Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH FITOKIMIA 1

“EKSTRAK CAIR-CAIR”

Dosen :

Dr. Tiah Rachmatiah, M. Si., Apt

Disusun oleh:
AN NISA RIZKIANA A 16330108
FEBI EKA NURAHMAWATI 16330109
SITI JULAEHA 16330110
PUTRI ELLA 16330111
EVI YULIA 16330113
KHOLIPIA AZIZAH 16330114
M. WILDAN 16330115

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi saya
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami saya menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ekstrak Cair-Cair” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fitokimia 1.

Dalam makalah ini kami menguraikan pembahasan tentang pneumonia. Kami


menyadari dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka itu kritik
dan saran sangat kami perlukan agar kedepannya dapat jauh lebih baik.

Terima kasih atas semua pihak yang mendukung tersusunnya makalah ini. Saya
mohon maaf dengan segala kekurangan kami.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
.........................................................................................................................................
i

DAFTAR
ISI
.........................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar
Belakang
..............................................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah
..............................................................................................................................
2
C. Tujuan
Masalah
..............................................................................................................................
2

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Definisi Ekstrak Cair-


Cair
.............................................................................................................................
3

ii
B. Pemakian Proses
Ekstraksi
.............................................................................................................................
7
C. Pemilihan
Pelarut
.............................................................................................................................
8
D. Koefisien
Distribusi
.............................................................................................................................
11
E. Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan
Massa
.............................................................................................................................
11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi
Penelitian
.............................................................................................................................
15
B. Hasil dan
Pembahasan
.............................................................................................................................
16

BAB IV PENUTUP

iii
A. Kesimpulan
.............................................................................................................................
20
B. Saran
.............................................................................................................................
20

DAFTAR
PUSTAKA
.........................................................................................................................................
21

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstrasksi merupakan pemisahan satu atau beberapa dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses satu atau
lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagai separating agen pemisahan atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Ekstraksi pelarut atau
sering disebut ekstraksi air merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat
terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakn pelarut lain
(biasanya organik).

Berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode


pemisahan yang paling baik dan populer.Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform.
Teknik ini dapat digunakan untuk preparatif, pemurnian, memperkaya,
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.

Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak hanya


untuk pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif
memerlukan pengkhelat (ligan) sebagai ekstraktan yang menghasilakan
kompleks berwarna pada fase organik dan dapat langsung diukur.

Berdasarkan teori di atas maka dilakukan percobaan ekstraksi pelarut


cair-cair untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut

1
dan dapat menentukan nilai koefisien distribusi (KD) iod untuk sistem organik
atau air.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pemisahan ekstraksi kulit manggis?
2. Bagaimana menentukan nilai koefisien distribusi (KD) untuk sistem
organik/air?

C. Tujuan Masalah
Tujuan Masalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui metode pemisahan ekstraksi kulit manggis.
2. Menentukan nilai Kd untuk sistem organik/air.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Ekstraksi Cair - Cair


Ekstraksi cair-cair adalah suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya
dalam air) dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang tidak dapat
saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut
(solute) kedalam fase yang kedua.Pemisahan yang dapat dilakukan, bersifat
sederhana, cepat dan mudah.

Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada


perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase
dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua
larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut
dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi cair-cair atau disebut
ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran cair dengan
mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksi cair atau
ekstraksi pelarut (solvent extract). Prinsip kerjanya adalah pemisahan
berdasarkan perbedaan kelarutan.

Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling


mencampur antara lain menggunakan corong pisah. Ada sutau jenis pemisahan
lainnya dimana pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase
yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan
pelarut organik dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu ekstraktor sokshlet.
Metode sokshlet ini merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan pelarut
cair secara continu.

Berdasarkan proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi:

3
1. Ekstraksi kontinyu, pada ekstraksi kontinyu pelarut yang sama
digunakan secara berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
Tersedia berbagai alat dari jenis ekstraksi seperti alat soxhlet.
2. Ekstraksi bertahap, pada ekstrasi bertahap setiap kali ekstraksi selalu
digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang
biasanya digunakan adalah berupa corong pemisah.

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi


ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.

1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk
padatan.Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti
steroid, hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk
cair.Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu
dalam larutan air.

Metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara bertahap


atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak dilakukan
adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak bercmpur yang tidak tercampur dengan
pelarut pertama melalui corong pemisah, kemudian dilakukan
pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua
pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan
lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat
dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.

4
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas yang menghasilkan sebuah larutan.Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga
disebut pelarut organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan
lebih mudah menguap meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan,
untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan pelarut
biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.

Ekstraksi pelarut biasanya digunakan pelarut yang sesuai untuk mengambil


zat terlarut yang diinginkan dalam larutan. Agar diperoleh hasil yang
baik, pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan oleh beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1. Kelarutannya rendah dalam fase air
2. Viskositasnya cukup rendah dan mempunyai perbedaan rapatan
yang cukup besar dari fase airnya untuk mencegah terbentuknya
emulsi.
3. Tingkat keberacunan (toksisitas) yang rendah dan tidak mudah
terbakar.
4. Mempunyai harga KD yang besar untuk zat-zat terlarut sedangkan
unutk zat-zat pengotor yang tidak diinginkan KDnya kecil.
Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut tersebut untuk
proses analisis berikutnya, dalam hal ini perlu diperhatikan titik
didih pelarut atau kemungkinan penggunaan pelarut campuran.

Ekstraksi mempunyai peranan penting dalam laboratorium dan teknik.


Di dalam laboratorium ekstraksi pelarut digunakan untuk

5
mengambil zat-zat terlarut dalam air dengan menggunakan pelarut
organik yang tidak bercampur dengan fase air seperti: eter,
kloroform (CHCl), karbon tetraklorida (CCl4), karbon disulfida
(CS2) dan benzena. Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk
memekatkan suatu spesi yang dalam larutan air terlalu encer untuk
dianalisa

Umumnya dalam industri, ekstraksi pelarut digunakan dalam analisis


untuk memurnikan zat-zat dari pengotor yang tidak diinginkan
dalam hasil. Suatu proses ekstraksi yang digunakan secara industri
dengan skala besar adalah pemurnian NaOH yang dipakai untuk
pembuatan rayon. Jika larutan pekat NaOH dalam air diekstraksi
dengan pelarut amonia cair, maka NaCl dan NaClO3 akan cenderung
terbagi kedalam fase amonia dibandingkan kedalam fase air.
Tekniknya fase air yang lebih berat ditambahkan ke atas bejana
ekstraksi yang diisi amonia dan kesetimbangan terjadi jika butiran-
butiran dari larutan NaOH turun perlaha-lahan melewati fasa
amonia. Proses ini dapat menurunkan konsentrasi pengotor dalam
NaOH sampai kira-kira 0,08% NaCl dan 0,0002% NaClO3.

Adapun keuntungan dan kerugian pada Ekstraksi Cair-Cair, yaitu :

A. Keuntungan Ekstraksi Cair-Cair


1. Pelarut yang sedikit akan dapat diperoleh substansi yang relatif
banyak.
2. Peralatannya sederhana
3. Pemisahannya cepat dan selektif

6
B. Kerugian Ekstraksi Cair-Cair
1. Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan
mengubah bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan
efektifitas pelarut pun berubah
2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak
akan jelas pemisahannya.

B. Pemakaian Proses Ekstraksi


Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahan antara lain:
1. Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan destilasi
meskipun pada kondisi vakum.
2. Titik didih komponen – komponen dalam campuran berdekatan.
3. Kemudahan menguap (volatility) komponen – komponen hampir sama.

Gambar 1. Ekstraksi Cair Cair Dalam Kolom Isian

Ekstraksi cair cair terjadi berdasarkan pindah massa akibat kontak antara larutan
yang dialirkan secara kontinyu (fasa kontinyu) dengan pelarut yang dialirkan

7
secara terdispersi (fasa terdispersi). Fasa kontinyu dialirkan dari bagian atas
kolom isian yang kemudian mengalir turun.Selama mengalir di sepanjang
kolom, cairan mengisi celah-celah kosong dan membentuk lapisan tipis pada
permukaan bahan isian. Fasa terdispersi dialirkan dari bagian bawah kolom
isian yang selama mengalir di sepanjang kolom dimungkinkan mengalami
proses proses berikut :

1. Melewati celah-celah kosong


2. Menembus bahan isian
3. Mengalami perpecahan menjadi gelembung dengan ukuran yang lebih
kecil akibat bertumbukan dengan bahan isian.

C. Pemilihan Pelarut
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

Pertimbangan – pertimbangan dalam dalam pemilihan pelarut yang digunakan


adalah :
1. Selektifitas (faktor pemisahan = β).
β = fraksi massa solute dalam ekstrak/fraksi massa diluent dalam
ekstraksi.Fraksi massa solute dalam rafinat/fraksi massa diluent dalam
rafinat pada keadaan setimbang. Agar proses ekstraksi dapat berlangsung,
harga β harus lebih besar dari satu. Jika nilai β = 1 artinya kedua komponen
tidak dapat dipisahkan.
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-
komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek,terutama pada ekstraksi

8
bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya
diekstraksi lagi dengan menggunakan pelarut kedua.

2. Koefisien distribusi (K)


Koefisien distribusi adalah rasio konsentrasi solute dalam fase ekstrak dengan
konsentrasi solute dalam fase rafinat

𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐚𝐬𝐚 𝐞𝐤𝐬𝐭𝐫𝐚𝐤, 𝐘


𝑲=
𝐤𝐨𝐧𝐬𝐞𝐧𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐟𝐚𝐬𝐚 𝐫𝐚𝐟𝐢𝐧𝐚𝐭, 𝐗

Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah


solvent yang dibutuhkan lebih sedikit.

3. Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)


Pemisahan solute dari sovent biasanya dilakukan dengan cara destilasi,
sehingga diharapkan harga “relative volatility” dari campuran tersebut
cukup tinggi.

4. Densitas
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan
kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali
setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat).

Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan


menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).

9
Perbedaan densitas ini akan berubah selama proses ekstraksi dan
mempengaruhi laju perpindahan massa.

5. Tegangan antar muka (interphase tention)


Tegangan antar muka besar menyebabkan penggasbungan (coalescense) lebih
mudah namun mempersulit proses pendispersian. Kemudahan
penggabungan lebih dipentingkan sehingga dipilih pelarut yang memiliki
tegangan antar muka yang besar.

6. Chemical Reactivity
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-kornponen bahan ekstraksi. Pelarut merupakan senyawa yang
stabil dan inert terhadap komponen – komponen dalam sistem dan material
(bahan konstruksi).Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan
selektivitas yang tinggi.Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi
kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
dalam bentuk larutan.

7. Viskositas
Tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan
dan penyimpanan.

8. Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar.

D. Koefisien Distribusi

10
Pada percobaan ini menentukan koefisien distribusi untuk sistem tri khloro etilena
– asam propionate – air, dan menunjukan ketergantungannya terhadap
konsentrasi. Pada campuran ketiga zat ini dianggap bahwa fasa berada pada
kesetimbangan. Pada konsentrasi rendah, koefisien distribusi tergantung pada
konsentrasi, sehingga

𝐘 = 𝐊. 𝐗
Y : konsentrasi solute dalam fasa ekstrak
X : konsentrasi solute dalam fasa rafinat
K : koefisien distribusi

E. Neraca Massa dan Koefisien Perpindahan Massa


Pada percobaan ini mendemonstrasikan bagaimana kelakuan nraca massa pada
kolom ekstraksi dan mengukur koefisien perpindahan massa dan variasinya
terhadap laju alir dengan fasa air sebagai media kontinu.
Simbol dan rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan ditunjukkan sebagai
berikut :
1. Neraca Massa
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa organic (rafinat)
= 𝐕𝟎 (𝐗 𝟏 − 𝐗 𝟐 )

Asam propionate yang terekstraksi dalam fasa air (ekstrak)

= 𝐕𝐰 (𝐘𝟏 − 𝟎)

Maka,
𝐕𝟎 (𝐗 𝟏 − 𝐗 𝟐 ) = 𝐕𝐰 (𝐘𝟏 − 𝟎)dimana,

Vw : laju alir air (L/s)

V0 : laju alir TCE (L/s)

11
X : konsentrasi asam propionate dalam fasa organic (kg/L)

Y : konsentrasi asam propiaonate dalam fasa air (kg/L)

Indeks 1 : pada puncak kolom

Indeks 2 : pada dasar kolom

2. Efisiensi Ekstraksi

𝐋𝐚𝐣𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚


𝐊𝐨𝐞𝐟 𝐩𝐞𝐫𝐩𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 =
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐩𝐚𝐜𝐤𝐢𝐧𝐠 × 𝐆𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚

∆𝐗 𝟏 − ∆𝐗 𝟐
𝐋𝐨𝐠 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚 𝐠𝐚𝐲𝐚 𝐝𝐨𝐫𝐨𝐧𝐠 = ∆𝐗
𝐥𝐧 (∆𝐗 𝟏 )
𝟐

dimana,
∆X1 : gaya dorong pada puncak kolom = X2 - 0
∆X2 : gaya dorong pada dasar kolom = X1 – X1*
X1* : konsentrasi asam di daam fasa organic yang berkesetimbangan
dengan konsentrasi
Y1 : di dalam fasa air. Harga kesetimbangan ini dapat diperoleh dari
kurva koefisien distribusi (pada percobaan 1)

Ekstraksi cair – cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa “ pada konsentrasi dam tekanan yang konstan, analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama di antara dua pelarut yang saling
tidak campur”. Perbandingan konsentraso pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) dan di
ekspresikan dengan :
[𝐒]𝐨𝐫𝐠
𝐊𝐃 =
[𝐒]𝐚𝐪

12
[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalan fase
organic dan dalam fase air; KD merupakan koefisien partisi.

Dalam prakteknya, analit seringkali berada dalam bentuk kimia yang berbeda
karena adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga kompleksasi atau
polimerisasi karena adanya ekspreksi yang lebih berguna. Adalah rasio
distribusi atau rasio partisi (D) yang diekspresikan dengan :
[𝐂𝐬]𝐨𝐫𝐠
𝐃=
[𝐂𝐬]𝐚𝐪

(Cs)org dan (Cs)aq masing – masing merupakan kosentrasi total analit (dalam
segala bentuk) dalam fase organik dan dalam fase air; D merupakan rasio
partisi. Jika tidak ada interaksi antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka
nilai KD dan D adalah identik. Analit yang mempunyai rasio distribusi besar
(104 atau lebih) akan mudah terekstraksi ke dalam pelarut organik meskipun
proses kesetimbangan (yang berarti 100% solut terkestraksi atau tertahan) tidak
pernah terjadi.

Kebanyakan ekstraksi dilakukan dengan menggunakan corong pisah dalam


waktu beberapa menit. Akan tetapi untuk efektifitas ekstraksi analit dengan
rasio dstribusi yang kecil (< 1) hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut
baru pada larutan sampel terus-menerus. Hal ini dapat dilakukan dengan refluks
menggunakan alat yang didesain secara khusus yaitu alat ekstraktor secara
terus-menerus.
Alat ekstraksi secara terus-menerus :
 Pelarut pengekstraksi kurang rapat dibanding dengan larutan yang
mengandung solut yang akan diekstraksi.
 Pelarut pengekstraksi lebih rapat dibanding dengan larutan yang
mengandung solut yang akan diekstraksi.

13
Pelarut organik yang dipilih untuk ekstraksi pelarut harus mempunyai kelarutan
yang rendah dalam air (<10%), dapat menguap sehingga memudahkan
menghilangkan pelarut organik setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai
kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

14
A. Metodologi Penelitian

1. Judul jurnal: Pemurnian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis Paniculata


Ness.) Dengan Teknik Ekstraksi Cair-Cair
2. Penulis: Bambang Srijanto∗, Olivia Bunga P., Lely Khojayanti, Eriawan
Rismana, dan Sriningsih. Pusat Teknologi Farmasi dan Medika-BPPT

Pada penelitian, digunakan bahan Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.)


untuk mengetahui kadar andrografolid dengan menggunakan metode ekstraksi
cair-cair dimana Etil asetat dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer berukuran 2000 ml dan di- panaskan sampai suhu 35 ◦C.
Kemudian sebanyak 500 ml ekstrak etanol sambiloto diambil dan dimasukkan ke
dalamnya untuk dipurifikasi dengan kondisi operasional waktu dan nisbah pelarut
tertentu.
Ekstraksi cair-cair dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan pengadukan pada
putaran 100 rpm dengan 2 variabel, yaitu: waktu ( 10 menit, 15 menit dan 20
menit) dan perbandingan ekstrak etanol sambiloto - etil asetat, v/v (1:1, 1:2 dan
1:3).
Pada setiap proses ekstraksi cair-cair, penambahan air bebas mineral sebanyak 100
ml dilakukan agar proses pemisahan dua fase dapat terlihat jelas. Setelah ekstraksi
cair-cair selesai, ekstrak etanol sambiloto dipisahkan dengan menggunakan corong
pisah.
Fase etil asetat dipekatkan dengan rotavapour (Heidolph laborota 4000) untuk
mendapatkan ekstrak etanol sambiloto terpurifikasi. Penguapan dilakukan pada
suhu 40 ◦C dan penggunaan air pendingin pada suhu 5 ◦C. Proses penguapan
dihentikan ketika sudah tidak ada distilat yang menetes.

B. Hasil dan Pembahasan

15
Ekstraksi senyawa yang terkandung di daun sambiloto dengan menggunakan
etanol akan melarutkan klorofil, senyawa andrografolid dan turunannya serta
senyawa lainnya. Pemurnian ekstrak etanol sambiloto dengan menggunakan
teknik ekstraksi cair-cair dengan pelarut etil asetat akan menghasilkan dua
lapisan cairan, yakni fasa etanol dan fasa etil asetat. Klorofil lebih mudah
terlarut di etanol sehingga fasa etanol sebagian besar mengandung klorofil dan
akan berada di atas karena densitasnya lebih kecil. Sementara itu fasa etil asetat
akan mengandung banyak senyawa senyawa aktif andrografolid dan
turunannya.
Basarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar nisbah pelarut-
bahan baku maka kadar andrografolid di dalam ekstrak etanol sambiloto
terpurifikasi akan semakin meningkat dan akan menurun seiring dengan
pertambahan jumlah pelarut seperti terlihat pada GAMBAR 1.

GAMBAR 1: Pengaruh waktu dan nisbah bahan baku-pelarut ter- hadap kadar
andrografolid pada ekstrak etanol sambiloto terpurifikasi.

BAB IV

PENUTUP

16
A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang diperoleh dapatdisimpulkan bahwa nisbah bahan baku-


pelarut pada pemurnian ekstrak etanol sambiloto dengan menggunakan teknik
ekstraksi cair-cair sangat berpengaruh terhadap jumlah andrografolid yang
terekstraksi di dalam fasa etil asetat, waktu ekstraksi tidak memberikan pengaruh
yang nyata. Kadar optimal androgarfolid yang terekstraksi dicapai pada kisaran
nisbah bahan baku-pelarut dan waktu ekstraksi masing-masing 1,25-1,9 v/v dan 5-
13 menit.

B. Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya dan di harapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk masa depan khususnya di dunia
farmasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mirwan, 2013. Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-Heksana-Mek-Air Pada


Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian. Konversi, Vol. 2 No. 1, April 2013

17
Bambang Srijanto, Dkk. 2012 , Pemurnian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis
Paniculata Ness.) Dengan Teknik Ekstraksi Cair-Cair. Pusat Teknologi Farmasi dan
Medika-BPPT
Muhammad Ihsan Yasin, Dkk. 2016 , Laporan praktikum Ekstrak Cair-Cair. Lab. Satuan
Operasi II. Politeknik Ujung Padang. Padang

Seibert, A. F., Fair, J. R., (1988), Hydrodynamics and Mass Transfer in Spra and Packed
Liquid-Liquid Extraction Columns, Ind. Eng. Chem. Res., 27, 470 – 481.

18

Anda mungkin juga menyukai