Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM TOXICOLOGI VETERINER

SENYAWA KIMIA YANG BEKERJA LOKAL

Disusun Oleh

Nursela Sofyanti Mirza Aryani B04110167

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014
PENDAHULUAN

Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan


tubuh. Cara kerjanya adalah dengan mencederai atau merusak sel-sel atau bagian
dari sel untuk sementara maupun permanen. Reaksi yang bersifat ringan hanya
akan merangsang fungsi sel, namun bila parah atau berlangsung lama akan
merusak fungsi sel dan dapat menimbulkan kematian jaringan. Bergantung dari
kekuatan kerja senyawa kimia tersebut, daya kerja irritansia dapat berupa
rubefaksi (perangsangan setempat yang lemah), vesikasi (terjadi pembentukan
vesikel), pustulasi (terbentuk pus), dan korosi (sel-sel jaringan rusak).

Senyawa protektiva adalah senyawa yang digunakan untuk melindungi


kulit atau mukosa terhadap daya kerja dari irritansia, baik yang kimiawi maupun
yang berupa sinar. Beberapa daya kerja protektiva adalah demulsensia (senyawa
kimia yang merupakan cairan koloid), emolsiensia (senyawa kimia yang
merupakan zat minyak), astringensia (senyawa kimia yang digunakan lokal untuk
mempresipitasikan protein), dan adsorbensia (senyawa kimia yang digunakan
pada kulit dan membran mukosa, ulcera, dan luka-luka).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui reaksi yang ditimbulkan oleh zat
irritansia dan protektiva serta perbedaan dari tiap perlakuan yang diberikan.
METODE
1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Kapas, Gunting, pinset,
scalpel, spoid 1 ml, menthol,kloroform, Fenol 5% dalam air, Fenol 5% dalam
alcohol 25%, Fenol dalam Gliserin 25%, dan fenol dalam minyak olivarum. Asam
sulfat pekat, Asam klorida, Asam Nitrat, fenol likuafaktum, NaOh 75%, H2SO4
dengan konsentrasi 1/25N dan 1/10 N, Gom Arab, tannin, striknin nitrat, Veet,
NaOH, BaS, Na2S, katak dan tikus.
2. Metode
A. Iritansia
1. Rubefasiensia
a. Sepotong menthol digosokkan pada kulit. Kemudian dicatat hasilnya dan diberi
keterangan.
b.Kapas dicelupkan ke dalam kloroform dan diletakkan di atas kulit lengan selama
2-3 menit atau sampai terasa nyeri. Sebagai perbandingan diteteskan satu tetes
kloroform di atas kulit lengan yang lain. Kemudian hasil dicatat dan diberi
keterangan
c.Empat jari tangan dicelupkan masing-masing ke dalam larutan fenol 5 %, dicatat
hasilnya dan diberi keterangan 1) air, 2) alkohol 3) gliserin 4) minyak olivarium
2. Kaustika
a. Anaesthesi dilakukan pada kelinci/marmot/tikus, setelah rambut-rambut bagian
abdomen dicukur. Bagi daurah abimen menjadi kiri dan kana dan buat 3 kotak
lalu pada daerah kiri di tetes 1 tetes asam sulfat pekat, 1 tetes asam khlorida
pekat, 1 tetes asam nitrat pekat. Pada daerah kanan di tetesi, 1 tetes fenol
likuafatkum, 1 tetes NaOH 75 %, 1 tetes kloroform
b. Setelah dibiarkan selama 30 menit, hasilnya kemudian dicatat dan dilakukan
percobaan yang sama pada mukosa usus setelah dilakukan pembedahan
longitudinal pada abdomen kelinci, marmot atau tikus tersebut.
B.Protektiva
1. Demulensia
a. Rangsangan diberikan pada salah satu kaki kodok dengan H2SO4 1/25 N dan
H2SO4 1/10 N
b. Metode selanjutnya dikerjakan seperti metode a hanya ditambah gom Arab
2. Astringensia
Satu tetes larutan tannin 5 % diteteskan pada permukaan ujung lidah. Setelah dua
menit berkumur dengan air, dan ujung lidah diamati dengan meminta peserta lain
untuk melakukan pengamatan pada ujung lidah, selain itu dapat juga diamati
dengan cermin.
3. Adsorbensia
a. Sebanyak 1 ml larutan strikhnin nitrat (0,2 mg/ml) disuntikkan pada katak
secara subkutan.
b. Sebanyak 1 ml larutan strikhnin nitrat (0,2 mg/ml) disuntikkan pada katak
secara subkutan yang sebelumnya telah dikocok dengan karbo adsorbensia.
Catat hasilnya
c. Depilator
Teteskan 1 tetes NaOH pada sisi kiri lalu oleskan Veet pada sisi kanan tunggu 10
ment perhatikan apa yang terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
a. Irritansia
1. Rubefasiensia
a. Menthol yang di usapkan pada kulit: terasa dingin di kulit

b. Kloroform :ditetes= tidak ada efek kapas: nyeri

c. Tangan yang di celupkan dengan fenol 5% yang di campurkan dengan


air, alcohol, Gliserin, dan minyak olivarum

Larutan Efek (Perih atau nyeri)


Fenol 5% + Air +++
Fenol 5% + Alkohol ++
Fenol 5% + Gliserin -
Fenol 5% + Olivarum +
b. Kausatika
Asam Sulfat, Khlorida Pekat, Nitrat pekat, Fenol, NaOH 75% dan
kloroform yang di teteskan pada usus dan kulit
Bahan yang Perubahan yang terjadi
digunakan Kulit usus
Asam Sulfat Tidak ada perubahan Bekas luka yang jelas terlihat
warna mukosa usus menjadi
putih dan keriput
HCl Pekat Luka berbatas jelas, Mukosa menjadi putih dan
melepuh kriput
Nitrat Pekat Luka berbatas jelas Mukosa usus berwarna putih
susu dan kriput
Fenol Luka berbatas jelas Melepuh pada mukosa usus
NaOH 75% Luka berbatas jelas dan Mukosa usus pucat
hiperemi
Kloroform kering Mukosa usus pucat

b. Protektiva
1. Kaki Kodok
Tanpa Gom Arab Waktu Dengan Gom arab Waktu
H2SO4 1/25 N 0,95 S H2SO4 1/25 N + Gom Arab 10 % 18 S
H2SO4 1/10 N 0,81 S H2SO4 1/10 N + Gom Arab 10 % 6S
2. Astringensia
Terjadi perubahan ujung lidah dimana terlihat batas jelas lidah terlihat
berwarna hitam pekat serta hipersalivasi
3. Adsorbansia
a. Pada katak yang di suntik striknin nitrat 0,01% Menunjukkan
gejala kejang asimetris, pada menit ke-1 dan ke-3, tidak
mengeluarkan suaralalu mangalami kematian pada menit ke-6
lewat 53 detik
b. Pada katak yang diberi Striknin dan juga absorban tiak
memperlihatkan reaksi.
c. Depilator
NaOH : rambut tidak rontok Veet : Rambut rontok

2.Pembahasan

Rubefacient adalah zat untuk aplikasi topikal yang menghasilkan kemerahan


pada kulit misalnya dengan menyebabkan pelebaran kapiler dan peningkatan
sirkulasi darah. Rubefacients menyebabkan iritasi pada kulit, dan diyakini untuk
meringankan nyeri pada otot, sendi dan tendon, dan muskuloskeletal lainnya nyeri
pada ekstremitas oleh kontra-iritasi (BNF 2008) salisilat dan rubefacients lainnya,
serta Senyawa lain-lain seperti mentol, dapat bertindak melalui transien Potensi
reseptor saluran (TRP) ion yang terlibat dalam termal dan sensasi nyeri (Nilius
2007; Stanos 2007).Pada praktikum pertama kita menggosokkan menthol ke kulit
sehingga kulit terasa dingin dan memerah. Sedangkan praktikum kedua kita
membandingkan kloroform yang di teteskan pada tangan dan kloroform yang
dibasahkan pada kapas dan di letakkan di tangan. Kloroform yang dibasahi pada
kapas menimbulkan efek perih sedangkan kloroform yang dieteskan pada tangan
tidak memberikan efek. Hal ini dikarenakan kloroform yang diteteskan pada
tangan lebih cepat menguap sehingga efeknya tidak maksimal. Pada tangan yang
dicelupkan dengan fenol yang di campurkan dengan air, alcohol, gliserin dan
minyak olivarum terdapat perbedaan rasa nyeri. Pada air tangan yang dicelupkan
dengan Air dan fenol rasa nyerinya lebih kuat di bandingkan dengan alkohol.
Pada tangan yang di celupkan pada gliserin tidak telihat efek nyeri. Ini
membuktikan bahwa gliserin sebagai protektiva. Begitu juga dengan tangan yang
dicelupkan dengan minyak olivarum terasa sedikit rasa nyeri. Seharusnya pada
munyak olivarum tidak terasa nyeri karena minyak ini berfungsi untuk melindungi
kulit ini mungkin karena kesalahan praktikan yang kurang peka pada rasa nyeri.

Pada praktikum selanjutnya kita meneteskan Asam sulfat, Asam Klorida


Asam Nitrat, Fenol likuafaktikum, Naoh 75% dan klorofom pada kulit dan
mukosa usus. Pada kulit terlihat adanya perbedaan yang jelas antara kulit yang
diberi yang diberi Klorida Pekat, Nitrat peaky, Fenol likuafaktikum, NaOH 75%
dengan yang tidak namun pada asam sulfat yang di teteskan pada kulit tidak
terjadi perubahan, sedangkan pada kloroform, kloroform tersebut kering sesuai
dengan sifta kloroform yang mudah menguap. Ketika larutan HCl, H2SO4, HNO3,
Fenol likuafaktikum, dan NaOH di teteskan pada mukosa usus maka terjadi
perubahan pada mukosa usus, mukosa usus lebih putih, kriput, dan melepuh
sedangkan pada klorofom mukosa terlihat lebih pucat. Pemberian Asam sulfat
pada kulit yang tidak menimbulkan perubahan mungkin terjadi human eror hal ini
terbukti saat di teteskan pada mukosa terjadi perubahan. HCl menyebabkan iritasi
dan korosif terhadap saluran pernapasan, mata, dan kulit (ATSDR 2002).
Senyawa sulfat bersifat iritasi pada saluran pencernaan (saluran gastro-intestinal)
(yuningsih 2005). Asam pekat (HCl, H2SO4, HNO3)dan basa(Fenol, NaOH,
kloroform) menyebab kan iritasi pada kulit.
Prktikum protektiva yang pertama kita lakukan adalah demulsensia dimana
kita memasukkan kaki kodok pada larutan H2SO4. Pada jatak yang di celupakan
kakinya pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 1/25N katak membuthkan waktu
0,9S untuk berespon sedangkan pada konsentrasi 1/10 katak mangangkat kai lebih
cepat ini membuktima ksemakin kecil Normalitas semakin asam sehingga
semakin irtasi sedangkan Saat di tambahkan gom arab pada larutan tersebut waktu
yang dibutuhkan kan katak untuik mengangkat kakai pada kkonsentasi 1/25N
adalah 18 s, sedangkan pad konsentrasi 1/10 waktunya adalah 6s. ini membutikan
gom arab bersifat protektiva, mmelindungi kulit sehingga menguranngiiritasi
Lidah yang ditetes tannin memoperlihatkan adanya perubahan warna menjadi
hitam dan kering hal ini dikarenakan lidah mengalami presipitasi sehngga
permeabilitasnya menrun menyebabkan lidah kering, dan pecah-pecah.
Percobaan selanjutnya adalah adsorbensi dimana katak di suntikkan
dengan striknin nitrat 0,01% menunjukkan gelaja kejang asimetris pada menit ke-
1 dan ke-3 tidak mengeluarkan suara dan mati pada menit ke6 dan 53 s. pada
katak yang diberi carbo adsorban tidak terjadi perubahan pada katak dan katak
masih hidup hal it di ssebabkan karbo Aksorban memiliki pori-pori terbuka dalam
jumlah besar, poripori ini berfungsi sebagai penyerap (Ratih dkk 2012). Dengan
ini karbo adsorban akan mampu meyerap striknin sehingga katak tidak mengalami
keracunan terhadap striknin sebagai obat stimulansia.
Praktikum terakhir adalah depilator dimana kita meneteskan NaOh pada
kulit tikus serta pada daerah lain kita teteskan ca-tioglikolat. Tunggu 10 menit,
setelah 10 menit diketahui bahwa tikus yang di oleskan ca-tioglikolt mengalami
kerontokan rambut hhal ini di sebabkan Asam tioglikolat dan kalsium tioglikolat
merupakan bahan yang banyak dipakai pada sediaan depilator(Sagarin, 1957).
Sediaan depilator hanya menghilangkan rambut pada permukaan kulit saja
sehingga tidak menyebabkan rasa sakit (O’Lenick 2010).
KESIMPULAN
Senyawa irritansia dapat menyebabkan iritasi pada kulit ada yang menyebabkan
kemerahan, melepuh bahkan merusak mukosa. Senyawa protektiva bersifat
Melindungi kulit dari irritant sedangkan senyawa depilator berfungsi untuk
menghilangkan rambt.
DAFTAR PUSTAKA
[BNF] British National Formulary British Medical Association. Royal
Pharmaceutical Society of Great Britain 55.2008 .London

[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry U.S. Departmeny of
Health and Human Services. Public Health Service .2002. Chlorine. U.S

Ratih Langenati dkk, 2012. Pengaruh Jenis Adsorben dan Konsentrasi Uranium
Terhadao Pemungutan Uranium dari Larutan Uranil Nitrat.J.Tek. Bhn.
Nukl.Vol. 8 No. 2 Juni 2012: 97-104

Sagarin, E. 195. Cosmetic Science and technology interscience pub.inc.New


York, 1135-1141

Yuningsih. 2005. Pengaruh Cemaran Beberapa Senyawa Toksik Dalam Air


Minum Terhadap Ternak . J.Wartazoa Vol.15 No. 2 hal 95-101

O'Lenick Jr., A. J. (2009). Comparatively Speaking : Epilation vs Depilation.


Diakses dari
http://www.cosmeticsandtoiletries.com/research/methodsprocesses/4445471
2.html pada tanggal 17 september 2014

Anda mungkin juga menyukai