Anda di halaman 1dari 41

SPERMA

BY HJ. NURUL QOMARIYAH, S.PD.,M.PD


Pengertian Spermatogenesis •

Spermatogenesis adalah proses di mana


selsel germinal primordial pria yang
disebut spermatogonium menjalani
meiosis, dan menghasilkan sejumlah sel
yang disebut spermatozoa.
Tempat Spermatogenesis •

Spermatogenesis terjadi di testis.


Di dalam testis terdapat tubulus seminiferus.
Dinding tubulus seminefirus terdiri dari jaringan epitel dan
jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel-sel
spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi
pada spermatozoa.
Selain itu pada tubulus seminefirus terdapat pula sel leydig yang
mensekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses
spermatogenesis.
Proses Spermatogenesis

Dalam proses pembentukan sperma (Spermatogenesis) dipengaruhi


oleh beberapa hormon, yaitu :
1. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pembentukan
sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu
spermatogonium dalam melakukan spermatogenesis.
2. Hormon LH yang berfungsi merangsang Sel Leydig untuk
memperoleh sekresi Testosterone (Suatu hormon seks yang penting
untuk perkembangan sperma)
PROSES SPERMATOGENESIS DALAM PROSES PEMBENTUKAN
SPERMA (SPERMATOGENESIS) SECARA RINCI SEBAGAI BERIKUT :

• Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n).


• Secara mitosis, spermatogonium akan berubah menjadi spermatosit primer (2n).
• Spermatosit primer membelah menjadi spermatosid sekunder secara meiosis (Meiosis
I).
• Jumlah spermatosit sekunder ada dua, sama besar dan bersifat haploid (n).
• Melalui fase Meiosis II, spermatosit sekunder membelah menjadi empat spermatid yang
sama bentuk dan ukurannya.
• Spermatid berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n).
TAHAP SPERMATOGENESIS

1. Spermatogonium •
• Yaitu tahapan spermatogonium yang bermiosis menjadi spermatid primer, proses ini
dipengaruhi oleh sel sertoli, dengan sel sertoli yang memberi nutrisi-nutrisi kepada
spermatogonium, sehingga dapat berkembang menjadi spermatotid.
• Merupakan tahap pertama pada spermatogenesis yang dihasilkan oleh testis.
Spermatogonium terbentuk dari 46 kromosom dan 2N kromatid.
LANJUTAN …

Tahap Spermatogenesis 2.
• Tahapan Meiosis •
• Merupakan tahapan spermatosit primer bermitosis I
membentuk spermatosit sekunder dan langsung terjadi
meiosis II yaitu pembentukan spermatid, dari spermatosit
sekunder.
LANJUTAN …

Tahap Spermatogenesis 3.
• Tahapan Spermiogenesis •
• Merupakan tahapan terakhir pembentukan spermatozoa,
dimana terjadi transformasi dari spermatid menjadi
spermatozoa. •Setelah terbentuk spermatozoa, Sperma ini
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala sperma, leher sperma dan
ekor sperma.
BAGIAN – BAGIAN SPERMA 1.

• Kepala
• Pada bagian kepala spermatozoon ini, terdapat inti tebal dengan
sedikit sitoplasma yang diselubungi oleh selubung tebal dan
terdapat 23 kromosom dari sel ayah.
• Selubung tebal yang dimadsud adalah akrosom, fungsinya adalah
sebagai pelindung dan menghasilkan enzim.
BAGIAN – BAGIAN SPERMA 2

• Leher Menghubungkan Kepala dengan badan.


• Badan Terdapat mitokondria yang berbentuk spiral dan
berukuran besar, berfungsi sebagai penyedia ATP atau
energi untuk pergerakan ekor.
BAGIAN – BAGIAN SPERMA 3.

• Ekor
• Pada bagian ekor sperma yang cukup panjang
terdapat Axial Filament pada bagian dalam dan
membrane plasma dibagian luar yang berfungsi
untuk pergerakan sperma.
GAMBAR
SPERMA
KELAINAN – KELAINAN SPERMATOGENESIS

• Azoospermia 🡪 Kelainan yang terjadi karena adanya sperma


dalam cairan yang dikeluarkan saat ejakulasi
• Aspermia 🡪 Kelainan yang terjadi karena tidak mengeluarkan
cairan sperma sama sekali. Kelainan ini bisa terjadi akibat
faktor genetik yang sulit dicegah. Atau, akibat faktor organik
karena memiliki kelainan penis
LANJUTAN …

• Oligozoospermia 🡪 disebabkan jumlah sperma yang


dikeluarkan tidak memenuhi standar
• Astenozoospermia 🡪 kelainan yang menunjukkan
sperma tidak bisa bergerak dengan baik
ANALISA SPERMA

ANALISA MAKROSKOPIS
ANALISA MIKROSKOPIS
ANALISA KIMIAWI
ANALISA MAKROSKOPIS SPERMA

1.Koagulasi dan Likuifaksi


• Sperma normal yang baru saja dijakulasi selalu menunjukkan adanya gumpalan – gumpalan
atau kuagulum diantara lendir putih yang cair.
• Sperma ini kemudian mengalami Likwefeksi sempurna dalam waktu 15 – 20 menit
• Dicatat ada atau tidaknya koagulum, beberapa menit waktu yang dibutuhkan sampai terjadi
Likwefeksi sempurna .
• Apabila tidak terdapat koagulum menunjukkan pennyumbatan pada kelenjar vesica
seminalis ataupun kelainan pada vesica seminalis.
• Apabila Likwefeksi memanjang atau tidak sempurna setelah 20 menit, keadaan seperti ini
menunjukkan adanya gangguan fungsi prostat dalam memproduksi seminin.
LANJUTAN …

1. Volume :
• Diukur setelah terjadi Likwefeksi sempurna
• Normal 2 – 6 ml kurang dari 1 ml disebut hypospermia lebih dari 6 ml disebut
hyperspermia.
• Apabila dijumpai volume kurang dari 1 ml sering diragukan tidak sempurnanya ejakulasi
atau tidak tertampung seluruhnya.
• Apabila volume besar dan jernih seperti biasanya menunjukkan jumlah spermatozoa yang
rendah atau azosperma.
LANJUTAN …

1. Warna dan kekeruhan


• Warna sperma diamati dengan latar belakang yang putih dengan penerangan yang cukup
• Normal berwarna putih kanji, putih ke abuan atau kekuning-kuningan.
• Ab normal : apabila seperti susu, kemerahan atau jernih
1. Bau
• Normal : bau sperma khas seperti bunga aksia
• Ab normal : berbau tidak khas, misalnya = bau obat-obatan, amis dan Sebagainya Bau
sperma yang khas ini disebabkan oleh adanya spermine yang dihasilkan oleh prostat.
LANJUTAN …

1.PH / keaman sperma


• Diukur setelah terjadi Likwefeksi sempurna , yang ditentukan dengan
memakai kertas PH atau PH meter.
• Norma PH sperma menunjukkan sedikit alkalis yaitu 7,2 – 7,8.
• Cairan prostat mempunyai PH rendah yang rendah yaitu kurang dari 7,0
LANJUTAN …

1.Viskositas
• Ditentukan setelah terjadi Likwefeksi sempurna, caranya :
- Dengan batang gelas (makin panjang menunjukkan viskositas semen yang tinggi).
- Dengan memakai pipet Elliason waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya tetesan
semen dari ujung pipet dicatat dengan memakai stop watch
• Normal berkisar antara 1 – 2 detik untuk tiap satu tetesan
• Viskositas juga tergantung dari enzym yang berasal dari prostat.
ANALISA KIMIAWI SPERMA

• PEMERIKSAAN FRUKTOSA (SELIVANOFF)


• Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai korelasi
positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa memakai reaksi
Selivanoff sebagai dasar, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan resorcinol dengan
menyusun warna merah.
• Parameter : Penetapan Fruktosa
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang bertalian
dengan kadar testosteron.
• Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan pemanasan, furfural
yang terjadi akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun senyawa yang berwarna merah.
REAGENSIA :

1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam 1000 ml
aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan bila disimpan
dalan lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam benzoat
0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan dengan
aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini sesuai dengan 200
mg /dl fruktosa mani.
PROSEDUR KERJA :

1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan


terlebih dahulu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air.
Kemudian tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2, campur,
tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4, campur lagi dan pusinglah
kuat-kuat.

2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko).


Uraian Test Standard Blanko
Supernatan 2 ml    
sampel
Standard   2 ml  
Aquadest     2 ml
Resorsinol 2 ml 2 ml 2 ml
HCL 6 ml 6 ml 6 ml
Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC
selama 10 menit. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490
nm. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl
fruktosa mani.
Secara kualitatif :
- 0,05 ml sperma + 2 ml larutan resorsinol 0,1 gr% dalam alkohol 96%
- aduk sampai rata
- Lalu dipanaskan sampai mendidih selama 5 menit
- Bila sperma mengandung fructosa maka campuran di atas menjadi
merah coklat
- Bila tidak ada fructosa maka tdk ada perubahan warna

Catatan :
Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan fruktosa itu berasal
dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya
fruktosa dalam mani juga mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales
dan ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan pada penyumbatan
partial ductuli ejaculatorii kadar fruktosa menurun. Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang
total berakibat kadar fruktosa dalam mani menjadi nol.
ANALISA MIKROSKOPIS SPERMA

1. Kepadatan Spermatozoa ( Per LPB )


• Kepadatan spermatozoa ini dapat dipakai untuk menentukan factor pengenceran pada waktu
menghitung jumlah spermatozoa.
• Peralatan : - Mikroskop - obyek glass - Cover glass / deck glass - pengaduk
• Prosedur :
- Sperma diaduk sampai homogen kemudian diambil 1–2 tetes
- Ditaruh diatas obyek glass, ditutup dengan obyek glass
- Periksalah dibawah mikroskop dengan pembesaran 450x.
• Penilaian: Mitolity, Kristal – Kristal, Sel ephitel, fat / lemak, Fragmentasi, sel bulat / runcelan,
Aglutinasi, jumlah spermatozoa
LANJUTAN …

• Pada pemeriksaan kesan adanya Motility bisa diamati % spermatozoa yang


bergerak :
- Baik yaitu gerakanya lurus dan cepat
- Cukup baik yaitu gerakannya ditempat dan lambat
- Tidak gerak yaitu dalam keadaan diam
• Pada pemeriksaan adanya runcelen bila didapatkan runcellen lebih dari 10 per
lapangan pandangan maka ini perlu dibedakan antara leucocyt dengan sel – sel
spermiognesis, sehingga perlu dilanjutkan pemeriksaan dengan giemsa dan sperm
count.
PEMERIKSAAN JUMLAH SPERMATOZOA/ML

• Prinsip : cairan sperma diencerkan didalam pipet lekosit dengan larutan pengencer
spermiside, kemudian dimasukkan kedala kamar hitung dan jumlah spermozoa dihitung dalam
volume tertentu.
• Bahan : Spermatozoa
• Peralatan: Mikroskop
• Hemasitometer lengkap dengan deck glass nya
• Reagen : reagen pengencer terdiri dari :
- Safranin 1 gram
- Formalin 5 ml 🡪 reagen disaring
- NaH CO3 5 gram
- Aquadest 100 ml
PROSEDUR :

1. Isap cairan sperma yang telah homogen dengan pipet lekosit sampai tanda 1
2 Kemudian isaplah larutan pengencer ( spermicide )
sampai tanda 11 tepat
3 Campur baik-baik, buanglah 3 – 4 tetes cairan yang diujung pipet lekositt tersebut
4 Teteskan setetes campuran sperma keatas kamar
hitung yang telah disiapkan
5 Mulailah menghitung spermatozoa seperti melakukan penghitungan mikroskop. Dihitung jumlah
spermatozoa dalam 16 kotak kemudian hasilnya dikalikan.
100.000 bila dipakai pengencer 10x

200.000 bila dipakai pengencer 20x


Perhitungan :
Volume kotak ( 16 kotak) : 1 x 1 x 0,1 mm3
= 0,1 mm3 panjang 1 mm, lebar = 1 mm,
Tinggi 0,1 mm
Missal: Jumlah spermatozoa dalam
16 kotak = N buah pengencer yang dipakai 10x
Jadi jumlah spermatozoa / mm3 =
10 x 10 x N / mm3
100 N / mm3
Untuk jumlah spermatozoa / ml =
1000 x 100 N / ml
100.000 N / ml.
1 cm3 = 1.000 mm3 ( cm = ml = cc )
1.PEERIKSAAN DIFFERENSIAL ( MORPHOLOGIE )
Untuk mengetahui macam-macam bentuk dari spermatozoa
perlu diadakan pemeriksaan differensial dihitung dalam %
sperma yang didapat dibuat smear kemudian dikeringkan
lalu dicat,
pengecatan sperma terdiri dari :
- Safranin 0,1 % - cristal violet
- Buffer 1 - buffer 2
 
Bentuk – bentuk spermatozoa yang mungkin didapat adalah
sebagai berikut :
- Normal apabila bentuknya bulat oval, lonjong
- Terato apabila bentuknya seperti buah pier tak teratur
- Piri apabila bentuknya seperti buah pier atau gitar
- Lepto apabila bentuknya kecil lonjong bagian atas dan bawah
sama
- Mikro stonggylos apabila bentuknya seperti titik saja
- Imature apabila bentuknya belum sempurna / ekor belum
tebentuk
Untuk membedakan spermatozoa yang mati dengan yang hidup, maka
dilakukan pengecatan khusus yaitu vital selain yang sering dipakai adalah
EOSIN – NEGROSIN.
Cara pengecatan eosin – negrosin :
- 1 tetes sperma + 1 tetes larutan eosin 0,5 % dalam aquadest pada
obyek glass diaduk sampai rata, selama 15 detik dibiarkan.
- Kemudian tambah 2 tetes larutan negrosin 10 % dalam aquadest, diaduk
dan dibuat hapusan lalu dikeringkan diudara..
- Setelah itu dihitung dibawah mikroskop 1000 x dihitung per 100
spermatozoa.
Penilaian: Spermatozoa yang mati akan berwarna putih, dan
sperma yang hidup berwarna merah dengan latar belakang hitam.
CARA PENGECATAN MORPHOLOGIE SPERMATOZOA

- Spermatozoa dibuat hapusan pada obyek glass lalu dikeringkan diudara.


- Difiksasi dengan alkhol selama 5 menit, lalu dikeringkan diudara.
- Lalu dimasukkan dalam safranin 0,1 % dalam aquadest selama 5 menit
- Kemudian dibilas denganbuffer 2 x
- Lalu dimasukkan dalam Kristal violet 0,25 gram % dalam aquadest
selama 5 menit
- Kemudian dibilas dalam air, lalu dikeringkan diudara, setelah itu dilihat
dibawah mikroskop dengan 1.000 x oil immersion

Anda mungkin juga menyukai