• Cara kerja:
- Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya.
- Dalam laporan bau dilaporkan: khas/tidak khas. Dalam keadaan infeksi,
sperma berbau busuk/amis. Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti
klor/ kaporit
Warna sperma
• Semen yang normal memiliki warna putih kelabu, tampak translusen, dan
memiliki bau basi yang khas. Ketika konsentrasi sperma sangat rendah, spesimen
mungkin tampak hampir jernih. Peningkatan kekeruhan putih menunjukkan adanya sel
darah putih (leukosit) dan infeksi di dalam saluran reproduksi. Variasi jumlah warna
merah berhubungan dengan adanya sel darah merah dan bersifat abnormal. Warna
kuning dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi urin, pengumpulan spesimen setelah
abstinensia yang berkepanjangan, dan obat-obatan. Urin bersifat toksik terhadap
sperma, sehingga mempengaruhi evaluasi motilitas.
• Cara kerja:
- Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang warna putih menggunakan penerangan yang cuk
Likuifaksi
• Spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan dan harus mencair
dalam 30 hingga 60 menit setelah penggumpulan. Oleh karena itu, pencatatan waktu
penggumpulan sangat penting untuk mengevaluasi pencairan semen. Kegagalan
likuifaksi yang terjadi dalam waktu 60 menit dapat disebabkan oleh adanya
• kekurangan enzim prostat dan harus dilaporkan. Analisis spesimen tidak dapat dimulai
sampai likuifaksi telah terjadi. Jika setelah 2 jam spesimen tidak mengalami likuifaksi,
volum yang sama dari saline buffer fosfat fisiologis Dulbecco atau enzim proteolitik
seperti alfa-kimotrypsin atau bromelain dapat ditambahkan untuk menginduksi
likuifaksi dan memungkinkan sisanya dari analisis yang akan dilakukan. Tindakan
tersebut dapat mempengaruhi pemeriksaan biokimia, motilitas sperma, dan morfologi
sperma, sehingga penggunaannya harus didokumentasikan. Pengenceran semen dengan
bromelain harus diperhitungkan ketika menghitung konsentrasi sperma. Granula
berbentuk seperti jelly (badan gelatin) dapat ditemukan dalam spesimen semen cair dan
tidak memiliki signifikansi klinis. Untaian mukus, jika ada, dapat mengganggu analisis
semen
Viskositas atau kekentalan
• Viskositas spesimen mengacu pada konsistensi cairan dan mungkin berhubungan
dengan likuifaksi spesimen. Spesimen yang mengalami likuifaksi secara tidak lengkap
bersifat menggumpal dan sangat kental. Spesimen semen yang normal harus mudah
ditarik ke dalam pipet dan membentuk tetesan kecil yang tidak tampak menggumpal
atau berserabut ketika jatuh dari pipet akibat gravitasi. Tetesan yang membentuk
benang lebih panjang dari 2 cm dianggap sangat kental dan dicatat sebagai abnormal.
Derajat 0 (cair) hingga 4 (seperti gel) dapat ditetapkan untuk laporan viskositas.
Viskositas juga dapat dilaporkan sebagai rendah, normal, atau tinggi. Peningkatan
viskositas dan likuefaksi yang tidak sempurna dapat menghambat pemeriksaan
motilitas sperma, konsentrasi sperma, deteksi antibodi antisperma, dan pengukuran
marker biokimiaPemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara:
• a. Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm.
Makin panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya
• b. Cara Pipet Elliason
Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Cara kerja:
- Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
- Tutup bagian atas pipet dengan jari
- Arahkan pipet tegak lurus
- Jalankan stopwatch
- Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan
detik
Analisa sperma secara mikroskopis
• Jumlah sperma per lapang pandang/ perkiraan densitas sperma
• Cara kerja:
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1-3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan
cover glass
- Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang