Pada era globalisasi saat ini tantangan penggunaan bahasa Indonesia semakin berat. Ruang
publik kita menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mulai tergeser oleh bahasa asing.
Padahal, ruang publik sebaiknya menunjukkan identitas bangsa dengan pengutamaan
bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya penggunaan bahasa di ruang publik masih
belum menunjukkan hal itu. Kesalahan berbahasa Indonesia masih sering muncul,
khususnya di papan-papan nama, baik papan nama pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan,
perumahan, periklanan, dll. Ruang-ruang publik kita seakan-akan lebih mengutamakan
warga asing daripada warga Indonesia. Banyak papan petunjuk yang mengutamakan bahasa
Inggris daripada bahasa Indonesianya. Bahasa Inggris ditulis lebih dahulu dengan
menggunakan huruf besar, sedangkan bahasa Indonesia ditulis setelahnya dengan
menggunakan huruf kecil.
Melalui kajian penggunaan bahasa Indonesia di media massa, khususnya di lingkup sekolah
diharapkan dapat diperoleh gambaran kesalahan penggunaan bahasa Indonesia di sekolah.
Kajian ini juga penting untuk melakukan kegiatan lanjutan berupa kegiatan pembinaan
bahasa Indonesia. Sekolah menjadi salah satu sasaran dalam upaya pembinaan bahasa
karena merupakan tempat para siswa menuntut ilmu. Jika dasar penguasaan bahasa
Indonesia kuat, para siswa diharapkan mampu memiliki sikap positif berbahasa Indonesia
sejak dini.
Kesalahan bentuk dan pilihan kata juga banyak ditemui pada penggunaan bahasa Indonesia
di media massa sekolah. Bentuk dan pilihan kata merupakan cara seseorang dalam memilih
kata yang tepat dan cermat sesuai konteks yang dibicarakan. Pemilihan kata yang cermat
akan (1) mempercepat pengungkapan gagasan, (2) menjadikan bahasa Indonesia menjadi
hidup, (3) menarik dan tidak membosankan, serta (4) menghindari salah informasi
(Sasangka, 2012:99—100). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih kata adalah
ketepatan, kecermatan, kebenaran, kelaziman, dan kelayakan. Adapun, kesalahan
penggunaan bentuk dan pilihan kata di media massa sekolah meliputi kesalahan
penggunaan bentuk baku dan tidak baku, penulisan bentuk terikat, dan ungkapan idiomatis.
Kasus pengunaan bentuk tidak baku sering muncul di media massa sekolah. Bentuk baku
yang sering salah digunakan berkaitan dengan pemadanan istilah asing dalam bahasa
Indonesia. Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan melalui beberapa
cara, yakni penerjemahan, penyerapan, serta gabungan penerjemahan dan penyerapan.
Penerjemahan dapat memperkaya kosakata Indonesia dengan sinonim (untuk padanan) dan
meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia (Qodratillah, 2019: 21). Sementara itu,
penyerapan istilah asing juga dilakukan ke dalam bahasa Indonesia. Kasus dalam
penyerapan ini yang sering muncul dalam bentuk tidak baku. Kata photocopy diserap
dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal fotokopi. Akan tetapi, banyak bentuk
serapan yang keliru berkembang di masyarakat, misalnya fotocopy. Selain itu, bentuk tidak
baku yang muncul di media massa sekolah, antara lain taqwa, legalisir, raport, pas photo,
praktek, istiqomah, akte, akherat, mushola, karir, Propinsi, Voly, putera, dan puteri. Adapun,
bentuk bakunya adalah takwa, legalisasi, rapor, pasfoto, praktik, istikamah, akta, akhirat,
musala, karier, provinsi, voli, putra, dan putri.
Kasus pembentukan unsur terikat dan kata dasar juga sering muncul. Unsur terikat
merupakan unsur yang keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Oleh karena
itu, unsur terikat selalu terikat pada unsur yang lain, misalnya swa-, pra-, pasca-, sub-, non-,
antar-, purna-, nara-, dll. Contoh kasus bentuk terikat pada media massa terdapat pada
kalimat berikut.
Tenaga Pengajar: