerjaannya purna waktu, dan
oleh karena itu mungkin perlu untuk menyesuaikan dan membuat
perubahan karena kehilangan peran bekerja. Bagaimanapun, karena
pensiunan ini biasanya telah diantisipasi, seseorang dapat berencana ke
depan untuk berpartisipasi dalam konsultasi atau aktivitas sukarela,
mencari minat dan hobi baru, dan melanjutkan pendidikannya. Meskipun
kebanyakan lanjut usia di atas garis kemiskinan, sumber financial secara
jelas memperngaruhi permasalahan dalam masa pensiun.
c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
7
Mayoritas lanjut usia dihadapkan pada kematian pasangan, teman,
dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi
lanjut usia yang menggangtungkan hidupnya dari seseorang yang
meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya. Dengan membantu
lanjut usia melalui proses berduka, dapat membantu mereka menyesuaikan
diri terhadap kehilangan.
d. Menerima diri sendiri sebagai individu lanjut usia
Beberapa lanjut usia menemukan kesulitan untuk menerima diri
sendiri saat penuaan. Mereka dapat memperhatikan ketidakmampuannya
sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya
untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan
dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lanjut usia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya,
kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan
untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan lainnya mungkin
mengharuskan lanjut usia tinggal dengan keluarga dan temannya.
Perubahan rencana hidup bagi lanjut usia mungkin membutuhkan periode
penyesuaian yang selama lanjut usia memerlukan bantuan dan dukungan
profesional perawatan kesehatan dan keluarga.
f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lanjut usia sering memerlukan penetapan hubungan kembali
dengan anakanaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran,
ketergantungan, konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan memerlukan
pengenalan dan resolusi.

8
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lanjut usia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang
introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu
orang baru selama pensiun.
3. Batasan Lansia
Di Indonesia lanjut usia adalah usia 60 tahun keatas. Beberapa pendapat
para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu:
1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
b. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan
menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan).
4. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
a. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.

9
5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Permasalahan Umum
1) Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang hidup di bawah
garis kemiskinan, terutama sebagai dampak sosial krisis moneter dan
krisis ekonomi, jumlah lanjut usia yang mengalami permasalahan ini
juga meningkat, bahkan ada sebagian lanjut usia dalam keadaan
terlantar.
2) Perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik mengarah
pada bentuk keluarga kecil (nuclear family), terutama di kota besar,
menyebabkan nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga besar
(extended family) melemah.
3) Peningkatan mobilitas penduduk (termasuk lanjut usia) menyebabkan
semakin meningkatnya kebutuhan terhadap kemudahan transportasi
dan/ atau komunikasi bagi para lanjut usia yang saat ini belum dapat
disediakan secara memadai.
4) Keterbatasan kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia oleh
pemerintahan dan masyarakat, baik berupa keterbatasan tenaga
profesional, data yang lengkap, valid, relevan, dan akurat tentang
karakteristik kehidupan dan penghidupan para lanjut usia termasuk
permasalahannya serta sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi para
lanjut usia.
b. Permasalah Khusus
1) Perubahan nilai sosial masyarakat, yaitu kecenderungan munculnya
nilai sosial yang dapat mengakhibatkan menurunnya penghargaan dan
penghormatan kepada lanjut usia. Dalam masyarakat tradisional,
biasanya lanjut usia sangat dihargai dan dihormati sehingga mereka
masih dapat berperan dan berguna bagi masyarakat. Akan tetapi,
dalam masyarakat industri, ada kecenderungan mereka kurang dihargai
sehingga mereka merasa terisolasi dari kehidupan masyarakat.
2) Berkurangnya daya tahan tubuh lanjut usia dalam menghadapi
pencemaran lingkungan serta kesulitan memperoleh lapangan kerja
formal bagi lanjut usia.
3) Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomis.

10
Semakin lanjut usia, mereka akan mengalami kemunduran terutama di
bidang kemampuan fisik, yang dapat menyebabkan penurunan peran
sosial. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal
mencukupi kebutuhan hidup sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
4) Lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas perumahan yang
khusus.
5) Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat
pula mengalami pengaruh kondisi mental. Semakin lanjut usia
seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal ini akan
mengakibatkan bekurangnya integrasi dengan lingkungan. Kondisi ini
dapat berdampak pada kebahagiaan seseorang.
6) Biaya pemeliharaan kesehatan lanjut usia hanya 5% yang diurus oleh
institusi, namun pemeliharaan pada lanjut usia paling buruk. Lanjut
usia kurang tahan terhadap tekanan mental, lingkungan, dan fisik.
7) Lanjut usia mengalami ketakutan pada ketergantungan fisik dan
ekonomi, sakit yang kronis, kesepian serta kebosanan yang disebabkan
oleh rasa tidak diperlukan.
6. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada
persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki
kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan
lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang menghambat
kegiatan akan menganggap dirinya sakit. Perubahan fisiologis pada lansia
bebrapa diantaranya, kulit kering, penipisan rambut, penurunan
pendengaran, penurunan reflex batuk, pengeluaran lender, penurunan
curah jantung dan sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis,
tetapi dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia dan
dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan lingkungan.
b. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan
social. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan

11
dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi
kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status
fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam
aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan
kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan
tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan.
c. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan
gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar
neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kognitif
maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif
seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,
serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang
normal.
d. Perubahan Psikososial
Menurut Ratnawati (2017) perubahan psikososial erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan-kehilangan
sebagai berikut:
1) Kehilangan finansial (pedapatan berkurang).
2) Kehilangan status (jabatan/posisi, fasilitas).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan. Kehilangan ini erat kaitannya dengan
beberapa hal sebagai berikut:
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan bahan cara
hidup (memasuki rumah perawatan, pergerakan lebih sempit).
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat padahal penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
e) Adanya gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan
kesulitan.
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

12
g) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan keluarga.
h) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).
B. Konsep Penyakit Jantung Pada Lansia
1. Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai
akibat penyumbatan pembuluh darah arteri koroner dengan penyebab yang
paling sering adalah atherosclerosis (Wijaya dkk, 2013).
Atherosclerosis adalah proses penyakit yang dimulai sejak awal kehidupan
dan perkembangannya tanpa gejala yang menyebabkan penyempitan arteri
koroner dengan atau tanpa penyulit. Pengerasan dinding pembuluh darah atau
atherosclerosis terjadi ketika adanya penumpukan lemak yang terdiri dari
lipoprotein atau zat yang didapatkan dari protein dan lemak, kolesterol, dan
sisa sel limbah lainnya di dalam dinding arteri bagian dalam. Prosesnya
menyebar dengan serabut otot dan lapisan endotel dinding arteri kecil dan
arteriol mengalami penebalan. Hal ini akan menyebabkan penyumbatan pada
arteri yang membuat otot jantung sulit berkontraksi karena pasokan oksigen
berkurang dan bahkan dapat menyebabkan pembusukan pada otot jantung
atau nekrosis (Smeltzer, 2014). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan
keadaan arteri koroner yang menyempit dan tersumbat, sehingga
menyebabkan aliran darah ke area jantung yang disuplai arteri tersebut
berkurang (Black & Hawks, 2014).
Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk
dinding jantung mengalami pengerasan dan penyempitan (Saputra, 2014).
Lemone, Burke, & Bauldoff (2015) menyatakan penyakit jantung koroner
terjadi karena kerusakan aliran darah menuju miokardium. National Heart,
Lung, and Blood Institute (NHLBI) (2015) menambahkan bahwa PJK adalah
penyakit dengan keadaan plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang
merupakan penyuplai darah yang kaya akan oksigen menuju ke otot jantung.

13
2. Etiologi
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis,
sumbatan pada arteri koroner oleh plak lemak dan fibrosa. Penyakit
jantung koroner ditandai dengan angina pectoris, sindrom koroner
akut, dan atau infark myocardium (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015).
Penyebab primer penyakit arteri koroner adalah inflamasi dan
pengendapan lemak di dinding arteri (Black & Hawks, 2014).
Sherwood (2014) menambahkan spasme vascular yang merupakan
suatu konstriksi spastik abnormal yang secara transient menyempitkan
pembuluh koronaria dan spasme vascular berkaitan dengan tahap awal
penyakit arteri koronaria.
Kolesterol, kalsium, dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah
disimpan di dinding arteri jantung yang mengakibatkan penyempitan
arteri dan berkurangnya aliran darah sepanjang pembuluh. Ini
menghalangi suplai darah ke otot jantung. Penumpukan ini awalnya
berupa tumpukan lemak dan pada akhirnya berkembang menjadi plak
yang menghalangi darah sepanjang arteri. Kadar kolesterol naik dan
asupan lemak dapat berperan pada terbentuknya plak, demikian juga
dengan hipertensi, diabetes, dan merokok. Ketika plak terbentuk di
dalam arteri, otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi yang
akhirnya merusak otot jantung (mary DiGiulio dkk, 2014).
3. Patofiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi
memakan jalan nafas dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang
dan deris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan
udara yang meredahkan volume ekspirasi paksa dan kecepatan aliran
penutupan prematur jalan udara, hiperinflamasi patu. Bertambahnya
kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan
dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat dan tidur. walaupun,
jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan perbedaan suatu

1
bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru tidak
cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan
alergi degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di
lepaskan. Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histamin juga merangsang pembentukuan mulkus dan
peningkatan permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan
pembangunan ruang intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu
mudah mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas
respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme,
pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015)
4. Tanda Gejala
Gambaran klinis penyakit jantung koroner yaitu beberapa hari atau
minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak enak,
waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual muntah (Irmalita,2015).
Menurut Brunner & Suddarth. 2019 manifestasi klinis penyakit
jantung koroner adalah:
1) Iskemia
2) Nyeri dada : angina pectoris
3) Gejala atipikal berupa iskemia miokardium (sesak napas, mual, dan
lemah)
4) Infark miokardium
5) Disritmia, kematian mendadak
6) Komplikasi PJK
Menurut Willy (2020) Penyakit Jantung Koroner yang tidak
ditangani dapat memicu sejumlah komplikasi sebagai berikut :

2
1) Angina
Angina atau nyeri dada disebabkan oleh penyempitan arteri,
sehingga jantung tidak mendapatkan cukup darah.
2) Serangan jantung
Komplikasi ini teradi bila arteri tersumbat sepenuhnya,
akibat penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan
merusak otot jantung.
3) Gagal jantung
Gagal jantung terjadi apabila jantung tidak cukup kuat
memompa darah. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang
menimbulkan serangan jantung.
4) Gangguan irama jantung (aritmia)
Kurang suplai darah ke jantung atau kerusakan pada
jantung akan mempengaruhi impuls listrik otot jantung.
5. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Riwayat penyakit utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal)
c. Riwayat penyakit dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan
eskrim).
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit
turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.

3
e. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk
b) Dada diobservasi
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah
d) Inspeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang
belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan
kesimetrisan pergerakkan dada.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan
keadaan kulit, dan mengetahui vocal/ tactile premitus
(vibrasi)
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak. Vocal premitus,
yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara(Nuraruf & Kusuma, 2015)
3) Perkusi
Suara perkusi normal:
a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut
yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal
a) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang berisi darah.

4
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih
tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah hati, di mana
areanya seluruhnya berisi jaringan.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal), dan suara.
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat
bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction
rub, dan crackles.
6. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Nyeri akut
b. Koronaria
7. Focus Intevensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana intervensi
keperawatan

1 2 3
Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri NIC : Management Nyeri
berhubung an 1) Dapat mengenali 1) Lakukan pengkajian
dengan agen kapan nyeri terjadi nyeri secara
pencedera 2) Dapat komprehensif termasuk
fisiologis : menggambarkan lokasi, karakteristik,
iskemia faktor penyebab durasi, frekuensi,
jaringan 3) Dapat kualitas dan faktor
miokard menggunakan presipitasi (PQRST)
terhadap jurnal harian 2) Observasi reaksi
sumbatan untuk memonitor nonverbal dari
Arteri gejala dari waktu ketidaknyamanan.
ke waktu 3) Gunakan teknik
5
4) Dapat melakukan komunikasi
tindakan terapeutik untuk
koronaria pencegahan mengetahui
ditandai 5) Dapat pengalaman
dengan pasien menggunakan nyeri pasien
mengeluh tindakan 4) Ajarkantentang
nyeri, tampak pengurangan teknik non
meringis, nyeri tanpa farmakologi
bersikap analgesik 5) Evaluasi keefektifan
protektif, 6) Menggunakan kontrol nyeri
gelisah, analgesik yang 6) Motivasi untuk
takikardi, sulit diberikan meningkatkan asupan
tidur 7) Melaporkan nutrisi bergizi
perubahan 7) Kontro lingkungan
terhadap gejala
yang dapat
nyeri
mempengaruhi nyeri
8) Melaporkan
8) Cek riwayat
gejala yang tidak
alergi, tentukan
terkontrol pada
pilihan Analgesik
professional
sesuai kolaborasi
kesehatan
9) Monitor vital sign
9) Menggunakan
sebelum dan
sumber daya yang
sesuadah pemberian
tersedia
analgesic
10) Mengenali apa
yang terkait
dengan gejala
nyeri
11) Melaporkan nyeri
terkontrol

6
BAB III

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nama pengkaji : Anisa, Daru, Naeni, Ridwan
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2022
Tempat pengkajian : Desa Kalisabuk
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Alamat : Desa Kalisabuk
Tempat/ tgl lahir : Cilacap, 5 Sepetember 1952
Umur : 70
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Orang yang paling dekat : Anak terakhirnya
Telepon :-

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak ada keluhan untuk saat ini, namun klien
mengatakan, jika banyak melakukan kegiatan, akan merasakan nyeri
dada disebelah kiri. Jika melakukan aktivita berat pasien mengatakan
nyeri dengan skala 7, nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri selama 5
menit, nyeri seperti diremas remas.
Keluhan Tambahan
Jika banyak melakukan kegiatan akan cepat lelah.

3. Status kesehatan saat ini


Tn. D mengatakan dari dulu sudah memiliki riwayat penyakit
jantung. Klien mengatakan penyakitnya disebabkan oleh pola
hidupnya yang tidak sehat diantara merokok dan tidak menjaga pola
makan dengan baik. Tn. D mengatakan apabila sakitnya kambuh
langsung menkonsumsi obat yang diberikan dan beristirahat.
7
4. Riwayat kesehatan dahulu
Tn. D memiliki riwayat penyakit penyakit jantung dan kolestrol
sudah dari umur sekitar 50 tahunan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tn. D mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan.

8
Tinjauan sistem

UMUM INTEGUMEN
Kelelahan : Kadang-kadang Lesi/luka : Tidak ada
jika banyak melakukan kegiatan berat
Pruritus : tidak ada
Perubahan berat badan yang lalu :
Tidak ada Perubahan pigmentasi : Tidak
mengalami
Perubahan nafsu makan : Tidak ada
Perubahan tekstur : kulit mengendur
Demam : Tidak ada karena penuaan

Keringat malam : Tidak ada Perubahan navy : Tidak ada

Kesulitan tidur : Tidak ada Sering memar : Tidak ada

Sering pilek, infeksi : Tidak ada Perubahan rambut: rambut beruban

Penilaian diri terhadap status kesehatan Perubahan kuku : Tidak ada


: Pasien menerima kondisi tubuh dan
kesehatannya Pemajanan lama terhadap matahari :
Tidak
Kemampuan melakukan ADL : Mampu
melakukan mandiri Pola penyembuhan lesi , memar :
Tidak ada masalah

HOMEPOETIK
KEPALA
Pendarahan/memar abnormal : Tidak
ada Sakit kepala : Tidak ada
Pembengkakan kelenjar limfa : Tidak Trauma berarti pada masa lalu : Tidak
ada ada
Anemia : Tidak ada Pusing : Tidak ada
Riwayat transfusi darah : Tidak ada Gatal kulit kepala : Tidak ada

MATA TELINGA
Perubahan penglihatan : penglihatan Perubahan pendengaran : terdapat
mulai buram sedikit perubahan pendengaran

Kaca mata / lensa kontak : tidak pakai Rabas : Tidak ada


kacamata/lensa kontak

9
Nyeri : Tidak ada Tinitus : Tidak ada

Air mata berlebihan : Tidak ada Vertigo : Tidak ada

Pruritus : Tidak ada Sensitifitas pendengaran : masih


berfungsi baik meski ada sedikit
Bengkak sekitar mata : Tidak ada penurunan
Floater : Tidak ada Alat – alat prostesa : Tidak ada
Diplopia : Tidak ada Riwayat infeksi : Tidak ada
Kabur : penglihatan mulai kabur dan Tanggal pemeriksaan terakhir : pasien
tidak jelas tidak mengingat tanggalnya
Fotofobia : Tidak ada Kebiasaan perawatan telinga : pasien
rutin membersihkan telinga dengan
Skotomata : Tidak ada
cuttonbad saat mulai merasa tidak
Riwayat infeksi : Tidak ada nyaman

Tanggal pemeriksaan terakhir : pasien Dampak pada penampilan ADL : Baik


mengatakan tidak ingat

Tanggal pemeriksaan galukoma


terakhir : - MULUT DAN TENGGOROK
Sakit tenggorok : Tidak ada
Dampak pada penampilan ADL : -
Lesi / ulkus : Tidak ada
.
Serak : Tidak ada
HIDUNG DAN SINUS
Perubahan suara : Tidak ada
Rinorea : Tidak ada
Kesulitan menelan : Tidak ada
Rabas : Tidak ada
Perdarahan gusi : Tidak ada
Epistaksis : Tidak ada
Karies : Tidak ada karies, namun gigi
Obstruksi : Tidak ada
pasien sudah mulai tanggal
Mendengkur : Mendengkur saat tidur
Alat prostesa : Tidak ada
Nyeri pada sinus : Tidak ada
Riwayat infeksi : Tidak ada
Drip post natal : Tidak ada
Tanggal pemerikasaan gigi terakhir :
Alergi : Tidak ada pasien tidak mengingat

Riwayat infeksi : Tidak ada Pola menggosok gigi : dua kali sehari

Penilaian diri pada kemampuan


penciuman : Baik
LEHER
10
Kekakuan : Tidak ada
PAYUDARA
Benjolan / masa : Tidak ada Nyeri / nyeri tekan : Tidak ada

Nyeri / nyeri tekan : Tidak ada Benjolan / masa : Tidak ada

Bengkak : Tidak ada Keterbatasan gerak L: Tidak ada

Keluar cairan dari putting susu : Tidak


ada
KARDIOVASKULER
Perubahan pada putting susu : Tidak ada Nyeri / ketidaknyamanan dada : Ada
jika sakit jantungnya sedang kambuh
Pemeriksaan payudara sendiri : tidak atau saat kelelahan
ada masalah
Palpitasi : Tidak ada
Tanggal dan hasil mamogram terakhir :
- Sesak napas : Ada jika sakit
jantungnya sedang kambuh atau saat
kelelahan

PERNAPASAN Dispneu pada aktifitas : Ada jika


Batuk : Kadang aktifitas tersebut termasuk aktifitas
berat
Sesak napas : Saat sakitnya kambuh saja
Dispneu nokturnal paroksimal : Tidak
Hemoptisis : Tidak ada ada
Sputum : Tidak ada Orthopneu : Tidak ada
Mengi : Tidak ada. Murmur : Tidak ada
Asma/ alergi pernapasan : Tidak ada Edema : Tidak ada.
Tanggal dan hasil pemeriksaan rongten Varises : Tidak ada
terakhir : pasien mengatakan tidak ingat
tanggalnya. Kaki timpang : Tidak ada

Parestesia : Tidak ada

GASTROINTESTINAL Perubahan warna kaki : Tidak ada


Disfagia : Tidak ada

Tak dapat mencerna : Dapat,


pencernaan berfungsi dengan baik PERKEMIHAN
Disuria : Tidak ada.
Nyeri ulu hati : Tidak ada
Frekuensi : 4-5 kali sehari
Mual / muntah : Tidak ada
Menetes : Tidak
Hematemesis : Tidak ada
Ragu – ragu / anyang – anyangen :
11
Perubahan nafsu makan : Tidak ada Tidak ada

Intoleran makanan : Tidak ada Dorongan : Ada

Ulkus : Tidak ada Hematuria : Tidak ada.

Nyeri : Tidak ada Poliuria : Tidak ada.

Ikterik : Tidak ada Oliguria : Tidak ada.

Benjolan / masa : Tidak ada Nokturia : Tidak ada.

Perubahan kebiasaan defekasi : Tidak Inkontinensia : Tidak ada


ada.
Nyeri saat berkemih : Tidak ada
Diare : Tidak ada
Batu : Tidak ada.
Konstipasi : Tidak ada
Infeksi : Tidak ada
Melena : Tidak ada

Hemoroid : Tidak ada


GENITOREPRODUKSI WANITA
Perdaraham rectum : Tidak ada Lesi : -

Pola defekasi : Tidak ada. Rabas : -

Dispareunia : -

GENITOREPRODUKSI PRIA Perdarahan pasca senggama : -


Lesi : Tidak ada
Nyeri pelvic : -
Rabas : Tidak ada
Sistokel/retrokel/prolaps : -
Nyeri testikuler : Tidak ada
Penyakit kelamin : -
Masa testikuler : Tidak ada
Infeksi : -
Masalah prostat : Tidak ada.
Masalah aktifitas seksual : -
Penyakit kelamin : Tidak ada
Riwayat menstruasi, mulai dan
Perubahan hasrat seksual : Ada, pasien berakhirnya kapan : -
sudah merasa tidak tertarik dengan
kegiatan seksual Riwayat menopause, kapan dan
gejala : -
Impotensi : Tidak ada
Tanggal dan hasil paps mear terkhir : -
Masalah aktifitas seksual : Tidak ada
G ……P…….A……….
MUSKULOSKELETAL
Nyeri persendian : Kadang-kadang SISTEM SARAF PUSAT
saat banyak melakukan kegiatan berat
12
Kekakuan : Tidak ada Sakit kepala : Tidak ada.

Pembengkakan sendi : Tidak ada. Kejang : Tidak ada

Deformitas : Tidak ada Sinkop/serangan jatuh : Tidak ada

Spasme : Tidak ada Paralisis : Tidak ada

Kram : Tidak ada Paresis : Tidak ada.

Kelemahan otot : Tidak ada Masalah koordinasi : Tidak ada

Masalah cara berjalan : Tidak ada, Tic/tremor/spasme : Tidak ada.


pasien masih bisa berjalan tanpa alat
bantu jalan Parestesia : Tidak ada.

Nyeri punggung : kadang-kadang jika Cedera kepala : Tidak ada


sedang kelelahan akibat melakukan Masalah memori : Tidak ada
kegiatan berat.

Prostesa : Tidak ada


SISTEM ENDOKRIN
Pola kebiasaan latihan : pasien sering
Intoleran panas : Tidak ada
olahraga jalan-jalan dipagi hari
Intoleran dingin : Tidak ada
Dampak pada penampilan ADL : Baik
Goiter : Tidak ada

Pigmentasi kulit : Tidak ada


PSIKOSOSIAL
Cemas : Cemas saat sakit jantungnya Perubahan rambut : Rambut beruban.
kambuh
Polifagi : Tidak ada.
Depresi : Tidak ada
Polidipsi : Tidak ada.
Insonia : Tidak ada
Poliuri : Tidak ada.
Menangis : Tidak ada..

Gugup : Tidak ada

Takut : Tidak ada.

Masalah dalam mengambil keputusan :


Tidak ada

Kesulitan berkonsentrasi : Tidak ada

Pernyataan perasaan
kepuasan/frustasi : Tidak ada

13
Stres saat ini : Tidak ada

Masalah tentang kematian : Tidak ada

Dampak penampilan ADL : Baik.

6. Psikososial budaya dan spiritual


a. Riwayat psikososial
Tn. D mengatakan hubungan dengan tetangga, Tn. D tidak
memiliki masalah dengan para tetangganya. Jika ada masalah Tn. D
akan mendiskusikannya dengan anak terakhirnya yang tinggal satu
rumah.
b. Social budaya
Tn D mengatakan sering bersosialisasi dengan tetangga dekat
rumahnya
c. Spiritual
Tn. D mengatakan selalu menjalankan solat 5 waktu. Kadang juga
sering mrngikuti pengajian yang ada di masjid terdekat rumahnya.
7. Pengkajian kebutuhan dasar pasien
a. Aktivitas dan latihan
Tn D mengatakan sekarang sudah dapat melakukan aktivitas sehari
hari secara mandiri seperti makan, minum, mandi BAB, BAK,
berpakaian tetapi aktifitas lainnya seperti menyapu, melipat baju,
menjemur baju, mencuci piring dilakukan oleh anaknya.
b. Istirahat tidur
Tn D mengatakan pola istirahat dan tidur tidak ada gangguan, Tn.
D tidur selalu tepat waktu dan tidur malem biasanya 8jm, Tn D
mengatakan saat tidur menggunakan bantal yang sedang agar tidak
pusing.
c. Kenyamanan dan nyeri
Tn. D mengatakan sering mengalami nyeri di bagian dad sebelah
kiri, nyeri terasa seperti diremas remas, nyeri timbul ketika terlalu
banyak beraktivitas
d. Nutrisi
14
Tn. D mengatakan makan 3x sehari, nafsu makan baik tidak ada
gangguan, jenis makanan berupa lauk dan pauk, tidak ada makanan
yang tidak disukai, tidak alergi pada makanan. Tidak ada keluhan
yang berhubungan dengan makanan.
e. Cairan, elektrolit dan asam basa
Tn. D mengatakan minum air putih 8 gelas perhari kadang malah
bisa lebih, Tn. D biasanya juga minum teh 1 gelas perhari pada pagi
hari.
f. Oksigenasi
Tn. D mengatakan ketika beraktivitas yang berat nafas menjadi
terengah engah
g. Eliminasi
Tn. D mengatakan BAK 3-5 kali sehari, tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan BAK. Volume urin yang dikeluarkan sekitar
700-800cc, wanra urin kuning khas, bau khas, tidak ada darah dan
nyeri saat saat BAK.
Tn. D mengatakan BAB 1 kali kadang juga 2 kali sehari, konsisten
lunak, tidak ada keluhan tentang BAB, BAB tidak ada darah dan tidak
nyeri saat BAB, Tn. D tidak pernah menggunakan obat pencahar.
h. Persepsi sensori
Tn. D mengatakan penglihatan sudah mulai kabur. Tn. D saat
merasa pusing kadang juga tidak bisa melihat dengan jelas,
penglihatan kabur.
8. Tinjauan system
a. Kondisi umum
1) Keadaan umum : Compos mentis
2) Tanda tanda vital: TD : 140/80 mmHg
Nadi : 95x/menit
RR : 22x/mnt

3) Tb : 165 cm
4) BB : 60 Kg
5) IMT : 22,03 Kg/M²
15
6) LILA : 22,8 cm

b. Kebutuhan umum
Tn. D mengatakan dada sebelah kiri tekadang nyeri seperti diremas
remas jika melakukan aktivitas terlalu berat dan lelah
c. Penilaian diri terhadap status kesehatan: menurut Tn. D kesehatan itu
penting apalagi sekarang sudah memasuki usia lanjut sehingga hidup
itu penting. Tn. D mengatakan mengkonsumsi obat setiap hari.
d. Kemampuan melakukan ADL: Tn. D mengatakan seluruh
aktivitasnya dilakukan secara mandiri seperti makan, minum,
toileting.
e. Keluhan lain: apabila terlalu cape dada terasa nyeri.
8. Head to toe
a. Kepala
Kepala bersih, warna rambut hitam dan ada uban dan rambutnya
sedikit rontok, kulit kepala tidak gatal. Tidak ada bekas luka di
kepala. Tn D mengatakan sering merasa nyeri dibagian dada
apabila kecapean.
b. Mata
Bentuk mata Tn D simetris konjungtiva anemis, sklera ikterik
dan tidak ada strabismus. Tn. D mengatakan penglihatannya
sudah mulai buram. Tidak ada nyeri dan peradangan di matanya.
Tidak ada air mata berlebih dan tidak ada bengkak di mata.
c. Hidung dan Sinus
Hidung Tn. D berbentuk simetris, tidak ada peradangan di hidung,
penciuman tidak terganggu. Tn. D mengatakan tidak ada nyeri
pada sinus.
d. Telinga
Pada telinga Tn. D mengalami sedikit gangguan karena faktor
usia. Tn. D masih mendengar jelas suara-suara di sekitar apabila
dengan nada tinggi. Tidak menggunakan alat bantu protesa. Tidak
ada riwayat infeksi.
e. Mulut, gigi dan tenggorokan
16
Kebersihan mulut Tn. D bersih, mukosa bibir merah dan terlihat
lembab. Tidak ada peradangan pada mulut, tidak ada stomatitis.
Gigi sudah mulai ompong, tidak mengalami radang gusi. Tn. D
mengatakan tidak ada kesulitan saat mengunyah asalkan
Makanannya tidak keras. Tidak mengalami kesulitan menelan. Tn.
D juga tidak mengalami pendarahan gusi. Dan tidak menggunakan
alat bantu protesa serta tidak memiliki riwayat infeksi. Tn. D
mengatakan gosok gigi teratur dua kali sehari pagi dan sore.
f. Leher
Bentuk leher simetris tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Tn. D
mengatakan tidak ada benjolan di area leher.
g. Dada dan Payudara
Bentuk dada simetris (normal chest), tidak ada retraksi dinding
dada, suara nafas vesikuler, suara jantung lup dup. Tidak ada
benjolan/masa. Payudara simetris kanan kiri, tidak ada masa dan
nyeri.
h. Abdomen
Bentuk perut datar, tidak ada luka bekas operasi, warna kulit
merata, perut tidak kembung, bising usus 10x /menit, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada massa dan benjolan. Tn. D mengatakan
tidak ada keluhan pada perut.

i. Genetalia
Genetalia bersih tidak ada hemoroid.
j. Ektermitas
Kekuatan otot Ny. D rentang gerak ada sedikit gangguan akibat
nyeri di kaki.
k. Kulit
Kebersihan kulit baik, warna kulit kuning kecoklatan, kulit sedikit
kering, terdapat perubahan tekstur kulit yaitu ada kerutan
dikarenakan proses penuaan, Tn. D tidak mengalami gangguan
pada kulit.

17
1. Pengkajian persistem
a. Pernapasan
Tn. D mengatakan tidak batuk, Ny. D tidak mengalami gangguan
napas, suara nafas terdengar vesikuler
b. Gastrointestinal
Tidak ada kesulitan dalam menelan sistem pencernaan baik.
Tidak ada nyeri uluh hati, tidak ada mual muntah, . Tn D
mengatakan tidak ada perubahan porsi makan. Tn. D mengatakan
tidak ada intoleran makan mengatakan memakan apa saja di
mana saja tidak memilih-milih makanan. Tn. D tidak ada ulkus
serta tidak ada nyeri di perut, tidak ada massa dan benjolan. Tn.
D mengatakan tidak mengalami diare dan tidak mengalami
konstipasi, tidak ada Melena serta tidak ada perdarahan rektum
dan tidak ada perubahan defekasi.
c. Hemopoietik
Tidak ada ada perdarahan/memar, tidak ada pembengkakan
kelenjar limfa, tidak mengalami anemia, tidak melakukan
tranfusi darah.
d. Kardiovaskuler
Tn. D mengatakan ada masalah pada jantungnya.
e. Muskuloskeletal
Tn. D mengatakan apabila kelelahan badannya terasa pegal-pegal
dan biasanya sembuh setelah dipijat-pijat. Persendian terkadang
kaku tidak ada spasme, tidak ada kram atau kesemutan.
f. Perkemihan
Frekuensi BAK > 7 kali sehari, tidak ada nyeri saat berkemih,
warna urine kuning jernih, baku khas sekali di sekitar 100 sampai
150 cc, tidak ada darah di urine, tidak ada masalah saat berkemih.
g. Integumen
Warna kulit kuning kecoklatan merata, kulit lembah dan sudah
ada kerutan karena penuaan dan tidak ada luka atau Lesi, tidak
ada priorities, tidak ada memar.

18
h. Genetalia reproduksi pria
Tn. D mengatakan ini sudah tidak mengalami penyakit atau
gangguan diarea genetalia
i. Sistem syaraf pusat
Tn. D mengatakan ada ingatan yang sudah terlupakan.
j. Sistem endokrin
Tn. D mengatakan tidak memiliki masalah pada sistem endokrin.
2. Pengkajian Psikososial
Tn. D mengatakan saat ini dalam kondisi baik tidak
mengalami cemas dan depresi. Tn. D mengatakan tidak mengalami
kesepian karena banyak ditemani oleh anak dan cucu.
Tn. D kondisi ingatan atau memorinya masih cukup baik
masih dapat mengingat semua kejadian yang terjadi di hidupnya. Tn.
D saat dikaji masih bisa menjawab pertanyaan dengan cepat dan
tepat. Ny. D mengatakan tidak mengalami stres terkait dengan
kondisinya saat ini dan merasa bersyukur karena masih diberikan
umur panjang smpai saat ini.

