Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PERTEMUAN 3

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

DENGAN MIKROSKOP

Dosen Pengampu : Devi Etivia Purlinda, SST, M.Si

Disusun Oleh :

Hannung Firman yustika

NIM.P1337434121005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

2022/2023
A. Tujuan
Menemukan adanya unsur – unsur patologis organik dan anorganik dalam urine
secara mikroskopis.

B. Prinsip
Pemeriksaan mikroskopis Diawali dengan pengambilan sampel urin 10ml didalam
tabung reaksi disentrifuge selama 5 menit kecepatan 1500-2000 rpm.diambil endapan dan
diamati dibawah mikroskop lensa objektiv 10x dan 40x meliputi pemeriksaan unsur
unsur patologis urine
C. Alat dan Bahan
 Tabung reaksi
 Object glass
 Cover glass
 Mikroskop
 Centrifuge (+ tabung centrifuge)
 Sampel urine
 Sampel darah kapiler
 Pewarna Stemheimer-Malbin
 Alkohol swab
 Pipet

D. Dasar Teori
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien
untuktujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasiberbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit
sepertidiabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan .Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal
dari darah, ginjal dan saluran kemih. Tes sedimen urine atau tes mikroskopik adalah salah
satu tes urine yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis serta dapat
memantau perjalanan penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur
dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu
organ atau jaringan) seperti epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma,
bakteri, unsur anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan) seperti urat amorf dan kristal
(Hardjono dan Mangarengi, 2011). parasit dan unsur anorganik (tidak berasal dari suatu
jaringan) seperti urat amorf dan kristal (Hardjono dan Mangarengi, 2011).
Pemeriksaan sedimen urine dapat diperiksa dengan metode manual
(konvensional) dan otomatis. Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada
setiap alat dengan prinsip kerja yang berbeda-beda. Pemeriksaan sedimen urine
konvensional dengan menggunakan mikroskop dilakukan dengan mengendapkan unsur
sedimen menggunakan sentrifus. Endapan kemudian diletakkan di atas kaca obyek dan
ditutup dengan kaca penutup. Unsur sedimen dilaporkan dalam rerata 10 lapangan
pandang besar (LPB) atau lapangan kecil (LPK).

E. Cara Kerja
1. Siapkan Alat dan bahan
2. Sampel urine dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam tabung
centrifuge sebanyak 10 ml.
3. Centrifuge dengan kecepatan relative rendah (sekitar 1500 – 2000 rpm) selama 5
menit.
4. Tabung dibalik atau dituang habis dengan cepat (decanting) untuk membuang
supernatant sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml.
5. Letakan satu tetes pada objek glass lalu ditutup deck glass(sebagai pembanding),
dan satu tetes pada objek glass lainya
6. Tambahkan sampel darah kapiler secukupnya pada sisa endapan pada tabung lalu
homogenkan.
7. Endapan yang sudah dihomogenkan dengan sampel darah kapiler dan larutan
pewarna, diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan cover glass.
8. Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran rendah
menggunakan lensa obyektif 10X yang disebut Lapang Pandang Lemah (LPL)
atau Low Power Field (LPF) untuk mengindentifikasi benda-benda besar seperti
silinder dan kristal.
9. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan lensa
obyektif 40X yang disebut Lapang Pandang Kuat (LPK) atau High Power Field
(HPF) untuk mengidentifikasi sel eritrosit, lekosit, epitel, ragi, bakteri,
Trichomonas, filamen lender, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau kristal
belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat dilakukan.
F. Hasil Pengamatan
Nama pasien : Hannung Firman Yustika
Usia : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki

Lapang Pandang 40x Pada Sampel Campuran Darah


INDIKATOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Leukosit 0 0 0 0 7 0 1 0 5 5
Eritrosit 96 28 51 31 6 6 5 17 3 8
Ca oxalat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Amorf Urat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

*Pada lapang pandang kecil 10x hanya ditemukan amorf urat secara jarang
Keterangan :
Perhitungan Eritrosit : 96+28+51+31+6+6+5+17+3+8 = 251.
251 : 10 = 25,1 dibulatkan 25 ( positif 2 )
Perhitungan Leukosit : 7+1+5+5 = 18
18 : 10 = 1,8 dibulatkan 2 ( normal )
Eritrosit : ++ ( positif 2 )
Leukosit : normal
Epitel : -
Silinder :-
Kristal Ca oxalate :-
Kristal Amorf urat :+
Benang mucus :-

G. Pembahasan
Pemeriksaan sedimen urin merupakan sebagian penting dalam pemeriksaan
penyaring. Pemeriksaan sedimen dapat memberi data mengenai saluran kemih mulai dari
gijal sampai kepada ujing uretra yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan pemeriksaan
lain. Pada pemeriksaan ini didapatkan bahwa eritrosit positif dua (++) dan untuk
leukosit, epitel, silinder, kristal, dan asam urat normal. Selain itu, ditemukan kristal amorf
urat berjumlah satu yang menunjukan hasil positif. Sedangkan untuk kristal Ca oxalat dan
benang mucus tidak ditemukan.
Nilai normal untuk eritrosit adalah 0-3, positif 1 anatara 4-8, postif 2 antara 8-30,
positif 3 lebih dari 30, dan positif 4 adalah penuh. Nilai normal untuk leukosit adalah 0-4,
positif 1 antara 5-20, positif 2 antara 20-50, positif lebih dari 50, dan positif 4 adalah
penuh. Sedangkan nilai normal untuk silinder/kristal/artefak adalah 0-1, positif 1 antara
1-5, positif 2 antara 5-10, positif 3 antara 10-30, dan positif 4 lebih dari 30. Nilai ini
diperoleh dari nilai rata-rata pada lapang pandang yang diamati pada mikroskop.

H. Kesimpulan
Dari sampel urine yang diuji maka didapatkan bahwa nilai unsur unsur didalam
urine seperti eritrosit dan kristal bernilai positif,yang berarti adanya ketidaknormalan.
Nilai ini tidak normal karena pada sampel urine sengaja ditambahkan sampel darah
kapiler agar saat pengamatan dalam mikroskop ditemukan eritrosit dan leukosit sehingga
mahasiswa dapat melakukan pengamatan dengan baik,sedangkan di tabung sampel urine
pembanding tidak ditemukan apa apa.
LAMPIRAN GAMBAR
A. Sebutkan, jelaskan tahap (pra analitik, analitik dan pasca analitik) dan interprestasi
hasil Pemeriksaan Mikroskopis Sedimen Urin

1 Sedimen Urin Prosedur Kerja

Pra analitik:
1. Siapkan Alat dan Bahan
2. Persiapan sampel urine dimasukkan ke
dalam pot urine dan homogenkan
3. Masukkan sampel urine ke dalam masing
masing tabung centrifuge sebanyak 10 ml
4. Beri label pada badan tabung centrifuge
5. Siapakan centrifuge, colokkan ke stop
kontak
6. Masukkan tabung centrifuge ke dalam
centrifuge letakkan dengan posisi
seimbang.
7. Atur waktu dan kecepatan pada centrifuge
Analitik:
1. Keluarkan tabung centrifuge dari dalam
centrifuge
2. Buang supernatant dengan menuangnya
dengan cepat sehingga menyisakan 0,5 ml
endapan urine
3. Teteskan sampel darah kapiler ke dalam
tabung centrifuge satunya
4. Teteskan pewarna Stemheimer-Malbin ke
dalam tabung reaksi, homogenkan
5. Bersihkan objek glass dan deck glass
dengan tissue kering dan alkohol
6. Teteskan secukupnya ke atas objek glass
lalu tutup dengan deck glass, usahakan
jangan ada gelembung udara
7. Lakukan pengamatan dibawah mikroskop
dan atur perbesaran mulai dari 10x sampai
ke 40x
Pasca Analitik:
1. Amati unsur-unsur yang terlihat pada
pengamatan mikroskop dan catat hasilnya
2. lakukan pengamatan pada 10 lapang
pandang kemudian dirata-rata untuk
memperoleh hasil akhir

Hasil :
Eritrosit : ++ (positif dua)
Leukosit : normal
Epitel : normal
Silinder : normal
Kristal Ca oxalat :-
Amorf urat : + (positif satu)
Benang mucus :-

Interprestasi hasil dan Nilai Normal di buat tabel:


Indikator Normal + ++ +++ ++++
Eritrosit 0-3 4-8 8-30 >30 Penuh
Leukosit 0-4 5-20 20-50 >50 Penuh
Silinder / 0-1 1-5 5-10 10- >30
kristal 30
2 Jenis Jenis Sedimen Urin Keterangan Gambar
Sedimen Organik Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun
a. Sel Darah Merah dari saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat
ditemukan adanya eritrosit, namun dalam urine normal
dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Dalam urin, sel darah
merah tampak sebagai cakram bikonkaf yang halus, tidak
berinti, dengan diameter kira-kira 7 mm. RBC harus
diidentifikasi menggunakan objektif daya tinggi (40)
(perbesaran 400).
b. Sel Darah Putih Sel darah putih lebih besar dari sel darah merah, dengan
diameter rata-rata sekitar 12 mm. WBC yang dominan
ditemukan dalam sedimen urin adalah neutrofil. Neutrofil
jauh lebih mudah diidentifikasi daripada sel darah merah
karena mengandung granul dan inti berlobus banyak..
Leukosit dapat berasal dari bagian manapun dari dalam
saluran kemih. Leukosit hingga 4 atau 5 per LPK umunya
masih dianggap normal. Peningkatan jumlah leukosit
dalam urine (leuosituria atau pyuria) umunya
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian
atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau
glomerulonephritis akut
c. Spermatozoa Spermatozoa mudah diidentifikasi dalam sedimen urin
dengan kepala oval, sedikit meruncing dan ekor panjang
seperti flagella.Spermatozoa pada urine adalah
kontaminasi dari aktivitas seksual. Pada pasien pria
menunjukkan aktivitas drainase residu, sedangkan pada
wanita dikarenakan kontaminasi oleh bahan-bahan dalam
vagina.
d. Silinder Granula Silinder granular adalah silinder selular yang mengalami
degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem
saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel,
fragmentasi inti, dan granulasi sitoplasma. Hasil
disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian menjadi
butiran halus.

A. Silinder Epitel Ciri seperti daun bahan dasar hialin dan di dalamnya
berisi sel epitel yang terperangkap saat pembentukan
silinder.
Bentuk sel kadang jelas kadang tambang inti yang besar,
sedangkan sitoplasmanya berisi lemak atau susah
mengalami
degenerasi.

B. Silinder Leukosit Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika leukosit
masuk dalam matriks silinder. Kehadiran silinder
menunjukkan peradangan pada ginjal, karena silinder
tersebut tidak akan terbentuk kecuali dalam ginjal.
Silinder leukosit paling khas untuk pielonefritis akut,
tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus
(glomerulonefritis). Glitter sel (fagositik neutrofil)
biasanya akan menyertai silinder leukosit. Penemuan
silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri
mempunyai arti penting untuk pielonefritis, mengingat
pielonefritis dapat berjalan tanpa keluhan meskipun telah
merusak jaringan ginjal secara progresif.
C. Silinder Eritrosit Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung
hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder
eritrosit disertai hematuria mikroskopik memperkuat
diagnosis untuk kelainan glomerulus. Cedera glomerulus
yang parah dengan kebocoran eritrosit atau kerusakan
tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat
pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan
membentuk silinder eritrosit.

D. Silinder Hialin Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari
mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan
oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur),
tekstur halus, jenih, sisinya parallel, dan ujungnya
membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk
sebuah silinder hialin di saluranpengumpul. Silinder hialin
tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin
dapat dilihat bahkan pada pasien sehat. Nilai noral untuk
silinder hialin per LPL adalah 0-1.

E. Silindroid Hampir semua silinder hialin, tapi lambat laun menyempit


menjadi halus serupa benang.Silinder protein dengan
panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan lengkung
Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid
(cylindroids).

J Benang Lendir Benang lendir biasa ditemukan pada tes analisi urine.
Benang lendir merupakan produk dinding saluran kemih
akibat iritasi saluran kemih bagian bawah yang biasanya
muncul bila terjadi peradangan saluran kemih yang dapat
disebabkan oleh infeksi saluran kemih.

Sedimen Anorganik Keterangan Gambar


Jenis- Jenis Kristal
a. Tripel Fosfat triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan pada orang yang
sehat. Kristal berbentuk seperti "Tutup peti mati" tak
berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun
mereka dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan
mereka lebih disukai di pH netral ke basa. Kristal dapat
muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu (buah-
buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil
urease (mis. Proteus vulgaris) dapat mendukung
pembentukan kristal (dan urolithiasis) dengan
meningkatkan pH urin dan meningkatkan amonia bebas.

b. Ca Oksalat Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan


pada pasien yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin
dari setiap pH, terutama pada pH yang asam. Kristal
bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk sangat
kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak
berwarna, dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat
muncul dalam specimen urine setelah konsumsi makanan
tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan keracunan
ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per
LPL masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih
dari 5 ( ++ atau +++ ) sudah dinyatakan abnormal.
c. Asam urat Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat,
berbentuk belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum
atau mawar). Dengan pengecualian langka, penemuan
kristal asam urat dalam urin sedikit memberikan nilai
klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme
normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan,
banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan
konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16% pada pasien
dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau
leukemia, kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau
meningkatkan konsentrasi asam urat.
A. Urat Amorf Urat amorf sering kali didapatkan karena proses
pembekuan specimen urine.

B. Tirosin Tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul


bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin
tampak sebagai jarum yang tersusun sebagai berkas atau
mawar dan kuning.

C. Leusin Leusin dan adalah kristal asam amino dan sering muncul
bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Leusin
muncul-muncul berminyak bola dengan radial dan
konsentris striations. Kristal leucine dipandang sebagai
bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini kadang-
kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus
yang menyerupai.

Trikomanas Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang


disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis. Trichomonas vaginalis adalah parasit menular
seksual yang dapat berasal dari urogenital laki-laki dan
perempuan. Ukuran organisme ini bervariasi antara 1-2
kali diameter leukosit. Organisme ini mudah diidentifikasi
dengan cepat dengan melihat adanya flagella dan
pergerakannya yang tidak menentu.
Jamur Adanya jamur merupakan salah satu indikasi terjadinya
kasus pyelonephritis.

Mukus Mucus banyak ditemukan pada sedimen urine, mucus


melindungi traktur urinarius bawah terhadap iritasi oleh
agen kimia. Umumnya banyaknya mucus yang terlihat
mengindikasikan adanya mekanisme perlindungan
terhadap iritasi dengan meningkatkan sekresi mucus.

Spermatozoa Spermatozoa pada urine adalah kontaminasi dari aktivitas


seksual. Pada pasien pria menunjukkan aktivitas drainase
residu, sedangkan pada wanita dikarenakan kontaminasi
oleh bahan-bahan dalam vagina.
Sel Squamus Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih
rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar
uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai
indikator kontaminasi.

Sel transisi Sel epitel transisi memiliki ukuran lebih kecil dari sel
skuamosa dan muncul beberapa bentuk, termasuk bola,
polyhedral, dan berekor. Perbedaan bentuk ini disebabkan
karena kemampuan oleh sel epitel transisi untuk
menyerap air dalam jumlah besar.

Oval Fat Bodies Oval fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi


glomerulus dengan kebocoran plasma ke dalam urin dan
kematian sel epitel tubulus. Oval fat bodies dapat
dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut,
kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan
etilen glikol, air raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat
bodies juga dapat berupa makrofag atau hisiosit.

RTE Cell Sel epitel tubular ginjal (Renal Tubular Epithelial Cell)
adalah sel epitel dari ginjal yang ditemukan dalam urine,
biasanya dari tubulus ginjal. Mencari dan menemukan sel
epitel ini lebih bermakna klinis daripada sel epitel lainnya
seperti transisional dan squamous, karena terkait langsung
dengan ginjal. Oleh sebab itu disebut sel epitel ginjal atau
epitel bulat.
Morfologi sel ini terlihat dengan inti yang letaknya
eksentrik, sel berbentuk bulat, oval, agak memanjang atau
bahkan persegi.
Peningkatan jumlah sel ini terkait asalnya berada yaitu
Tubulus proksimalis dan tubulus distalis, fragmen
nekrotik sel terutama pada kasus nekrosis tubular akut,
keadaan dengan kerusakan karena efek obat dan juga
keracunan logam berat.
Waxy cast Silinder lilin adalah silinder tua hasil silinder granular
yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk
beberapa waktu sebelum mereka dikeluarkan ke kandung
kemih, sel-sel dapat berubah menjadi silinder granular
kasar, kemudian menjadi sebuah silinder granular halus,
dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin
(waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit
ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka
menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan
karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis.
Broad cast Silinder yang besar atau luas (broad cast) yang bisa dua
sampai enam kali lebih besar dari silinder, biasa
dihasilkan oleh tubulus yang mengalami dilatasi hebat
dalam duktus kolektivus yang lebar. Silinder yang luas
sering disebut sebagai silinder gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai