“ASAM SALISILAT”
OLEH :
NAMA : JUMIATI DATU
NIM : NH0520032
KELAS : A
Penulis
DAFTAR ISI
Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II pembahasan
A. Pengertian Asam salisilat
B. Struktur asam salisilat
C. Sifat Fisika Kimia
D. Biosintesis dan Metabolisme Asam Salisilat
E. Deskripsi
F. Cara identifikasi
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi
(Supardani, dkk, 2006).
Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit
dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis.
Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang
baru (Rieko & Panji, 2007). Oleh karena itu, asam salisilat biasanya digunakan
untuk obat topikal.
Senyawa-senyawa yang bersifat keratolitik dan antiseptik biasa digunakan
untuk mencegah penyakit kulit, seperti timbulnya jerawat ataupun gatal-gatal di
daerah tubuh tertentu dan salah satu bahan yang sering digunakan adalah asam
salisilat. Asam salisilat juga merupakan zat anti jerawat sekaligus keratolitik yang
lazim diberikan secara topikal. Penggunaan serbuk tabur atau keratolitik
merupakan usaha yang akan mengurangi ketebalan intraseluler dalam selaput
tanduk dengan cara melarutkan semen intraseluler dan menyebabkan desintergrasi
dan pengelupasan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Asam salisilat menurut BPOM, melalui PerMenKes RI
No.772/Menkes/Per/IX/88 No. 1168/menkes/per/xi/1999, adalah salah satu bahan
tambahan makanan yang dilarang adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang
digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia, karena asam salisilat
memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahan ketika ditambah air, asam
salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat
menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan (Cahyadi, 2006).
Bahan obat asam salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan efek
terapeutik yang di inginkan, namun pada penggunaan secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit. Penggunaan topikal asam salisilat dengan
konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak dan dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan sistemik akut.
Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang mengandung asam
salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun membuat kulit lebih
sensitif terhadap paparan sinar matahari, pemakaian bertahun-tahun dapat
mengendap di kulit dan menyebabkan kulit tampak biru kehitaman dan dapat
memicu timbulnya kanker melanocyt atau kanker kulit (Anief M, 1997).
Selain untuk obat topikal, bahan obat ini juga mempunyai aktivitas
analgesik-antipiretik dan antirematik, tetapi tidak digunakan secara oral karena
terlalu toksik. Yang banyak digunakan sebagai analgesik-antipiretik adalah
senyawa turunannya. Turunan asam salisilat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit pada nyeri kepala, sakit otot dan sakit yang berhubungan dengan reumatik.
Turunan asam salisilat juga dapat menimbulkan efek samping yaitu iritasi
lambung (Siswandono & Soekardjo, 2000).
Seiring berjalannya waktu, perkembangan konsumsi untuk turunan asam
salisilat di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung
dengan adanya industri-industri yang menggunakan asam salisilat sebagai bahan
baku utama seperti halnya industri pembuatan aspirin, metil salisilat dan
salisilamida (Rieko & Panji, 2007).
Untuk melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan asam salisilat
dengan konsentrasi tinggi dalam sediaan kosmetik lain juga seperti cream dan gel.
BPOM telah menetapkan kadar maksimum untuk asam salisilat yang diizinkan
terkandung dalam produk kosmetik adalah tidak boleh lebih dari 2% (Anonim,
2008).
Pengawasan produk obat harus dilakukan untuk menjamin mutu dan
keamanannya. Salah satu jenis pengawasan mutu tersebut adalah menguji
stabilitas warna pada kadar senyawa aktif obat dalam pengendalian mutu bahan
obat. Penentuan kadar senyawa aktif melalui uji stabilitas warna pada pola
penyimpanan suhu ruangan, bahan obat ini memerlukan suatu metode analisis
yang baik (Wulandari, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Asam salisilat
2. Struktur asam salisilat
3. Sifat Fisika Kimia
4. Biosintesis dan Metabolisme Asam Salisilat
5. Deskripsi
6. Cara identifikasi
C. Tujuan
1. Pengertian Asam salisilat
2. Struktur asam salisilat
3. Sifat Fisika Kimia
4. Biosintesis dan Metabolisme Asam Salisilat
5. Deskripsi
6. Cara identifikasi
BAB II
PEMBAHASAN
Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian (Sulistyaningrum et al., 2012).
Asam salisilat memiliki efek analgetik tetapi jarang digunakan secara oral
karena toksisitasnya relatif tinggi, sehingga yang lebih sering digunakan adalah
melalui pengubahan gugus karboksil, substitusi pada gugus hidroksil, modifikasi pada gugus karboksil
dan hidroksil, serta memasukkan gugus hidoksil atau gugus- gugus lain pada cincin aromatik, tujuan
dari modifikasi asam salisilat adalah
Asam asetil salisilat atau yang lebih dikenal dengan aspirin merupakan
salah satu turunan dari asam salisilat. Asam asetil salisilat adalah obat yang paling
sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang yang sebabnya
beragam, tetapi tidak efektif untuk menghilangkan nyeri organ dalam (visceral
pain), seperti infarktus miokardium atau kolik batu ginjal atau empedu (Darsono,
2002). Setelah ingesti asam asetil salisilat secara cepat diubah menjadi asam
salisilat. Pada dosis teraphy asam salisilat dimetabolisme oleh hati dan dieliminasi
paru-paru, hati, dan sistem metabolisme. Salisilat secara langsung maupun tidak
tunggal, menghambat enzim siklus krebbs, dan menghambat sintesis asam amino
(Muhammad dan Timothy, 2016). Asam salisilat memiliki efek samping berupa iritasi mukosa
lambung
dengan resiko tukak lambung dan perdarahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain tablet yang tidak larut, penyerapan non-ionisasi oleh lambung
digunakan dalam dosis besar dapat mengiritasi mukosa lambung karena hilangnya
efek perlindungan dari prostasiklin (PgI2) terhadap mukosa lambung, yang sintesisnya turut
dihalangi oleh blokade siklooksidase (Randjelovic et al., 2015). Selain itu asam salisilat juga dapat
menimbulkan efek spesifik seperti
reaksi alergi kulit dan telinga berdengung pada dosis yang lebih tinggi. Efek yang
lebih serius yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan asam salisilat adalah
walaupun dalam dosis rendah. Pada anak-anak yang terserang cacar air atau flu,
pemberian asam salisilat dapat menyebabkan berisiko terkena sindrom Rye yang
enzim yang terlibat dalam biosintesis dan metabolisme asam salisilat yaitu
benzoic acid 2-hidroxylase yang mengubah asam benzoat menjadi asam salisilat,
dan enzim Salicylic acid glucosylterase yang mengkatalisis konversi dari asam
salisilat ke salycilic acid glukoside ( Lee et al., 1995). Skema biosintesis dan
metabolisme asam salisilat terlihat pada gambar 2.2
1. Panas jika dihirup, ditelan dan apabila terjadi kontak dengan dengankulit2. Iritasi pada mata3.
Iritasi pada saluran pernafasan4. Iritasi pada kulit
D. Deskripsi
Penampakan : tidak berwarna, menjadi kuning pada larutan denganbau kenari pahit.Titik lebur : 1.2
Titik nyala : 76
E. Cara identifikasi
1. Cara Kolbe-Schmitt dengan hasil hampir kuantitatif melalui reaksinatrium fenolat dan
karbondioksida pada 1250 c dan 4-7 bar dankemudian dihidrolisis. Asam asetil salisilat diperoleh
dengan caraasetilasi asam salisilat dengan katalis proton
2 cara stas otto, dengan cara memisahkan berbagai senyawa yangdigunakan atas pembagian
senyawa kedalam fase air dan fase yangtak tercampurkan dengan air yakni fase organic. Pemisahan
akanterjadi jika diterapkan pada stas otto-gang yan dapat mengangkutpenguraian garam.
Asam salisilat digunakan sebagai obat untuk mengelupaskan kulit.[1] Obat ini dapat digunakan untuk
menangani kutil, kapalan, psoriasis, ketombe, jerawat, kurap, dan iktiosis.[1][2] Obat ini dioleskan di
kulit yang bermasalah.[Asam salisilat berfungsi sebagai agen keratolitik, komedolitik, dan
bakteriostatik, sehingga obat ini mengelupaskan sel-sel epidermis, membuka pori-pori yang
tersumbat, serta membunuh bakteri yang ada dan mencegah pori-pori tersumbat lagiEfek samping
yang bisa muncul meliputi iritasi dan keracunan salisilat.[2] Keracunan salisilat hanya terjadi jika
dioleskan secara luas.[2] Obat ini tidak disarankan untuk anak-anak di bawah usia dua tahun.[2] Obat
ini dijual dengan kadar yang berbeda-beda.[3] Asam salisilat sudah dimanfaatkan secara medis sejak
zaman Hipokrates.[4] Obat ini masuk ke dalam Daftar Obat-Obatan Esensial Organisasi Kesehatan
Dunia
DAFTAR PUSTAKA
WHO Model List of Essential Medicines (19th List)” (PDF). World Health Organization. April 2015.
Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 13 December 2016. Diakses tanggal 8 December 2016.
Boddice, Robert Gregory (2014). Pain and Emotion in Modern History (dalam bahasa Inggris).
Springer. Hlm. Chapter 8. ISBN 9781137372437. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 January 2017.
Diakses tanggal 15 JanBritish national formulary : BNF 69 (edisi ke-69). British Medical Association.
2015.
WHO Model Formulary 2008 (PDF). World Health Organization. 2009. Hlm. 310. Diarsipkan dari versi
asli (PDF) tanggal 13 December 2016. Diakses tanggal 8 January 2017
Salicylic acid topical medical facts from Drugs.com”. www.drugs.com. Diarsipkan dari versi asli
tanggal 18 September 2017. Diakses tanggal 15 January 2017
Madan RK; Levitt J (April 2014). “A review of toxicity from topical salicylic acid preparations”. J Am
Acad Dermatol.2013.12.005.
Bosund, I.; Erichsen, I.; Molin, N. (1960-10-01). “The Bacteriostatic Action of Benzoic and Salicylic
Acids”. Physiologia Plantarum (dalam bahasa Inggris).