PENGARUH HORMON
FSH : merangsang pembentukan sperma
secara langsung dan sel Sertoli
menghasilkanABP (androgen binding
protein) memacu spermatogonium
LH : merangsang sel Leydig untuk
memperoleh testosterone yg penting
untuk perkembangan sperma
SPERMA
• berasal dari bahasa Yunani, Spermatozoa : artinya benih
• cairan / bahan setengah cair / setengah kental yang keluar melalui urethra pada pria
dewasa yang sehat pada waktu mengalami orgasme
• nama lain : semen = air mani = ejakulat
Spermatozoa memiliki tiga bagian, terdiri :
- kepala : mengandung informasi genetik sperma, ditudungi oleh akrosom sebagai “bor
enzim” untuk menembus ovum
- bagian tengah / leher: mengandung mitokondria berfungi sbg tempat oksidasi sel
menghasilkan energi sehingga sperma dapat bergerak
- ekor : alat gerak sperma menuju ovum, terdiri : bagian tengah (midpiece), bagian utama
(principle/main piece), bagian ujung (endpiece)
Komposisi Sperma :
campuran dari bahan/cairan yang dikeluarkan oleh bermacam-macam kelenjar traktus
reproduksi pria :
A. Kelenjar Testis (Tubuli Seminiferi ) → spermatozoa (5-10%)
B. Kelenjar lain (90%) :
1. Kelenjar Epididymis → 0,3 CC
2. Kelenjar Vesika Seminalis → 2-2,5 CC
3. Kelenjar Prostat → 0,5 CC
4. Kelenjar Bulbourethralis (Cowper Gland) dan kel Urethralis (Littre) → 0,1-0,2 CC
Variabel Sperma
Sperma mempunyai bagian-bagian, sifat-sifat, serta keadaan-keadaan tertentu dan semua
unsur itu menyusun sifat – sifat dan keadan khas sperma → variabel sperma, terdiri :
1. Variabel Dasar (biologis) : konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa
2. Variabel Biokimia
Kandungan semen :
1. Asam askorbat (vitamin C) → memelihara jaringan tubuh 16. Nitrogen → gas yang ada dalam jaringan
2. Kelompok darah antigen → untuk sistem kekebalan 17. Fosfor → mineral
18. Potasium → mineral
3. Kalsium → mineral
19. Purin → kumpulan asam urik
4. Khlorin → perantara oksidasi 20. Pirimidin → bahan dasar organic
5. Kolesterol / alcohol steroid 21. Asam piruvik → terbentuk dari glukosa dan
6. Kholin → bagian dari vitamin B komplek glikogen
22. Sodium → garam
7. Asam sitrat → terbentuk selama terjadinya metabolisme
sel 23. Sorbitol → alcohol tubuh
24. Spermidin → enzim katalis
8. Kreatinin → substansi nitrogen yang terdapat dalam otot
25. Spermin → kumpulan ammonia yang
9. Asam deoksiribonukleat (DNA) terdapat pada sperma
10. Fruktosa → menghasilkan energi 26. Urea → dari urine
11. Glutathione → asam amino peptide 27. Asam urik → dari urine
28. Vit B12 → menjaga keseimbangan susunan
12. Hyaluronidase → enzim
saraf dan metabolism
13. Inositol → gula di dalam otot 29. Seng → mineral
14. Asam laktat → produk sampingan dari penggunaan otot
15. Magnesium → mineral
ANALISIS CAIRAN SPERMA / SEMEN
Cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi
INDIKASI :
1. Infertilitas (ketidaksuburan) : Primer (belum pernah), Sekunder (pernah punya anak).
2. Penyakit-penyakit organ reproduksi pria (varikokel, hernia, kriptorhidi).
3. Interseks (sifat wanita > pria) → Sindroma Turner pria, sindroma Klinefelter.
4. Homoseks
5. Pengontrolan fertilitas pria pada KB (post vasektomi, KB hormonal).
6. Cek Up pre marital : analisis sperma sebelum perkawinan.
Sindroma Turner
Sindroma Klinefelter
Pra Post
1. Analitik 2. Analitik 3. Analitik
ADMINSTRASI
1. formulir permintaan pemeriksaan : nama pasien, tanggal permintaan
pemeriksaan, nama dan tanda tangan dokter yang meminta pemeriksaan
2. Label pada tempat penampung : nama, nomer laboratorium
3. Catat waktu pengeluaran dan lama abstinensi
ANALITIK Pemeriksaan Sampel
• jumlah spermatozoa
(per lapangan pandang )
Mikroskopis • pergerakan / motilitas
• morfologi
• sel bulat
MAKROSKOPIS
VOLUME
• Cara Kerja :
1. Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali
ejakulasi
2. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
3. Baca hasil
• Volume normal berkisar antara 2 dan 5 ml.
• Interpretasi :
1. Peningkatan : periode abstinensia yang lama.
2. Penurunan :
- infertilitas
- fungsi yang tidak baik dari salah satu organ penghasil semen, terutama vesikula seminalis
- pengambilan spesimen yang tidak lengkap juga harus dipertimbangkan
• pH semen menunjukkan keseimbangan antara nilai pH dari sekresi prostat yang asam dan sekresi
vesikula seminal yang bersifat alkali
• pH harus diukur dalam 1 jam ejakulasi karena dapat terjadi penurunan CO2
• Cara kerja:
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung → baca
hasil pada alas strip reagen pH dan warnanya dibandingkan dengan grafik dari pabrikan
• pH normal : bersifat basa dengan rentang 7.2 hingga 8.0
• Interpretasi :
1. Peningkatan : infeksi di dalam saluran reproduksi.
2. Penurunan :
- peningkatan cairan prostat,
- obstruksi duktus ejakulataorius,
- vesikula seminalis yang kurang berkembang
BAU
• Sperma yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik
• Cara Kerja :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya → laporan bau
dilaporkan: khas/tidak khas.
• Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/ kaporit.
• Interpretasi :
Bau busuk/ amis : infeksi
WARNA
• Cara Kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih
menggunakan penerangan yang cukup
• Semen yang normal : warna putih kelabu, tampak translusen
• Interpretasi :
1. Ketika konsentrasi sperma sangat rendah, spesimen mungkin tampak hampir jernih
2. Peningkatan kekeruhan putih : sel darah putih (leukosit) dan infeksi di dalam saluran reproduksi
3. Variasi warna :
- merah : darah merah dan bersifat abnormal
- kuning : kontaminasi urin, pengumpulan spesimen setelah abstinensia yang berkepanjangan, dan
obat-obatan
- Urin bersifat toksik terhadap sperma, sehingga mempengaruhi evaluasi motilitas
LIKUIFAKSI
• Spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan dan harus mencair dalam 30 hingga
60 menit setelah penggumpulan
• Pencatatan waktu penggumpulan sangat penting untuk mengevaluasi pencairan semen
• Kegagalan likuifaksi yang terjadi dalam waktu 60 menit dapat disebabkan oleh adanya kekurangan
enzim prostat dan harus dilaporkan
• Analisis spesimen tidak dapat dimulai sampai likuifaksi telah terjadi.
• Jika setelah 2 jam spesimen tidak mengalami likuifaksi, volum yang sama dari saline buffer fosfat
fisiologis Dulbecco atau enzim proteolitik seperti alfa-kimotrypsin atau bromelain dapat
ditambahkan untuk menginduksi likuifaksi dan memungkinkan sisanya dari analisis yang akan
dilakukan → mempengaruhi pemeriksaan biokimia, motilitas sperma, dan morfologi sperma,
• Pengenceran semen dengan bromelain harus diperhitungkan ketika menghitung konsentrasi
sperma.
• Granula berbentuk seperti jelly (badan gelatin) dapat ditemukan dalam spesimen semen cair dan
tidak memiliki signifikansi klinis.
• Jika ada untaian mucus → mengganggu analisis semen
VISKOSITAS
• Ada 2 cara pemeriksaan viskositas :
1. Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.
• Cara kerja :
- sperma hingga homogen
- ambil 1-3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup
dengan cover glass
- lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
- hitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Menghitung Spermatozoa
Bila per lapang pandang < 100 pengenceran 10 X, >100 pengenceran 20X
10 X → sedot sperma 1 encerkan 11
20 X → sedot sperma 0,5 encerkan 11
Hitung dalam Hemositometer (Improve Neubauer), pada bagian sentral.
Hasil perhitungan : N X 10.000/20.000
Konsentrasi spermatozoa juta/ml
• Nilai referensi untuk konsentrasi sperma biasanya dinyatakan sebagai lebih besar dari
20 hingga 250 juta sperma per mililiter
•
Kamar hitung Hemositometer
Hanya sperma yang berkembang secara utuh yang dihitung. Sperma imatur dan leukosit,
sering disebut sebagai sel "bulat", tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan.
Misalnya : dihitung berturut-turut lapang pandang:
I = 10 Spermatozoa, II = 5 Spermatozoa, III = 7 Spermatozoa, IV = 8 Spermatozoa
Dalam laporan dituliskan terdapat 5-10 spermatozoa perlapang pandang.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 5-10 juta/ml.
• Jika perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan
pemeriksaan konsentrasi, dan disebut Azoospermia
• Normal : Jumlah sperma total lebih dari 40 juta per ejakulasi (20 juta per mililiter × 2 mL)
MOTALITAS
Metode ini dapat digunakan jika perhitungan tidak dapat dilakukan pada perhitungan
hemositometer dan untuk memverifikasi jumlah yang dilakukan oleh hemositometer
• Jumlah leukosit lebih dari 1 juta per mililiter per ejakulasi menunjukkan kondisi
inflamasi yang berhubungan dengan infeksi dan kualitas sperma yang buruk dan dapat
mengganggu motilitas sperma serta integritas DNA , menyebabkan terjadinya infertilitas
• Adanya spermatid lebih dari 1 juta per mililiter menunjukkan adanya gangguan
spermatogenesis. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi virus, paparan bahan
kimia toksik, dan kelainan genetik
SPERMATID
GERM CELL
A: Spermatogonium, B: Spermatosit primer,
C:Spermatosit sekunder, D,E,F:Spermatid (Sab).
A,B,C,D: Lekosit polimorfonuklear (PMN)
E : Limfosit, F: sel Epitel
POST ANALITIK Interpretasi Hasil Pemeriksaan
World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma yang normal,
sebagai berikut:6
INTERPRETASI