Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PEMBUATAN SABUN CAIR DARI MINYAK


JELANTAH

DIVISI PENGEMBANGAN PENELITIAN ILMU


PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Samarinda, 10 Agustus 2017

Ketua HMTK Ketua Pelaksana

Rizki Kurnia Dermawan Popy Takarani


NIM. 1409065004 NIM. 1609065017

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman

Ari Susandy Sanjaya, S.T., M.T.


NIP. 19780319 201012 1 001

Menyetujui,
Wakil Dekan Bidang Akademik
Kemahasiswaan dan Alumni
Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman

Ir. Hj. Masayu Widiastuti, M.T.


NIP. 19691109 199512 2 006

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 2
1.5 Luaran yang diharapkan ............................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Lemak dan Minyak ..................................................................................... 3
2.2 Minyak Jelantah .......................................................................................... 4
2.3 Pemurnian Minyak Jelantah ....................................................................... 5
2.4 Sabun Cair .................................................................................................. 6
2.5 Saponifikasi ................................................................................................ 9
2.6 Uji Karakterisasi Sabun .............................................................................. 9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 12
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 12
3.2.1 Alat.................................................................................................... 12
3.2.1 Bahan ................................................................................................ 12
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................... 13
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan ............................................................... 14
3.3.2 Pemurnian Minyak Jelantah ........................................................... 14
3.3.2.1 Proses Penghilangan bumbu (despicing) Minyak Jelantah ...... 14
3.3.2.2 Proses Netralisasi ..................................................................... 14
3.3.2.3 Proses Pemucatan (Bleaching) ................................................. 14

iii
3.3.3 Analisis Hasil Pemurnian Minyak Jelantah .................................... 15
3.3.4 Proses Pembuatan Sabun Cair ....................................................... 15
3.3.5 Uji Coba Sabun Cair ....................................................................... 15
3.3.6 Evaluasi .......................................................................................... 16
3.3.7 Finishing ......................................................................................... 16

BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ................................................ 17


4.1 Anggaran Biaya ........................................................................................ 17
4.2 Jadwal Kegiatan ........................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
LAMPIRAN ......................................................................................................... 19

iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah dipakai berkali-kali
untuk menggoreng pada suhu yang sangat tinggi, umumnya berwarna
kehitaman. Apabila minyak jelantah sering digunakan untuk menggoreng dan
terlalu sering dikonsumsi tubuh kita, dapat meningkatkan resiko munculnya
penyakit jantung koroner serta juga dapat merusak sistem kerja hati. Umumnya
minyak jelantah merupakan limbah rumah tangga yang apabila dibuang
sembarang bisa menimbulkan masalah bahaya bagi lingkungan disekitar
dikarenakan minyak yang tidak dapat larut di dalam air, melainkan hanya akan
mengapung diatas permukaan air sehingga menutupi permukaan tersebut dan
menggangu kehidupan organisme di dalam air. Tetapi apabila dimanfaatkan
dengan baik, dapat menghasilkan barang yang berguna. Sebenarnya minyak
jelantah memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebuah produk yang lebih
bermanfaat seperti sabun. Pemanfaatan pengolahan sabun dari minyak jelantah
sangat baik karena dapat mengurangi limbah minyak jelantah yang dapat
merusak unsur tanah serta air yang berada di lingkungan sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana metode untuk menjernihkan kembali minyak jelantah ?
b. Bagaimana kualitas produk sabun yang dihasilkan dari bahan baku
minyak jelantah ?
c. Bagaimana formulasi sabun cair yang sesuai standar ?
d. Bagaimana karakterisasi sabun yang dihasilkan dari bahan baku minyak
jelantah ?

1
1.3 Tujuan
a. Mengetahui metode untuk menjernihkan kembali minyak jelantah
b. Mengetahui kualitas produk sabun yang dihasilkan dari bahan baku
minyak jelantah
c. Mengetahui formulasi sabun cair yang sesuai standar
d. Mengetahui karakterisasi sabun yang dihasilkan dari bahan baku minyak
jelantah

1.4 Manfaat
a. Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi limbah rumah tangga yang
mencemari lingkungan
b. Sebagai wadah untuk meningkatkan skill individu
c. Memberikan informasi dan alternatif pemanfatan minyak jelantah dapat
menghasilkan produk yang berguna
d. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian
selanjutnya

1.5 Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan yaitu terciptanya produk berupa Sabun Cair yang
sesuai standar serta dapat meningkatkan daya kreativitas mahasiswa dalam
pengembangan ilmu keteknikan. Hasil dari kegiatan ini diharapkan berupa
produk, yang nantinya produk tersebut diibahkan kepada fakultas teknik untuk
memfasilitasi kampus sesuai dengan kebutuhan.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak dapat dimakan dan dihasilkan oleh alam, yang dapat
bersumber dari bahan nabati atau hewan. Lemak dan minyak adalah trigliserida,
atau triasilgliserol, kedua istilah ini berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan
antara suatu lemak dan minyak, pada temperatur kamar lemak berbentuk padat
dan minyak bersifat cair. Sebahagian besar gliserida pada hewan adalah berupa
lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak, karena
itu biasanya terdengar ungkapan lemak hewani dan minyak nabati. Asam
karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak dan minyak, yang
disebut asam lemak mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak
bercabang (Fessenden dan Fessenden, 1997).

Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengan gliserol. Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan
asam dinoleat terdapat dalam minyak goreng merupakan trigliserida yang dapat
digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun cair menggantikan
asam lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping proses pengolahan
minyak goreng (Djatmiko, 1973).

Lemak dan sabun dari asam lemak jenuh dan rantai jenuh panjang (C16-C18)
menghasilkan sabun keras dan minyak dari asam lemak tak jenuh dengan rantai
pendek (C12-C14) menghasilkan sabun yang lebih lunak dan lebih mudah larut
(Fessenden,1997). Sabun yang dibuat dari natrium hidroksida lebih sukar larut
dibandingkan dengan sabun yang dibuat dari kalium hidroksida.

3
2.2 Minyak Jelantah
Minyak jelantah atau yang biasa disebut dengan minyak jelantah adalah minyak
limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak
jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan
minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya. Sehubungan
dengan banyaknyaminyak jelantah dari sisa industri maupun rumah tangga
dalam jumlahtinggi dan menyadari adanya bahaya konsumsi minyak jelantah,
maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memanfaatkan minyak jelantah
tersebut agar tidak terbuang dan mencemari lingkungan. Pemanfaatan minyak
jelantah ini dapat dilakukan pemurnian agar dapat digunakan kembali sebagai
media penggorengan atau digunakan sebagai bahan baku produk berbasis
minyak seperti sabun (Wijana, 2005).

Minyak goreng yang telah digunakan, akan mengalami beberapa reaksi yang
menurunkan mutunya. Pada suhu pemanasan sampai terbentuk akrolein.
Akrolein adalah sejenis aldehida yang dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan yang membuat batuk. Minyak yang telah digunakan untuk
menggoreng akan mengalami peruraian molekul-molekul, sehingga titik
asapnya turun. Minyak jelantah juga mudah mengalami reaksi oksidasi
sehingga jika disimpan cepat berbau tengik (Wijana, 2005).

Minyak jelantah disukai jamur aflatoksin sebagai tempat berkembang biak.


Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang menyebabkan berbagai penyakit,
terutama hati/liver. Bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah
mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik penyebab kanker.
Jadi, jelas bahwa pemakaian minyak jelantah dapat merusak kesehatan manusia,
akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Proses
dehidrasi (hilangnya air dari minyak) akan meningkatkan kekentalan minyak
dan pembentukan radikal bebas (molekul yang mudah bereaksi dengan unsur

4
lain). Proses ini menghasilkan zat yang bersifat toksik (berefek racun) bagi
manusia. Pada dosis 2,5% dalam makanan, zat ini dapat mengakibatkan
keracunan yang akut pada tikus setelah tujuh hari masa percobaan(Wijana,
2005).

2.3 Pemurnian Minyak Jelantah


Pemurnian merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak jelantah,
baik untuk dikonsumsi kembali maupun untuk digunakan sebagai bahan baku
produk. Tujuan utama dari pemurnian minyak goreng ini adalah menghilangkan
rasa serta bau yang tidak enak, warna yang kurang menarik dan memperpanjang
daya simpan sebelum digunakan kembali. Pemurnian minyak goreng ini
meliputi 3 tahap proses yaitu, penghilangan bumbu (despicing), netralisasi, dan
pemucatan (bleaching).
1. Penghilangan Bumbu (despicing)
Despicing merupakan proses pengendapan dan pemisahan kotoran akibat
bumbu dan kotoran dari bahan pangan yang bertujuan menghilangkan
partikel halus tersuspensi atau berbentuk koloid seperti protein,
karbohidrat, garam, gula dan bumbu rempah–rempah yang terkandung
dalam minyak jelantah tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas
dalam minyak.
2. Netralisasi
Netralisasi merupakan proses untuk mengurangi asam lemak bebas dari
minyak. Proses ini juga dapat menghilangkan bahan penyebab warna
gelap, sehingga minyak menjadi lebih jernih.
3. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan adalah usaha untuk menghilangkan zat warna alami dan zat
warna lain yang merupakan degradasi zat alamiah, pengaruh logam dan
warna akibat oksidasi
(Wijana, 2005).

5
2.4 Sabun Cair
Sabun merupakan garam lokal alkali (biasanya garam Kalium) dari asam
lemak, terutama mengandung garam C16 (asam palmitat) dan C18 (asam stearat)
namun juga dapat mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih
rendah (Ketaren, 1986).

Prawira (2009) menyatakan bahwa pada perkembangan selanjutnya bentuk


sabun dikelompokkan menjadi :
1. Sabun cair, dibuat dari minyak kelapa dengan alkali yang digunakan
KOH, dalam bentuk cair tidak mengental dalam suhu kamar.
2. Sabun lunak, dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau
minyak tumbuhan yang tidak jernih, alkali yang dipakai KOH, dalam
bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3. Sabun keras, dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak
yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi , alkali yang dipakai NaOH,
Sukar larut dalam air.

6
Prawira (2009) menyatakan bahwa dengan perkembangan yang cukup pesat
dalam dunia industri memberi kemungkinan penambahan bahan-bahan lain ke
dalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan sifat dan kegunaan baru.
Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:
1. Sabun Kesehatan
a. TCC (Trichloro Carbanilide)
b. Hypoallergenic blend, untuk membersihkan lemak dan jerawat
c. Asam salisilat sebagai fungisida
d. Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit kulit
2. Sabun Kecantikan
a. Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi
b. Vitamin E untuk mencegah penuaan dini
c. Pelembab
d. Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit
3. Shampoo
a. Diethanolamine untuk mempertahankan pH
b. Lanolin sebagai conditioner
c. Protein untuk memberi nutrisi pada rambut.
Selain jenis sabun di atas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain,
misalnya sabun toilet yang mengandung disinfektan dan pewangi. Textile
soaps yang digunakan dalam industi textile sebagai pengangkat kotoran
pada wool dan cotton. Dry-cleaning soap yang tidak memerlukan air untuk
larut dan tidak berbusa, biasanya digunakan sebagai antiseptik pencuci tangan
yang dikemas dalam kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan
garam dari asam lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam
berat, biasanya digunakan untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan
lacquer, serta saltwater soap yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise
guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin.

7
Sifat-sifat sabun sebagai berikut :
1. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga
akan dihidrolisis parsial oleh air, karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
2. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan buih,
peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat
menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap.
3. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses
kimia koloid. Sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan
untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun nonpolar karena
sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar. Molekul sabun
mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) sedangkan COONa+bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam
air.
4. Proses penghilangan kotoran.
a. Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan
tegangan permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap
lebih cepat kepermukaan kain.
b. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dan mengikat molekul
kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran
dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
c. Sedangkan molekul sabun didalam air pada saat pembilasan
menarik molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi
bersih.
(Prawira, 2009).

8
2.5 Saponifikasi
Trigliserida akan direaksikan dengan alkali (sodium hidroksida), maka
ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada
glisero lakan terpisah. Proses ini disebut “saponifikasi”. Atom oksigen
mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari
rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam
lemak inilah yang kemudian disebut sabun, sedangkan gugus OH dalam
hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol. Apabila ketiga gugus
asam lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.
Mekanisme reaksinya sebagai berikut :

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Sabun dengan berat molekul
rendah akan lebih mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih
keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion (Prawira,
2009).

2.6 Uji Karakterisasi Sabun


a. Penentuan Uji Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan dapat dipergunakan untuk menentukan berat
molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam
lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil
akan mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka

9
penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul
besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil. Bilangan penyabunan =
angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak, alkohol yang
ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa
dan mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun
(Ketaren, 1986).
b. Penentuan Uji Busa
Tujuan proses jumlah busa pada sabun Cuci cair untuk mengetahui
seberapa banyak busa yang dihasilkan dari larutan sabun yang beberapa
menit. Analisa ini dilakukan untuk sabun dibuat dari prosespenyabunan
yang dikocok dengan alat shasker dalam kalium hidroksida campurandari
minyak jelantah yang telah dimurnikan dengan proses bleaching. Larutan
sabun yang dibuat dari proses penyabunan dimasukkan ke dalam gelas
ukur ditutup dengan plastik dan karet, lalu dikocok dengan alat shaker
untuk menghasilkan busa dari larutan sabun yang dibuat dari proses
penyabunan (Raskita, 2008).
c. Penentuan Uji Daya Cuci
Larutan sabun yang telah terbentuk dicoba uji daya cucinya dengan
melakukan pengujian langsung terhadap piring, gelas, dan lain- lain yang
mengandung lemak dan minyak. lalu dikelompokkan berdasarkan jenis
kotorannya. Dihitung jumlah larutan sabun yang dibutuhkan untuk setiap
jenis kotoran (PT. Agro, 2001).
d. Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan SNI 06–3532–1994, pH sabun mandi tidak ditetapkan
standarnya. Walaupun demikian, tingkat keasaman (pH) sabun sangat
berpengaruh terhadap kulit pemakainya. Umumnya, sabun yang
dipasarkan di masyarakat mempunyai nilai pH 9-10,8. Sabun yang
memiliki pH tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri

10
Propionibacterium dan membuat kering kulit. Hal ini terjadi karena
sabun dengan pH tinggi dapat membengkakkan keratin sehingga
memudahkan masuknya bakteri yang menyebabkan kulit menjadi
kering dan pecah-pecah, sedangkan sabun dengan pH terlalu rendah
dapat menyebabkan iritasi pada kulit (Almazini, 2009).

11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Pembuatan sabun ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Mulawarman dan berlangsung pada bulan September
hingga November 2017

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
a. Pipet Volum
b. Gelas Beker
c. Bulb
d. Labu Erlenmeyer
e. Gelas ukur
f. Hot Plate
g. Stirrer
h. Pipet tetes
i. Buret
j. Oven
k. pH meter
l. Spatula
m. Corong Pemisah
n. Statif dan Klem
o. Neraca Analitik

3.2.2 Bahan
a. Minyak jelantah
b. Akuades
c. NaCl
d. Larutan KOH

12
e. Parfum non alkohol
f. Indikator pp
g. Sikloheksana
h. Asam Asetat
i. Iodin 0,1 N
j. Natrium Tiosulfat 0,1 N
k. Kertas saring
l. Karbon Aktif 240 mesh
m. Pewarna Makanan

3.3 Prosedur Penelitian


Proses pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jelantah melalui tahapan sebagai
berikut :

Persiapan alat dan bahan

Pemurnian Minyak Jelantah

Analisis Hasil Pemurnian Minyak


Jelantah

Proses Pembuatan Sabun Cair

Uji Coba Sabun Cair

Evaluasi

13
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan dilakukan supaya penelitian dapat berjalan dengan
lancar dan efektifitas waktu. Sehingga mendapatkan hasil yang optimal setiap
riset per harinya.

3.3.2 Pemurnian Minyak Jelantah


3.3.2.1 Proses Penghilangan bumbu (Despicing) Minyak Jelantah
Prosedur proses penghilangan bumbu minyak jelantah adalah:
a. Ditimbang 100 g minyak jelantah yang akan dimurnikan kemudian
dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml.
b. Dipisahkan minyak dari kotorannya dengan menggunakan kain saring.

3.3.2.2 Proses Netralisasi


Prosedur proses netralisasi minyak jelantah adalah:
a. Larutan KOH 15% dibuat (15 gram KOH dilarutkan di dalam 100 m air).
b. Minyak goreng hasil penghilangan bumbu (despicing) dipanaskan pada
suhu ± 40 °C (hangat – hangat kuku ), lalu dimasukkan larutan KOH 15%
ke dalam minyak hasil despicing dengan perbandingan minyak : KOH =
100 g minyak : 5 ml KOH.
c. Campuran diaduk dengan Mixer selama 10 menit, kemudian disaring
dengan kertas saring whatman untuk memisahkan kotoran.

3.3.2.3 Proses Pemucatan (Bleaching)


Prosedur proses pemucatan (Bleaching) minyak jelantah adalah:
a. Dipanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu 70°C.
b. Karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5% dari 100 g minyak goreng hasil
netralisasi dimasukkan ke dalam larutan minyak goreng hasil netralisasi.
c. Larutan diaduk dengan mixer selama 60 menit dan dipanaskan pada suhu
150°C

14
d. Kemudian disaring dengan kertassaring whatman untuk memisahkan
kotoran. Minyak goreng pemurnian siap digunakan.

3.3.3 Analisa Hasil Pemurnian Minyak Jelantah


a. Hasil Analisa Asam Lemak Bebas
b. Hasil Analisa Iodin Value
c. Hasil Analisa Kadar Warna
d. Hasil Analisa Kadar Air (%)

3.3.4 Proses Pembuatan Sabun Cair


Prosedur pembuatan sabun cuci piring pada proses penyabunan sebagai
berikut:
a. Dibuat larutan KOH dengan konsentrasi (%) 10, 20, 30, 40,50
b. Minyak goreng hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses (°C): 25, 35,
45, 55.
c. Lalu dimasukkan masing – masing larutan KOH dengan konentrasi (%) :10,
20, 30, 40, 50 ke dalam minyak goreng hasil pemurnian pada masing -
masing suhu proses (°C) : 25, 35,45, 55 dengan perbandingan minyak :
KOH = 1: 0,5 (100 g minyak : 50 ml KOH).
d. Campuran diaduk dengan mixer selama 45 menit
e. Parfum non alkohol dimasukkan (1ml parfum per 100 g minyak) dan
pewarna makanan (1 mL pewarna makanan per 100 gram minyak) ke
dalam campuran dan diaduk dengan mixer selama 5 menit.

3.3.5 Uji Coba Sabun Cair


a. Hasil analisa bilangan penyabunan
b. Hasil analisa kadar busa dan analisa alkali bebas

15
3.3.6 Evaluasi
Dalam uji coba, maka dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada sabun cair.
Maka dalam evaluasi ini dilakukan pemecahan masalah yang terjadi dalam uji
coba sabun cair.

3.3.7 Finishing
Setelah semua permasalahan atau kekurangan dalam sabun selesai, maka
perlu dilakukan finishing untuk memastikan sabun cairmemiliki mutu sesuai
standar.

16
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Berikut ini merupakan ringkasan anggaran biaya dalam penelitian ini
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan Penunjang 640.000
2. Bahan Habis Pakai 517.500
3. Perjalanan 30.000
4. Lain-lain 550.000
Jumlah 1.737.500

4.2 Jadwal Kegiatan


Berikut merupakan jadwal kegiatan dalam penelitian ini :
September Oktober November
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan alat dan
bahan
2. Pemurnian Minyak
Jelantah
3. Analisis Hasil
Pemurnian Minyak
Jelantah
4. Proses Pembuatan
Sabun Cair
5. Uji Coba Sabun Cair
6. Evaluasi
7. Pembuatan Laporan

17
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, Prima. 2009. Pengaruh Sabun Terhadap Kesehatan Kulit. [5 Desember


2009]
AOCS Cdb-76. 2001. Metode Analisa Penyabunan (SV). PT. Agro Jaya Perdana.
Medan.
Djatmiko, B. 1973. Minyak dan Lemak. Departemen THP IPB. Bogor.
Fessenden, Ralph J dan Joan S Fessenden. 1997. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit UI Press. Jakarta.
Prawira, 2009. Reaksi Saponifikasi pada Proses Pembuatan Sabun.
http://yprawira.wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-
sabun/ diakses pada 5 juni 2017
PT. Argo Jaya Perdana. 2001. Prosedur Kerja Analisa Minyak PKO dan CPO.
Medan.
Raskita, Alemina G. 2008. Pembuatan Dan Karakterisasi Sabun Natrium
Polihidroksi Strearat Campuran Yang Diturunkan Dari Minyak Kemiri.
Departement Kimia FMIPA USU. Medan.
SNI. http://www.bsn.or.id/sni/sni_detail.php/sni_id= 3532/
Wijana, S, dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Trubus Agrisarana. Jakarta

18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Susunan Keanggotaan
Dosen Pembimbing : Ari Susandy Sanjaya, S.T., M.T.
Ketua Pelaksana : Popy Takarani
Anggota : 1. I Putu Wahyudiantara
2. Fitri Febriyanti
3. M. Surya Kuncoro P
4. Rizqi Lestari
5. M. Afrizal

19
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Biaya
1. Peralatan Penunjang
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Sewa Laboratorium Tempat Penelitian 6 100.000/ org 600.000
Tempat 20.000/
Wadah sabun 2 40.000
mencetakan sabun kotak
SUBTOTAL 640.000

2. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Peralatan 1 pak 50.000 50.000
Sarung Tangan
Keamanan
Peralatan 1 pak 35.000 35.000
Masker
Keamanan
Kebersihan saat 1 pak 20.000 20.000
Tisu
bekerja
Akuades Bahan Utama 10 L 5.000 50.000
Kertas Label Penunjuk Sampel 1 pak 5.000 5.000
1 lembar 25.000/ 25.000
Kertas Saring Bahan Utama
lembar
Parfum Non 1L 50.000/ L 50.000
Bahan Utama
Alkohol
Minyak Jelantah Bahan Utama 10 L 3000 30.000
Karbon Aktif 240 1,5 kg 55.000/ kg 82.500
Bahan Utama
mesh
Pewarna Makanan Bahan Utama 1 pak 25.000/ pak 25.000
Kalium Hidroksida Bahan Utama 1 kg 70.000/ kg 70.000
Natrium Klorida Bahan Utama 1 kg 40.000/kg 40.000
Indikator pH 1 pak 35.000/ pak 35.000
Bahan Uji Sampel
Universal
SUBTOTAL 517.500

3. Perjalanan
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Perjalanan (Rp) (Rp)
Perjalanan dalam
Pengujian sampel 3 10.000 30.000
Kota
SUBTOTAL 30.000

20
4. Lain-lain
Harga Satuan Jumlah
Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas
(Rp) (Rp)
Uji Sampel Pengujian Sampel 2 150.000 300.000
ATK Penunjang Penelitian 1 100.000 100.000
Tinta Printer Penunjang Literature 2 50.000 100.000
Kertas A4 Penunjang Literatur 1 50.000 50.000
SUBTOTAL 550.000

21

Anda mungkin juga menyukai