Anda di halaman 1dari 4

Kaidah yang mengatur tata cara penulisan terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia (PUEBI) yang dimunculkan oleh Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015.


Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) terdiri dari 4 bab, yaitu
pemakaian atau penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penggunaan tanda baca. Kesalahan-kesalahan yang sering muncul biasanya
berstruktur penggunaan ejaan yang kurang tepat atau bahkan salah.
Suatu tulisan tidak akan bermakna dan bisa juga mengandung arti ganda
jika tidak dibarengi dengan penggunaan ejaan yang baik dan benar, sesuai PUEBI.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia merupakan pedoman yang mengatur tata
cara dalam menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar, salah satunya
penggunaan tanda baca. Penggunaan tanda baca dalam sebuah tulisan dapat
membantu pembaca untuk memahami makna atau pesan yang disampaikan oleh
penulis agar pembaca tidak salah paham dalam memahami makna sebuah tulisan.
Bayangkan bila sebuah tulisan tidak menggunakan tanda baca, mungkin pembaca
akan merasa bingung dan kesulitan karena tanda baca dalam sebuah tulisan itu
berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami sebuah tulisan.

1. Pengertian Tanda Baca


Salah satu hal yang sering diabaikan oleh seseorang dalam menulis adalah
penggunaan tanda baca padahal tanda baca dalam sebuah tulisan itu berfungsi
untuk membantu kita dalam memahami isi tulisan. Penggunaan tanda baca yang
benar terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
ditetapkan oleh Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015.
Tanda baca adalah tanda yang digunakan dalam sistem ejaan dan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari sebuah tulisan. Jika sebuah tulisan tidak menggunakan
tanda baca maka seseorang mungkin saja kurang paham dengan isi bacaan
tersebut karena tanda baca berfungsi untuk menuntun pembaca dalam memahami
isi dari sebuah tulisan. Tidak seperti ketika berbicara, lawan bicara dapat memahami
maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan intonasi,
gerak tubuh, atau unsur-unsur nonbahasa lainnya. Selain itu, lawan bicara dapat
bertanya langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya, hal ini
tidak terjadi dalam interaksi penulis—pembaca. Oleh karena itu, seorang penulis
perlu menggunakan dan menguasai penggunaan tanda baca sebagai jembatan yang
dapat mewakili maksud dan pikirannya. tanda baca adalah unsur
yang penting dalam bahasa tulis, di mana tanda baca dapat membantu pembaca
untuk dapat memahami jalan pikiran penulisnya. Alangkah sulitnya bila harus
memahami suatu tulisan yang tidak dilengkapi dengan tanda baca.
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat
diamati sewaktu pembacaan dengan aturan tanda baca berbeda antarbahasa,
lokasi, waktu, dan terus berkembang.Tanda baca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan
tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan
sebagainya). Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanda baca adalah tanda atau simbol
yang penting dalam sebuah bahasa tulis karena dapat membantu pembaca untuk
memahami isi atau makna sebuah tulisan. Tanda baca dapat membantu pembaca untuk
memahami sebuah tulisan karena tanda baca mempunyai makna tersendiri
berdasarkan bentuknya masing-masing.

Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di media massa mencakup beberapa hal, yaitu
ejaan, bentuk dan pilihan kata, serta struktur kalimat. Ejaan berkaitan dengan tata tulis yang
meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan
pemakaian tanda baca (Sriyanto, 2016: 6). Wujud kesalahan ejaan meliputi huruf kapital,
huruf miring, singkatan dan akronim, kata depan, gabungan kata, penulisan angka dan
bilangan, penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda pisah, tanda titik dua, dan tanda titik
koma.

Kesalahan penggunaan huruf kapital banyak terdapat pada persoalan nama diri.
Masih banyak pengguna bahasa yang keliru dalam menentukan nama diri atau bukan nama
diri. Dalam KBBI nama diri berarti ‘nama yang dipakai untuk menyebut diri seseorang,
benda, tempat tertentu, dan sebagainya’. Dengan kata lain, nama diri dapat dinyatakan
bahwa sudah pasti atau satu-satunya atau tidak ada yang lain (Sriyanto, 2019: 20). Contoh
kesalahan nama diri tampak pada penulisan jenjang pendidikan dengan huruf awal
kapital .Penulisan Sekolah Teknologi, Pondok Pesantren, Rumah Sakit, Puskesmas, poliklinik,
dan Pusat Kesehatan yang menggunakan huruf awal kapital seharusnya menggunakan huruf
kecil, yaitu menjadi sekolah teknologi, pondok pesantren, rumah sakit, puskesmas,
poliklinik, dan pusat kesehatan. Hal itu disebabkan bukan nama diri. Kasus penggunaan
huruf kapital juga terlihat pada penulisan nama profesi, yaitu Menjadi Asisten Perawat.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia huruf kapital dipakai huruf pertama gelar
akademik yang diikuti oleh nama orang. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama
gelar profesi yang dipakai sebagai sapaan. Dalam kasus Menjadi Asisten Perawat, gelar
profesi itu tidak digunaan sebagai sapaan sehingga menggunakan hurud kecil sehingga
menjadi asisten perawat.

Kasus ejaan lain terdapat pada penggunaan huruf miring. Huruf miring dipakai untuk
istilah asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Berikut contoh kesalahan penggunaan
huruf miring, Wifi’ dan ‘Hotspot’, ‘Greenhouse’, ‘Five menutes with qur’an before begining
the learning activities’, ‘workshop’, dan ‘marching band’. Istilah itu seharusnya mengunakan
huruf miring sehingga menjadi wifi, hotspot, greenhouse, five minutes with qur’an before
begining the learning activities, workshop, dan marching band. Namun, jika istilah itu sudah
ada padanannya dalam bahasa Indonesia, sebaiknya digunakan istilah yang dalam bahasa
Indonesia.

Kasus ejaan yang juga sering muncul adalah penulisan singkatan dan akronim. Pada
contoh kalimat berikut Terwujudnya manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, sehat, mandiri, menguasai IPTEK yang memiliki etos kerja tinggi dan berdisiplin
terdapat kesalahan penulisan akronim, yaitu IPTEK. Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Akronim IPTEK seharusnya ditulis dengan
huruf kecil sehingga menjadi iptek. Penulisan singkatan yang sering salah adalah singkatan
nama dan gelar. Singkatan gelar diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Pada Arifin Syafi’ie, S.Pd seharusnya diganti dengan Arifin Syafi’ie, S.Pd.

Penulisan kata depan juga masih menjadi kendala karena masih banyak kesalahan
yang muncul. Hal itu tampak pada contoh kata depan di disekolah dan Oleh karena itu,
penulisan kata depan tersebut dapat diubah menjadi di sekolah dan di bidang.

Penulisan gabungan kata juga masih banyak kesalahan. Kesalahan itu terjadi ketika
ditulis dalam gabungan kata dalam bentuk dasar dan gabungan kata yang juga mendapat
awalan dan akhiran. Jika tidak mendapat awalan dan akhiran dan hanya mendapat awalan
atau akhiran, gabungan kata ditulis terpisah. Sementara itu, jika mendapat awalan dan
akhiran sekalius, gabungan kata ditulis serangkai. Kasus gabungan kata terdapat dalam
kalimat berikut Bagi siswa yang ingin ke Perguruan Tinggi lain, SMA Muhammadiyah telah
menjalin kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi dan Lembaga Pelatihan
Keterampilan baik negeri mau pun swasta di seluruh Indonesia”. Gabungan kata kerjasama
sebaiknya ditulis terpisah sehingga menjadi kerja sama.

Kesalahan penulisan angka dan bilangan tampak pada penulisan berikut Jurusan
Teknologi Rp. 1.500.000,- (Satu Juta lima ratus Ribu Rupiah) dapat dicicil s.d Juni 2014.
Penulisan angka rupiah Rp. 1.500.000,- kurang tepat seharusnya singkatan rupiah tidak
diikuti tanda titik, tidak ada spasi antara singkatan rupiah dan angka, dan tidak dibubuhkan
tanda hubung di akhir sehingga menjadi Rp1.500.000,00. Menurut Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Oleh karena itu, dalam informasi biaya
sekolah sebaiknya bilangan ditulis dalam angka saja.
Daftar Pustaka
oleh SA Abdullah · 2021 http://repositori.uin-alauddin.ac.id/18841/1/Silviana%20Anugrah
%20Abd.-FTK.pdf#
2020.http://balaibahasakalsel.kemdikbud.go.id/2020/09/25/penggunaan-bahasa-indonesia-
di-media-massa/

Anda mungkin juga menyukai