Anda di halaman 1dari 6

Spermatozoa

 Gambar

 Cara pengumpulan
Pada kondisi dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di laboratorium, maka boleh yang
bersangkutan dapat mengeluarkan di tempat lain, misalnya di rumah/hotel dekat dengan laboratorium
dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Masturbasi tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan lain-
lainnya.
2. Wadah penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas berulang-
ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol sebaiknya bermulut
lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Sebaiknya wadah dalam keadaan steril dan sudah
dipersiapkan oleh laboratorium pemeriksa.
3. Tidak diperkenankan menampung sperma kedalam kondom.
4. Gelas penampung ditutup cukup dengan penutup atau dengan kertas
5. Sperma yang sudah tertampung segera diserahkan kepada petugas laboratorium dalam waktu
setengah sampai satu jam.
6. Dalam perjalanan menuju laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35 oC, misalnya
dalam kantong pakaian yang dikenakan.
Penyimpanan

1. Wadah spesimen harus disimpan pada suhu kamar antara 20 – 37 derajat celcius. 
2. Botol sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml.
3. Spesimen jika disimpan pada suhu ruangan tidak boleh lebih dari satu jam
4. Sebelum dilakukan pemeriksaan spesimen sebaiknya disimpan di dalam inkubator (37 derajat
celcius)

 Syarat pemeriksaan

Untuk melakukan pemeriksaan sperma ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar mendapatkan
hasil yang akurat yaitu:

1. Keadaan pria pada hari pemeriksaan dalam keadaan yang sehat dan cukup istirahat, tidak
lelah atau dalam keadaan lapar
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului tidak melakukan ejakulasi dengan cara apapun selama
2-7 hari
3. Sperma harus ditampung seluruhnya dengan dikeluarkan secara masturbasi dan diperiksa
paling lambat 1 jam setelah sperma dikeluarkan
4. Masturbasi tidak dibolehkan menggunakan bahan pelicin seperti sabun, minyak,dll
5. Tidak dibolehkan menampung sperma dengan kondom
6. Menggunakan wadah penampung yang steril berbahan dasar dari gelas
7. Gelas penampung harus ditutup dengan penutup atau dengan kertas
8. Suhu sperma harus dipertahankan dalam suhu 25-35 derajat selsius

 Jenis pemeriksaan

A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
C. Pemeriksaan Kimiawi dan enzim
1. Kadar Fruktosa

 Interpretasi hasil
 VOLUME

Normal: minmal 2 mL - 6,5 mL per ejakulasi

Abnormal: Volume semen yang rendah atau bahkan yang berlebih dapat menyebabkan masalah
kesuburan

 WARNA

Memeriksa warna sperma adalah pemeriksaan kekeruhan , sperma yang normal biasanya berwarna
putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang disebabkan
oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih kekuningan. Adanya
perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.

 LIKUIFAKSI

Normal: Kurang dari 60 menit (1 jam)

Abnormal: Masa mencair yang lama bisa merupakan tanda infeksi. namun mesti dilihat apakah
Leukosit nya tinggi atau tidak. Bila sperma tidak mencair setelah 60 menit maka dapt mengganggu
motilitas spermatozoa, sebab biasanya viskositas cairan semen abnormal

 KONSENTRASI & JUMLAH

Normal: Konsentrasi sperma 15 - 20 juta/mL atau Jumlah sperma total 39 juta /ejakulasi

Abnormal: Jumlah yang rendah kurang dari 5 juta per mil sulit untuk bisa membuahi biasanya dokter
menyarankan inseminasi atau bayi tabung.

 BENTUK / MORFOLOGI

Normal: Minimal 4% memiliki bentuk dan struktur normal (who 2010).

Abnormal: Sperma yang mayoritas tidak normal bentuknya disebut Teratozoopsermia. Bilabentuk
abnormal meningkat maka fertilitas berkurang. Jumlah morfologi yang rendah sebenarnyamasih bisa
menghamili secara normal dengan peluang 10%. akan tetapi biasanya terjadi kehamilan BO /
BlightOvum / keguguran janin pada usia janin kurang dari 12 minggu sebab janin tidak berkembang.
Hal ini disebabkan karena DNA sperma tidak bagus atau kelainan kromosom sperma.

Bentuk-bentuk sperma yang abnormal :

Piri : spermatozoa yang mempunyai kepala yangg memberi gambaran tetesan air mata dengan ujung
yang menitik pada midpiece / berbetuk buah pear.

Lepto : kepala kurus, lebar ½ dari normal, akrosom tak jelas,memberi gambran seperti cerutu.
Terato : bentuk kepala yang rusak, permukaan tak rata misal seprti gitar, kacang tanah dll, tdk jelas
batas akrosom nya.

Macro : kepala spermatozoa yang berbetuk oval tetapi ukurannya 25% lebih besar dari kepala sperma
normal.

Mikro : kepala spermatozoa yang berbentuk oval, tetapi ukurannya 25% lebih kecil dari kepala
sperma normal.

Double : spermatozoa yang mempunyai kepala lebih dari satu.

Tail defect : spermatozoa yg mempunyai ekor pendek (<9x panjang kepala), ekor bentuk spiral/koil,
atau ekor ganda.

Midpicedefect : spermatozoa dengan midpiece gemuk (>1/2 lebar kepala), panjangnya < 2x panjang
kepala dan tidak 1 garis dengan sumbu panjang kepala.

Cytoplasmicdroplet : tetesan sitoplasma yang menempel pada kepala atau midpiece.

 PERGERAKAN (MOTILITAS SPERMA)

Normal: Bergerak cepat (a+b 50%) atau a (progresif) Minimal 32% sperma bergerak cepat maju ke
depan atau minimal 8 juta sperma per-mL bergerak normal maju ke depan.

Abnormal: Jika sebagian besar geraknya tidak normal akan menyebabkan masalah fertilitas.Ini juga
mempersulit kehamilan. sebab sel sperma sulit bertemu dengan sel telur untuk pembuahan.

 PH

pH sperma diperiksa dengan menggunakan kertas pH segera setalu proses likuifaksi sperma.

pH Normal: Semen pH dari 7.2sampai 7.8

pH Abnormal:

pH sperma tinggi terlalu basa diatas 7,8 bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera
diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram negatif) atau kondisi
metabolisme tubuh terlalu basa akibat adanya infeksi bakteri atau virus. Contoh pH Terlalu Basa pH
7,9 / pH 8,0 /pH 8,1 / pH 8,2 / pH 8,3 s.d pH 9,0/lebih

pH sperma rendah atau asam kurang dari 7,2 terjadi karena peradangan yang kronis dari kelenjar
prostat, duktus ejakulasi tersumbat, mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, Epididimis, vesika
seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil, buntu dan atau rusak. /Contoh pH Asam pH 7,1 / pH
7,0 / pH6,9 / pH 6,8 / pH 6,7 / pH 6,6 / pH 6,5 s.d pH 6,0/

 LEUKOSIT / SEL DARAH PUTIH

Normal: dibawah 1 juta /lbp Tidak ada sel darah putih atau bakteri.

Abnormal: diatas 1 juta /lbp Bakteri dan sel darah putih yg banyak menunjukkan adanya infeksi.
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3 – 8 perlapang
pandang. Jumlah lekosit yang besar diatas 1 juta/miL erat hubunganya dengan infeksi organ – organ
spermiogenesis.
 FRUKTOSA

Normal: Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl

Abnormal: Tidak adanya fruktosa memperlihatkan gangguan pada vesikula seminalis atau
penyumbatan pada duktus ejakulasi. Kadar fruktosa berkorelasi degan kadar testoteron dalam tubuh.
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal fruktosa. Fruktosa tersebut
berasal dari vesiculze Seminalis

Cara pemeriksaan Fruktosa :

Regensia :

1. Larurtan Ba(OH)2 0,3N

2. Larutan Zn SO4 0,175M

3. Larutan Resorcinol 0,1% dalam 100ml alkhohol 95%.

4. Standar fruktosa stock 50 mg fruktosa larut dalam 100 ml asam benzoate 0,2 %

Standar fruktosa 1 ml standar fruktosa stock diencerkan dengan H2O 100ml.

Konsentrasi 200 mg fruktosa / dalam mani.

Prosedur Kerja

1. Lakukan diproteinsasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu mengencerkan 0.1 ml mani
dengan 2.9 ml air. Kemudian tambah 0.5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0.5 ml Zn SO4.
Kemudian dicentrifuqe.

2. Sediakan 3 tabung , satu tabung Tt (test) S (standar) dan B (banko). Tabung T diisi 2 ml cairan pada
langkah 1. Tabung S diisi 2 ml sebagai fruktosa dan Tabung B diisi 2 ml aquadest

3. Ketiga tabung ditambah masing - masing 2 ml recorcinol dan 6 ml HCl

4. Campur isi tabung, panasi dalam weter bath 900 C selama 10 menit

5. Baca aboubusi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometer

6. Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT / AS x 200 = mg/dl

Fruktosa berasal dari vesicula seminalis. Selain dipengaruhi oleh kadar testoteron dalam tubuh, kadar
fruktosa juga dipengaruhi oleh proses-proses dalam vasekula seminalis dan duktus ejakulasi. Kadar
fruktosa menurun pada hipoplasia dan radang vesicula seminalis, penyumbatan partial ductus
ejakulasi.
AGLUTINASI

Normal : Negatif (-) dan Positif satu (+)

Abnormal : Positif dua (++) terjadi penempelan sperma, indikasi bisa mengarah ke alergi sperma
atau ASA Tinggi. Untuk mengetahui lebih detail butuh pemeriksaan MAR Test.

VIABILITAS / VITALITAS

Normal : > 58% - 75%

Abnormal : < 58 % menandakan banyak sperma yang tidak bergerak tersebut didapati mati atau
ketahanan hidup sperma rendah setelah pencairan semen.

Catatan Penting : Viabilitas (vitalitas) sperma harus dinilai jika persentase sperma motil progresif
rendah, misalnya, 30 - 40%. Karena sel motil secara inheren layak dilakukan penilaian. Penilaian
kelayakan mungkin tidak diperlukan bila motilitas sperma progresif tinggi diatas 50%. Tes ini penting
untuk menentukan apakah spermatozoa non-motil tersebut hidup atau mati.

ISTILAH MEDIS PADA HASIL TES SPERMA

Normozoospermia: Normal Spermatozooa

Oligozoospermia: Konsentrasi dan Jumlah sperma yang diproduksi sedikit

Extrim Oligozoospermia: Jumlah sperma sangat sedikit kurang dari 5 juta sperma/ejakulasi

OligoAsthenozoospermia: Jumlah sperma sedikit dan pergerakan sperma lambat

OligoTeratozoospermia: Jumlah sperma sedikit dan kelainan pada bentuk sperma

Asthenozoospermia : Pergerakan sperma lambat

AsthenoTeratozoospermia: Kelainan pada bentuk sperma dan pergerakan sperma lambat

Teratozoospermia: Kelainan pada bentuk atau morfologi sperma

Polizoospermia : Jumlah sperma diatas 250 juta/mL

Leukospermia: Cairan semen mengandung leukosit tinggi

Kriptozoospermia / Cryptozoospermia: Jumlah sperma kurang dari 1 juta per mililiter

Nekrozoospermia : Bila sperma yang ditemukan tidak ada yang hidup

Azoospermia

Tidak ditemukan spermatozooa dalam cairan semen

Hipospermia: Volume cairan semen rendah

OligoAsthenoTeratozoospermia: Jumlah sperma sedikit, pergerakan sperma lambat dan bentuk


sperma tidak normal.

Anda mungkin juga menyukai