19
a. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehar-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan Mandiri Skor Yang


Bantuan Didapat

1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ketempat 5-10 15 15


tidur, atau sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir 5 10 10
rambut, gosok gigi)

4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 0 5 5


menyeka tubuh,menyiram)

5 Mandi 0 5 5

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak 10 25 25


bisa,

7 Naik turun tangga 5 10 10

8 Mengenakan pakaian 5 10 10

9 Mengontrol bowel (BAB)/ defekasi 5 10 10

10 Mengontrol Bladder (BAK)/berkemih 5 10 10

Jumlah : 100

Interpretasi: Pada pengkajian tingkat kemandirian (Indeks Bathel)


klien dapat melakukan secara mandiri dengan skor 100.
b. Pengkajian nutrisi Mini Nutritional Asessment (MNA)

Skrining Skor
A Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama
adanya penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan
kesulitan menelan makanan
0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar  2

1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang

20
2 = Tidak ada penurunan asupan makanan
Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir
0 = Penurunan BB >3 kg  1

1 = Tidak diketahui
B

2 = Penurunan BB 1-3 kg

3 = Tidak mengalami penurunan BB


Mobilitas
0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda  2

C 1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak


dapat berjalan jauh

2 = Dapat berjalan jauh


Mengalami stres psikol ogis atau memiliki penyakit akut tiga bulan
terakhir
D 0 =Ya  1

1= Tidak
Mengalami gangguan neuropsikologis
0 = Mengalami demensia atau depresi berat  1

E
1 = Mengalami demensia ringan

2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis


Indeks massa tubuh (IMT)
0 =  IMT < 19  1

F 1 = IMT 19-21
1
2 = IMT 21-23

3 = >23
Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2

Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi


F2 Lingkar betis (cm)
21
0 = jika < 31  -

3 =  jika > 31
Skor maksimal 14
8

Evaluasi
Interpretasi: Pada pengkajian nutrisi klien mendapat skor 8
menandakan status gizi klien normal.
3. Pengkajian Psikososial, spiritual dan emosional
1) Pengkajian psikososial
Tn. D mengatakan tidak merasa cemas dengan keadaannya
sekarang karena sekarang banyak keluarga yang menyemangati
setiap hari untuk kesembuhanya.
2) Pengkajian emosional
a. Pertanyaan Tahap 1
a) Apakah klien sukar tidur? Tidak, klien tidur malam ≥ 8 jam
pada malam hari
b) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak
c) Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
d) Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama
dengan 1 jawaban “Ya”
b. Pertanyaan Tahap 2
a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1
bulan? Ya Klien mengatakan sering merasa sesak nafas
disiang hari, hampir setiap hari.
b) Ada masalah atau banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan atau masalah dengan keluarga lain? Tidak
d) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
Tidak
e) Cenderung mengurung diri? Tidak
f) Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “Ya” maka
g) Masalah Emosional NEGATIF (-)
22
Kesimpulan: Tn. D tidak mengalami masalah emosional

23
4. Pengkajian spiritual
Tn. D mengatakan selalu sholat 5 waktu. Selalu mengikuti kegiatan
pengajian dipanti. Apabila Tn. D sedang merasa marah dan cemas Tn.
D mengambil air wudhu lalu berdzikir mendekatkan diri kepada Alloh
SWT.
5. Pengkajian fungsional klien (KATZ Indeks)

Indeks KATZ
KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tersebut
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu dari fungsi tersebut
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah satu dari fungsi tersebut
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.
H Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi,tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C,D,E,F dan G.
Kesimpulannya : Tn D mandiri dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
6. Pengkajian status mental gerontik
a. Mini Mental Status Exam (MMSE)

Aspek kognitif Nilai Nilai Criteria


maks klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dg benar :
waktu Tahun : 2021
Musim : Hujan
Tanggal : 16
Hari : Selasa
Bulan : 11 (november)

24
2. Orientasi 5 5 Diman kita berada ?
tempat Negara : Indonesia
Propinsi : Jawa tengah
Kab/Kota : Cilacap
Tempat : Panti
Jalan : -
3. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (misal;
kusi, meja, pulpen), kemudian
tanyakan klien, menjawab:
1. Pintu
2. Meja
3. Jendela
4. Perhatian 5 5 Meminta klien berhitung mulai
dan dari 100 kemudian kurang 7

kalkulasi sampai 5 tingkat.


Jawaban :
1.93
2.80
3. 75
4. 55
5. 30
Dapat menjawab dengan benar
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek pada point ke -2
(tiap point nilai 1)
6. Bahasa 9 9 Menanyakan pd klien ttg benda
(sambil menunjuk benda tsbt)
1. Pintu
2. Lantai
3. Meja
Meminta klien untuk mengulang
kata berikut (point 3); (Tidak
ada jika, dan atau tetapi) dapat
menjawab dengan benar
Meminta klien unt mengikuti
perintah berikut yg terdiri dari 3
langkah. Ambil kertas ditangan
anda, lipat dua dan atruh

25
ditangan anda, lipat dua dan
taroh dilantai (point 3)
1. Ambil kertas (bisa)
2. Lipat dua (bisa)
3. Taruh di lantai (bisa)
Dapat mempraktekkan dengan
benar
Perhatikan pada klien untuk hal
berikut: ‘Tutup mata anda’ (bila
aktivitas sesuai nilai 1 point)
Bisa
Total 26 26
Intepretasi hasil :
Pada pengkajian aspek kognitif dari fungsi mental klien
mendapat skor 30 menandakan klien tidak ada gangguan
kognitif.
b. Short Portable Mental Status Questioner (SPMQ)

No. Pertanyaan Jawaban Benar Salah


1. Tanggal berapa hari ini? 16 Benar
November
2021
2. Hari apa sekarang? Selasa Benar
3. Apa nama tempat ini? Panti Benar
4. Dimana alamat anda? Cilacap Benar
5. Berapa umur anda? 65 Benar
6. Kapan anda lahir? -
7. Siapa nama presiden Ind? Jokowi Benar
8. Siapa nama presiden SBY Benar
sebelumnya?
9. Siapa nama ibumu? -
10. Kurang dari 3 dari 20 dan 1.93 Benar
tetap perguruan 3 dari setiap 2.80
angka baru, secara menurun? 3. 75
4. 55
5. 30

26
Jumlah 8 0
Interpretasi: Pada pengkajian identifikasi tingkat kerusakan
intelektual klien dengan skor benar 8 menandakan klien tidak ada
kerusakan pada fungsi intelektual.

7. Pengkajian Keseimbangan Klien Lansia


a. Perubahan Posisi atau Gerakan Keseimbangan
1) Bangun dari kursi (dimasukkan dalam analsis)
Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan tau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat
berdiri pertama kali. Diberi nilai 1 jika klien menunjukkan
kondisi di atas dan di beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan
kondiri tersebut.
Nilai : 1
2) Duduk ke kursi (dimasukkan dalam analsis)
Menjatuhkan diri di kursi, tidak duduk ditengah kursi. Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0
jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 0
b. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum
perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Menggerakkan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya. Beri nilai 1 jika klien menunjukkan
kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak menunjukkan
kondisi tersebut.
Nilai : 1
8. Mata tertutup
Sama seperti di atas (periksa kepercayaan Tn. D tentang input
penglihatan untuk keseimbangannya). Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut
Nilai : 1
27
a. Perputaran Leher
Menggerakkkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing atau keadaan
tidak stabil. Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan
diberi nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 1
b. Gerakan Menggapai Sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementera berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak
stabil, memegang Sesuatu untuk dukungan. Beri nilai 1 jika klien
menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 0
3) Membungkuk
Tidak mampu untuk membungkuk atau mengambil obyek -obyek
kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang suatu obyek untuk
bisa berdiri lagi, memerlukan usaha-usaha multiple untuk bangun.
Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0
jika klien tidak menunjukkan
Nilai : 1
4) Komponen Gaya berjalan atau Gerakan
Minta klien untuk berjalan ketempat yang ditentukan Ragu-ragu,
tersandung, memegang obyek untuk dukungan.Beri nilai 1 jika
klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 0
5) Ketinggian langkah kaki (Mengangkat kaki pada saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (>2 inchi).Beri nilai
1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 1

28
6) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping Tn.
D)
Setelah langkah-langkah awal, tidak konsisten memulai
mengangkat satu kaki sementara yang lain menyentuh lantai. Beri
nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika
klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 1
7) Kesimetrisan (lebih baik di observasi dari samping Tn. D)
Panjang langkah yang tidak sama (sisi patologis biasanya memiliki
langkah yang lebih panjang; masalah dapat terdapat pada pinggul,
lutut, pergelangan kaki, atau otot-otot disekitarnya). Beri nilai 1
jika klien menunjukkan kondisi di atas dan beri nilai 0 jika klien
tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 0
8) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang Tn. D )
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi.
Beri nilai 1 jika klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0
jika klien tidak menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 1
9) Berbalik
Berhenti sebelum memulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang memegang obyek untuk dukungan. Beri nilai 1 jika
klien menunjukkan kondisi diatas dan diberi nilai 0 jika klien tidak
menunjukkan kondisi tersebut.
Nilai : 0
Interpretasi hasil: Pada pengkajian keseimbangan klien dengan
skor 6 mengalami resiko jatuh sedang
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh oleh klien, dan dapat
diinterpretasikan sebagai berikut:
0–5 : Resiko jatuh rendah
6 – 10 : Resiko jatuh sedang

29
11 – 15 : Resiko jatuh tinggi
B. Diagnosa keperawatan
No Data Etilogi Masalah
. keperawatan
1. Ds: Agen pencedera Nyeri akut
1. Tn. D mengatakan fisiologis
mengatakan nyeri
dibagian dada
sebelah kiri jika
melakukan
aktivitas berat.
Nyeri yang
ditimbulkan bisa
sampai skala
sekitar 7, nyeri
terasa seperti
diremas remas,
nyeri terasa hilang
timbul. Durasi
nyeri 5 menit.
2. Tn. D mengatakan
selalu meminum
obat
Do:
1. RR: 22x/mnt
2. Td: 140/80 mmHg
3. N: 95x/mnt
4. Suara napas
terdengar
vesikuler
2. Ds: Penyakit jantung Intoleransi aktivitas
1. Tn D mengatakan koroner

30
saat banyak
aktivitas akan
menyebabkan
dada terasa nyeri
2. Tn. D mengatakan
mudah Lelah
3. Tn. D mengatakan
sudah tidak bisa
beraktivitas berat
Do :
2. Tekanan darah:
140/80 mmHg
3. Nadi 95x/menit
4. RR 22x/menit

C. Diagnosa Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan pencedera fisiologis terhadap
sumbatan ditandai dengan meneluh nyeri, dan tekan darah meningkat.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penyakit jantung coroner
ditandai dengan mengeluh lelah, merasa tidak nyaman setelah
berktivitas, meresa lemah
D. Intervensi
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan Tindakan Observasi
selama …x 24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
hasil :
2. Identifikasi skala
Indikator A T
nyeri
Keluhan
3. Identifikasi faktor
nyeri
yang memperberat
Meringis dan memperingan
Gelisah nyeri
Keterangan : 4. Identifikasi
1. Meningkat pengetahuan dan
2. Cukup meningkat keyakinan tentang
31
3. Sedang nyeri
4. Cukup menurun 5. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
6. Monitor efek
samping penggunaan
analgesik
Tindakan Terapeutik
7. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
8. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Tindakan Edukasi
9. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
10. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
11. Ajarkan teknik
nonfamakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Tindakan Kolaborasi
12. Pemberian analgesik

Setelah dilakukan Manajemen Energi


intervensi keperawatan Observasi
selama 2 x 24 jam 1. Identifikasi
diharapkan toleransi gangguan fungsi
aktivitas meningkat tubuh yang
dengan kriteria hasil : mengakibatkan
kelelahan
Indikator A T 2. Monitor kelelahan
fisik dan emosional
Kemudahan 3. Monitor pola tidur
dalam dan jam tidur
melakukan 4. Monitor lokasi
dan
aktivitas
ketidaknyamanan
sehari-hari selama
melakukan
Keluhan aktivitas
lelah Terapeutik
1. Sediakan
Perasaan lingkungan
lemah nyaman dan
rendah stimulus
(mis. cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan
32
Tekanan rentang gerak
darah pasif dan/atau
aktif
Keterangan : 3. Berikan aktivitas
distraksi yang
1. Menurun menenangkan
2. Cukup menurun 4. Fasilitasi duduk di
sisi tempat tidur,
3. Sedang
jika tidak bisa
4. Cukup meningkat berpindah atau
5. Meningkat berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

E. Implementasi
N Diagnosa Hari/tgl Implementasi Evaluasi Respon Pa-
o kep. raf
1 Nyeri Sabtu, 1 Mengindentifikasi S: Pasien mengatakan
akut Oktober pengetahuan dan tahu nyeri akan datang
2022 keyakinan tentang
setelah berkativitas
nyeri
terlalu berat
O : Pasien tidak bayak
melakukan aktivitas
berat
S: Pasien mengatakan
Memberikan teknik mau melakukan teknik
non farmakologis relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa yg di ajarkan
nyeri
33
O: Pasien terlihat
mampu
mempraktekkan teknin
non farmakologis yang
diajarkan
Mengontrol S: Pasien mengatakan
lingkungan yang jarang melakukan
memperberat rasa aktivitas berat
nyeri O: Pasien lebih banyak
berdiam diri
Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan
nonfamakologis untuk bersedia untuk diajari
mengurangi rasa nyeri teknik non
farmakologis untuk
menurangi rasa nyeri
O: Pasien terlihat
kompeten dalam
melakukan
Mengkolaborasikan S: Pasien mengatakan
pemberian obat selalu rutin minum obat
O: Pasien rutin minum
obat
2. Intoleran Sabtu, 1 Mengidentifikasi S: pasien mengatakan
si Oktober gangguan fungsi mudah lelah apalagi
aktivitas 2022 tubuh yang jika beraktivitas
mengakibatkan O: pasien tampak cepat
kelelahan lelah

Melakukan latihan S: pasien mengatakan


rentang gerak pasif bersedia untuk diajari
dan/atau aktif latihan gerak pasif/aktif
O: pasien tampak
sudah paham pada
latihan gerak yang
diajarkan
. Menganjurkan S: Pasien mengatakan
melakukan aktivitas tidak akan mengerjakan
secara bertahap aktivitas-aktivitas berat
O: pasien hanya
melakukan aktivitas
ringan
Mengkolaborasikan S: Pasien mengatakan
pemberian obat untuk selalu rutin minum obat
sakit jantung setiap hari agar tidak
mudah lelah dan
kambuh nyeri dadanya
O: Pasien selalu rutin
minum obat
3. Nyeri Minggu, Mengindentifikasi S: Pasien mengatakan
akut 2 pengetahuan dan tahu nyeri akan datang
34
Oktober keyakinan tentang setelah berkativitas
2022 nyeri terlalu berat
O : Pasien tidak bayak
melakukan aktivitas
berat
S: Pasien mengatakan
Memberikan teknik sudah bias melakukan
non farmakologis teknik relaksasi nafas
untuk mengurangi rasa dalam yg di ajarkan
nyeri O: Pasien terlihat
mampu
mempraktekkan teknin
non farmakologis yang
diajarkan
Mengontrol S: Pasien mengatakan
lingkungan yang jarang melakukan
memperberat rasa aktivitas berat
nyeri O: Pasien lebih banyak
berdiam diri
Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan
nonfamakologis untuk sudah mampu
mengurangi rasa nyeri melakukan teknik non
farmakologis untuk
menurangi rasa nyeri
O: Pasien tampak bisa
dalam melakukan
teknik nonfarmakologis
Mengkolaborasikan S: Pasien mengatakan
pemberian obat selalu rutin minum obat
O: Pasien rutin minum
obat
4. Intoleran Minggu, Mengidentifikasi S: pasien mengatakan
si 2 gangguan fungsi mudah lelah apalagi
aktivitas Oktober tubuh yang jika beraktivitas
2022 mengakibatkan O: pasien tampak cepat
kelelahan lelah

Melakukan latihan S: pasien mengatakan


rentang gerak pasif sudah mulai latihan
dan/atau aktif gerak pasif/aktif sendiri
O: pasien tampak mulai
melakukan pada latihan
gerak yang diajarkan
sedikit demi sedikit
Menganjurkan S: Pasien mengatakan
melakukan aktivitas tidak akan mengerjakan
secara bertahap aktivitas-aktivitas berat
O: pasien hanya
melakukan aktivitas

35
ringan
Mengkolaborasikan S: Pasien mengatakan
pemberian obat untuk selalu rutin minum obat
sakit jantung setiap hari agar tidak
mudah lelah dan
kambuh nyeri dadanya
O: Pasien selalu rutin
minum obat

F. Evaluasi
Diagnosa Pa-
No Tanggal Catatan Perkembangan
Kep. raf
1 Nyeri Sabtu, 1 S: Pasien mengatakan nyeri di dada akan dating
akut Oktober saat pasien banyak melakukan aktivitas yang
2022 berat.
O: RR: 22x/mnt
Td: 140/80 mmHg
N: 95x/mnt
Pasien tidak sedang nyeri karena pasien
banyak beristirhaat
A: Masalah teratasi
o
Indikator A T A
Keluhan 5 5 5
nyeri
Meringis 5 5 5
Gelisah 5 5 5
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun

P: Lanjutkan intervensi

2 Intoleran Sabtu, 1 S: Pasien mengatakan mudah lelah dan merasa


si Oktober lemas apalagi saat atau setelah melakukan
aktivitas 2022 aktivitas berat.
O: RR: 22x/mnt
Td: 140/80 mmHg
N: 95x/mnt
Pasien tampak hanya berdiam diri di rumah
serta tidak banyak melakukan aktivitas
A: Masalah belum teratasi
Indikator A T A

36
Kemudahan dalam 2 4 2
melakukan aktivitas
sehari-hari

Keluhan lelah 3 1 3

Perasaan lemah 3 1 3

Tekanan darah 3 3 3

Keterangan :

1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
P: lanjutkan intervensi

3. Nyeri Minggu, 2 S: Pasien mengatakan nyeri di dada akan dating


akut Oktober saat pasien banyak melakukan aktivitas yang
2022 berat.
O: RR: 21x/mnt
Td: 130/80 mmHg
N: 93x/mnt
Pasien tidak sedang nyeri karena pasien
banyak beristirhaat
A: Masalah teratasi
o
Indikator A T A
Keluhan 5 5 5
nyeri
Meringis 5 5 5
Gelisah 5 5 5
Keterangan :
6. Meningkat
7. Cukup meningkat
8. Sedang
9. Cukup menurun
10. Menurun

P: Lanjutkan intervensi

4. Intoleran Minggu, 2 S: Pasien mengatakan mudah lelah dan merasa


si Oktober lemas apalagi saat atau setelah melakukan
aktivitas 2022 aktivitas berat, pasien mengatakan menguramgi
kegiatan/aktivitas berat.

37
O: RR: 21x/mnt
Td: 130/80 mmHg
N: 93x/mnt
Pasien lebih banyak berdiam diri di rumah
serta tidak banyak melakukan aktivitas
A: Masalah belum teratasi
Indikator A T A

Kemudahan dalam 2 4 3
melakukan aktivitas
sehari-hari

Keluhan lelah 3 1 2

Perasaan lemah 3 1 2

Tekanan darah 3 3 3

Keterangan :

6. Menurun
7. Cukup menurun
8. Sedang
9. Cukup meningkat
10.Meningkat
P: lanjutkan intervensi

38
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawtan pada Tn.D dengan gangguan system
kardiovaskuler: jantung adalah suatu asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn.D lansia dengan gangguan system kardiovaskuler : jantung.
Tujuan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan system
kardiovaskuler : jantung pada Tn.D adalah dengan bagaimana cara
menurunkan nyeri pada dada dan mengatasi intoleransi aktivitas Fokus
asuhan keperawatan Tn.D dengan gangguan system cardiovaskuler:
jantung adalah dengan meminimalisir aktivitas yang dapat memicu
kelelahan yang akan menimbulkan nyeri pada dada sebelah kiri, Penerapan
pola hidup sehat seperti olahraga teratur, melakukan aktivitas fisik ringan,
penerapan teknik non farmakologi dengan terapi relaksasi nafas dalam.

B. Saran
1. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah
pengetahuan dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga
dapat melakuka asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap
remaja.
2. Institusi pendidikan
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Stikes Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori.

39
LAMPIRAN

40

Anda mungkin juga menyukai