Anda di halaman 1dari 8

Kasus : Sirosis Hepatis

Pasien INT, laki-laki, 57 tahun, memiliki keluhan utama perut membesar. Pasien datang sadar
dan diantar oleh keluarga ke RS UMC pada tanggal 25 Juli 2021 mengeluh perut membesar.
Perutnya dikatakan membesar secara perlahan pada seluruh bagian perut sejak 3 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Perutnya dirasakan semakin hari semakin membesar dan bertambah tegang.
Selain itu, pasien juga mengeluh adanya bengkak pada kedua kaki sejak 6 minggu sebelum
masuk rumah sakit yang membuat pasien susah berjalan. Bengkak dikatakan tidak berkurang
ataupun bertambah ketika dipakai berjalan ataupun diistirahatkan. Keluhan kaki bengkak ini
tidak disertai rasa nyeri dan kemerahan.

Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati sejak 1 bulan namun memberat sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati dikatakan seperti ditusuk-tusuk dan terus-menerus dirasakan
oleh pasien sepanjang hari. Keluhan nyeri juga disertai keluhan mual yang dirasakan hilang
timbul namun dirasakan sepanjang hari, dan muntah yang biasanya terjadi setelah makan.

Pasien mengatakan bahwa buang air besarnya berwarna hitam seperti aspal dengan konsistensi
sedikit lunak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 2 kali per hari dan
volume kira-kira ½ gelas setiap buang air besar. Buang air kecil dikatakan berwarna seperti teh
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, dengan frekuensi 4-5 kali per hari dan volumenya
kurang lebih ½ gelas tiap kali kencing. Pasien juga mengatakan bahwa kedua matanya berwarna
kuning sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum pasien dalam sakit sedang, kesadaran kompos mentis, berat badan 69 kg, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 92x per menit, laju respirasi 20x per menit, suhu axilla 370C, dan VAS:
3/10 di daerah epigastrium.

Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menunjang diagnosis pasien ini, didapatkan
bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, SGOT, SGPT, BUN dan kreatinin pada pasien
meningkat, sedangkan albumin rendah. Pemeriksaan HbsAg hasilnya reaktif. Dari pemeriksaan
USG abdomen didapatkan kesan pengecilan hepar dengan splenomegali sesuai dengan gambaran
sirosis hepatis, ascites, dan curiga nefritis bilateral.
Pertanyaan termin pertama

1. Apa itu kreatinin? (Delya)

2. Apa itu albumin? (Anisa Mylina)

3. Apa itu bilirubin direct dan indirect? (Anisa N)

4. Apa itu SGOT & SGPT? (Neneng)

5. Apa itu BUN? (Ciska)

6. Apa itu HbsAg? (Dwi)

7. Apa itu splenomegaly? (Fitri)

8. Apa itu epigastrium? (Neneng)

9. Apa itu ascites? (Leni)

10. Apa itu VAS? (Mala)

11. Apa itu bilirubin? (Delya)

12. Apa itu sirosis hepatis? (Karneng)

Jawaban

1. Kreatinin merupakan zat limbah dalam yang diproduksi oleh jaringan otot, yang diolah oleh
ginjal dan dibuang melalui urine, Kadar kreatinin normal dalam darah 1,2 mg/dL untuk wanita,
sementara 1,4 mg/dL untuk pria. Jika kadarnya melebihi angka tersebut, artinya ginjal
mengalami gangguan fungsi (Anisa Mylina)

2. Albumin adalah protein yang terkandung di dalam plasma darah kita dan protein ini tuh
diproduksi oleh organ hati. Albumin juga dapat membawa hormon, vitamin dan enzim keseluruh
tubuh. (Anisa N)

3. Bilirubin direc merupakan yang tidak butuh ikatan dengan protein dan sudah melalui
konjugasi dengan asam glukoronat didalam hati untuk kadar normal 0,1-0,3 miligram perdesiliter
(mg/dl)

Bilirubin indirect adalah bilirubin yang belum mengalami konjugasi oleh hati dengan asam
glukoronat. (Neneng)

4. SGOT merupakan serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, merupakan enzim yang


biasanya ditemukan pada hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak
Sedangkan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) merupakan enzim yang banyak
terdapat dalam organ hati. (Mala)

5. BUN atau nitrogen urea darah (BUN) adalah tes medis yang mengukur jumlah urea nitrogen
yang ditemukan dalam darah. (Leni)

6. HbSag merupakan protein yang terdapat pada permukaan virus hepatitis B. Tes HBsAg yang
menunjukkan hasil positif, menandai bahwa seseorang terinfeksi virus hepatitis dan
kemungkinan dapat menulari virus tersebut kepada orang lain. (Fitri)

7. Splenomegali merupakan pembesaran limpa yang bisa disebabkan oleh berbagai kondisi,
seperti infeksi, penyakit hati, dan kanker. Limpa merupakan sebuah organ yang terletak pada
abdomen bagian kiri atas. (Dwi)

8. Epigastrium merupakan area perut yang terletak di bagian tengah atas. Pada area ini dihuni
oleh banyak organ, termasuk lambung, duodenum, hati, pankreas, ginjal, otot, peritoneum, dan
komponen lain yang menyokongnya. (Delya)

9. Ascites adalah Penumpukan cairan di perut. Pembengkakan pada perut yang disebabkan
karena akumulasi cairan, sering kali berhubungan dengan penyakit hati. (Leni)

10. VAS (Visual Analog Scale) digunakan untuk mengetahui nilai atau skala nyeri pada LBP.
VAS berupa garis horizontal dengan panjang 100 mm dengan deskriptor verbal (jangkar kata)
pada setiap ujung untuk mengungkapkan ekstrem dari perasaan, dan nilai VAS ditentukan
dengan mengukur dalam milimeter dari ujung kiri garis ke titik yang ditandai oleh responden
(Klimek et al., 2017). (Karneng)

11. Menurut buku pagana's Canadian manual of diagnostik and laboratori test. Bilirubin itu
dilepaskan dari sel darah merah dan dipecah menjadi molekul heme dan globin kemudian
dikatabolisme menjadi biliverdin, yang diubah menjadi bilirubin. Bentuk bilirubin ini disebut
bilirubin tak terkonjugasi (tidak langsung). Di hati, bilirubin tidak langsung terkonjugasi dengan
molekul glukuronida, yang menghasilkan bilirubin terkonjugasi (direk). Bilirubin terkonjugasi
kemudian diekskresikan dari hati dan sel dan ke dalam kanalikuli intrahepatik, yang akhirnya
dimuat ke duktus hepatik. (Neneng)

12. Sirosis Hepatitis adalah kerusakan hati kronis bisa dari berbagai penyebab yang mengarah ke
jaringan parut dan gagal hati atau menimbulkan kerusakan serius pada struktur hati. (Anisa N)

Pertanyaan termin ke dua

1. Ada kemungkinan komplikasi yang terjadi tidak pada pasien dalam kasus tersebut? Apa itu
pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi? (leni)
2. Setau saya, manifestasi sirosis hepatis itukan tergantung tingkat keparahannya. Nah tanda
umum yang mengarah pada sirosis hepatis apa saja?

3. Dari kasus tersebut dijelaskan pasien mengeluh mual muntah yang dirasakan hilang timbul.
Ada yang bisa menjelaskan pathway kenapa sirosis hepatis bisa menimbulkan gejala seperti itu?

4. Apa penyebab sirosis hepatis? (Fitri)

5. Di pemeriksaan diagnostic itu kan ada pemeriksan bilirubin ya , nah pemeriksaan bilirubin itu
bagaimana dan normalnya berapa?

6. Bagaimana pencegahan sirosis hepatis? (Delya)

Jawaban

1. Pada kasus ini, pasien mengalami komplikasi berupa perdarahan saluran cerna pada kasus
tersebut pasien mengatakan bahwa buang air besarnya berwarna hitam seperti aspal dengan
konsistensi sedikit lunak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 2 kali per
hari dan volume kira-kira ½ gelas setiap buang air besar. Seharusnya dilakukan pemeriksaan
esofagogastroduodenoskopi.

Esofagogastroduodenoskopi (EGD) adalah pemeriksaan yang menggunakan alat endoskop untuk


memeriksa organ dalam tubuh khususnya saluran cerna dengan membidik melalui alat,sehingga
dapat dilihat sejelas- jelasnya setiap organ yang diperiksa (Ciska)

2. Tanda dan gejala umum yang mengarah pada sirosis hepatis yaitu :

 Hipertensi portal akibat adanya peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati
 Penurunan kesadaran akibat penumpukan zat toksik dalam otak dan berkurangnya suplai
oksigen
 Pendarahan saluran cerna bagian atas akibat hipertensi portal dan rapuhny apembuluh
darah
 Spider nevi akibat peningkatan pigmentasi
 Eritema pelamar akibat rapuhnya pembuluh darah sehingga mudah pecah
 Anoreksia akibat asistes menekan gaster
 Kelelehan dan kelemahan akibat anemia
3.

Ada beberapa yang bisa menyebabkan terjadinya sirosis hepatis. Yaitu :

- Hepatitis virus B dan C

- Alkohol

- Metabolik : DM

- Kolestatis kronik

- Toksis dari obt : INH

- Mal nutrisi

Salah satu atau beberapa dari itu bisa menyebabkan terjadinya sirosis hepatis. Kemudian sirosis
hepatis ini terjadi karena fungsi hati terganggu yang bisa menyebabkan gangguan pembentukan
empedu. Nah kenapa bisa terjadi gangguan pembentukan empedu? Karena lemak tidak dapat di
emulsikan dan tidak dapat di serap oleh usus halus : ini yang menyebabkan gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Selain itu, lemak tidak dapat di emulsikan dan tidak dapat di serap oleh
usus halus juga bisa menyebakan terjadinya diare dan bisa terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit.

4. Ada berbagai penyebab dari sirosis hepatis yaitu alkoholik, kelainan metabolik atau infeksi
Hepatitis B dan Hepatitis C (Dwi)
5. Nah pemeriksaan bilirubin merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur
jumlah total bilirubin yang ada di dalam darah. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi fungsi hati
atau membantu mendiagnosis anemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah (anemia
hemolitik).

Bilirubin adalah pigmen berwarna oranye-kuning yang terbentuk secara alami sebagai hasil dari
pemecahan sel darah merah yang sudah tua. Untuk pengecekan bilirubin total menggunakan
sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan. Biasanya, darah diambil melalui
jarum kecil yang dimasukkan ke dalam vena di lengan. Jarum kemudian akan ditempelkan pada
tabung kecil, di mana darah akan dikumpulkan.

Untuk menentukan nilai normal atau tidaknya. Bilirubin kadar bilirubin direk pada anak di atas
12 tahun dan orang dewasa adalah 0-0,4 mg/dL. Namun nilai normal pemeriksaan kadar
bilirubin direk bervariasi antara satu laboratorium dengan laboratorium lainnya. Nilai normalnya
juga bisa berbeda antara jenis kelamin dan usia.

6. Menurut jurnal medical profession (medro) 2020 sirosis hepatis, pencegahannya yaitu :

 Membatasi konsumsi alkohol


 Melindungi diri dari infeksi virus hepatitis
 Menerapkan pola makan sehat
 Rutin berolahraga (Mala)

Pertanyaan termin ke tiga

1. Bagaimana intervensi diagnosa 1?

2. Bagaimana intervensi diagnosa 2?

3. Bagaimana intervensi diagnosa 3?

4. Bagaimana intervensi diagnosa 4?

5. Bagaimana intervensi diagnosa 5?

6. Bagaimana intervensi diagnosa 6?

7. Bagaimana intervensi diagnosa 7?

8. Bagaimana intervensi diagnosa 8?

9. Bagaimana intervensi diagnosa 9?

10. Bagaimana intervensi diagnosa 10?


Jawaban

1. Monitor tanda-tanda vital, perawatan kulit pengobatan topical, pengajaran perawatan kaki,
perawatan imobilisasi, terapi latihan pergerakan sendi, terapi nutrisi, Perlindugan infeksi

2. Monitor tanda-tanda vital, monitor skala nyeri, pemberian analgesic, pemberian obat IV,
pemberian obat oral, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, manajemen nyeri

3. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat,
bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, bantu untuk mendapatkan
alat bantuan aktivitas seperti kursi roda atau krek, bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam aktifitas, bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan,
monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan,
pasien, monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering,
yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Monitor TTV ortostatik, ajurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K, hindari terjadinya konstipasi dengan menganjurkan untuk
mempertahankan intake cairan yang adekuat dan pelembut feses, monitor status cairan yang
meliputi intake dan output, intruksikan pasien untuk membatasi aktivitas

6. Manajemen elektrolit, monitor cairan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat,
manajemen nutrisi, terapi intravena

7. Mendorong pasien ikut dalam aktivitas social dan komunitas, mendorong pasien mencari
dorongan spiritual jika diperlukan, bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang
mereka harapkan dan butuhkan satu sama lain

8. Beritahukan pengetahuan proses penyakit, kaji pengetahuan tentang kondisinya, berikan


medikasi dan terapi untuk proses penyakit yang mendasari, untuk menurunkan resiko gangguan
fungsi hati, berikan intruksi kepada pasien tentang tanda dan gejala yang menyertai penyakit

9. Monitor TTV, pertahankan catatan intake dan output yang akurat, kolaborasi pemberian IV,
monitor status nutrisi, monitor masuk makanan/cairan dan hitung intake kalori harian, monitor
tingkat HB dan Hematrokit

10. Monitor nutrisi, konseling nutrisi, manajemen berat badan, identifikasi resiko
KESIMPULAN

Dari tutorial yang telah dilakukan, hasil yang begitu dirasakan semakin bertambahnya
pengetahuan seluruh teman teman umunya dan khususnya semakin meningkat skill berfikir kritis
yang kita latih dalam tutorial tadi. Sehingga apa yang telah dikatakan oleh bapak dosen kita
sebagai perawat harus bisa berfikir kritis dengan tindakan tindakan yang akan kita lakukan
sebagai seorang perawat adalah benar adanya.

Ucapan terimakasih sebesar besarnya untuk semua pihak yang terlibat dalam proses tutorial ini
khususnya kepada bapak dosen.

Anda mungkin juga menyukai