Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS CAIRAN SPERMA

dr. Ety Retno Setyowati,M.Kes.,SpPK, MARS


PENDAHULUAN
Sistem reproduksi berperan penting dalam kehidupan seseorang.
Sistem reproduksi pada pria memiliki fungsi esensial yang menghasilkan sperma
(spermatogenesis) dan menyalurkan sperma ke wanita.

 Organ genitalia pria dibedakan :


• Organ genitalia interna : testis, epididimis, duktus deferen, funiculus spermaticus,
dan kelenjar seks tambahan.
• Organ genitalia eksterna : penis, uretra, dan skrotum
SPERMATOGENESIS :
 Proses pembentukan dan pemasakan
spermatozoa
 Mencakup pematangan sel epitel
germinal melalui proses pembelahan
dan diferensiasi sel, yang bertujuan
untuk membentuk sperma
 Pematangan sel terjadi di tubulus
seminiferous yang kemudian disimpan
di epididymis. Dinding tubulus
seminiferous tersusun dari jaringan ikat
dan jaringan epitelium germinal.

PENGARUH HORMON
 FSH : merangsang pembentukan sperma
secara langsung dan sel Sertoli
menghasilkanABP (androgen binding
protein) memacu spermatogonium
 LH : merangsang sel Leydig untuk
memperoleh testosterone yg penting
untuk perkembangan sperma
SPERMA
• berasal dari bahasa Yunani, Spermatozoa : artinya benih
• cairan / bahan setengah cair / setengah kental yang keluar melalui urethra pada pria
dewasa yang sehat pada waktu mengalami orgasme
• nama lain : semen = air mani = ejakulat
Spermatozoa memiliki tiga bagian, terdiri :
- kepala : mengandung informasi genetik sperma, ditudungi oleh akrosom sebagai “bor
enzim” untuk menembus ovum
- bagian tengah / leher: mengandung mitokondria berfungi sbg tempat oksidasi sel
menghasilkan energi sehingga sperma dapat bergerak
- ekor : alat gerak sperma menuju ovum, terdiri : bagian tengah (midpiece), bagian utama
(principle/main piece), bagian ujung (endpiece)
 Komposisi Sperma :
campuran dari bahan/cairan yang dikeluarkan oleh bermacam-macam kelenjar traktus
reproduksi pria :
A. Kelenjar Testis (Tubuli Seminiferi ) → spermatozoa (5-10%)
B. Kelenjar lain (90%) :
1. Kelenjar Epididymis → 0,3 CC
2. Kelenjar Vesika Seminalis → 2-2,5 CC
3. Kelenjar Prostat → 0,5 CC
4. Kelenjar Bulbourethralis (Cowper Gland) dan kel Urethralis (Littre) → 0,1-0,2 CC
 Variabel Sperma
Sperma mempunyai bagian-bagian, sifat-sifat, serta keadaan-keadaan tertentu dan semua
unsur itu menyusun sifat – sifat dan keadan khas sperma → variabel sperma, terdiri :
1. Variabel Dasar (biologis) : konsentrasi, motilitas, dan morfologi spermatozoa
2. Variabel Biokimia
 Kandungan semen :
1. Asam askorbat (vitamin C) → memelihara jaringan tubuh 16. Nitrogen → gas yang ada dalam jaringan
2. Kelompok darah antigen → untuk sistem kekebalan 17. Fosfor → mineral
18. Potasium → mineral
3. Kalsium → mineral
19. Purin → kumpulan asam urik
4. Khlorin → perantara oksidasi 20. Pirimidin → bahan dasar organic
5. Kolesterol / alcohol steroid 21. Asam piruvik → terbentuk dari glukosa dan
6. Kholin → bagian dari vitamin B komplek glikogen
22. Sodium → garam
7. Asam sitrat → terbentuk selama terjadinya metabolisme
sel 23. Sorbitol → alcohol tubuh
24. Spermidin → enzim katalis
8. Kreatinin → substansi nitrogen yang terdapat dalam otot
25. Spermin → kumpulan ammonia yang
9. Asam deoksiribonukleat (DNA) terdapat pada sperma
10. Fruktosa → menghasilkan energi 26. Urea → dari urine
11. Glutathione → asam amino peptide 27. Asam urik → dari urine
28. Vit B12 → menjaga keseimbangan susunan
12. Hyaluronidase → enzim
saraf dan metabolism
13. Inositol → gula di dalam otot 29. Seng → mineral
14. Asam laktat → produk sampingan dari penggunaan otot
15. Magnesium → mineral
ANALISIS CAIRAN SPERMA / SEMEN

• adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur jumlah (kuantitas) serta


kualitas semen dan sperma seorang pria
“makhluk” yang berenang-renang di dalam semen

Cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria saat ejakulasi
INDIKASI :
1. Infertilitas (ketidaksuburan) : Primer (belum pernah), Sekunder (pernah punya anak).
2. Penyakit-penyakit organ reproduksi pria (varikokel, hernia, kriptorhidi).
3. Interseks (sifat wanita > pria) → Sindroma Turner pria, sindroma Klinefelter.
4. Homoseks
5. Pengontrolan fertilitas pria pada KB (post vasektomi, KB hormonal).
6. Cek Up pre marital : analisis sperma sebelum perkawinan.
Sindroma Turner
Sindroma Klinefelter
Pra Post
1. Analitik 2. Analitik 3. Analitik

Persiapan sampel Pemeriksaan sampel Interpretasi hasil pemeriksaan


PRA ANALITIK Persiapan Sampel
 PASIEN
1. Pasien dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dapat keadaan letih dan lapar
2. WHO : 2 -7 hari abstinensi seksual, sebaiknya 3-4 hari → spesimen yang dikumpulkan setelah
abstinensia yang berkepanjangan cenderung memiliki volume yang lebih tinggi dan penurunan
motilitas
3. Pengumpulan sperma: masturbasi/onani, koitus intruptus, koitus kondomatus, refluks pasca
senggama, pijatan prostat (massage prostat), dengan vibrator
4. Masturbasi tiak boleh menggunakan bahan pelicin, seperti sabun, minyak dll
5. Tidak dianjurkan koitus intruptus → kontaminasi sel-sel, bakteri, cairan asam vagina
6. Jika dikeluarkan di rumah, sperma harus sampai di laboratorium kurang dari 1 jam dan dibawa
dalam saku supaya tetap hangat
7. Kondom biasa tidak dapat digunakan karena mengandung spermisida → kondom non lubrikasi
atau kondom poliuretan yang harus digunakan
8. Evaluasi awal : sedikitnya 2 kali pemeriksaan (interval 7 hari s/d 3 bulan), jika hasil 2 kali
pemeriksaan berbeda maka dilakukan pemeriksaan lagi
 TEMPAT PENAMPUNG
1. dari bahan gelas → tidak boleh dari logam/plastik
2. bebas dari sisa sabun

 ADMINSTRASI
1. formulir permintaan pemeriksaan : nama pasien, tanggal permintaan
pemeriksaan, nama dan tanda tangan dokter yang meminta pemeriksaan
2. Label pada tempat penampung : nama, nomer laboratorium
3. Catat waktu pengeluaran dan lama abstinensi
ANALITIK Pemeriksaan Sampel

• volume, warna, bau


• pH
Makroskopis • viskositas
• liquefaksi

• jumlah spermatozoa
(per lapangan pandang )
Mikroskopis • pergerakan / motilitas
• morfologi
• sel bulat
MAKROSKOPIS
VOLUME
• Cara Kerja :
1. Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali
ejakulasi
2. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
3. Baca hasil
• Volume normal berkisar antara 2 dan 5 ml.
• Interpretasi :
1. Peningkatan : periode abstinensia yang lama.
2. Penurunan :
- infertilitas
- fungsi yang tidak baik dari salah satu organ penghasil semen, terutama vesikula seminalis
- pengambilan spesimen yang tidak lengkap juga harus dipertimbangkan
• pH semen menunjukkan keseimbangan antara nilai pH dari sekresi prostat yang asam dan sekresi
vesikula seminal yang bersifat alkali
• pH harus diukur dalam 1 jam ejakulasi karena dapat terjadi penurunan CO2
• Cara kerja:
Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam botol penampung → baca
hasil pada alas strip reagen pH dan warnanya dibandingkan dengan grafik dari pabrikan
• pH normal : bersifat basa dengan rentang 7.2 hingga 8.0
• Interpretasi :
1. Peningkatan : infeksi di dalam saluran reproduksi.
2. Penurunan :
- peningkatan cairan prostat,
- obstruksi duktus ejakulataorius,
- vesikula seminalis yang kurang berkembang
BAU

• Sperma yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik
• Cara Kerja :
Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya → laporan bau
dilaporkan: khas/tidak khas.
• Secara biokimia sperma mempunyai bau seperti klor/ kaporit.
• Interpretasi :
Bau busuk/ amis : infeksi
WARNA
• Cara Kerja :
Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar belakang warna putih
menggunakan penerangan yang cukup
• Semen yang normal : warna putih kelabu, tampak translusen
• Interpretasi :
1. Ketika konsentrasi sperma sangat rendah, spesimen mungkin tampak hampir jernih
2. Peningkatan kekeruhan putih : sel darah putih (leukosit) dan infeksi di dalam saluran reproduksi
3. Variasi warna :
- merah : darah merah dan bersifat abnormal
- kuning : kontaminasi urin, pengumpulan spesimen setelah abstinensia yang berkepanjangan, dan
obat-obatan
- Urin bersifat toksik terhadap sperma, sehingga mempengaruhi evaluasi motilitas
LIKUIFAKSI
• Spesimen yang segar adalah semen yang ada penggumpalan dan harus mencair dalam 30 hingga
60 menit setelah penggumpulan
• Pencatatan waktu penggumpulan sangat penting untuk mengevaluasi pencairan semen
• Kegagalan likuifaksi yang terjadi dalam waktu 60 menit dapat disebabkan oleh adanya kekurangan
enzim prostat dan harus dilaporkan
• Analisis spesimen tidak dapat dimulai sampai likuifaksi telah terjadi.
• Jika setelah 2 jam spesimen tidak mengalami likuifaksi, volum yang sama dari saline buffer fosfat
fisiologis Dulbecco atau enzim proteolitik seperti alfa-kimotrypsin atau bromelain dapat
ditambahkan untuk menginduksi likuifaksi dan memungkinkan sisanya dari analisis yang akan
dilakukan → mempengaruhi pemeriksaan biokimia, motilitas sperma, dan morfologi sperma,
• Pengenceran semen dengan bromelain harus diperhitungkan ketika menghitung konsentrasi
sperma.
• Granula berbentuk seperti jelly (badan gelatin) dapat ditemukan dalam spesimen semen cair dan
tidak memiliki signifikansi klinis.
• Jika ada untaian mucus → mengganggu analisis semen
VISKOSITAS
• Ada 2 cara pemeriksaan viskositas :
1. Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk,
kemudian ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya.

2. Cara Pipet Elliason


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering.
Cara kerja:
Pipet cairan sperma sampai angka 0,1 . Tutup bagian atas pipet dengan jari. Arahkan
pipet tegak lurus . Jalankan stopwatch.
Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik
• Viskositas berhubungan dengan likuifaksi specimen → likuifaksi secara tidak lengkap bersifat
menggumpal dan sangat kental.
• Hasil Pemeriksaan Viskositas :
- Normal : mudah ditarik ke dalam pipet dan membentuk tetesan kecil yang tidak tampak
menggumpal atau berserabut ketika jatuh dari pipet akibat gravitasi.
- Abnormal : tetesan yang membentuk benang lebih panjang dari 2 cm dianggap sangat
kental.
• Laporan hasil pemeriksaan viskositas :
- derajat 0 (cair) hingga 4 (seperti gel)
- rendah, normal, atau tinggi.
• Interpretasi :
Peningkatan viskositas dan likuefaksi yang tidak sempurna dapat menghambat pemeriksaan
motilitas sperma, konsentrasi sperma, deteksi antibodi antisperma, dan pengukuran marker
biokimia
MIKROSKOPIS
JUMLAH SPERMA PER LAPANG PANDANG

• Jumlah sperma yang sebenarnya dalam spesimen merupakan ukuran


fertilitas yang valid

• Cara kerja :
- sperma hingga homogen
- ambil 1-3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup
dengan cover glass
- lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
- hitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Menghitung Spermatozoa

 Bila per lapang pandang < 100 pengenceran 10 X, >100 pengenceran 20X
 10 X → sedot sperma 1 encerkan 11
 20 X → sedot sperma 0,5 encerkan 11
 Hitung dalam Hemositometer (Improve Neubauer), pada bagian sentral.
 Hasil perhitungan : N X 10.000/20.000
Konsentrasi spermatozoa juta/ml
• Nilai referensi untuk konsentrasi sperma biasanya dinyatakan sebagai lebih besar dari
20 hingga 250 juta sperma per mililiter

Kamar hitung Hemositometer

Hanya sperma yang berkembang secara utuh yang dihitung. Sperma imatur dan leukosit,
sering disebut sebagai sel "bulat", tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan.
Misalnya : dihitung berturut-turut lapang pandang:
I = 10 Spermatozoa, II = 5 Spermatozoa, III = 7 Spermatozoa, IV = 8 Spermatozoa
Dalam laporan dituliskan terdapat 5-10 spermatozoa perlapang pandang.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 5-10 juta/ml.
• Jika perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa maka tidak usah dilakukan
pemeriksaan konsentrasi, dan disebut Azoospermia
• Normal : Jumlah sperma total lebih dari 40 juta per ejakulasi (20 juta per mililiter × 2 mL)
MOTALITAS

• Pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa :


- pada suhu kamar (20oC – 25o C).
- setelah 20 menit (karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental, sehingga
spermatozoa mudah bergerak), jangan lebih dari 60 menit setelah ejakulasi (sebab
dengan bertambahnya waktu maka spermatozoa akan memburuk pergerakannya,
serta pH dan bau mungkin akan berubah).
• Gerak spermatozoa :
- baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, serta gerak cepat
- kurang baik adalah gerak zig-zag (ditempat), berputar-putar, diam (tidak bergerak),
gerak lurus kedepan tetapi kurang cepat (pelan) dan lain-lain
• Cara kerja :
Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak kemudian dihitung yang
bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik, contoh:
- Yang tidak bergerak = 25%
- Yang bergerak kurang baik = 50%
- Yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25%
• Presentase pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya
kelipatan 5, misalnya: 10%, 15%, 20%).
• Jika sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang
hidup) sebab spermatozoa yang tidak bergerak pun kemungkinan masih
hidup.
AGLUTINASI SPERMATOZOA
MORFOLOGI

• Morfologi sperma dievaluasi berdasarkan dengan adanya struktur kepala, leher


(neckpiece), badan (midpiece), dan ekor.
• Abnormalitas pada morfologi kepala berhubungan dengan penetrasi ovum yang buruk,
sedangkan abnormalitas pada leher, badan, dan ekor mempengaruhi motilitas
• Cara kerja :
- Fiksasi → dikeringkan → pewarnaan :
Giemza, Meyer, Fast Green, Wright,Steeno, Bryan/Leishman, dan Papanicolou
- Pembacaan di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali
- Penentuan bentuk-bentuk spermatozoa normal dan abnormal.
Bentuk Spermatozoa Normal :
- Kepala oval, akrosom meliputi 1/3 nya, Panjang 3-5 mikron, lebar 2-3 mikron
(1/2-2/3 panjang kepala).
- Midpiece langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2 kali panjang kepala, berada
satu garis dengan sumbu Panjang kepala.
- Ekor batas tegas berupa garis, Panjang 9 kali panjang kepala
NORMAL
Macam abnormalitas kepala :
• Makro : 25% lebih besar
• Mikro : 25% lebih kecil
• Kepala Taper
• Kepala piri : tetesan air mata
• Kepala amorf (terato)
• Kepala round (bulat)
• Kepala ganda
• Kepala pin : tidak ada bentuk kepala,
sitoplasma droplet, midpiece & ekor abn.
A & B: SPERMATOZOA NORMAL, C: KEPALA MAKRO,
D KEPALA MIKRO, E,F KEPALA TAPER
G:KEPALA PIRI, H:KEPALA DOBEL, I:KEPALA AMORF,
J: KELAINAN EKOR (SPIRAL),K,L:DROPLET
SITOPLASMA
PIRIFORM
LEPTO
DOUBLE HEAD
MIDPIECE EFECT
MACRO - MICRO
TAIL DEFECT
PENGHITUNGAN SEL BULAT
• Diferensiasi dan enumerasi sel bulat (sperma imatur dan leukosit) juga dapat
dilakukan selama pemeriksaan morfologi.
• Granulosit yang positif terhadap peroksidase merupakan bentuk dominan leukosit
dalam semen dan dibedakan dari sel spermatogenik dan limfosit menggunakan
pewarnaan peroksidase.
• Jumlah spermatid atau leukosit yang terlihat dalam hubungannya dengan 100
sperma matur, jumlah per mililiter dapat dihitung menggunakan rumus berikut, di
mana N merupakan jumlah spermatid atau neutrofil yang dihitung per 100 sperma
matur, dan S merupakan konsentrasi sperma dalam juta per mililiter:

Metode ini dapat digunakan jika perhitungan tidak dapat dilakukan pada perhitungan
hemositometer dan untuk memverifikasi jumlah yang dilakukan oleh hemositometer
• Jumlah leukosit lebih dari 1 juta per mililiter per ejakulasi menunjukkan kondisi
inflamasi yang berhubungan dengan infeksi dan kualitas sperma yang buruk dan dapat
mengganggu motilitas sperma serta integritas DNA , menyebabkan terjadinya infertilitas

• Adanya spermatid lebih dari 1 juta per mililiter menunjukkan adanya gangguan
spermatogenesis. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi virus, paparan bahan
kimia toksik, dan kelainan genetik
SPERMATID
GERM CELL
A: Spermatogonium, B: Spermatosit primer,
C:Spermatosit sekunder, D,E,F:Spermatid (Sab).
A,B,C,D: Lekosit polimorfonuklear (PMN)
E : Limfosit, F: sel Epitel
POST ANALITIK Interpretasi Hasil Pemeriksaan
World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma yang normal,
sebagai berikut:6
INTERPRETASI

Anda mungkin juga menyukai