Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN KE-9

SISTEM KARDIOVASKULER

Asisten Penanggung Jawab :

Muhammad Fakhrur Rajih,

Kelompok 6/D

1. Rasyid Fadhilah (10060321184)


2. Salma Awalya Putri Yuliani (10060321185)
3. Bintan Arfian Hadista (10060321186)
4. Muhammad Yeoh Valent (10060321187)
5. Dwi Fahira (10060321188)
6. Salma Nur Sahara (10060321189)
7. Silvi Nur Sundari (10060321190)
8. Azzahra Rahmanita (10060321191)

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITA ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2021 M/1442 H
I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu:
1.1. Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
1.2. Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah
1.3. Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameterparameter
hematologi
II. Teori Dasar
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab
untuk mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme,
hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian
tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam
darah. Dengan tersampainya hormone ke seluruh bagian tubuh, kecepatan
metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin pasokan zat kekebalan
tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik karena kecelakaan atau
operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut. Dengan demikian,
dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk
mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.
(Guyton, 1997)
Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari
organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang
mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung.
Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ berfungsi untuk mengangkut
oksigen, nutrisi dan zat - zat lain untuk didistribusikan ke seluruh tubuh serta
membawa bahan-bahan hasil akhir metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh Sistem
ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubub (bagian dari homeostasis).
(Kasron, 2011).
Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi
sistem ini dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ
jantung berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya
atau pipanya. Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan darah dan zat
yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh manusia. Untuk menjaga agar darah tetap
mencapai seluruh bagian tubuh secara terus-menerus maka jantung sebagai pompa
harus berdenyut secara terus menerus pula. Denyutan jantung diatur oleh sistem saraf
otonom (SSO) yang berada di luar kesadaran atau kendali kita sehingga kita tidak
dapat mengatur denyutan jantung seperti kehendak kita. Sistem kardiovaskuler
merupakan sistem tertutup artinya darah yang ditransportasikan akan berada di dalam
jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan ke luar pembuluh darah. Berdasarkan
arah aliran darah maka pembuluh darah dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama
adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung (arteri) dan pembuluh darah yang
menuju jantung (vena). Berdasarkan ukuran penampangnya (diameter) maka
pembuluh darah (arteri dan vena) dapat dikelompokkan menjadi pembuluh darah
besar, sedang, dan kecil. Contoh pembuluh arteri besar adalah aorta, a. iliaca
commonis; pembuluh arteri sedang adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh
vena besar adalah v. cafa superior dan inferior. Diantara pembuluh darah arteri kecil
(arteriole) dan vena kecil (venule) akan terdapat saluran kecil yang disebut pembuluh
kapiler. Pembuluh kapiler 3 ini menghubungkan bagian pembuluh darah arteri dan
vena. Pembuluh kapiler ini memiliki struktur histologis tertentu. (Sherwood, L. 2001)
Jantung adalah pusat dari sistem kardiovaskuler berguna untuk peredaran
darah dari tubuh manusia. Sistem peredaran darah dapat dikatakan suatu sistem yang
paling penting didalam manusia karena berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh
tubuh. Anatomi dari sistem kardiovaskuler terdiri dari Jantung, aorta, arteri, pembuluh
kapiler dari jaringan dan vena (Iskandar, 2010).
Jantung pada dasarnya memiliki fungsi yaitu memompa darah ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah, sehingga jaringan tubuh mendapatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang imbang. Sebagaimana diketahui, bahwasanya oksigen dan nutrisi
dapat membuat sel-sel tubuh kita dapat bekerja dengan baik (Zainul, 2007).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi, yang disebut dengan tekanan sistole.
Tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistole terhadap tekanan
diastole, dengan nilai normal berkisar dari 100/60 mmHg sampai 129/80 mmHg. Rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg. Dengan demikian, jelaslah bahwa
tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolic. Tekanan
darah manusia senantiasa berayun ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak
jantung (Abdurachman, Indah, & Nany, 2016).
Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler,
dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Aktivitas pompa
jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga
menimbulkan perubahan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Syaifuddin, 2011).
Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic.
Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada
tekanan darah diastolic. Tekanan darah manusia senantiasa berayun ayun antara tinggi
dan rendah sesuai dengan detak jantung (Gunawan & Hani, 2001).
Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung ini menggunakan dua cara,
yaitu palpasi dan auskultasi. Palpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi
yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Metode tak langsung ini
memerlukan alat stetoskop. Cara palpasi (Palpatory method) cara ini hanya dapat
mengukur tekanan darah sistol saja tanpa tekanan darah diastol. Cara melakukannya
dengan memompakan manset yang dibalutkan pada lengan atas sampai denyut nadi
arteriradialis hilang, lalu tekanan manset diturunkan sedikit demi sedikit sampai
denyut nadi terasa untuk pertama kali. Pada saat denyut nadi untuk pertama kaliteraba
merupakan tekanan darah sistol. Hasil pengukuran dengan metode ini kurang teliti
karena hasilnya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan pengukuran dengan
menggunakan metode auskultasi. Cara auskultasi (Auscultatory method) cara ini
dapat mengukur baik tekanan darah sistol maupun tekanan darah diastole (Syaifuddin,
2010).
Tekanan darah dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Tekanan Darah Rendah (Hipotensi) Hipotensi merupakan penurunan tekanan
darah sistol lebih dari 20-30% dibandingkan dengan pengukuran dasar atau
tekanan darah sistol.
2) Tekanan Darah Normal (Normotensi) Ukuran tekanan darah normal orang
dewasa berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah dalam kehidupan bervariasi
secara alami, seperti pada bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan
darah yang jauh lebih rendah dibanding dengan orang dewasa.
3) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), tekanan darah tinggi persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg
(Setiawan, 2009).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah :
1) Usia
Semakin tua seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.
2) Jenis kelamin
Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang
berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon.
3) Obat-obatan
Obat-obatan yang dapat meningkatkan dan menurunkan tekanan darah.
4) Stres atau cemas
Emosi, kecemasan, rasa takut, stres fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan
tekanan darah.
5) Obesitas
Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisihipertensi.
6) Demam
Demam dapat meningkatkan tekanan darah karena peningkatan laju
metabolisme (Nurachmach, 2009).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah selamanya beredar di
dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung. Selama darah
beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar
dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah
dengan jalan mencampurkan ke dalam darah tersebut sedikit obat anti-
pembekuan/sitrus natrikus. Keadaan ini akan sangat berguna apabila darah
tersebut diperlukan untuk transfusi darah. Pada tubuh yang sehat atau orang
dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira
4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung
pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah (Poedjiadi,
2004).
Darah memiliki fungsi Sebagai alat pengangkut yaitu ; mengambil
oksigen pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh,
mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru, mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan. (Poedjiadi, 2004).
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang. Rerata usianya adalah 120 hari, lalu
dihancurkan di hati dan limpa. Komponen terpenting eritrosit adalah
hemoglobin (Hb), yang terdiri atas heme (zat besi, Fe) dan globin (protein).
Hemoglobin berfungsi mengikat dan membawa O2 dari paru ke jaringan serta
mengikat dan membawa CO2 dari jaringan ke paru. Nutrisi untuk
pembentukan eritrosit Kelompok nutrisi untuk pembentukan eritrosit terdiri
atas kelompok kebutuhan umum dan kelompok kebutuhan esensial. Kelompok
kebutuhan umum adalah asam amino, lipid, dan karbohidrat. Kelompok
kebutuhan esensial meliputi zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
(Aaroson, 2010).
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-
negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
Anegatif atau O-negatif. b. Individu dengan golongan darah B memiliki
antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi
terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan
darah B-negatif atau O-negatif. c. Individu dengan golongan darah AB
memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan
antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan
darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-
positif. d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen,
tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
negatifn (Setiawan, 2009).
III. Alat dan Bahan
IV. Prosedur
V. Data pengamatan
5.1 pengukuran tekanan darah
5.1.1 Hubungan tekanan darah dengan posisi/aktivitas tubuh
Ketika aktivitas semakin banyak, maka tekanan dalam darah pun ikut
meningkat. Saat duduk dan berbaring tekanan darah akan normal, karena tekanan
darah dijantung dalam keadaan rileks. Sedangkan saat berfikir dan gerak badan
selama 1 menit, tekanan darah meningkat karena kerja otak dan tubuh yang
membutuhkan nutrisi dan energi yang tinggi.

Posisi/aktivitas Tekanan darah Tekanan darah laki


peremuan(sistole/diastole) laki(sistole/diastole)
Duduk 119/80 120/80
Berbaring 100/70 105/72
Kaki 90° tubuh 108/71 110/73
berdiri 110/72 115/75
Kerja otak(diberi soal 123/88 127/90
hitungan)
Gerak badan selama 1 130/100 135/114
menit

5.1.2 cara palpatori

Prinsip pengukuran darah dengan metode palpatori hanya mengukur tekanan


Sistolik saja
5.1.3 cara auskultasi

Prinsip pengukuran darah dengan metode auskultasi mengukur tekanan


sistolik dan diastolik.
5.1.4 cara sfignometer digital
Pada pengamatan melalui video didapat hasil tekanan darah adalah 122
mmHg/59 mmHg.

5.2 Hyperemia
5.2.1 Hyperemia aktif/fungsional

Hyperemia aktif terjadi karena adanya fasodilatasi, dimana darah menyebar.


Hyperaktif yang diuji yaitu jari dimasukkan ke dalam air panas sehingga ada
perubahan warna menjadi merah, ukuran jari mengecil, dan suhunya panas. Hal
ini dapat terjadi karena dilatasi arteri yang menyebabkan penumpukan darah,
warna merah pada jari menunjukkan masih adanya kandungan oksigen pada
darah.
5.2.2 Hyperemia pasif/reaktif
Hyperemia adalah peristiwa saat pembuluh darah di daerah tertentu
mengalami penyempitan sehingga munculnya kemerahan pada kulit. Hyperemia
pasif dapat dilihat dari perubahan warna merah keunguan, ukuran jari membesar,
dan suhunya dingin. Hal ini dapat terjadi akibat penyumbatan arteri sehingga oksigen
(O2) tidak masuk ke aliran darah, sehingga aliran darah terganggu dan
merusak jaringan. Pada hyperemia pasif terjadi dilatasi, dimana oksigen terhambat
jadi hanya terdapat karbon dioksida.
5.3 Darah
5.3.1 pengukuran sel darah merah

Natrium sitrat selain berfungsi sebagai pengencer juga sebagai anti koagulan
yang bersifat isotonis, yang bekerja dengan cara menghentikan pembentukan
thrombin dan prothrombin sehingga darah tidak menggumpal. Jumlah eritrosit
normal pada laki-laki kisaran antara 4,3 – 5,6 juta/microliter, sedangkan pada
perempuan normalnya pada kisaran 3,9 – 5,1 juta/microliter. Perhitungan sel
darah merah adalah sebagai berikut:
Sel darah merah = (M1 + M2 + M3 + M4 + M5) × 10.000
= (85 + 90 + 93 + 108 + 100) × 10.000
= 4.760.000 sel/mL
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkkan bahwa jumlah eritrosit dari
sampel adalah normal.
5.3.2 pengukuran sel darah putih
Asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan sel darah untuk menghancurkan sel-sel
selain sel darah putih. Pewarna gentian violet sebagai pewarna pada sel darah putih.
Jumlah eritrosit normal adalah 5.000 – 10.000 mikroliter. Perhitungan sel darah putih
adalah sebagai berikut:
Sel darah putih = (P1 + P2 + P3 + P4) × 50
= (50 + 45 + 48 + 45) × 50
= 9.400 sel/mL
Berdasarkan Perhitungan, jumlah leukosit adalah normal.
5.3.3 Hematokrit

