Anda di halaman 1dari 17

PATOFISIOLOGI DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM

PENCERNAAN : HEPATITIS B DAN C KRONIK


RESUME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan


Dosen Pengampu : Raihany Sholihatul Mukaromah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :

Asti Aulia 221FK03001


Siti Nurhasanah 221FK03002
Rizka Olivia N.P 221FK03003
Amelia Febrianti 221FK03004
Deviana 221FK03005
Hesby S.R.D 221FK03006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
JUNI, 2023
KASUS 3

Tn M berusia 36 tahun datang ke RS dengan keluhan kepala terasa berat sejak 1 bulan.
Kepala terasa berat ini terutama dirasakan setiap pagi hari dan mulai berkurang pada siang
dan malam hari. Tetapi akhir-akhir ini kepala terasa berat dirasakan hampir setiap hari.
Penderita juga mengeluh lemah pada badan yang juga dirasakan sejak 1 bulan. Terasa pegal-
pegal pada seluruh badan kadang disertai flu, dan badan sumer-sumer. Kadang-kadang
penderita juga mengeluh mual-mual tapi tidak sampai muntah. Terasa tidak enak di bagian
ulu hati seperti terasa penuh berisi makanan. Penderita juga mengeluh perut kanan atas terasa
sebah, tidak pernah mengeluh mata kuning, tidak pernah mengeluh kencing warna seperti air
teh. Penderita tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Penderita mempunyai
kebiasaan minum-minuman beralkohol, kebiasaan memakai narkoba dengan jarum suntik
serta narkoba jenis yang diminum. Tetapi sejak penderita sakit, penderita sudah berhenti
minum-minuman keras dan memakai narkoba.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita dengan kesadaran composmentis, keadaan


umum baik, pada lengan penderita tampak tatto, status gizi penderita baik, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 x/menit regular, isi cukup, respirasi 18x/mnt, dengan temperatur
aksila 36,2o C. Pada pemeriksaan mata pada konjungtiva palpebra tidak ada anemi, sklera
tidak icterus, tidak ada oedema palpebra. Pada pemeriksaan THT tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-). Suara
jantung tunggal S1 dan S2 tunggal, murmur (-).

Pemeriksaan abdomen tidak tampak distensi, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan ekstremitas hangat dan tidak ditemukan edema. Dari pemeriksaan laboratorium
tanggal 23 Nopember didapatkan SGOT 165 U/l, SGPT 119 U/l, bilirubin total 0,84 mg/dl,
bilirubin direk 0,13 mg/ dl, glukosa puasa 85 mg/dl, kolesterol total 179 mg/dl, kolesterol
LDL 140 mg/dl, kolesterol HDL 34 mg/dl, TG 107 mg/dl, asam urat 8,4 mg/dl.

Pada tanggal 26 Nopember diperiksa HBsAg (+), anti HCV (+), serum kreatinin 0,9 mg/dl,
ureum 29 mg/dl. Dari pemeriksaan darah lengkap didapatkan WBC 12,3 /ul, HGB 14,9 g/dl,
PLT 182 x103 /ul. USG abdomen didapatkan hasil liver ukuran membesar, permukaan rata
tepi tajam, echoparenchyme meningkat difuse, tidak tampak nodul, liver kidney contrast (+),
lain-lain kesan normal. Kesan USG adalah fatty liver.

1
Dari pemeriksaan imunoserologi tanggal 28 Nopember didapatkan anti HCV reaktif, anti
HBc IgM non reaktif, HBeAg reaktif, anti HBe non reaktif. Pada pemeriksaan protrombin
time 11,7 detik, INR 0,7. HCV-RNA (+) 1,61 x 103 IU/ml, pada tanggal 2 Desember
dilakukan Biopsi hati pemeriksaan mikroskopis didapatkan jaringan hepar dengan portal
triads, sel hepar dengan balloning degeneration dan focal necrosis, lobolus hepar sebagian
besar masih baik, pada daerah portal sudah ada moderate piece meal necrosis dan moderate
portal infiltrate of inflamatory cells (grade 3), sudah ada fibrosis periportal dan belum ada
portal to portal fibrosis (stage 1). Sirosis tidak ada, tidak ada tanda-tanda keganasan.

2
1. Istilah Asing
1) Bilirubin direk
2) Low Density Lipoprotein (LDL)
3) High-density lipoprotein (HDL)
4) Trigliserida (TG)
5) HbsAg
6) Anti HCV
7) Kreatinin
8) Ureum
9) WBC
10) Hemoglobin
11) PLT
12) Nodul Tiroid
13) Fatty liver
14) Immunoserologi
15) INR
16) HCV-RNA
17) Sel hepar
18) Lobus hepar
19) Fibrosis periportal
20) Sirosis hati
21) Biopsi hati
22) Portal triads
23) Balloning degeneration

2. Pengertian Istilah Asing


1) Bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi merupakan bilirubin bebas yang memiliki
sifat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi saat dilakukan pemeriksaan.
2) Low Density Lipoprotein (LDL) adalah salah satu jenis kolesterol. Adanya kolesterol
dalam batas normal tidak berbahaya bagi tubuh. Sedangkan kadar LDL yang terlalu
tinggi bisa menimbulkan masalah pada kesehatan. Itu sebabnya LDL dikenal juga
sebagai kolesterol jahat.
3) High-density lipoprotein (HDL) merupakan salah satu golongan lipoprotein (lemak
dan protein) dimana kandungan protein lebih banyak dibanding lemak

3
4) Trigliserida (TG) adalah salah satu jenis lemak yang memiliki proporsi tinggi dalam
makanan (Ekananda, 2015). Trigliserida merupakan bahan untuk akumulasi endotelial
yang diserap oleh makrofag untuk membentuk sel foam.
5) HbsAg adalah singkatan dari Hepatitis B surface antigen. Saat masuk ke dalam tubuh,
virus hepatitis B akan membentuk surface antigen yang bisa dideteksi melalui tes
darah
6) Cek hepatitis C (Anti-HCV) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit hepatitis C. Tepatnya dengan mendeteksi keberadaan virus hepatitis C
(HCV/Hepatitis C Virus) dalam tubuh.
7) Serum kreatinin merupakan sampah hasil metabolisme otot yang mengalir pada
sirkulasi darah.
8) Ureum merupakan zat sisa dari pemecahan protein dan asam amino di dalam hati.
Kadar ureum dapat diukur melalui tes blood urea nitrogen (BUN). Zat ini bersifat
racun dan perlu segera dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.
9) WBC atau white blood cell atau sel darah putih adalah salah satu jenis sel darah yang
berfungsi untuk melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
10) Hemoglobin atau Hb adalah protein yang ada di dalam sel darah merah. Protein inilah
yang membuat darah berwarna merah. Dalam kadar yang normal, hemoglobin
memiliki banyak fungsi bagi tubuh. Oleh karena itu, kadar normal hemoglobin perlu
selalu dijaga. Selain memberi warna, hemoglobin juga berfungsi untuk membantu sel
darah merah mendapatkan bentuk alaminya, yaitu bulat dengan bagian tengah yang
lebih pipih. Dengan bentuk seperti ini, sel darah merah dapat dengan mudah bergerak
dan mengalir di dalam pembuluh darah.
11) PLT atau platelet adalah sel darah yang berfungsi sebagai proses pembekuan darah,
artinya jika terjadi perdarahan sel inilah yang berfungsi untuk menutup luka agar
cepat sembuh. Normalnya nilai trombosit adalah 150.000-450.000. Nilai trombosit
yang tinggi umumnya disebabkan karena perdarahan, kelainan darah seperti anemia
aplastik, infeksi, kanker dan lain sebagainya.
12) Nodul Tiroid adalah benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk di dalam tiroid
manusia, kelenjar kecil yang terletak di pangkal leher, tepat di atas tulang dada. Nodul
tiroid kebanyakan bukan masalah yang serius bahkan tidak menimbulkan gejala.
Hanya ada sebagian kecil nodul tiroid yang bersifat kanker.
13) Fatty liver adalah kondisi dimana hati menyimpan lemak secara berlebihan

4
14) Imunoserologi adalah pemeriksaan yang berfokus pada proses identifikasi antibodi.
Tidak hanya antibodi, nyatanya penyakit yang berhubungan dengan masalah
kesehatan akibat penyakit autoimun pun menjadi salah satu yang menjadi fokus pada
tes imunoserologi. Penyakit autoimun merupakan jenis kondisi dimana sistem daya
tahan tubuh dapat berubah dan akan melawan jaringan tubuh kamu yang sehat.
15) INR (International Normalized Ratio) yaitu rasio normal berstandar internasional
rekomendasi oleh WHO yang sering digunakan untuk pengukuran masa protrombin
dan sebagai pedoman terapi antikoagulan.
16) HCV-RNA (Real Time PCR) merupakan pemeriksaan kuantitatif RNA virus
Hepatitis C dalam plasma atau serum dengan menggunakan alat COBAS ampliprep
untuk penyiapan spesimen secara otomatis dan alat COBAS taqman 48 Analyzer
untuk amplifikasi dan deteksi secara otomatis.
17) Sel hepar merupakan sel berbentuk polihedral, mempunyai permukaan 6 atau lebih,
dengan batas sel jelas, inti bulat di tengah.
18) Lobus hepar sel hati merupakan bagian hati yang berbentuk heksagonal dan dikenal
dengan nama lobules.
19) Fibrosis periportal adalah salah satu komplikasi utama infeksi schistosomiasis.
20) Sirosis hati adalah kondisi di mana organ hati dipenuhi dengan jaringan parut
sehingga tidak dapat berfungsi dengan normal.
21) Biopsi hati merupakan baku emas penentuan derajat fibrosis hati, tetapi bersifat
invasif. Metode non invasif yang dikembangkan saat ini untuk mengetahui derajat
fibrosis hati adalah fibroscan, tetapi tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan. Nilai
Mean Platelet Volume (MPV) yang terdapat dalam pemeriksaan darah rutin dapat
dijadikan penanda keparahan fibrosis hati pada pasien hepatitis B kronik.
22) Portal triads atau liver lobules adalah bagian hati yang berbentuk heksagonal.
23) Balloning degeneration adalah adalah pembengkakan keratinosit, dan yang lainnya
adalah degenerasi retikuler.

5
3. Temukan kondisi yang tidak normal / patologis pada kasus tersebut

4. Jelaskan mengapa kondisi tidak normal / patologis tersebut bisa terjadi


No Patologis Indikator normal Rasional
1. Merasa badannya lemah Badan terasa segar dan Pada kasus peradangan
tidak lemah kronis seperti hepatitis
seringkali diikuti dengan
peningkatan jumlah
mediator terutama sitokin
dalam waktu yang lama.
Aktivitas sitokin akan
mempengaruhi
metabolisme sel sebagai
respon respon tubuh saat
mengalami peradangan.
Pada respon radang kronis
terjadi supresi saraf
simpatis yang
menyebabkan pasien
mengalami kelelahan
secara terus menerus.
2. Pegal-pegal pada seluruh Tidak merasa pegal- Pegal-pegal terjadi karena
badan pegal asam laktat di dalam tubuh
yang menumpuk.
Penumpukan ini dapat
muncul, karena
kekurangan oksigen di otot
untuk memecah glukosa
dan glikogen dalam darah.
Pada hepatitis akan terjadi
peningkatan asam laktat
disebabkan oleh kerusakan
sel hati.

6
3. Merasa mual Tidak mual Apabila terjadi peradangan
hati dan hati membesar,
dapat mengakibatkan
gangguan pada lambung
karena tertekan oleh hati
sehingga memicu mual
pada penderita hepatitis.
Keluhan mual juga dapat
dipicu oleh pembesaran
rongga perut akibat
penumpukan cairan.
Rangkaian peristiwa ini
muncul sebagai akibat
infeksi hepatitis yang
menghambat produksi
albumin dalam hati
sebagai pengontrol cairan
sel.
4. Merasa penuh berisi makanan Tidak merasakan penuh Penyebab merasa penuh
di bagian ulu hati di ulu hati dibagian ulu hati
disebabkan karena adanya
asam lambung (GERD),
kondisi ini berkaitan
dengan asam lambung
dimana biasanya bisa
berhubungan dengan
infeksi dari virus Hepatitis
B itu sendiri, atau terkait
dengan adanya stress
emosional, serta regimen
pengobatan yang
dikonsumsi oleh orang tua.

7
5. Perut kanan atas terasa sebah Perut kanan tidak terasa Hepatitis merupakan
sebah kondisi dimana terjadi
peradangan pada hepar.
Saat hepar mengalami
peradangan, ini akan
menyebabkan pembesaran
pada hepar yang disebut
dengan hepatomegaly.
Pembesaran ini yang akan
menekan organ organ di
dalam perut bagian kanan
karena posisi hepar yang
ada di perut kanan.
6. SGOT 165 U/l (meningkat) 5-40 U/l Peningkatan kadar
SGPT 119 U/l (meningkat) 7-56 U/l SGOT/SGPT merupakan
respon terhadap
mitochondrial injury yang
berhubungan dengan
infeksi hepatitis C dan
progresivitas fibrosis
hepar. Jika terdapat
kerusakan pada hati, maka
akan dilepaskan lebih
banyak SGOT dan SGPT
ke dalam darah sehingga
kadarnya akan meningkat
7. Bilirubin total 0,84 mg/dl 0,2-1,5 mg/dl Jumlah bilirubin dapat
(meningkat) meningkat akibat
kerusakan pada hepar. Di
dalam tubuh, bilirubin
akan diolah dan disimpan
di dalam empedu. Ketika
terjadi kerusakan pada

8
hati, maka kadar bilirubin
dalam tubuh akan
meningkat.
8. Bilirubin direk 0,13 mg/ dl 0-0,3 mg/dl Saat seseorang terkena
(meningkat) virus hepatitis atau
mengalami hepatitis
alkoholik akan
menunjukkan kadar
bilirubin direk meningkat.
9. Kolesterol total 179 mg/dl 200-239 mg/dl Penyebab kolesterol total
(menurun) meningkat, Jika hati tidak
berfungsi baik, hal itu bisa
menyebabkan
penumpukan kolesterol
pada tubuh. Dan adanya
perubahan metabolisme
metabolisme kolesterol,
termasuk peningkatan
sintesis kolesterol
10. Kolesterol HDL 34 mg/dl > 40 mg/dl Hati memainkan peran
(menurun) penting dalam sintesis,
sekresi, katabolisme, dan
penyimpanan lipid dan
lipoprotein. Oleh karena
itu, konsentrasi serum lipid
dan lipoprotein pada
penyakit hati dapat diubah.
Umumnya, kadar lipid
plasma dan lipoprotein
cenderung menurun
seiring dengan beratnya
penyakit hati

9
11. HBsAg (+) HBsAg (-) Seseorang yang terkena
virus hepatitis B dan dapat
menularkannya kepada
orang lain melalui paparan
darah atau cairan tubuh
akan menunjukan hasil tes
HBsAg positif
12. Anti HCV (+) Anti HCV (-) Tes anti HCV memakai
serum atau plasma ang
telah diencerkan,
kemudian diinkubasi
dengan bead ang telah
dilapisi dengan antigen
HCV. Bila terdapat
antibody di dalam serum,
maka immunoglobin
penderita akan terikat
dengan bead tadi dan dapat
dideteksi sehingga akan
menunjukan hasil ang
positif pada tes anti HCV.
13. Liver membesar Tidak terjadi Konsumsi alkohol yang
pembesaran pada liver berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan
pada hati sehingga
kandungan lemak akan
tertimbun pada sel-sel hati
dan menyebabkan
perlemakan serta
pembesaran pada hati.

5. Nama penyakit : Hepatitis Kronik B dan C

6. Faktor Risiko Hepatitis Kronik B dan C

10
Faktor risiko hepatitis B dan C adalah penggunaan narkoba suntik, tranfusi darah dan
produk darah, hemodialis, tenaga kesehatan, hubungan seksual multipartner, tato/tindik
tubuh dan kelahiran dari ibu yang terinfeksi hepatitis B atau C. Selain itu dapat
disebabkan oleh penggunaan jarum suntik bekas pakai, berhubungan seks tanpa
kondom dengan penderita, mendapat transfusi darah dari penderita, menjalani
prosedur medis dengan peralatan yang tidak steril, berbagi penggunaan sikat gigi,
gunting kuku, atau alat cukur dengan penderita. Selain dalam darah, cairan tubuh
lain dari penderita hepatitis B atau C juga mengandung virus hepatitis B atau C.
Beberapa faktor meningkatkan risiko penularan virus hepatitis C, yaitu memiliki
pasangan seksual yang menderita hepatitis C, tato atau tindik menggunakan peralatan
yang tidak steril, ibu dengan hepatitis C, penyalahgunaan jarum suntik, berbagi jarum
suntik narkoba, mengalami infeksi HIV, adanya penyakit gagal ginjal dan cuci darah
jangka panjang. Penelitian tentang hitung CD4+ pasien koinfeksi HIV/HCVyang
dikaitkan dengan penggunaan narkotika suntik, transfusi darah, status HIV,
penggunaan kondom saat hubungan seksual, frekuensi, jumlah, tipe hubungan
seksual, mendapatkan prevalensi hepatitis C sebesar 10,1%. Lalu didapatkan status
HIV reaktif dan hubungan seksual nonvaginal berhubungan dengan kejadian penyakit
hepatitis C. Tipe hubungan nonvaginal berhubungan dengan kejadian penyakit
hepatitis C. Prevalensi hepatitis C pada pasangan seksual pasien koinfeksi HIV/HCV
sebesar 10,1%. Tipe hubungan nonvaginal dengan status antiHIV positif
meningkatkan risiko kejadian hepatitis C sebesar 8 kali (Kurniawati et al., 2017)

7. Penanganan
1) Penanganan dan Pengobatan pada Hepatitis B
Setelah ditegakkan diagnose sebagai Hepatitis B, maka ada beberapa cara
pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu pengobatan secara oral dan injeksi.
a. Pengobatan oral
 Lamivudine; dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan nama 3TC.
Obat digunakan bai dewasa maupun anak-anak, pemakIn obat ini cenderung
akan meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat
monitor berkesinambungan dari dokter.
 Adefovir dipivoxil (Hepsera); Pemberian secara Oral akan lebih efektif
tetapi pemberian dengan Dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap
fungsi ginjal.

11
 Baraclude (Entecavir); obat ini diberikan pada penderita hepatitis B kronik,
efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala pusing letih mual
dan terjadi peningkatan enzim tadi.
b. Pengobatan dengan injeksi
 Microsphere; mengandung partikel radioaktif Pemancar sinar Betha yang
akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di
sekitarnya injeksi Alfa Interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON)
diberikan secara subkutan dengan skala pemberian 3x dalam seminggu
selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah
depresi, terutama pada penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya.
Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian
antipiretik.
2) Penanganan dan Pengobatan pada Hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon
Alfa, Pegylated Interferon Alfa dan Ribavirin. Pengobatan pada penderita hepatitis C
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak
dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

8. Pemeriksaan Penunjang
1) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada kerusakan
sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium
2) Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi
3) Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
4) Bilirubin serum total : meningkat pada penakit hepatoseluler
5) Protein serum total ; kadarna menurun pada berbagai gangguan hati
6) Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protombin akibat kerusakan sel
hati
7) Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktus
biliaris

12
9. Patofisiologi

13
DAFTAR PUSTAKA

Seidel D. Lipoprotein pada penyakit hati. J Clin Chem Clin Biochem. 1987; 25 :541–551.

Sumandjar, T., Adnan, Z. A., Kartodarsono, S., Pramana, T., & Redhono, D. (2020). Modul
Pembelajaran Stase Ilmu Penyakit Dalam Program Studi Profesi Dokter.
https://prodiprofesidokter.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2021/11/A-FIX-2020-modul-
koass-penyakit-dalam-2.pdf

Aleya, & Berawi, K. N. (2014). Korelasi Pemeriksaan Laboratorium SGOT/SGPT dengan


Kadar Bilirubin pada Pasien Hepatitis C. Majority Journal, 4(9), 135–139.

Barkhuizen, A., Rosen, H. R., Wolf, S., Flora, K., Benner, K., & Bennett, R. M. (1999).
Musculoskeletal pain and fatigue are associated with chronic hepatitis C: a report of
239 hepatology clinic patients. The American journal of gastroenterology, 94(5),
1355–1360. https://doi.org/10.1111/j.1572-0241.1999.01087.

Brataatmadja, D. (2017). Aspek Laboratorium Pada Infeksi Virus Hepatitis C. Journal of


Medicine and Health, 3, 13–25.

Nugraha, B. A., & Ramdhanie, G. G. (2018). Kelelahan pada Pasien dengan Penyakit Kronis.
Prosiding Seminar Bakti Tunas Husada, 1(April), 7–13.

Harahap, N. S., & Marpaung, D. R. (2022). Respon Laktat Dehidrogenase (Ldh) Setelah
Aktifitas Fisik Intensitas Berat Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Sains Olahraga :
Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan, 5(1), 61. https://doi.org/10.24114/so.v5i1.24234

Saraswati, A., Larasati, T., & Suharmanto, S. (2022). Faktor Risiko Terjadinya Penyakit
Hepatitis C. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(2), 649-654.
https://doi.org/10.37287/jppp.v4i2.952
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Hal. 363. Jakarta:EGC

14
SOAL KASUS

Seorang wanita berusia 22 tahun datang ke RSUD Bandung diantar oleh ibunya dengan
keluhan nyeri di bagian perut kanan atas disertai mual muntah dan merasa badannya lemas.
Klien mengatakan sudah 3 minggu ia merasakan keluhan ini. Selama 3 minggu ia
mengkonsumsi obat pereda nyeri paracetamol dan terkadang nyeri sedikit mereda. Namun
klien akhirnya dibawa ke RS karena sudah tidak tahan untuk menahannya lagi. Saat dikaji
keadaan klien composmentis, mata tampak menguning, klien mengatakan nyeri yang
dirasakan terasa seperti ditusuk-tusuk dan skala nyeri 7. Saat dites Anti HCV hasilnya
menyatakan positif virus hepatitis C. Bagaimana karakteristik dari virus hepatitis C tersebut?

A. Virus hepatitis C memiliki DNA sehingga dapat berintegrasi dengan DNA sel inang
B. Virus hepatitis C tidak memiliki DNA dan dapat berintegrasi dengan sel inang
C. Virus hepatitis C memiliki DNA tanpa berintegrasi dengan sel inang
D. Virus hepatitis C merupakan virus RNA tanpa berintegrasi dengan sel inang
E. Virus hepatitis C merupakan virus RNA dan dapat berintegrasi dengan sel inang

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai