Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI MANUSIA

Latihan 10

ANALISIS SEMEN

I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.

Disusun oleh :

Bayu Kharisma

183112620120090
Kelas : C

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2019
I. Acara Percobaan
ANALISIS SEMEN

II. Tujuan Percobaan


Melakukan pemeriksaan semen seorang laki - laki, menganalisis hasil
pemeriksaan dan menarik kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan,
apakah seorang laki – laki 51rganic atau 51rganic51r.

III. Dasar Teori

Pengertian semen berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan,


cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi
disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di
dalam semen disebut sperma. Ejakulat yang keluar dari organ genitalia
pria terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma (plasma semen) dan
spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar prostat,
vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa
dihasilkan oleh aktivitas tubuli seminiferus. Plasma semen yang
merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak
dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4
tahap atau fraksi yaitu:

1. Fraksi Pre ejakulasi


Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre.
Sekret ini dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml.
Diduga berfungsi untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu
coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5
ml. Lendir mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa
ketika berada di luar tubuh.

3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan
spermatozoa yang berasal dari epididimis. Volume ± 2 ml.

4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit
sekali spermatozoa (yang non motil). Volume ± 0,5 ml.
Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus testis
selama kehidupan seksual aktif sebagai akibat dari rangsangan
hormon gonadotropin hipofisis anterior dimulai rata-rata pada usia 13
tahun dan berlanjut sepanjang hidup. Setelah terbentuk dalam tubulus
seminiferus testis sperma akan ditimbun di dalam bagian yang
dinamakan epididimis. Apabila tempat penimbunan telah penuh akan
terjadi mekanisme untuk mengeluarkannya seperti yang terjadi pada
anak laki-laki melalui mimpi basah. Selain menghasilkan sperma,
testis juga menghasilkan hormon testosteron atau hormon laki-laki.
Struktur dari spermotozoa manusia terdiri dari kepala, leher, dan
ekor. Kepala terdiri atas sel berinti padat dan hanya sedikit sitoplasma
dan lapisan membran sel di sekitar permukaannya. Di bagian luar, dua
pertiga anterior kepala terdapat selubung tebal yang disebut akrosom
yang mengandung enzim hialurodinase. Enzim ini mencerna filamen
proteoglikan dari jaringan dan enzim proteolitik yang sangat kuat untuk
mencerna protein sehingga memainkan peranan penting untuk
membuahi ovum. Gerakan ekor mendekat dan menjauh mamberikan
motilitas pada sperma. Sperma yang normal bergerak dalam garis
lurus dengan kecepatan 1 sampai 4 mm / menit. Kecepatan ini akan
memungkinkan sperma untuk bergerak melalui traktus genitalis wanita
untuk mencapai ovum.
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah
pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah serta kualitas
semen dan sperma seorang pria. Analisis semen merupakan salah
satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan kesuburan pria.
Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah
pada sistim produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi
biang ketidaksuburan. Perlu diketahui, hampir setengah pasangan
yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena
ketidaksuburan pasangan prianya. Ada dua tahap penting pada
pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap
pemeriksaan sperma. Pada tahap pengambilan sampel, beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah
1. Pria yang akan diambil semennya dalam keadaan sehat dan cukup
istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen diambil, pria tersebut tidak
boleh melakukan aktifitas seksual yang mengakibatkan keluarnya
semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus puasa
ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan
cara apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui masturbasi di laboratorium
(biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian ditampung
pada tabung terbuat dari gelas.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan bahan pelicin seperti sabun,
minyak, dll. Sedangkan pada tahap kedua, dilakukan pemeriksaan
sampel semen di laboratorium.
Secara teknis laboratoris analisa sperma dibagi menjadi dua yaitu
Analisa sperma dasar (rutin) dan Analisa sperma lengkap. Untuk
praktikum yang dikerjakan adalah Analisa sperma dasar (rutin).
Analisa sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Makroskopis yang meliputi : koagulum, likuefaksi,
warna, bau, volume, viskositas, dan pH.
2. Pemeriksaan Mikroskopis, ada 2 macam, yaitu : Pemeriksaan
Mikroskopis pertama yang meliputi kepadatan, motilitas, aglutinasi,
round cell, dan viabilitas. Pemeriksaan Mikroskopis kedua yang
meliputi jumlah spermatozoa dan morfologi spermatozoa.
Sedangkan Analisa sperma lengkap, selain pemeriksaan analisa
sperma dasar seperti di atas, ditambah dengan :
1. Pemeriksaan Biokimia yang meliputi fruktosa, fosfatase asam,
asam sitrat, Zn dan Mg.
2. Pemeriksaan Tambahan, yang meliputi uji MAR, uji butir imun,
biakan sperma, uji kontak sperma getah serviks, dan biopsi testis.
INTERPRETASI ANALISA SPERMA RUTIN

Jumlah Morfologi
Motil
No Nomenklatur Spermatozoa Spermatozoa
(%)
(juta/ml) normal (%)
1 Normozoospermia > 20 > 50 > 50
2 Oligozoospermia > 20 > 50 > 50
3 Ekstrim Oligozoospermia <5 > 50 > 50
4 Astenospermia > 20 < 50 > 50
5 Teratospermia > 20 > 50 < 50
6 Oligo-astenozoospermia < 20 < 50 > 50
7 Oligo-asteno-teratozoospermia < 20 < 50 < 50
8 Oligo-teratozoospermia < 20 > 50 < 50
9 Asteno-teratozoospermia > 20 < 50 < 50
10 Polizoospermia > 250 > 50 > 50
11 Azoospermia - - -
12 Nekrozoospermia Jika semua spermatozoa tan viabel
13 Kriptozoospermia Adalah spermatozoa yang tersembunyi
14 Aspermia Apabila tidak ada sperma

IV. Alat, Bahan, dan Cara Kerja

ALAT
1. Wadah/pot dengan penutup
2. Kertas Label
3. Gelas ukur 5 atau 10 ml
4. Kertas indikator
5. Mikroskop binokuler
6. Kamar Hitung Improved Neubauer
7. Pipet Leukosit
8. Aquadestilata
9. Minyak Imersi
10. Objective dan Cover Glass
11. Gelas Bejana

REAGEN
1. Eosin 0,5%
2. Giemsa
3. Wright
4. Metil alkohol/ methanol

BAHAN PEMERIKSAAN
- Cairan Sperma segar

CARA KERJA
Memperoleh Sampel:
1. Pasien diminta selama 3 – 5 hari tidak melakukan kegiatan sexual
(abstinensi)
2. Pengeluaran ejakulat sebaiknya pagi hari sedekat mungkin dengan
waktu pemeriksaan. Paling baik selambatnya 1 jam post-ejakulasi.
Jika lebih dari 4 jam senbaiknya disimpan di lemari es, dan untuk
memeriksanya harus dibiarkan pada suhu kamar terlebih dahulu.
3. Semen yang diperiksa harus seluruh ejakulat palam satu kali
ejakulasi.
4. Air mani ditampung di dalam gelas atau plastik bermulut lebar
(sebelumnya dibersihkan dan dikringkan terlebih dahulu) dan diberi
label yang tertulis: Nama, Waktu (Jam) pengeluaran air mani dicatat
serta segera diantar ke laboratorium

Pemeriksaan Makroskopis:
1. Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air mani
2. Hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan ejakulat ke
dalam gelas ukur 5 atau 10m dan volume baru dapat diukur setelah
mani mencair
3. Catat warna dan kekeruhan air mani
4. Celupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air mani dan
cocokkan de ngan skala war pH kemudian catat pH nya.

Pemeriksaan Mikroskopis:
Uji Motilitas :
1. Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di atas
objective glass dan tutup dengan cover glass
2. Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X
3. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan hitung pula
waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi, karena semakin banyak
waktu lewat semakin berkurang motilitas spermatozoa Berkurangnya
motolitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan sampel
4. Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air, untuk
membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang mati.
Untuk spermatozoa yang mati akan memberi warna kemerah-
merahan dan yang non-aktif saja tidak berwarna

Jumlah Spermatozoa:
1. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
2. Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet
leukosit dengan air mani yang sudah mencair dengan aquadest
sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis
bertanda 11
3. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer pada
permukaan seluas 1 mm2 Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000
untuk mendapatkan jumlah spermatozoa dalam1 ml mani
4. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan
hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan
berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain

Morfologi:
1. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan
mengering pada hawa udara
2. Kemudian lakukan fiksasi dengan metilalkohol (methanol) selama 5
menit
3. Selanjutnya diwarnai dengan Reagen Giemsa/Wright atau lainnya
4. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X
menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)
5. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu
kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada
ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)

V. Hasil Percobaan
Terlampir

VI. Pembahasan

Dari parameter analisis semen yang dilakukan dapat diketahui bahwa


sempel semen Mr X berusia 28 thn menunjukkan hasil yang normal.
Dimulai dari warna semen putih keabu-abuan dengan volume sekitar 2,5
ml. Bau semen khas dengan waktu liquifaksi 20 menit. Viskositas 3 cm,
pH 9 dan Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara
meneteskan setetes sperma pada gelas obyek. Motilitas spermatozoa
sekitar 80% menunjukkan motilitas baik yakni spermatozoa bergerak lurus
kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama, Sperma yang
bergerak aktif ini sangat penting artinya, karena menunjukkan
kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia disemprotkan menuju
tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan wanita).
Walaupun ada beberapa saja Spermatozoa yang pergerakannya buruk
yang hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang
berhenti. Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi
meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan
morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka
spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya
berputar-putar saja. Ada juga yang motilitasnya tanpa arah, pada keadaan
ini ekor spermatozoa dapat bergetak tinggi atau rendah. Kepala bergerak
tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal
maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
Selanjutnya pemeriksaan jumlah spermatozoa menggunakan alat
hemocytometer diperoleh jumlah spermatozoa per ml adalah 405
dikalikan faktor koreksi 200.000 sehingga jumlah spermatozoa adalah
81.000.000/ml (normospermia). Pemeriksaan morfologi spermatozoa
dengan melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk
kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa mempunyai
beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa
banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal
adalah spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor
yang panjang. Untuk pemeriksaan morfologi ini dimulai dengan
pembuatan preparat smear di atas objek glass, yang dibiarkan kering
dalam temperatur kamar. Setelah preparat smear tersebut kering, maka
selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan Giemsa. Morfologi
spermatozoa yang normal adalah 85% yakni 85 sel dari 100 sel
spermatozoa, kemudian sisanya adalah abnormal yakni 15%. Adapun
gambar morfologi spermatozoa normal dan abnormal adalah sebagai
berikut :
VII. Kesimpulan & Saran
Berdasarkan hasil praktikum analisis semen yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa dari paramater pemeriksaan secara
keseluruhan tidak menunjukkan adanya kelainan pada spermatozoa
dengan kata lain normal, sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang
tersebut fertil.
Saran untuk praktikum selanjutnya disarankan agar pengeluaran
ejakulat sedekat mungkin dengan waktu pemeriksaan selambatnya 1 jam
post-ejakulasi, jika pemeriksaan lebih dari 4 jam sampel ejakulat disimpan
didalam lemari es ketika akan diperiksa sampel dibiarkan pada suhu
kamar terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan. Dan
untuk praktikum selanjutnya pemeriksaan morfologi spermatozoa
sebaiknya tidak hanya dengan pewarnaan Giemsa akan tetapi
menggunakan pewarnaan yang lain sebagai pembanding.
Daftar Pustaka

http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/ANALISA%20SPERMA.pdf.
23:05. 09/12/14.
R, Gandasoebrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Penerbit Dian Rakyat.
Jakarta. 1989.
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wibowo, S. Daniel. Anatomi Fungsional Elementer. Penerbit Grasindo.
Jakarta. 2013.

Anda mungkin juga menyukai