Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS SEMEN

YOAVITA
Pendahuluan

• Analisis semen adalah pemeriksaan terhadap semen pria,


termasuk sperma yang terkandung di dalamnya.

• Sekitar 40% kasus infertilitas terjadi akibat kelainan pada organ


reproduksi pria
 Analisis semen bisa membantu mengungkapkan adanya
kelainan tersebut atau menyingkirkan infertilitas pada pria.
FISIOLOGI SEMEN
Komposisi Semen

• Semen adalah cairan berwarna putih keabuan, terdiri dari sperma


dan sejumlah cairan dari berbagai organ reproduksi pria.
Spermatozoa 5%
Cairan dari vesika 60-70%, mengandung fruktosa dalam konsentrasi
seminalis tinggi
Cairan dari kelenjar 20-30%, merupakan cairan bersifat asam yang
prostat mengandung fosfatase asam, asam sitrat, zinc, dan
enzim proteolitik
Cairan dari kelenjar 5%, merupakan mukus bersifat basa
bulbouretra

• Bercampurnya masing-masing komponen ini saat ejakulasi


berperan penting dalam produksi semen yang normal.
Produksi Semen

Tubulus Spermatogenesis
seminiferus
Epididimis Maturasi sperma
Duktus Mendorong sperma
deferens masuk ke duktus
ejakulatorius
Vesika Menyediakan nutrisi
seminalis untuk sperma dan cairan
Kelenjar Menyediakan enzim dan
prostat protein untuk koagulasi
dan likuefaksi
Kelenjar Menambahkan mukus
bulbouretra alkali untuk menetralisasi
asam prostat dan
keasaman vagina
Pembentukan Sperma

• Spermatogenesis adalah pembentukan spermatozoa dalam sel-


sel Sertoli yang terdapat di tubulus seminiferus testis.

• Proses yang berlangsung selama ±74 hari ini terjadi dalam


beberapa fase:
Spermatositogenesis Spermatogonia mengalami pembelahan mitotik
dan maturasi menjadi spermatosit
Meiosis Pembelahan sel yang menghasilkan sel gamet
haploid
Spermiogenesis Sel gamet mengembangkan flagel dan mengalami
transformasi dari spermatid menjadi spermatozoon
Pembentukan Sperma
ANALISIS SEMEN
Indikasi

• Analisis semen paling sering dilakukan untuk menilai fertilitas


atau infertilitas pada pria.

• Indikasi lain untuk melakukan analisis semen meliputi:


― Penentuan efektivitas vasektomi
― Evaluasi donor sperma
― Follow-up fertilitas setelah radio- atau kemoterapi kanker
― Kepentingan forensik
Parameter Pemeriksaan

• Semen memiliki 2 atribut utama yang bisa diukur:


― Jumlah total spermatozoa: merefleksikan produksi sperma
oleh kedua testis dan patensi post-testicular duct system
― Volume total cairan: merefleksikan aktivitas sekretorik
kelenjar-kelenjar aksesori

• Analisis semen umumnya terdiri dari pemeriksaan:


Makroskopis • Likuefaksi • Bau
• Viskositas • Volume
• Warna • pH

Mikroskopis • Aglutinasi sperma • Jumlah sperma


• Motilitas sperma • Morfologi sperma
• Vitalitas sperma
Langkah-langkah Pemeriksaan

Analisis semen melibatkan langkah-langkah dibawah ini:

5 menit pertama
Menempatkan wadah spesimen di atas meja atau dalam suatu inkubator
(37oC) untuk likuefaksi

Antara 30 – 60 menit
• Menilai likuefaksi dan warna semen
• Mengukur volume dan pH semen
• Menyiapkan preparat basah untuk penilaian mikroskopik, motilitas sperma,
dan pengenceran yang diperlukan untuk menilai jumlah sperma
• Menilai vitalitas sperma (jika % sel-sel yang motil rendah)
• Membuat apusan semen untuk menilai morfologi sperma
• Membuat pengenceran semen untuk menilai jumlah sperma
• Menilai jumlah sperma
Langkah-langkah Pemeriksaan

