Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

INDUSTRI DETERJEN

Di Susun Oleh :
1. Cerly Putri Yunita (062230400864)
2. Marlita Handayani (062230400872)
3. Rifzal Amri Pahlepi (062230400880)

Dosen Pengampu : Idha Silvyati, S. T., M. T.

Program Studi D3 Teknik Kimia


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-
citakan. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
sebagai teladan dan guru besar bagi seluruh umat manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Proses Industri kimia yang
berjudul “Industri Detergen”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu Ibu Idha Silvyati, S. T., M. T. Serta teman-teman yang turut membantu
selesainya makalah kami ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri
Kimia sebagai upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi
mengenai tentang Industri Deterjen. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Palembang, Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................4
C. Tujuan ............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................5
A. Pengertian Deterjen ........................................................5
B. Perbedaan Deterjen Dan Sabun .......................................5
C. Bahan Baku.......................................................................6
D.Kegunaan Produk...............................................................6
E. Sifat Fisik & Kimia Bahan Baku & Produk .....................6
F. Reaksi Kimia Deterjen......................................................8
G. Kelebihan & Kekurangan Deterjen...................................9
H. Macam-Macam Deterjen..................................................10
I. Klasifikasi Proses...............................................................10
J. Diagram Alir......................................................................11
K. Uraian Proses....................................................................12
L. Spesifikasi Alat.................................................................13
M. Neraca Massa...................................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................24
A. Kesimpulan .....................................................................24
B. Saran................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan deterjen?
2. Apa perbedaan sabun dan deterjen?
3. Apa saja bahan baku pembuatan deterjen dan sifat fisik serta sifat kimia
nya?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan deterjen

C. Tujuan
1. Dapat mengenal tentang deterjen.
2. Dapat mengetahui perbedaan deterjen dan sabun
3. Bisa Mengetahui bahan baku utama deterjen dan sifat fisik serta sifat
kimia nya
4. Dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari deterjen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Deterjen
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu
sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang
lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

B. Perbedaan Deterjen dan Sabun


Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak
yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu
proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Sabun itu merupakan garam dari asam karboksilat ( asam alkanoat ). Asam
karboksilat memiliki struktur umum C nH2nO2, contohnya cuka, C2H4O2. Asam
karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam. Rantai karbon yang panjang
itu bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara “kepala”nya ( terdapat ion
logam ) bersifat polar. rantai/ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara
kepalanya disebut hidrofilik.
Sementara, deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat sementara sabun
terbuat dari garam karboksilat. kalau tidak salah, deterjen terbuat dari bahan-
bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme sementara sabun dapat diuraikan
mikro-organisme.

5
C. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan detergen yaitu :
a. Surfaktan (surface active agen)
b. Builder (Pembentuk)
c. Filler (Pengisi)
d. Additives (Zat Tambahan)

D. Kegunaan Produk
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas
dalam bentuk produk-produk seperti:
 Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo,
sabun cuci tangan, dll.
 Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang
paling populer di masyarakat.
 Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk
penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
 Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,
pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

E. Sifat Fisik Dan Kimia Bahan Baku Dan Produk


1. Surfaktan (surface active agen)
Zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka
air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan.
Jenis – jenis surfaktan :
 Surfaktant yang berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier
Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS, Fatty Alcohol
Sulfonat).
 Kationik (Garam Ammonium)
 Non ionik (Nonyl phenol polyethoxyle)
 Amfoterik (Acyl Ethylenediamines).

6
2. Suds Regulator (Pengatur Busa)
Bahan ini digunakan untuk membantu surfactant dalam proses pencucian.
Jenis bahannya yaitu asam lemak

3. Builder (Pembentuk)
Zat yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Jenis bahan :
 Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP)
 Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA)
 Silikat (Zeolit)
 Sitrat (asam sitrat).
4. Filler (Pengisi)
Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan
dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate

5. Additives (Zat Tambahan)


Bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk.
Contoh :
 Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai
agar kotoran yang telah dibawa oleh deterjent ke dalam larutan tidak kembali
ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti redeposisi). Wangi – wangian atau
parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan
pengikat.
 Natrium Silicate digunakan untuk mencegah terjadinya korosi
 Carboxyl Merthyl Cellulose (CMC) anti redeposisi agent.
 Benzotrizole menghambat noda dan bercak
 Bluings dari jenis peroxygen, pemutih (Carbonilides, salycyl anilides, sebagai
anti microbial agent)

7
F. Reaksi Kimia Detergen
1. Reaksi Kimia Deterjen Lunak
Dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat, sehingga
akhirnya menghasilkan asam Lauril Sulfat:
C12H25OH + H2SO4 è C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH
sehingga menghasilkan Natrium Lauril Sulfat, dengan persamaan reaksi
berikut:
C12H25OSO3H + NaOH è NaC12H25SO4
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia
detergen lunak adalah NaC12H25SO4.
2. Reasksi Kimia Deterjen Keras
Detergen jenis keras adalah jenis yang paling sulit dihancurkan
mikroorganisme. Meski sudah dibuang, zat itu masih aktif dan dapat
mencemari lingkungan, terutama air, contohnya: Alkil Benzena Sulfonat.
Cara membuatnya adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan
Belerang Trioksida (SO3). Alkil Benzena yang paling sering digunakan
adalah jenis Deodecil Benzena (C6H5C12H25).
Reaksi antara Deodecil Benzena dan Belerang Trioksida akan
menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat (C6H4C12H25SO3H) dengan
persamaan reaksi berikut:
C6H5C12H25 + SO3 è C6H4C12H25SO3H
Alkil Benzena Sulfonat kemudian dinetralisasi dengan Natrium
Hidroksida (NaOH), sehingga menghasilkan Natrium Deodekil Benzena
Sulfonat (C12H25C6H4SO3Na) dengan persamaan reaksi berikut:
C6H4C12H25SO3H + NaOH è C12H25C6H4SO3Na
Berdasarkan persamaan di atas, maka ditemukan bahwa rumus kimia
deterjen keras adalah C6H4C12H25SO3H.

8
G. Kelebihan dan Kekurangan Deterjen
1. Deterjen Bubuk
Kelebihan :
 Harga lebih mudah dibandingkan deterjen cair dan pod
 Lebih tahan lama
 Kemasannya lebih ramah lingkungan
 Jumlah bubuk yang digunakan dapat disesuaikan
 Lebih ringan
 Sangat cocok digunakan untuk pakaian yang sangat kotor, seperti baju
olah raga
Kekurangan :
 Sulit larut di air dingin sehingga bisa meninggalkan residu
 Dapat digunakan untuk pra-perawatan pakaian, tetapi kamu perlu
membuat pasta atau melarutkannya terlebih dahulu sehingga kurang
praktis
 Harus tetap kering
 Bubuknya bisa sangat berantakan
2. Deterjen Cair
Kelebihan :
 Tidak ada kemungkinan residu menempel
 Dapat digunakan untuk pra-pencucian dengan mengoleskan deterjen ke
noda membandel
 Tutupnya berfungsi sebagai gelas ukur
 Ampuh untuk noda minyak dan lemak
Kekurangan :
 Berat dan tidak praktis
 Menciptakan lebih banyak sampah plastik untuk lingkungan
Dapat terjadi kelebihan tuang karena bentuknya yang cair

9
H. Macam-Macam deterjen
1. Deterjen Bubuk
2. Deterjen Krim
3. Deterjen Kapsul
4. Deterjen Cair

I. KLASIFIKASI PROSES
Proses pembuatan detergen meliputi :

a. Safonifikasi
Pada proses ini minyak yang sudah dipucatkan (bleaching) dicampur
dengan NaOH, kemudian dipanaskan dan diaduk sehingga terjadi tahap-
tahap berikut:
1. Tahap periode inkubasi lambat
2. Tahap eksotermik cepat
3. Tahap penyelesaian (completion)
Safonifikasi dianggap selesai jika terbentuk sabun yang kental,
kemudian ditambah garam kering supaya terjadi pemisahan antara sabun
padat dan alkali.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari
minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai
hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus
karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena
menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis
basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH),
b. Pencucian
Untuk memisahkan sisa gliserol dalam sabun dilakukan dengan cara
menambahkan air garam panas (85°C) pada sabun.
c. Fitting
Sabun yang didapatkan setelah mengalami pencucian selanjutnya
mengalami pemanasan dan penambhan air sedikit demi sedikit sehingga
didapatkan bentuk yang dikehendaki. Penentuan menggunakan “trowel

10
test.” Setelah penyabunan lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dari gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan
kosmetik. (Sifat kelembaban timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat
berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu). Sabunnya
dimurnikan dengan mendidihkan dalam air bersih untuk membuang lindi
yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu
apung, zat warna dan sparfum kemudian ditambahkan. Sabun padat lalu
dilelehkan dan dituang ke dalam suatu cetakan.

J. Diagram Alir

11
K. Uraian Proses
1. Proses pertama adalah pembuatan bubur surfaktan. Dimana alkil benzena
ditambah olium dialirkan masuk ke sulfanator dijaga pada suhu 55°C
kemudian mengasilkan campuran tersulfanasi yang kemudian dipompakan
masuk ke dalam sulfator. Dari sulfator didapatkan hasil berupa asam alkil
benzena. Lalu dialirkan ke mixer di tambah Naoh untuk menetralkan asam
nya dari mixer diperoleh bubur surfaktan yakni natrium alkil benzena. Lalu
bubur surfaktan tsb dialirkan ke surge tank ( yang berfungsi menetralkan
tekanan atau pengaman tekanan) saat katup pengatur ditutup. Bubur surf
akan kemudian dialirkan menggunakan pompa ke cooler. Di cooler
campuran tersebut didinginkan setelah didinginkan lalu dialirkan ke
surfaktan storage.
2. Proses selanjutnya pembuatan detergen. Bubur surfaktan dan bahan aditif
Sodium Tripolifosfat ( Na5P3O10 / stpp ) dialirkan ke crusher, dalam
crusher bahan bahan diputar/dicampur dengan mixer menggunakan
kecepatan tinggi hingha homogen. Pada crusher sejumlah air dihilangkan
dan campuran menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi hidras. Dari
stpp/campuran dialirkan ke drop tank lalu dipompakan menggunakan high
pressure pump ke bagian atas high spray tower. Pada bagian atas menara
campuran di semprotkan, sedangkan dibagian bawah dialirkan udara panas
yang dihasilkan dari furnance. Dari proses ini diperoleh butiran detergen
yang kemudian jatuh ke bagiah bawah menara. Untuk uap panas yang naik
melewati spray tower kemudian dialirkan menuju ke cyclone 1. Cylone 1
berfungsi untuk memisahkan uap panas dan juga partikel yang terikut.
Partkel yang terikut ini nantinya akan dimasukkan kedalam crusher sebagai
bahan baku awal sedangkan uap panas akan dilepas ke atmosfir tetapi
sebelumnya dialirkan menuju chimney atau cerobong dahulu. Butiran dari
menara high spray tower ini kemudian dialirkan menggunakan conveyor
dengan bantuan aliran udara dialirkan menuju ke cyclone 2. Pada cyclone 2
butiran dipisahkan dari uap atau panas yang masih terikut. Uap panas yang
masih terikut dialirkan menuju ke cyclone 3 untuk pemisahan butiran dan
uap panas diamana nanti butiran akan diumpankan ke conveyor, sedangkan

12
uap panas akan dilepaskan ke atmosfer tetapi sebelumnya akan dialirkan
menuju ke chimney atau stack dahulu. Butiran dari cyclone 2 kemudian
diumpankan menuju ke pengayak atau screen untuk mendapatkan butiran
dengan ukuran sesuai standar. Butiran dari vibrating screen dan juga butiran
dari cyclone 3 ini dialirkan menuju ke conveyo. Pada conveyor ditambahkan
pengharum dengan cara disemprotkan yang kemudian diumpankan ke
bagian packaging, untuk dipacking sesuai dengan label dan kebutuhan
konsumen.

L. Spesifikasi Alat
1. Cooler merupakan kotak es atau alat pendingin.
2. Crutcher ialah tempat pencampuran bahan aditif dengan surfactant yang
akan menghasilkan deterjen dalam fase slurry.
3. Na₅P₃O₁₀ atau stpp ( sodium tripolifosfat ) merupakan garam natrium
dari penta-anion polifosfat, yang merupakan basa konjugat dari asam
trifosfat. Sttp :
Na2CO3 : 400 kg
Na5P3O10 : 400 kg
Na2SO4 : 400 kg
Bahan Aditif
Na2SiO3 : 400 kg
Na - Cmc : 400 kg
4. Surge tank atau pipa tegak berfungsi sebagai peredam energi dari tekanan
air di dalam pipa.
5. Chimney adalah cerobong asap
6. Sulfactor berfungsi menurunkan tegangan
7. Mixer tank ialah proses untuk peristiwa tercampurnya bahan- bahan yang
awalnya bahan-bahan itu terpisah dalam keadaan dua fase atau lebih
sampai akhirnya membentuk hasil yang lebih seragam (homogen).
8. Cyclone berfungsi sebagai tempat penampungan butiran - butiran deterjen
yang siap dikemas.

13
9. Drop Tank Merupakan tempat penyimpanan Deterjen dalam bentuk
Slurry. Dan pada Drop Tank dijaga suhunya berkisar antara 25-30°c agar
material deterjen tidak rusak.
10. Surfactan Storage merupakan tempat penyimpanan surfactant sebelum
diolah dan di campur dengan aditif.
11. Crutcher adalah tempat pencampuran bahan aditif dengan surfactant, yang
akan menghasilkan deterjen dalam fase slurry.
12. Surfactan disini berupa Alkil Benzene memiliki rumus kimia
( C6H6),dicampurkan dengan oleum.
13. Oleum adalah Asam Sulfat yang mengandung SO3 yang berlebih (antara
20 - 30%) Rumus Kimianya adalah H2S2O7
14. Sulfonator, merupakan tempat untuk mencampurkan Bahan baku. Bahan
baku yang dicampurkan berupa Oleum sebanyak 22% dan Alkil Benzene
(Surfactant) sebanyak 78%.
15. Surge Tank, Merupakan tempat penampungan hasil Proses sulfasi +
Sulfonation yang terjadi pada Sulfonator. Pada Surge Tank juga terdapat
proses pemisahan Fatty Alcohol dengan air.Dengan suhu berkisar 30-45c.
16. Surfactan Storage merupakan tempat penyimpanan surfactantsebelum
diolah dan dicampur dengan aditif.
17. Pompa/pump bertujuan untuk memompakan atau memindahkan Deterjen
berfase Slurry ke Spray Tower untuk diolah menjadi butiran-butiran.
18. Spray Tower, Metode pengeringan spray drying menjadi pilihan dalam
proses pengeringan produk dengan hasil akhir berupa bubuk dan
merupakan metode pengeringan yang paling banyak digunakan dalam
industri terutama industri Deterjen. Metode ini mampu menghasilkan
produk dalam bentuk bubuk atau serbuk.
19. Packing yakni tempat product dikemas sebaik mungkin sesuai dengan
produk yang ingin dijual, biasanya di kemas dalam kemasan plastik 100
gr,250gr,500 gr, 800 gr,1000 gr dan lainnya.

14
M. Neraca Massa
Umpan : Dedocyl benzene ( alkil benzene ) dengan rumua kimia
C12H25C6H5 = 100 kg, n = 4, 058 kmol
Oleum dengan rumus kimia H2SO4.SO3 = 100 kg, n = 10,196 kmol
Sulfanator > untuk menghasilkan surfaktan acid
Reaksi : C12H25C6H5 + H2SO4.SO3 C12H25C6H4SO3-H + H20
Mula = 4,058 10,196

Bereaksi = 4,058 4,058 4,058

Sisa = - 6,138 4,058

Neraca Massa
komponen Input Output

N Berat Gram N Berat Gram

Molek Molekul

ul
C12H25C6H5 4,058 246,43 1000 - -

H2SO4. SO3 10,96 98,082 1000 6,138 98,082 602,0273

C12H25C6H4SO3-H - - - 4,058 326 1.322,90


8
H2O - - - 4,058 18 73,044

Total 2000 2000

Sulfator > membuat Lauryl Sulfate acid CH3(CH2)


Reaksi : C12H25O + H2SO4.SO3 CH3(CH2)11 OSO3H + H20
Mula = 5,367 6,158

Bereaksi = 5,367 5,367 5,367 5,357

Sisa = - 6,271 5,367 5,367

15
nC12H25O = 1000 Kg = 5,367 kmol
186,34
n H2SO4.SO3= 6,138 kmol

komponen Input Output

N Berat Gram n Berat Gram

Molek Molekul

ul
C12H25 5,367 186,34 1000 - -

H2SO4. SO3 6,138 98,082 602,02 6,771 98,082 75,621


73
C12H25C6H4SO3-H 4,058 326 1.332,9 4,058 326 1.332,90
08 8
H2O 4,058 18 73,044 4,058 18 73,044

CH3(CH2)11 - - - 5,36 266 1.427


OSO3H 7 ,622
H2O - - 5,36 18 96,60
7 6
Total 2.997,9 2.997,80
792 12

 Mixer/ Neutralizer Untuk menetralkan asam pada surfaktan bubur

NaOH = 380 kg = 9,5kmo

Asam Alkil
benzoat
C12H25C6H4SO3-H
= 4,058 kmol
CH3(CH2)11 OSO3H=
5,362 kmol

16
Reaksi 1 : C12H25C6H4SO3H + NaOH C12H25C6H4SO3Na + H20
Mula = 4,058 9,5

Bereaksi = 4,058 4,058 4.058 4,058

Sisa = - 5,442 4,058 4,058

Reaksi 1 : CH7(CH2)11OSO3H + NaOH CH3(CH2)11OSO33Na + H20


Mula = 5,367 5,442

Bereaksi = 5,367 5,367 5,367 5,367

Sisa = - 0,075 5,367 5,367

Neraca Massa/ Neutralizer

Komponen Input Output

N Berat Kg n Berat Kg

Molekul Molekul

C12H25C6H4SO3H 4,058 326 1.322,9 - - -


08
CH3(CH2)11 5,367 266 1.427,6 - - -
OSO3H 22
C12H25C6H4SO3Na - - - 4,058 348 1.412,184

CH3(CH2)11 - - - 5,367 288 1.545,696


OSO3Na
H2O - - - 4,058 18 73,044

H20 - - - 5,367 19 96,606

NaOH 9,5 40 380 0,075 40 3

Tottal 3.130.5 3.130,53


3

17
Neraca Massa Crutcher

Komponen Input Output

N Berat Kg n Berat Kg

Molekul Molekul

CH3(CH2)11 5,367 288 1.412,184 5,367 288 1.412,184


OSO3Na
C12H25C6H4SO3Na 4,058 348 1.545,696 4,058 348 1.545,696

H2O 18,85 18 393,3 18,85 18 339,3

Na2CO3 - - 400 - - 400

Na5P3O10 - - 400 - - 400

Na2SO4 - - 400 - - 400

Na2SiO3 - - 400 - - 400

Na - Cmc - - 400 - - 400

H2O - - 5.500 - - 5.500

Total 10.797,18 10.797,18

Neraca Massa, High Spray Tower


Input
CH3(CH2)11OSO3Na = 1.412,184
C12H25C6H4.SO3Na = 1.545,696
H2O = 339,3
Na2CO3 = 400
Na5P3O10 = 400
NaSO4 = 400
Na2SiO3 = 400
Na - cmc = 400
H2O = 5.500
Total = 10.797,18

18
Chimney/Stack

Cyclone 1 H2O
60% H2O
15% Produk Produk
Crutcher

40% H2O 15% Produk


85% produk 85% H2O H2O 85%
Cyclone 2 Cyclone 3 Chimney/stack
Produk 15%

15% H2O
85% produk Produk 85%
H2O 15%
Packaging

19
Neraca Masaa Cyclone 1
Masuk :
H20 : 5.839,3 × 60% = 3.503,58
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 1.412184× 0,15 = 211,8276
C12H25C6H4SO3Na : 1.545,696 × 0,15 = 231,8544
Na2CO3 : 400 × 0,15= 60
Na5P3O10 : 400 × 0,15= 60
Na2SO4 : 400 × 0,15= 60
NaSiO3 : 400 × 0,15= 60
Na - cmc : 400 × 0,15= 60
Total = 4.247,262

Ke Cructcher
Keluar :
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 211,8276
C12H25C6H4SO3Na : 231,8544
Na2CO3 : 400 × 0,15= 60
Na5P3O10 :400 × 0,15= 60
Na2SO4 : 400 × 0,15= 60
NaSiO3 : 400 × 0,15= 60
Na - cmc : 400 × 0,15= 60
Total = 743,682
Ke Chimney
H2O : 3.503, 58

20
Neraca Massa Cyclone 2
Masuk :
H20 : 5.839,3 × 40% = 2.335,72
CH3 (CH₂)11OSO3 Na : 14121514 × 0,85 = 1.2003564
C12H25C6H4SO3Na : 1545696 × 0,85 = 1.313,8416
Na2CO3 : 400 × 0,85 = 340
Na5P3O10 : 400 × 0,85 = 340
Na2SO4 : 400 × 0,85 = 340
NaSiO3 : 400 × 0,85 = 340
Na – cmc : 400 × 0,85 = 340
Total = 6.199,56

Keluar :
- Ke Cyclone 3
H2O = 2.335,72 × 85% = 1.985,362
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na 1.200,3564 × 0,15 = 180,05346
C12H25C6H4SO3Na = 1.313, 8416 × 0,15 = 197, 07624
Na2CO3 : 340 × 0,15 = 51
Na5P3O10 : 340 × 0,15 = 51
Na2SO4 : 340 × 0,15 = 51
NaSiO3 : 340 × 0,15 = 51
Na - cmc : 340 × 0,15 = 51
Total = 2.617,4917

21
Ke gudang barang ( packaging )
H20 : 2.335,72 × 0,15 = 350, 357
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 1.200,3546 × 0,85 = 1.0204, 30294
C12H25C6H4SO3Na : 1.313,8416 × 0,85 = 1.116, 76536
Na2CO3 : 340 × 0,85 = 289
Na5P3O10 : 340 × 0,85 = 289
Na2SO4 : 340 × 0,85 = 289
NaSiO3 : 340 × 0,85 = 289
Na - cmc : 340 × 0,85 = 289
Total = 3.582, 0683

Neraca Massa Cyclone 3


Masuk :
H20 : 1.985, 542
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 180,05346
C12H25C6H4SO3Na : 197,07624
Na2CO3 : 51
Na5P3O10 : 51
Na2SO4 : 51
NaSiO3 : 51
Na - cmc : 51
Total = 2,6174927

22
Keluar :
- Ke Chimney
H2O = 1.985,362.85% = 1687,5527
CH3 (CH₂)11OSO3 Na 180,05346.0,15 = 27,008019
C12H25C6H4SO3Na = 197,07624 . 0,15 = 29,561436
Na2CO3 : 51.0,15 = 7,65
Na5P3O10 : 51×0,15 = 7,65
Na2SO4 : 51×0,15 = 7,65
NaSiO3 : 51×0,15 = 7,65
Na - cmc : 51 = 7,65
Total = 1.782,377155

Ke gudang ( Storage packaging )


H20 : 1.985,362 × 0,15 = 297,8043
CH3 (CH₂)11 OSO3 Na : 180,05346 × 0,85 = 154, 7454
C12H25C6H4SO3Na : 197,07624 × 0,85 = 167,514804
Na2CO3 : 51 × 0,85 = 43,35
Na5P3O10 : 51 × 0,85 = 43,35
Na2SO4 : 51 × 0,85 = 43,35
NaSiO3 : 51 × 0,85 = 43,35
Na - cmc : 51 × 0,85 = 43,35
Total = 836,814804

Sttp :
Na2CO3 : 400 kg
Na5P3O10 : 400 kg
Na2SO4 : 400 kg
Bahan Aditif :
Na2SiO3 : 400 kg
Na - Cmc : 400 kg
Air dari utilitas : 5.500 Kg

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk
membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
2. Bahan utama untuk pembuatan detergen yaitu Surfaktan (surface active
agen), Pengatur Busa (Suds Regulator), Builder (Pembentuk), Filler
(Pengisi), dan Additives (Zat Tambahan).
3. Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan menggunakan berbagai macam
teknik misalnya biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-
flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur aktif, khlorinasi dan teknik
representatif lainnya tergantung dari efektifitas kebutuhan dan efisiensi
financial.

B. Saran
Demikianlah makalah tentang proses pembuatan detergen ini dibuat, untuk
mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan saran saran yang
bersifat membangun sehingga nantinya makalah ini menjadi lebih bagus dan
sempurna.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Erwana.2009.Proses Industri Kimia.Palembang:POLSRI


T.M. Cook dan D.J. Cullen. 1986. Industri Operasi Kimia. PT. Gramedia;
Jakarta
Handojo Lienda,dkk. 1995. Teknologi Kimia. PT.Pradnya Paramita;
Jakarta
http://www.klipingku.com/2009/03/cara-membuat-sabun-mandi/
http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/
http://chem-is-try.org//sabun-detergen/
www.wikipedia.org/wiki/sabun
www.4libraries.com/pour-mencair-dan-pembuatan-sabun
www.majarimagazine.com/sabun/
http://sagita-nindyasari.blogspot.com/2011/05/perbedaan-sabun-dan-
deterjen.html
http://processflowsheets.blogspot.com/2011/05/detergent-manufacturing-
process-with.html

25

Anda mungkin juga menyukai