Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

A. Syarat-syarat Cairan Sperma Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi dan Sitologi

Pemeriksaan sperma dilakukan melalui analisis laboratorium terhadap sampel sperma


yang telah diambil. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan menganalisis beberapa hal,
antara lain jumlah, struktur atau bentuk, pergerakan, tingkat keasaman (pH),
volume, warna, dan kekentalan sperma.

1. Tujuan dan Indikasi Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa hal, yaitu:


 Tingkat Kesuburan Pria
Pemeriksaan sperma dilakukan terhadap pria atau pasangan yang diduga
memiliki masalah kesuburan. Tes ini umumnya dilakukan pada pasangan yang
telah menjalani program hamil selama 12 bulan tetapi tidak kunjung
mendapatkan hasil.
 Keberhasilan Vasektomi
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang baru menjalani vasektomi, untuk
memastikan tidak ada sperma yang terkandung di dalam semen (air mani).
Pemeriksaan sperma biasanya dilakukan 1 bulan sekali dalam 3 bulan pada
pria yang telah menjalani vasektomi.
 Diagnosis sindrom Klinefelter
Pemeriksaan sperma dilakukan untuk mendiagnosis salah satu penyakit,
yaitu sindrom Klinefelter. Sindrom Klinefelter sendiri adalah kelainan genetik
pada pria yang memiliki ekstra kromosom-X. Kondisi ini ditandai
dengan infertilitas atau kemandulan.

2. Sebelum Pemeriksaan Sperma


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh pasien sebelum
menjalani pemeriksaan sperma, yaitu:

 Hindari ejakulasi selama 1–3 hari sebelum menjalani pemeriksaan.


 Hentikan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol selama 2–5 hari
sebelum menjalani pemeriksaan.
 Hentikan konsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan jumlah sperma,
seperti cimetidine, spironolactone, nifedipine, atau colchicine, serta produk herbal,
seperti echinacea dan John’s wort.
 Hindari penggunaan pelumas atau kondom yang mengandung bahan pembunuh
sperma (spermisida).

3. Prosedur Pemeriksaan Sperma


Salah satu cara untuk mengumpulkan sampel sperma adalah dengan masturbasi.
Klinik atau rumah sakit umumnya menyediakan ruangan khusus bagi pasien untuk
mengambil sampel sperma serta wadah penampung khusus untuk sperma. Beberapa
langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan sperma adalah:

 Bersihkan tangan dan penis dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan.
 Bukalah tutup wadah dan pastikan wadah sampel bersih, kering, dan steril.
 Posisikan wadah sampel ketika hendak ejakulasi sehingga sperma dapat masuk ke
dalam wadah. Penting untuk diingat, jangan memasukkan sperma yang tumpah ke
dalam wadah.
 Segera tutup wadah hingga rapat setelah sperma berhasil dikumpulkan.
 Beri nama, tanggal, dan waktu pengambilan sampel pada wadah.

Sampel sperma harus disimpan sesuai suhu tubuh. Jika suhu tempat sampel sperma disimpan
terlalu hangat atau dingin, hasil pemeriksaan bisa saja menjadi kurang akurat.

Sampel sperma harus segera dibawa ke laboratorium dalam jangka waktu 30–60 menit
setelah sperma diambil. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan sampel sperma yang baik
dan hasil tes yang akurat.

Jika pasien memiliki gangguan kesuburan yang mengakibatkan sedikit atau tidak adanya
sperma yang keluar ketika ejakulasi, dokter dapat mengambil sampel sperma melalui
prosedur bedah, seperti microsurgical epididymal sperm aspiration (MESA), atau testicular
sperm aspiration (TESA).

4. Hasil Pemeriksaan Sperma


Hasil pemeriksaan sperma biasanya dapat diterima oleh pasien dalam jangka waktu
24 jam hingga 1 minggu, tergantung laboratorium klinik atau rumah sakit tempat
pasien menjalani pemeriksaan. Pemeriksaan sperma dapat menunjukkan dua hasil,
yaitu normal dan abnormal.

Hasil tes normal


Hasil pemeriksaan sperma dikatakan normal jika:

 Jumlah sperma: 20 juta hingga lebih dari 200 juta per mililiter (mL)
 Bentuk sperma: lebih dari 50% sperma memiliki bentuk normal
 Pergerakan sperma: setidaknya 40%–50% sperma bergerak secara normal 1 jam
setelah ejakulasi dan skala pergerakan sperma 3 atau 4
 Tingkat keasaman (pH): 7,2–7,8
 Volume: 1,5-5 mL
 Warna sperma: putih hingga abu-abu
 Waktu mencair: 15–30 menit

Hasil tes abnormal

Sementara hasil pemeriksaan sperma dikatakan tidak normal jika:

 Jumlah sperma: kurang dari 20 juta/mL


 Bentuk sperma: ditemukan kelainan di kepala, bagian tengah, atau ekor sperma
 Pergerakan sperma: kurang dari 50% sperma tidak bergerak normal 1 jam setelah
ejakulasi dan skala pergerakan sperma 0, berarti sperma tidak bergerak
 Tingkat keasaman (pH): pH kurang dari 7 menunjukkan sampel sperma telah
terkontaminasi atau saluran ejakulasi tersumbat, sedangkan pH lebih dari 8
menunjukkan pasien memiliki risiko infeksi
 Volume: kurang dari 1,5 mL dapat menunjukkan jumlah sperma rendah, sedangkan
jika lebih dari 5 mL menunjukkan sperma terlalu encer
 Warna sperma: warna merah atau cokelat dapat menunjukkan adanya darah dalam
sperma, sedangkan sperma yang berwarna kuning bisa menunjukkan risiko penyakit
kuning atau efek samping obat
 Waktu mencair: tidak mencair dalam waktu 15–30 menit
B. Prosedur Pengumpulan Spesimen Cairan Sperma yang Benar Untuk
Pemeriksaan Mikrobiologi dan Sitologi

Teknik standar analisis semen atau tes sperma adalah pengambilan sampel semen
melalui masturbasi setelah pasien menjalani 2–7 hari abstinence. Jika masturbasi tidak
memungkinkan, pengambilan sampel dapat dilakukan saat koitus menggunakan kondom
khusus.

1. Persiapan Pasien
Sebelum pengambilan sampel, pasien diinstruksikan untuk
menjalani abstinence selama 2–7 hari. Jika membutuhkan lebih dari satu sampel,
waktu abstinence sebelum pengambilan setiap sampel harus selalu sama. Pasien
diinstruksikan untuk mengambil sampel dengan masturbasi/koitus di ruang tertutup yang
tidak jauh dari laboratorium. Hal tersebut dilakukan untuk mempersingkat waktu antara
pengambilan sampel dan pemeriksaan.
Seluruh sampel dari permulaan hingga akhir ejakulasi harus ditampung. Pasien harus
melaporkan jika ada bagian sampel yang tumpah/hilang atau bila ada kesulitan dalam
pengambilan sampel. Sampel harus diterima laboratorium paling lambat 1 jam setelah
pengambilannya.

Jika tujuan analisis semen adalah untuk pemeriksaan mikrobiologis, ada beberapa langkah
tambahan yang perlu dilakukan pasien untuk menghindari kontaminasi, yakni:

 Buang air kecil terlebih dahulu


 Cuci tangan dan penis menggunakan sabun untuk mengurangi risiko kontaminasi
sampel oleh organisme komensal pada kulit
 Bilas hingga bersih
 Keringkan tangan dan penis menggunakan handuk sekali pakai
 Ejakulasikan sampel ke wadah steril

2. Peralatan
Peralatan yang perlu dipersiapkan sebelum pengambilan sampel untuk analisis sperma
adalah wadah kaca atau plastik bersih bermulut lebar, yang terbuat dari bahan yang nontoksik
terhadap sperma. Wadah tidak harus steril, kecuali pada analisis semen yang ditujukan untuk
pemeriksaan mikrobiologis. Kondom khusus yang tidak mengandung lubrikan spermisidal
juga dibutuhkan jika pengambilan sampel dilakukan dengan cara koitus.

3. Posisi Pasien
Pasien dapat melakukan pengambilan sampel dengan posisi senyaman mungkin bagi
dirinya. Tidak ada posisi tertentu untuk melakukan pengambilan sampel semen.

4. Prosedural
Spesimen dikumpulkan setelah periode abstinensia seksual minimal 2 hari hingga tidak
lebih dari 7 hari. Spesimen yang dikumpulkan setelah abstinensia yang berkepanjangan
cenderung memiliki volum yang lebih tinggi dan penurunan motilitas. Ketika melakukan
pemeriksaan fertilitas, World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa dua
atau tiga sampel dikumpulkan secara terpisah dengan jarak waktu tidak kurang dari 7 hari
atau lebih dari 3 minggu, dengan adanya dua sampel abnormal dianggap signifikan.
Laboratorium harus menyediakan gelas steril atau wadah plastik yang hangat untuk pasien.
Kapan pun memungkinkan, spesimen dikumpulkan di ruangan yang disediakan oleh
laboratorium. Namun, jika hal tersebut tidak memungkinkan, spesimen harus disimpan pada
suhu kamar dan dikirimkan ke laboratorium dalam waktu 1 jam pengumpulan. Petugas
laboratorium harus mencatat nama pasien dan tanggal lahir, periode abstinensia seksual,
kelengkapan sampel, kesulitan pengumpulan, dan waktu pengambilan spesimen serta tanda
penerimaan spesimen. Spesimen yang tidak langsung dianalisis harus disimpan pada suhu
37°C. Spesimen harus dikumpulkan dengan masturbasi. Jika hal ini tidak mungkin, hanya
kondom non lubrikasi atau kondom poliuretan yang harus digunakan. Kondom biasa tidak
dapat diterima karena mengandung spermisida (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014, Sarhar S.
2011).

Adanya variasi komposisi fraksi pada semen mendorong pengumpulan yang tepat dari
spesimen lengkap penting untuk evaluasi secara akurat pada fertilitas pria. Sebagian besar
sperma yang terkandung di bagian pertama ejakulasi penting untuk dikumpulkan secara
lengkap guna pemeriksaan spesimen fertilitas dan post vasektomi secara akurat. Ketika
sperma dari bagian pertama ejakulasi tidak ada, jumlah sperma akan menurun, pH meningkat
secara palsu, dan spesimen tidak akan cair. Ketika bagian terakhir dari ejakulasi tidak ada,
volume semen akan menurun, jumlah sperma meningkat secara palsu, pH menurun secara
palsu, dan spesimen tidak akan membeku. Pasien harus menerima instruksi secara terperinci
untuk pengambilan spesimen (Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014)

C. Tenik Pengelolaan Spesimen Cairam Sperma yang Benar

Secara komersial sangatlah penting untuk mendapatkan sperma yang berasal dari
pejantan yang benar-benar unggul dalam jumlah yang banyak. Hal ini mendorong upaya
untuk melakukan studi yang intensif pada tingkah laku seksual, spermatogenesis, faktorfaktor
yang mempengaruhi fungsi testis dan epididimis serta cara koleksi semen. Metode evaluasi
sperma secara elektronik seperti computer-assisted sperm analysis (CASA) termasuk
penggunaan teknologi pewarnaan DNA (Tardif et al., 1998) mulai diterapkan untuk
menghasilkan evaluasi yang lebih valid terhadap potensi sperma sebagai sumber gamet
jantan.

Selanjutnya, penelitian diarahkan ke teknologi penyimpanan semen untuk keperluan


jangka pendek maupun jangka panjang. Langkah ini diawali dengan perbanyakan volume
semen dan penyimpanan baik penyimpanan jangka pendek (suhu 4-5oC) dalam bentuk cair
maupun penyimpanan jangka panjang (suhu -196 oC) dalam bentuk beku.

Kegiatan pembekuan semen meliputi pemilihan pengencer yang tepat, teknik


pendinginan, pembekuan dan thawing. Semua kegiatan tersebut diarahkan ke upaya untuk
mempertahankan motilitas dan viabilitas sperma selama penyimpanan sehingga pada saat IB
dilakukan sperma masih mempunyai kemampuan untuk membuahi sel telur dengan baik.
Bidang kriobiologi menjadi sangat berguna dengan ditemukannya bahan krioprotektan
gliserol yang sangat efektif melindungi sperma selama proses pembekuan.

Anda mungkin juga menyukai