Antara 30 – 60 menit
• Melakukan tes mixed antiglobulin reaction (MAR) (jika diperlukan)
• Menilai sel-sel yang positif-peroksidase, jika terdapat round cell
• Menyiapkan spermatozoa untuk tes immunobead (jika diperlukan)
• Menyentrifugasi semen (jika hendak melakukan pemeriksaan biokimia)

Dalam 3 jam
Mengirimkan sampel ke laboratorium mikrobiologi (jika diperlukan)

Setelah 4 jam
Melakukan fiksasi, mewarnai, dan menilai apusan untuk morfologi sperma

Kemudian pada hari yang sama (atau hari berikutnya jika sampel dibekukan)
• Memeriksa petanda kelenjar aksesoris (jika diperlukan)
• Melakukan tes immunobead indirek (jika diperlukan)
Pengumpulan Sampel

Persiapan

• Sampel harus dikumpulkan dalam sebuah ruang tertutup di dekat


laboratorium untuk membatasi paparan semen terhadap
fluktuasi suhu dan mengendalikan waktu antara pengumpulan
dan analisis.

• Sampel harus dikumpulkan setelah minimal 2 hari dan maksimal 7


hari melakukan abstinensi seksual. Jika sampel tambahan
diperlukan, jumlah hari abstinensi seksual harus sebisa mungkin
sama pada setiap kunjungan.
Pengumpulan Sampel

Persiapan

• Pasien harus mendapatkan instruksi tertulis dan lisan yang jelas


mengenai cara pengumpulan sampel semen. Perlu ditekankan
bahwa sampel yang dikumpulkan harus lengkap dan pasien harus
melaporkan jika ada semen yang tumpah.

• Formulir pelaporan harus mencantumkan informasi dibawah ini:


nama pasien, tanggal lahir dan nomor pasien, periode abstinensi,
tanggal dan jam pengumpulan sampel, kelengkapan sampel,
kesulitan sewaktu mengumpulkan sampel, dan jangka waktu
antara pengumpulan dan analisis sampel.
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel untuk keperluan diagnostik atau penelitian

• Sampel harus diperoleh melalui masturbasi dan diejakulasikan ke


dalam wadah bersih bermulut lebar yang terbuat dari kaca atau
plastik dan non-toksik terhadap spermatozoa.

• Wadah harus disimpan dalam suhu antara 20oC – 37oC, untuk


menghindari perubahan besar pada suhu yang bisa
mempengaruhi spermatozoa. Wadah harus diberi label yang
berisi nama pasien, nomor identifikasi pasien, tanggal dan jam
pengumpulan.
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel untuk keperluan diagnostik atau penelitian

• Wadah diletakkan pada meja atau dalam sebuah inkubator


bersuhu 37oC sementara semen mengalami likuefaksi.

• Cantumkan pada laporan jika sampel tidak lengkap, terutama jika


sampel awal yang kaya akan sperma tumpah. Jika tidak lengkap,
sampel kedua harus dikumpulkan setelah abstinensi 2 – 7 hari.
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel steril

Keperluan Cara pengumpulan sama seperti pada keperluan diagnostik,


inseminasi tetapi wadah spesimen, ujung pipet, dan pipet untuk
buatan mencampur semen harus steril

Keperluan Kontaminasi non-semen harus dihindari. Wadah spesimen,


analisis ujung pipet, dan pipet untuk mencampur semen harus steril
mikrobiologi
Pasien harus:
• Berkemih
• Mencuci tangan dan penis dengan sabun
• Membilas sabun
• Mengeringkan tangan dan penis dengan handuk sekali pakai
• Melakukan ejakulasi ke dalam wadah steril
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel steril


Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel di rumah

• Sampel bisa dikumpulkan di rumah pada situasi khusus, seperti


ketidakmampuan untuk menghasilkan sampel melalui masturbasi
di klinik atau kurangnya fasilitas memadai di dekat laboratorium.

• Pasien harus mendapatkan instruksi tertulis dan lisan yang jelas


mengenai cara pengumpulan dan transportasi sampel. Perlu
ditekankan bahwa sampel yang dikumpulkan harus lengkap dan
pasien harus melaporkan jika ada semen yang tumpah.
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel di rumah

• Pasien harus mendapatkan wadah yang sudah diukur beratnya


dan diberi label berisi nama dan nomor indentifikasi pasien.

