KLARIFIKASI ISTILAH
1.1.
Urine
Urine adalah cairan yang diekskresi oleh ginjalm dialirkan melalui ureter,
disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan melalui uretha, isi kandungan
dan volumenya sangat bervariasi dari hari ke hari untuk mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit yang normal (Dorland, 2012).
1.2.
Hepatitis
Hepatitis merupakan istilah yang dipakai untuk semua jenis peradangan
pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan infeksi virus, bakteri dan parasit; obatobatan; konsumsi alkohol; lemak yang berlebih; dan penyakit autoimmun
(Infodatin Kemenkes RI, 2014).
1.3.
BAC
BAC adalah Bawah Arkus Costarum, suatu patokan dalam mengukur pembesaran
1.4.
AST
ALT
ALT (Alanine Transaminase) atau SGPT (Serum Glutamic Pyrupic
Bilirubin
Direct bilirubin
Direct bilirubin atau bilirubin terkonjugasi adalah bilirubin yang telah diambil
oleh sel-sel hati dan dikonjugasikan membentuk bilirubin diglukuronid yang larut
dalam air, yang dapat diekskresikan dalam empedu (Dorland, 2012)
1.8.
Indirect bilirubin
Indirect bilirubin atau bilirubin tak terkonjugasi adalah bentuk bilirubin yang
larut dalam lemak yang bersirkulasi dan membentuk ikatan lemah dengan protein
plasma (Dorland, 2012).
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1.
dan
sehingga
dapat
diekskresi
dalam
urine
dan
menimbulkan
Interpretasi
Normal
Terjadi ikterik, adanya kelebihan
bilirubin
Normal
Bilirubin :
Total bilirubin 6,2 mg/100 ml
3.4.
(2015)
Cara penularan
Fakal-oral
Makanan
Melalui air
HAB
Parenteral
Hubungan seksual
Melalui darah
HAC
Terutama melalui darah
Hubungan seksual
Perinatal
HAD
Terutama melalui darah
Hubungan seksual
Parenteral
HAE
Fakal-oral
Melalui air
Sumber : Lindseth (2014)
Masa inkubasi
15-45 hari (bisa lebih
pendek), rata-rata 30 hari
50-180 hari, rata-rata 6090 hari
15-160 hari, rata-rata 50
hari
30-60 hari, 21-140 hari,
rata-rata 35 hari
15-60 hari, rata-rata 40
hari
Hapatitis B
Hepatitis C
Hepatitis E
Virus Epstein-Barr
Cytomegalivirus
Campak
Varicella
Demam Q
Infeksi bakteri
Sepsis
Hepatitis alkohol
Hepatitis autoimun
BAB VI
BERBAGI INFORMASI
c.
Cara Penularan
seperti
gamma-interferon,
interleukin-1-alpha
(IL-1-),
Anoreksia
Nyeri/rasa tidak nyaman pada
abdomen
Feses berwarna dempul
Mual dan muntah
Demam atau menggigil
Sakit kepala
Artralgia
Mialgia
Diare
Nyeri tenggorokan
Sumber : Sanityoso & Christine (2015)
42-90
37-45
52-58
16-87
32-73
26-73
11-40
15-52
16-25
0-20
f. nPegakDois
WHO (2000) dan Sanityoso & Christine (2015) penegakkan diagnosis
HAV dapat dilakukan dengan :
1) Anamnesis
Dari anamnesis akan didapatkan keluhan gejala klinis seperti mudah
lelah, anoreksia, urin berwarna seperti teh dan riwayat paparan virus
2) Pemeriksaan Fisik
Akan didapatkan hepatomegali, ikterus, nyeri tekan abdomen di
kuadran kanan atas
3) Pemeriksaan Penunjang
g. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2000) dan Sanityoso & Christine (2015) tidak ada
terapi medikamentosa spesifik untuk hepatitis A.
Penggunaan obat
kehamilan,
terapi
imunosupresif,
pengobatan
yang
penunjang
didapatkan
gejala-gejala
dari
hepatitis
Prognosis
Anak-Anak (<5
Dewasa
tahun)
99%
98%
0,1%
0,3%
2,1%
i. Pencegahan
Menurut WHO (2000) dan Sanityoso & Christine (2015)
pencegahan infeksi virus HAV dapat dilakukan :
Suplai air bersih yang adekuat dengan pembuangan kotoran yang baik
dan benar didalam komunitas, dikombinasikan dengan praktik higiene
personal yang baik, seperti teratur mencuci tangan, dapat mengurangi
penyebaran dari HAV.
diberikan
secara
intramuskular,
dosis
tunggal
Volume
1 ml
1 ml
1 ml
Jadwal
0,6-12 bulan
0,6-18 bulan
0,1-6 bulan
c. Cara Penularan
Cara penularan hepatitis A adalah sebagai berikut : (1) Parenteral;
(2) hubungan seksual; (3) perinatal; (4) melalui darah (Lindseth, 2014;
Sanityoso & Christine, 2015).
d. Patogenesis
Menurut Sanityoso & Christine (2015) patogenesis infeksi HBV
melibatkan respons imun humoral dan selular. Virus bereplikasi di
hepatosit, dimana virus tersebut tidak bersifat sitopatik, sehingga yang
membuat kerusakan sel hati dan manifestasi klinis bukan disebabkan oleh
virus yang menyerang hepatosit, tetapi karena respon imun yang
dihasilkan oleh tubuh. Respon antibodi terhadap antigen permukaaan
berperan dalam eliminasi virus. Respon sel T terhadap selubung,
nukleokapsid dan antigen polimerase berperan dalam eliminasi sel yang
terinfeksi.
e. Manifestasi klinis
Menurut Sanityoso & Christine (2015) manifestasi klinis hepatitis
B adalah sebagai berikut :
1) Fase Inkubasi. Masa inkubasi virus HBV adalah 1-4 bulan
2) Fase Prodromal. Dengan gejala konstitusional berupa malaise,
anoreksia, mual, muntah, mialgia dan mudah lelah. Pasien dapat
mengalami perubahan rasa pada indra pengecap dan perubahan sensasi
bau-bauan. Sebagian pasien dapat mengalami nyeri abdomen kuadran
kanan atas atau nyeri epigastrum intermiten yang ringan sampai
moderat. Gejala diatas terjadi pada umumnya 1-2 minggu sebelum
terjadi ikterus.
5) Fase Ikterus. Hanya 30% pasien yang mengalami ikterus, sekitar 70%
mengalami hepatitis subklinis atau anikterik. Pasien dapat mengalami
ensefalopati hepatikum dan kegagalan multiorgan bila terjadi gagal hati
fulminan
6) Fase konvalesen. Gejala klinis dan ikterus biasanya hilang setelah 1-3
bulan, tetapi sebagian pasien dapat mengalami kelelahan persisten
meskipun kadar transaminase serum telah mencapai kadar normal.
f. Penegakkan diagnosis
Menurut Sanityoso & Christine (2015) dilakukan melalui :
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologis HBsAg dan IgM anti HBc dalam serum
Pemeriksaan biokimia hati seperti serum transaminase AST dan
ALT.
g. Penatalaksanaan
Sanityoso & Christine (2015) menyatakan bahwa penatalaksanaan
hepatitis B adalah sebagai berikut :
Infeksi HBV akut tidak membutuhkan terapi antiviral. Terapi antiviral
dini hanya diperlukan pada kurang dari 1% kasus, pada kasus hepatitis
6.3.
Agen
Klasifikasi
Cara penularan
Fekal-oral
Makanan/minuman
yang
terkontaminasi
feses
Hubungan seksual
(kadang-kadang)
Melalui darah
(kadang-kadang)
Masa
inkubasi
15-45 hari
(bisa lebih
pendek),
rata-rata 30
hari
Peny.
kronis
Tidak
Antibodi
Anti HAV
HAB
HAC
HAD
HAE
Virus DNA
berseubung
ganda,
ukuran 42
nm, 27 nm,
22 nm
Virus RNA
untai
tunggal,
ukuran 3060 nm
Virus RNA
untai
tunggal,
ukuran 3537 nm
Virus RNA
untai
tunggal tak
berkapsul,
ukuran 3234 nm
Hepadnavirus Parenteral
Hubungan seksual
Melalui darah
50-180
hari, ratarata 60-90
hari
Ya
Anti HBc
Anti HBe
Anti HBs
Seperti
Flavivirus
Terutama melalui
darah
Hubungan seksual
Perinatal
15-160
hari, ratarata 50 hari
Ya
Anti HCV
Menyerupai
viroid dan
virus satelit
tumbuhan
Terutama melalui
darah
Hubungan seksual
Parenteral
30-60 hari,
21-140
hari, ratarata 35 hari
Ya
Anti HBs
Anti HDV
Seperti
Alfavirus
Fakal-oral
Melalui air
15-60 hari,
rata-rata 40
hari
Tidak
Anti HEV
6.4.
Penyebab
Estradiol meningkat
Gangguan metabolisme hormon seks
- Muehrches line
- Terrys nails
- Clubbing
Osteoartopati Hipertropi
Kontraktur Dupuytren
- Hipoalbuminemia
- Hipoalbuminemia
- Hipertensi portopulmonal
Chronic proliferative periostitis
Proliferasi fibroplastik dan gangguan
deposit kolagen
Ginekomastia
Estradiol meningkat
Hipogonadisme
Perlukaan gonad primer atau supresi
fungsi hipofise atau hipotalamus
Ukuran hati : besar, normal, Hipertensi portal
mengecil
Splenomegali
Hipertensi portal
Asites
Hipertensi portal
Caput medusae
Hipertensi portal
Murmur CruveilhierHipertensi portal
Baungarten (bising daerah
epigastrum)
Fetor hepaticus
Diamethyl sulfide meningkat
Ikterus
Bilirubin meningkat (sekurangkurangnya 2-3 mg/dl)
Astetixis/Flapping tremor
Enselopati hepatikum
Sumber : Nurdjanah (2015)
d. Komplikasi
Menurut Nurdjanah (2015) komplikasi SH yang utama adalah :
Hipertensi portal
Asites
Varises gastroesofagus
Ensefalopati hepatikum
Sindrom hepatotorenal
Kanker hati
e. Penegakkan Diagnosis
Nurdjanah (2015) menyatakan bahwa pada atadium kompensata
sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan diagnosis SH. Adapun
pada stadium dekompensata diagnosis tidak terlalu sulit karena gejala dan
Jenis pemeriksaan
Aminotransferase ALT dan AST
Alkali fosfatase/ALP
Gamma glutamil transferase
Bilirubin
Albumin
Globulin
Waktu prothrombin
Natrium darah
Trombosit
Leukosit dan netrofil
Anemia
Hasil
Normal atau sedikit meningkat
Sedikit meningkat
Korelasi dengan ALP, spesifik khas
akibat alkohol sangat meningkat
Meningkat pada SH lanjut
Menurun pada SH lanjut
Meningkat terutama IgG
Meningkat/penurunan produksi faktor
V/VII dari hati
Menurun akibat peningkatan ADH
dan aldosteron
Menurun
Menurun
Makrositik, normositik dan mikrositik
Alpha 1-antitrypsin
3) Pemeriksaan pencitraan.
4) Pemeriksaan biopsi
Baku emas untuk diagnosis SH adalah biopsi melalui perkutan,
transjugular, laparoskopi atau dengan biopsi jarum halus. Akan tatapi
biopsi tidak diperlukan bila secara kilinis pemeriksaan laboratorium dan
radiologi menunjukkan kecenderungan SH (Nurdjanah, 2015).
f. Tatalaksana
Nurdjanah (2015) menyatakan bahwa sirosis hati secara klinis
fungsional dibagi atas :
1) Sirosis hati kompensata
2) Siorsis hati dekompensata disertai dengan tanda-tanda kegagalan
hepatoselular dan hipertensi portal
Penanganan SH kompensata ditujukan pada penyebab hepatitis kronis, hal
ini untuk mengurangi progresifitas penyakit SH agar tidak semakin lanjut
dan menurunkan terjadinya karsinoma hepatoselular :
Preparat
nukleosida
dekompensata
akibat
analog
dapat
juga
HBV
kronis
selain
diberikan
pada
penanganan
SH
untuk
komplikasinya
DAFTAR PUSTAKA
Dienstag, J.L. & Isselbacher, K.J. (2014). Hepatitis Akut. In. K.J. Isselbacher, E.
Braunwald, J.D. Wilson, J.B. Martin, A.S. Fauci and D.L. Kasper (Eds.).
Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi 13.
(pp.1980-1964). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lindseth, G.A. (2014). Gangguan Hati, Kandung Empedu dan Pankreas. In. S.A.
Price and L.M. Wilson (Eds.). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Volume1. Edisi 6. (pp.473-515). Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurdjanah, S. (2015). Sirosis Hati. In S. Setiati, I.Alwi, A.W. Sudoyo, M.
Simadibrata, B. Setiyohadi dan A.F. Syam (Ed.). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI. (pp.1980-1985). Jakarta : Penerbit
Interna Publishing.
Sanityoso, A. & Christine, G. (2015). Hepatitis Viral Akut. In S. Setiati, I.Alwi,
A.W. Sudoyo, M. Simadibrata, B. Setiyohadi dan A.F. Syam (Ed.). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI. (pp.1947-1964). Jakarta :
Penerbit Interna Publishing.
Thomas, H.C., Lok, A.S.F., Locarnini, S.A. & Zuckerman, A.J. (2013). Viral
Hepatitis. 4th Edition. New York : John Wiley & Sons.
WHO. (2000). Hepatitis A. Geneva, Switzerland : Department of Communicable
Disease Surveillance and Response, World Health Organization.