Anda di halaman 1dari 13

STANDAR WHO 2010

PEMERIKSAAN SPERMATOZOA
MANUSIA
Referensi:
WHO laboratory manual for the Examination and processing of human semen fifth edition, 2010.
William’s Gynecology 2008.
Sarwono, Ilmu kandungan, 2009
https://sandurezu.wordpress.com/2013/09/01/pemeriksaan-infertilitas-analisis-semen/
1. Penampungan Sampel
 Persiapan
 Penampungan air mani sebaiknya dilakukan di ruangan privat
dekat laboratorium, agar mengurangi paparan semen terhadap
perubahan suhu dan untuk mengontrol waktu antara penampungan
dan analisis. Jika pasien menampung di rumah, maka harus dikirim
ke laboratorium segera dalam waktu kurang dari 1 jam, dan dalam
suhu 20-37 C.
 Sampel ditampung setelah abstinensia seksual (tidak
mengeluarkan sperma) minimal 2 hari dan maksimal 7 hari.
 Informasi biodata pasien harus lengkap: nama, tempat tanggal
lahir, waktu pengumpulan, dan sebagainya.
1. Penampungan Sampel
 Penampungan Semen
 Air mani ditampung dengan jalan masturbasi dan diejakulasikan
langsung ke dalam botol gelas bersih dan steril yang bermulut
lebar, terbuat dari kaca ataupun plastik yang telah dikonfirmasi
tidak toksik terhadap spermatozoa.
 Botol spesimen sebelumnya dijaga dalam suhu lingkungan antara
20 C dan 37 C untuk mencegah perubahan suhu yang besar yang
dapat mempengaruhi spermatozoa setelah diejakulasikan ke
dalamnya. Kontainer harus dilabel dengan biodata pasien.
 Botol spesimen diletakkan di tempatnya atau dalam inkubator (37
C) selama semen berlikuefaksi
1. Penampungan Sampel
 Analisis Mikrobiologi
 Kontaminasi dari sumber yang berasal dari luar semen (seperti
organisme komensal dari kulit) harus dihindari. Selain alat
kontainer spesimen harus steril, pasien harus: buang air kecil
terlebih dahulu, mencuci tangan dan penis dengan sabun, mencuci
bersih sabun yang masih menempel, mengeringkan tangan dan
penis dengan handuk, lalu ejakulasikan air mani ke kontainer
steril.
 Catatan: Waktu antara pengambilan sampel semen dengan mulai
pemeriksaan di laboratorium tidak lebih dari 3 jam.
2. Karakteristik Air Mani
 Koagulasi & Likuefaksi
 WHO 2010: Normal –> waktu likuefaksi: 15 – 60
menit. Jika > 60 menit masih tidak berlikuefaksi,
maka dikatakan memanjang (delayed liquefaction).

 Koagulasi adalah proses perubahan air mani yang sebelumnya dalam bentuk cair menjadi
berbentuk “agar” atau koagulum dengan segera, sedangkan likuefaksi adalah perubahan air
mani menjadi cairan yang agak pekat/ tipis dalam 5 – 20 menit agar memungkinkan
spermatozoa bergerak dengan leluasa
2. Karakteristik Air Mani
 Viskositas
 WHO 2010: Normal –> viskositas semen < 2 cm
 Normalnya sampel menetes dalam tetesan yang kecil, jika viskositasnya abnormal, tetesannya akan membentuk
benang leb

 Rupa & Bau


 WHO 2010: Normal –> warna semen putih-keabu-abuan (grey-
opalescent) homogen,

 Volume
 WHO 2010: Normal –> volume semen > 1,5 ml

Setelah abstinensia selama 3 hari, volume air mani berkisar antara 2,0 – 5,0 ml.  
2. Karakteristik Air Mani
 pH
 WHO 2010: Normal –>  pH semen > 7,2
 Air mani yang baru diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3 – 7,7

 Fruktosa
 WHO 2010: Normal –> fruktosa > 13 mikromol/
ejakulasi
 
3. Pemeriksaan Mikroskopis
 Pemeriksaan Awal Mikroskopis
 WHO 2010: Normal –> aglutinasi (-), leukosit < 1
juta/ml, immature germ cell (-)

 Pemeriksaan awal secara mikroskopis memakai mikroskop dengan pembesaran total 100x.
Yang dinilai dari pemeriksaan awal antara lain:
 Aglutinasi, yakni terikatnya spermatozoa motil satu sama lain, baik kepala dengan kepala,
ekor dengan ekor atau lain sebagainya. Hal ini akan menyebabkan gerakan spermatozoa
yang kacau, tapi kadang-kadang spermatozoa terlalu teraglutinasi sehingga gerakannya
terbatas.
 keberadaan sel-sel selain spermatozoa: seperti sel-sel epitel, leukosit, immature
germ cell, dan potongan-potongan kepala atau ekor sperma yang terpisah

 
3. Pemeriksaan Mikroskopis
 Motilitas Spermatozoa
 WHO 2010: Normal:
 Progressive motility (PR) > 32%
 Total motility > 40%

 Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran
besar, dalam kecepatan apapun.
 Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria
progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/ flagel yang sulit menggerakkan
kepala, atau hanya ekor saja yang bergerak.
 Immotility (IM): tidak bergerak sama sekal
3. Pemeriksaan Mikroskopis
Motilitas Spermatozoa
 Setetes air mani ditempatkan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan
gelas penutup. Presentase spermatozoa motil ditaksir setelah memeriksa 25
lapangan pandang besar. Jenis motilitas spermatozoa dibagi ke dalam skala
0 – 4, yakni sebgai berikut:
 0 = gerakan ekor (-), kemajuan (-), arah (-), keccepatan (-)
 1 = (+), (-), (-), (-)
 1+ = (+), (+), (-), (-)
 2 = (+), (+), lika-liku, lambat
 2+ = (+), (+), lurus, lambat
 3 = (+), (+), lurus, cepat
 3+ = (+), (+), lurus, lebih cepat
 4 = (+), (+), lurus, sangat cepat
3. Pemeriksaan Mikroskopis
 Morfologi Spermatozoa
 WHO 2010: Normal–> morfologi sperma
normal > 4%

 kepala harus mulus, garis konturnya teratur dan berbentuk oval. Terdapat
bagian dinding akrosom menyelimuti 40-70% baigan kepala, tidak mengandung
vakuol besar, atau lebih dari 2 vakuol kecil. Bagian di belakang akrosom tidak
mengandung vakuol.
 Leher berbentuk ramping, teratur dan panjangnya sama dengan panjang kepala.
 Ekor berbentuk seragam sepanjang panjangnya, makin keujung makin menipis
dibandingkan bagian leher, dan panjangnya kira-kira 45 mikron (lebih kurang 10
x panjang kepala), dan tidak bengkok.
4. Kesimpulan Analisis
 Volume semen > 1,5 ml
 jumlah total sperma > 39 juta/ml ejakulat
 konsentrasi sperma > 15 juta/ml ejakulat
 motilitas total > 40%
 progressive motility > 32%
 vitalitas (spermatozoa hidup) > 58%
 morfologi sperma normal >4%
 pH > 7,2
 leukosit < 1 juta/ml
 fruktosa semen > 13 mikromol/ejakulat
5. Daftar Istilah
 aspermia = tidak ada semen (termasuk ejakulasi retrograde)
 asthenozoospermia = motilitas spermatozoa dibawah normal
 asthenoteratozoosperima = motilitas dan morfologi spermatozoa dibawah normal
 azoospermia = tidak ada spermatozoa dalam ejakulat/ semen
 cryptozoospermia = spermatozoa sangat sedikit (terlihat hanya pada semen yang
telah disentrifugasi)
 haemospermia (hematospermia) = adanya eritrosit dalam ejakulat
 leukospermia (leukositospermia, pyospermia) = adanya leukosit di semen yang lebih
dari normal
 necrozoospermia = vitalitas spermatozoa dibawah normal, angka imotil tinggi
 normozoosperimia = semuanya normal
 oligoasthenozoospermia = jumlah dan motilitas spermatozoa dibawah normal
 oligoteratozoospermia = jumlah dan morfologi spermatozoa dibawah normal
 oligozoospermia = jumlah spermatozoa dibawah normal
 teratozoospermia = morfologi spermatozoa dibawah norma

Anda mungkin juga menyukai