• Pasien harus mencatat jam pengumpulan semen dan


mengantarkan sampel ke laboratorium dalam waktu 1 jam
setelah diperoleh (suhu selama transportasi sampel harus berada
diantara 20oC dan 37oC).

• Laporan harus mencantumkan lokasi pengumpulan sampel (di


rumah atau di lokasi lain di luar laboratorium).
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel menggunakan kondom

• Sampel bisa dikumpulkan dalam sebuah kondom selama


senggama, tetapi hanya dalam situasi tertentu, seperti
ketidakmampuan menghasilkan sampel melalui masturbasi.

• Hanya kondom non-toksik yang dirancang khusus untuk


pengumpulan semen yang boleh digunakan.

• Pasien harus diberi instruksi dari pabrik pembuat kondom


tersebut mengenai cara mengunakan dan menutup kondom dan
cara mengirimkan kondom tersebut ke laboratorium.
Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel menggunakan kondom

• Pasien harus mencatat jam pengumpulan semen dan


mengantarkan sampel ke laboratorium dalam waktu 1 jam
setelah diperoleh (suhu selama transportasi sampel harus berada
diantara 20oC dan 37oC).

• Laporan harus mencantumkan informasi bahwa sampel


dikumpulkan dengan kondom khusus selama senggama di rumah
atau di lokasi lain di luar laboratorium.
PEMERIKSAAN
MAKROSKOPIS SEMEN
Likuefaksi

• Semen yang baru saja diejakulasikan ke dalam wadah akan


tampak sebagai massa koagulasi semi-solid.

• Setelah beberapa menit di suhu ruang, semen biasanya akan


mulai mencair, dan bisa terlihat gumpalan-gumpalan kecil
didalamnya.

• Seiring dengan berlanjutnya likuefaksi, semen menjadi semakin


homogen dan encer, dan pada akhirnya jumlah gumpalan
semakin sedikit.
Likuefaksi

• Likuefaksi merujuk pada proses mencairnya gel yang dibentuk


oleh protein-protein dari organ reproduksi pria dalam semen
 Masa likuefaksi yang panjang bisa disebabkan oleh gangguan
pada organ reproduksi (kelenjar prostat/vesika seminalis)

• Sampel umumnya mulai mencair dalam waktu 15 menit pada


suhu ruang, dan jarang mencapai ≥60 menit.

• Likuefaksi bisa dilihat secara makroskopis atau mikroskopis.


Seiring dengan mencairnya semen, spermatozoa akan bergerak.
Jika pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya spermatozoa
yang tidak bergerak, proses likuefaksi perlu dilanjutkan.
Likuefaksi

• Selama likuefaksi, pencampuran sampel secara perlahan dan


terus-menerus atau rotasi wadah sampel (pada suhu ruangan
atau dalam inkubator bersuhu 37oC) bisa membantu
homogenisasi sampel.

• Jika likuefaksi tidak terjadi dalam 30 menit, tunggu lagi selama 30


menit sebelum melanjutkan analisis semen. Jika likuefaksi belum
terjadi dalam 60 menit (delayed liquefaction), bisa dilakukan
mechanical mixing atau digesti enzimatik.
Likuefaksi

Cara kerja (delayed liquefaction):


― Mechanical mixing
1. Tambahkan medium fisiologis (Dulbecco’s phosphate-
buffered saline) dalam volume yang sama ke dalam sampel
2. Aspirasi dan dispensi campuran tersebut (6-10x) dengan
pipet atau jarum 18G/19G yang dipasangkan pada spuit
― Digesti enzimatik (dengan enzim proteolitik bromelain)
1. Siapkan 10 IU/mL bromelain dalam Dulbecco’s phosphate-
buffered saline
2. Encerkan semen 1+1 (1:2) dengan 10 IU/mL bromelain lalu
aduk dengan ujung pipet  inkubasi 10 menit (37oC)
Viskositas

• Viskositas merujuk pada konsistensi cairan dan bisa berkaitan


dengan likuefaksi sampel.
― Viskositas tinggi  likuefaksi yang tidak lengkap, infeksi
organ reproduksi, atau adanya antibodi anti-sperma
― Viskositas rendah  kandungan sel-sel/sperma yang rendah

• Viskositas yang tinggi bisa mengganggu penentuan motilitas


sperma, jumlah sperma, deteksi spermatozoa berlapis-antibodi,
dan pengukuran petanda biokimia.

• Metode untuk mengurangi viskositas semen serupa dengan


metode untuk delayed liquefaction.
Viskositas

Cara kerja:
― Menggunakan pipet plastik
1. Aspirasi sampel dengan pipet
2. Biarkan sampel keluar dari pipet oleh gaya gravitasi dan
amati panjang benang cairan yang terbentuk
― Menggunakan batang pengaduk kaca
1. Masukkan batang pengaduk ke dalam sampel
2. Angkat batang pengaduk dan amati panjang benang cairan
yang terbentuk
Viskositas

Normal

Nilai referensi: panjang benang cairan


≤2 cm atau cairan keluar dari pepet
setetes demi setetes Abnormal
Normal
Warna

• Sampel semen normal yang sudah mengalami likuefaksi


menunjukkan warna putih keabu-abuan yang homogen.
― Merah/coklat  mengandung darah
― Kuning muda  abstinensi seksual yang lama
― Kuning tua/gelap  kontaminasi urine, jaundice atau obat-
obatan

• Sampel yang sangat keruh biasanya mengandung leukosit dan


mungkin mengindikasikan adanya infeksi/inflamasi pada organ
reproduksi.
Warna

Normal Abnormal
Bau

• Semen yang normal biasanya memiiki bau seperti bau klorin atau
pemutih karena mengandung amonia dan alkaloid lainnya.

• Semen yang berbau amis atau busuk menunjukkan adanya


kelainan  infeksi kelenjar prostat atau organ reproduksi lainnya.
Volume

• Pengukuran volume semen yang tepat sangat penting dalam


analisis semen karena memungkinkan penghitungan jumlah total
spermatozoa dan sel-sel non-sperma yang akurat.
― Volume tinggi  inflamasi aktif kelenjar aksesori
― Volume rendah  obstruksi duktus ejakulatorius, absennya
vas deferens bilateral kongenital, sampel yang tumpah pada
saat pengumpulan, ejakulasi retrograd sebagian,

• Pengukuran volume dengan mengaspirasi sampel dari wadahnya


ke dalam pipet/spuit atau meneteskan sampel ke dalam gelas
ukur tidak dianjurkan, karena bisa terjadi kehilangan volume
sebesar 0,3 – 0,9 mL.
Volume

Cara kerja:
― Pengukuran berat sampel dalam wadah pengumpulan
1. Kumpulkan sampel dalam wadah bersih, sekali pakai yang
telah ditimbang beratnya
2. Timbang wadah yang sudah berisi sampel
3. Berat yang diperoleh – berat wadah
4. Hitung volume berdasarkan berat sampel: anggap densitas
semen 1 g/mL (densitas semen bervariasi antara 1,043 –
1,102 g/mL)
Volume

• Cara kerja:
― Pengukuran secara
langsung dengan
menggumpulkan sampel
langsung ke dalam gelas
ukur bermulut lebar
(akurasi 0,1 mL).

• Nilai referensi:
batas bawah = 1,5 mL.
pH

• pH semen mencerminkan keseimbangan antara nilai pH berbagai


cairan yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar aksesori.
― pH yang tinggi  infeksi organ reproduksi
― pH yang rendah  peningkatan cairan dari kelenjar prostat

• pH harus diukur setelah likuefaksi, biasanya setelah 30 menit,


tetapi bisa juga dalam waktu 1 jam pasca-ejakulasi, karena
dipengaruhi oleh hilangnya CO2.
pH

• Cara kerja:
― Sampel normal (kertas pH dengan rentang 6 – 10)
1. Campur sampel semen dengan baik
2. Sebarkan satu tetes semen secara merata pada kertas pH
3. Tunggu hingga warna kertas pH yang telah ditetesi semen
menjadi seragam
4. Bandingkan warna tersebut dengan strip kalibrasi untuk
mengetahui Ph
― Sampel kental (pH meter)

• Nilai referensi: batas bawah = 7,2


pH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai