INDUSTRI DETERJEN
Di Susun Oleh :
1. Cerly Putri Yunita (062230400864)
2. Marlita Handayani (062230400872)
3. Rifzal Amri Pahlepi (062230400880)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-
citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
sebagai teladan dan guru besar bagi seluruh umat manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Proses Industri kimia yang
berjudul “Industri Detergen”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu Ibu Idha Silvyati, S. T., M. T. Serta teman-teman yang turut membantu
selesainya makalah kami ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri
Kimia sebagai upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi
mengenai tentang Industri Deterjen. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................4
C. Tujuan ............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................5
A. Pengertian Deterjen ........................................................5
B. Perbedaan Deterjen Dan Sabun .......................................5
C. Bahan Baku.......................................................................6
D.Kegunaan Produk...............................................................6
E. Sifat Fisik & Kimia Bahan Baku & Produk .....................6
F. Reaksi Kimia Deterjen......................................................8
G. Kelebihan & Kekurangan Deterjen...................................9
H. Macam-Macam Deterjen..................................................10
I. Klasifikasi Proses...............................................................10
J. Diagram Alir......................................................................11
K. Uraian Proses....................................................................12
L. Spesifikasi Alat.................................................................13
M. Neraca Massa...................................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................24
A. Kesimpulan .....................................................................24
B. Saran................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan deterjen?
2. Apa perbedaan sabun dan deterjen?
3. Apa saja bahan baku pembuatan deterjen dan sifat fisik serta sifat kimia
nya?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan deterjen
C. Tujuan
1. Dapat mengenal tentang deterjen.
2. Dapat mengetahui perbedaan deterjen dan sabun
3. Bisa Mengetahui bahan baku utama deterjen dan sifat fisik serta sifat
kimia nya
4. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari deterjen.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
5
C. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan detergen yaitu :
a. Surfaktan (surface active agen)
b. Builder (Pembentuk)
c. Filler (Pengisi)
d. Additives (Zat Tambahan)
D. Kegunaan Produk
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas
dalam bentuk produk-produk seperti:
Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo,
sabun cuci tangan, dll.
Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang
paling populer di masyarakat.
Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk
penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,
pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
6
2. Suds Regulator (Pengatur Busa)
Bahan ini digunakan untuk membantu surfactant dalam proses pencucian.
Jenis bahannya yaitu asam lemak
3. Builder (Pembentuk)
Zat yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Jenis bahan :
Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP)
Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA)
Silikat (Zeolit)
Sitrat (asam sitrat).
4. Filler (Pengisi)
Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan
dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
7
F. Reaksi Kimia Detergen
1. Reaksi Kimia Deterjen Lunak
Dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat, sehingga
akhirnya menghasilkan asam Lauril Sulfat:
C12H25OH + H2SO4 è C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH
sehingga menghasilkan Natrium Lauril Sulfat, dengan persamaan reaksi
berikut:
C12H25OSO3H + NaOH è NaC12H25SO4
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia
detergen lunak adalah NaC12H25SO4.
2. Reasksi Kimia Deterjen Keras
Detergen jenis keras adalah jenis yang paling sulit dihancurkan
mikroorganisme. Meski sudah dibuang, zat itu masih aktif dan dapat
mencemari lingkungan, terutama air, contohnya: Alkil Benzena Sulfonat.
Cara membuatnya adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan
Belerang Trioksida (SO3). Alkil Benzena yang paling sering digunakan
adalah jenis Deodecil Benzena (C6H5C12H25).
Reaksi antara Deodecil Benzena dan Belerang Trioksida akan
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat (C6H4C12H25SO3H) dengan
persamaan reaksi berikut:
C6H5C12H25 + SO3 è C6H4C12H25SO3H
Alkil Benzena Sulfonat kemudian dinetralisasi dengan Natrium
Hidroksida (NaOH), sehingga menghasilkan Natrium Deodekil Benzena
Sulfonat (C12H25C6H4SO3Na) dengan persamaan reaksi berikut:
C6H4C12H25SO3H + NaOH è C12H25C6H4SO3Na
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia
deterjen keras adalah C6H4C12H25SO3H.
8
G. Kelebihan dan Kekurangan Deterjen
1. Deterjen Bubuk
Kelebihan :
Harga lebih mudah dibandingkan deterjen cair dan pod
Lebih tahan lama
Kemasannya lebih ramah lingkungan
Jumlah bubuk yang digunakan dapat disesuaikan
Lebih ringan
Sangat cocok digunakan untuk pakaian yang sangat kotor, seperti baju
olah raga
Kekurangan :
Sulit larut di air dingin sehingga bisa meninggalkan residu
Dapat digunakan untuk pra-perawatan pakaian, tetapi kamu perlu
membuat pasta atau melarutkannya terlebih dahulu sehingga kurang
praktis
Harus tetap kering
Bubuknya bisa sangat berantakan
2. Deterjen Cair
Kelebihan :
Tidak ada kemungkinan residu menempel
Dapat digunakan untuk pra-pencucian dengan mengoleskan deterjen ke
noda membandel
Tutupnya berfungsi sebagai gelas ukur
Ampuh untuk noda minyak dan lemak
Kekurangan :
Berat dan tidak praktis
Menciptakan lebih banyak sampah plastik untuk lingkungan
Dapat terjadi kelebihan tuang karena bentuknya yang cair
9
H. Macam-Macam deterjen
1. Deterjen Bubuk
2. Deterjen Krim
3. Deterjen Kapsul
4. Deterjen Cair
I. KLASIFIKASI PROSES
Proses pembuatan detergen meliputi :
a. Safonifikasi
Pada proses ini minyak yang sudah dipucatkan (bleaching) dicampur
dengan NaOH, kemudian dipanaskan dan diaduk sehingga terjadi tahap-
tahap berikut:
1. Tahap periode inkubasi lambat
2. Tahap eksotermik cepat
3. Tahap penyelesaian (completion)
Safonifikasi dianggap selesai jika terbentuk sabun yang kental,
kemudian ditambah garam kering supaya terjadi pemisahan antara sabun
padat dan alkali.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari
minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai
hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus
karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena
menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis
basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH),
b. Pencucian
Untuk memisahkan sisa gliserol dalam sabun dilakukan dengan cara
menambahkan air garam panas (85°C) pada sabun.
c. Fitting
Sabun yang didapatkan setelah mengalami pencucian selanjutnya
mengalami pemanasan dan penambhan air sedikit demi sedikit sehingga
didapatkan bentuk yang dikehendaki. Penentuan menggunakan “trowel
10
test.” Setelah penyabunan lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dari gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan
kosmetik. (Sifat kelembaban timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat
berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya
dimurnikan dengan mendidihkan dalam air bersih untuk membuang lindi
yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu
apung, zat warna dan sparfum kemudian ditambahkan. Sabun padat lalu
dilelehkan dan dituang ke dalam suatu cetakan.
J. Diagram Alir
11
K. Uraian Proses
1. Proses pertama adalah pembuatan bubur surfaktan. Dimana alkil benzena
ditambah olium dialirkan masuk ke sulfanator dijaga pada suhu 55°C
kemudian mengasilkan campuran tersulfanasi yang kemudian dipompakan
masuk ke dalam sulfator. Dari sulfator didapatkan hasil berupa asam alkil
benzena. Lalu dialirkan ke mixer di tambah Naoh untuk menetralkan asam
nya dari mixer diperoleh bubur surfaktan yakni natrium alkil benzena. Lalu
bubur surfaktan tsb dialirkan ke surge tank ( yang berfungsi menetralkan
tekanan atau pengaman tekanan) saat katup pengatur ditutup. Bubur surf
akan kemudian dialirkan menggunakan pompa ke cooler. Di cooler
campuran tersebut didinginkan setelah didinginkan lalu dialirkan ke
surfaktan storage.
2. Proses selanjutnya pembuatan detergen. Bubur surfaktan dan bahan aditif
Sodium Tripolifosfat ( Na5P3O10 / stpp ) dialirkan ke crusher, dalam
crusher bahan bahan diputar/dicampur dengan mixer menggunakan
kecepatan tinggi hingha homogen. Pada crusher sejumlah air dihilangkan
dan campuran menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi hidras. Dari
stpp/campuran dialirkan ke drop tank lalu dipompakan menggunakan high
pressure pump ke bagian atas high spray tower. Pada bagian atas menara
campuran di semprotkan, sedangkan dibagian bawah dialirkan udara panas
yang dihasilkan dari furnance. Dari proses ini diperoleh butiran detergen
yang kemudian jatuh ke bagiah bawah menara. Untuk uap panas yang naik
melewati spray tower kemudian dialirkan menuju ke cyclone 1. Cylone 1
berfungsi untuk memisahkan uap panas dan juga partikel yang terikut.
Partkel yang terikut ini nantinya akan dimasukkan kedalam crusher sebagai
bahan baku awal sedangkan uap panas akan dilepas ke atmosfir tetapi
sebelumnya dialirkan menuju chimney atau cerobong dahulu. Butiran dari
menara high spray tower ini kemudian dialirkan menggunakan conveyor
dengan bantuan aliran udara dialirkan menuju ke cyclone 2. Pada cyclone 2
butiran dipisahkan dari uap atau panas yang masih terikut. Uap panas yang
masih terikut dialirkan menuju ke cyclone 3 untuk pemisahan butiran dan
uap panas diamana nanti butiran akan diumpankan ke conveyor, sedangkan
12
uap panas akan dilepaskan ke atmosfer tetapi sebelumnya akan dialirkan
menuju ke chimney atau stack dahulu. Butiran dari cyclone 2 kemudian
diumpankan menuju ke pengayak atau screen untuk mendapatkan butiran
dengan ukuran sesuai standar. Butiran dari vibrating screen dan juga butiran
dari cyclone 3 ini dialirkan menuju ke conveyo. Pada conveyor ditambahkan
pengharum dengan cara disemprotkan yang kemudian diumpankan ke
bagian packaging, untuk dipacking sesuai dengan label dan kebutuhan
konsumen.
L. Spesifikasi Alat
1. Cooler merupakan kotak es atau alat pendingin.
2. Crutcher ialah tempat pencampuran bahan aditif dengan surfactant yang
akan menghasilkan deterjen dalam fase slurry.
3. Na₅P₃O₁₀ atau stpp ( sodium tripolifosfat ) merupakan garam natrium
dari penta-anion polifosfat, yang merupakan basa konjugat dari asam
trifosfat. Sttp :
Na2CO3 : 400 kg
Na5P3O10 : 400 kg
Na2SO4 : 400 kg
Bahan Aditif
Na2SiO3 : 400 kg
Na - Cmc : 400 kg
4. Surge tank atau pipa tegak berfungsi sebagai peredam energi dari tekanan
air di dalam pipa.
5. Chimney adalah cerobong asap
6. Sulfactor berfungsi menurunkan tegangan
7. Mixer tank ialah proses untuk peristiwa tercampurnya bahan- bahan yang
awalnya bahan-bahan itu terpisah dalam keadaan dua fase atau lebih
sampai akhirnya membentuk hasil yang lebih seragam (homogen).
8. Cyclone berfungsi sebagai tempat penampungan butiran - butiran deterjen
yang siap dikemas.
13
9. Drop Tank Merupakan tempat penyimpanan Deterjen dalam bentuk
Slurry. Dan pada Drop Tank dijaga suhunya berkisar antara 25-30°c agar
material deterjen tidak rusak.
10. Surfactan Storage merupakan tempat penyimpanan surfactant sebelum
diolah dan di campur dengan aditif.
11. Crutcher adalah tempat pencampuran bahan aditif dengan surfactant, yang
akan menghasilkan deterjen dalam fase slurry.
12. Surfactan disini berupa Alkil Benzene memiliki rumus kimia
( C6H6),dicampurkan dengan oleum.
13. Oleum adalah Asam Sulfat yang mengandung SO3 yang berlebih (antara
20 - 30%) Rumus Kimianya adalah H2S2O7
14. Sulfonator, merupakan tempat untuk mencampurkan Bahan baku. Bahan
baku yang dicampurkan berupa Oleum sebanyak 22% dan Alkil Benzene
(Surfactant) sebanyak 78%.
15. Surge Tank, Merupakan tempat penampungan hasil Proses sulfasi +
Sulfonation yang terjadi pada Sulfonator. Pada Surge Tank juga terdapat
proses pemisahan Fatty Alcohol dengan air.Dengan suhu berkisar 30-45c.
16. Surfactan Storage merupakan tempat penyimpanan surfactantsebelum
diolah dan dicampur dengan aditif.
17. Pompa/pump bertujuan untuk memompakan atau memindahkan Deterjen
berfase Slurry ke Spray Tower untuk diolah menjadi butiran-butiran.
18. Spray Tower, Metode pengeringan spray drying menjadi pilihan dalam
proses pengeringan produk dengan hasil akhir berupa bubuk dan
merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan dalam
industri terutama industri Deterjen. Metode ini mampu menghasilkan
produk dalam bentuk bubuk atau serbuk.
19. Packing yakni tempat product dikemas sebaik mungkin sesuai dengan
produk yang ingin dijual, biasanya di kemas dalam kemasan plastik 100
gr,250gr,500 gr, 800 gr,1000 gr dan lainnya.
14
M. Neraca Massa
Umpan : Dedocyl benzene ( alkil benzene ) dengan rumua kimia
C12H25C6H5 = 100 kg, n = 4, 058 kmol
Oleum dengan rumus kimia H2SO4.SO3 = 100 kg, n = 10,196 kmol
Sulfanator > untuk menghasilkan surfaktan acid
Reaksi : C12H25C6H5 + H2SO4.SO3 C12H25C6H4SO3-H + H20
Mula = 4,058 10,196
Neraca Massa
komponen Input Output
Molek Molekul
ul
C12H25C6H5 4,058 246,43 1000 - -
15
nC12H25O = 1000 Kg = 5,367 kmol
186,34
n H2SO4.SO3= 6,138 kmol
Molek Molekul
ul
C12H25 5,367 186,34 1000 - -
Asam Alkil
benzoat
C12H25C6H4SO3-H
= 4,058 kmol
CH3(CH2)11 OSO3H=
5,362 kmol
16
Reaksi 1 : C12H25C6H4SO3H + NaOH C12H25C6H4SO3Na + H20
Mula = 4,058 9,5
N Berat Kg n Berat Kg
Molekul Molekul
17
Neraca Massa Crutcher
N Berat Kg n Berat Kg
Molekul Molekul
18
Chimney/Stack
Cyclone 1 H2O
60% H2O
15% Produk Produk
Crutcher
15% H2O
85% produk Produk 85%
H2O 15%
Packaging
19
Neraca Masaa Cyclone 1
Masuk :
H20 : 5.839,3 × 60% = 3.503,58
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 1.412184× 0,15 = 211,8276
C12H25C6H4SO3Na : 1.545,696 × 0,15 = 231,8544
Na2CO3 : 400 × 0,15= 60
Na5P3O10 : 400 × 0,15= 60
Na2SO4 : 400 × 0,15= 60
NaSiO3 : 400 × 0,15= 60
Na - cmc : 400 × 0,15= 60
Total = 4.247,262
Ke Cructcher
Keluar :
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 211,8276
C12H25C6H4SO3Na : 231,8544
Na2CO3 : 400 × 0,15= 60
Na5P3O10 :400 × 0,15= 60
Na2SO4 : 400 × 0,15= 60
NaSiO3 : 400 × 0,15= 60
Na - cmc : 400 × 0,15= 60
Total = 743,682
Ke Chimney
H2O : 3.503, 58
20
Neraca Massa Cyclone 2
Masuk :
H20 : 5.839,3 × 40% = 2.335,72
CH3 (CH₂)11OSO3 Na : 14121514 × 0,85 = 1.2003564
C12H25C6H4SO3Na : 1545696 × 0,85 = 1.313,8416
Na2CO3 : 400 × 0,85 = 340
Na5P3O10 : 400 × 0,85 = 340
Na2SO4 : 400 × 0,85 = 340
NaSiO3 : 400 × 0,85 = 340
Na – cmc : 400 × 0,85 = 340
Total = 6.199,56
Keluar :
- Ke Cyclone 3
H2O = 2.335,72 × 85% = 1.985,362
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na 1.200,3564 × 0,15 = 180,05346
C12H25C6H4SO3Na = 1.313, 8416 × 0,15 = 197, 07624
Na2CO3 : 340 × 0,15 = 51
Na5P3O10 : 340 × 0,15 = 51
Na2SO4 : 340 × 0,15 = 51
NaSiO3 : 340 × 0,15 = 51
Na - cmc : 340 × 0,15 = 51
Total = 2.617,4917
21
Ke gudang barang ( packaging )
H20 : 2.335,72 × 0,15 = 350, 357
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 1.200,3546 × 0,85 = 1.0204, 30294
C12H25C6H4SO3Na : 1.313,8416 × 0,85 = 1.116, 76536
Na2CO3 : 340 × 0,85 = 289
Na5P3O10 : 340 × 0,85 = 289
Na2SO4 : 340 × 0,85 = 289
NaSiO3 : 340 × 0,85 = 289
Na - cmc : 340 × 0,85 = 289
Total = 3.582, 0683
22
Keluar :
- Ke Chimney
H2O = 1.985,362.85% = 1687,5527
CH3 (CH₂)11OSO3 Na 180,05346.0,15 = 27,008019
C12H25C6H4SO3Na = 197,07624 . 0,15 = 29,561436
Na2CO3 : 51.0,15 = 7,65
Na5P3O10 : 51×0,15 = 7,65
Na2SO4 : 51×0,15 = 7,65
NaSiO3 : 51×0,15 = 7,65
Na - cmc : 51 = 7,65
Total = 1.782,377155
Sttp :
Na2CO3 : 400 kg
Na5P3O10 : 400 kg
Na2SO4 : 400 kg
Bahan Aditif :
Na2SiO3 : 400 kg
Na - Cmc : 400 kg
Air dari utilitas : 5.500 Kg
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
2. Bahan utama untuk pembuatan detergen yaitu Surfaktan (surface active
agen), Pengatur Busa (Suds Regulator), Builder (Pembentuk), Filler
(Pengisi), dan Additives (Zat Tambahan).
3. Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan menggunakan berbagai macam
teknik misalnya biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-
flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur aktif, khlorinasi dan teknik
representatif lainnya tergantung dari efektifitas kebutuhan dan efisiensi
financial.
B. Saran
Demikianlah makalah tentang proses pembuatan detergen ini dibuat, untuk
mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan saran saran yang
bersifat membangun sehingga nantinya makalah ini menjadi lebih bagus dan
sempurna.
24
DAFTAR PUSTAKA
25