Tujuan pengukuran % hematokrit adalah untuk mengetahui konsentrasi eriotrosit di


Dalam darah dan mengetahui kekentalan darah. Hematokrit pada laki-laki normalnya
pada 43%, sedangkan pada perempuan normalnya 38% Hematokrit rendah dapat
mengindikasikan penyakit anemia, ginjal kronis, penyakit pada sumsum tulang
belakang. Pada hematokrit diatas normal dapat mengindikasi penyakit jantung,
dehidrasi, penyakit paru
5.3.4 penentuan Hb metode tallquist
Sifatnya kualitatif, yaitu membandingkan warna sampel dengan sampel pembanding.
Didapat nilai Hb dari metode Tallquist yaitu 70.
5.3.5 penentuan Hb metode sahli

Sifatnya kuantitatif, yaitu dengan melihat jumlah kadar HCl dengan Hb.
Didapat nilai Hb dari metode Sahli sebsar 80. Nilai Hb normal pada laki-laki
adalah 13, sedangkan pada perempuan normalnya adalah 12. Hb diatas normal
dapat mengindikasi penyakit jantung, dehidrasi, dan pengaruh reaksi tubuh
lainnya. Ketika hematokrit dibawah normal dapat mengindikasi penyakit anemia,
gagal ginjal, gangguan sumsum tulang belakang, sedang hamil, dan lain-lain.
5.3.6 waktu perdarahan

Waktu perdarahan normal terjadi selama 20 – 120 detik. Mekanisme


hemostasis adalah fase kontriksi, pembentukan sumbat platelet, dan pembekuan
darah atau koagulasi. Di tahapp pembentukkan sumbat platelet adalah kondisi
darah berhenti mengalir, dimana terjadi agregasi platelet.
5.3.7 waktu koagulasi

Waktu koagulasinormal itu selama 30 detik. Kondisi darah mengalami koagulasi atau
pembekuan darah ada pada ketiga dari mekanisme hemostasis. Dimana akan
terbentuk benang fibrin seperti pada video percobaan.
5.3.8 penggolongan darah

Sampel darah saat ditetesi serum mengalami aglutinasi karena adanya antibodi dalam
aglutinin yang terdapat di plasma darah kemudian bereaksi dengan serum darah yang
diuji. Pada percobaan didapat hasil dengan golongan darah A. Hal ini disebabkan
karena adanya penggumpalan darah ketika ditetesi serum anti-B. untuk golongan
darah A, jika memerlukan transfusi darah maka bisa dengan golongan darah A dan O.
sedangkan ketika menjadi pendonor, maka hanya boleh dan bisa mendonor kepada
yang bergolongan A saja.
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan tentang sistem
kardiovaskuler yang bertujuan untuk mengetahui cara mengukur tekanan
darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Komponen
penyusun sistem kardiovaskuler diantaranya yaitu, cairan sirkulasi berupa
darah, jantung yang berfungsi sebagai pemompa dan pemberi tekanan agar
darah dapat mengalir ke jaringan, darah sebagai media transportasi segala
material (O2, CO2, nutrisi, dan lain-lain), dan pembuluh darah sebagai saluran
yang digunakan agar darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.

6.1 Pembuluh Darah dan Tekanan Darah

6.1.1 Pengukuran Tekanan Darah

Pada percobaan pertama, dilakukan pengukuran tekanan darah.


Tekanan darah merupakan faktor yang penting yang terdapat dalam sistem
kardiovaskuler atau sistem sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah adalah
gaya atau dorongan ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung
keseluruh tubuh (Palmer,2007). Tekanan darah itu dibagi menjadi 2 yaitu
tekanan darah sistol dan diastol dimana tekanan darah sistol adalah tekanan
darah yang terukur pada saat ventrikel kiri jantung berkontraksi. Sedangkan
tekanan diastol adalah tekanan darah yang terukur yang terjadi pada saat
jantung berelaksasi ( Ronny dkk, 2009). Dimana pada pengukuran tekanan
darah ini menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop yang akan
mengasilkan dua buah angka pencatatan.
Pada percobaan ini terdapat dua cara yaitu cara palpatori dan cara
auskultasi dimana terdapat perbedaan antara cara palpatori dan cara auskultasi.
Cara palpatori ini hanya dapat mengukur tekanan darah sistole saja tanpa
tekanan darah diastole, cara melakukannya dengan memompakan bola karet
yang berpengaruh pada manset yang diletakan pada lengan atas sampai denyut
nadi arteri radialis hilang, lalu tekanan pada bola karet berangsur-angsur
diturunkan sedikit demi sedikit sampai denyut nadi terasa untuk pertama
kalinya. Pada saat denyut nadi pertama kali teraba merupakan tekanan darah
sistol biasanya hasil pengukuran dengan metode ini kurang teliti. Sedangkan
untuk cara auskultasi dapat mengukur tekanan darah sistole dan diastole yang
mana caranya bola karet di pompa yang akan berpengaruh pada manset yang
diletakan di arteri brachialis, bola karet dipompa sampai suara hilang
kemudian tekanan diturunkan sedikit demi sedikit sampai timbul suara untuk
pertama kalinya suara yang timbul pertama ini tekanan sistole sedangkan suara
yang terakhir kali didengar adalah tekanan diastole.
Dilakukan pengukuran tekanan darah pada dua orang relawan yaitu
laki-laki dan perempuan yang mana di ukur dalam posisi yang berbeda-beda
yaitu posisi duduk, berbaring, kaki 90 tubuh, kerja otot diberi soal hitungan,
Gerak badan selama 1 menit. Dihasilkan pengukuran tekanan darah terendah
yaitu pada posisi berbaring baik tekanan darah perempuan dan laki-laki,
sedangkan untuk pengukuran darah tertinggi yaitu pada posisi gerak badan
selama 1 menit. Hal ini dikarenakan dilakukannya berbagai aktifitas dan posisi
akan mempengaruhi tekanan darah dimana tekanan darah nya akan naik.
Karena disebabkan oleh peningkatan ritme jantung yang signifikan yang
merupakan respon dari kardiovaskuler terhadap adanya kontraksi otot. Selain
itu adanya peningkatan tekanan darah ini karena adanya peningkatan curah
jantung yang mana berhubungan dengan ritme sirkadian yang melonjak dan
untuk menurunkan ritme sirkadian ini dilakukan dengan posisi berbaring.
Dalam kondisi berbaring darah dapat kembali jantung dengan mudah pada
posisi terbaring gaya gravitasi lebih rendah karena peredaran darah tersebut
horizontal.
Seperti diketahui bahwa tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg
dan apabila seseorang melebihi atau kurang dari angka normal terdapat
kemungkinan bahwa orang tersebut mengalami hipertensi atau hipotensi yang
mana hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
tenang atau istirahat. Sedangkan hipotensi atau tekanan darah rendah adalah
tekanan darah yang berkisar dibawah 90/60 mmHg dikategorikan tekanan
darah rendah (Corwin,2009). Dimana faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tekanan darah diantaranya curah jantung, volume darah,resistensi
perifer,elastisitas dinding arteri,viskositas darah,pola hidup dan aktifitas(Sneel,
2006).

6.2 Hyperemia

VII. Kesimpulan
VIII. Daftar Pustaka
Aaroson. (2010). The Cardiovascular System at a Glance, AlihBahasa: Surapsari, J.D. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Abdurachman, Indah, & Nany. (2016). Hubungan Asupan Natrium, Frekuensi dan
Durasi Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera dan Bina Lara Budi Luhur Kota Pekanbaru, Kalimantan Selatan.
Jurnal of The Indonesian Nutrition Association.
Gunawan, & Hani. (2001). Hipertensi. Yogyakarta: Kaninus.
Guyton, A.C. and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Iskandar, 2010. Health (Body, mind and system) Sehat, Antusias, Energik melalui
sinkronasasi tubuh, pikiran dan sistem Healt Triad (Tiga Serangkai Kesehatan).
Jakarta: Gramedia.
Kasron, 2011. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Setiawan, R. (2009). Fisiologi Kardiovaskular Berbasis Masalah Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke system. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Syaifuddin. (2010). Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan Dan Kebidanan Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai