BLOK GASTROINTESTINAL
Fadhlia (1102018324)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019/2020
0
DAFTAR ISI
SKENARIO 2…………………………………………………………………...…2
KATA SULIT…………………………………………………………………..
….3
PERTANYAAN……………………………………………………………......….4
JAWABAN………………………………………………………………………..5
HIPOTESIS……………………………………………………………………….6
SASARAN BELAJAR……………………………………………………….…...7
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….....34
1
SKENARIO 2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit berat, kompos mentis, suhu
37,9 °C dan vital sign lain dalam batas normal, sklera mata sub-ikterik,
konjungtiva anemis. Pemeriksaan dan daerah redup hepar meningkat abdomen
didapatkan nyeri tekan di hipokondrium kanan, hepar teraba 2 cm dibawah arkus
kostae, tapi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal.
Dokter mencurigai anak ini menderita hepatitis yang perlu rawat inap, maka
dokter merujuk pasien untuk perawatan. Orang tua di jelaskan prinsip
penatalaksanaan dan cari pencegah agar keluarga tidak tertular. Setelah pasien
dirawat, dilakukan pemeriksaan labotariumdengan hasil: anemia, lekopeni, SGOT
dan SGPT meningkat 10 kali normal, bilirubin meningkat dan bilirubin una
positif. Seromarket Hepatitis belum ada hasil.
2
KATA SULIT
3
PERTANYAAN
4
JAWABAN
5
HIPOTESIS
6
SASARAN BELAJAR
7
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Hepar
1.1 Makroskopis
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.
Tiga fungsi dasar hepar:
a. membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinalis;
b. berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat,
lemak, dan protein;
c. menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing yang masuk ke
dalam darah dari lumen intestinum.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis
tepat di bawah diafragma. Seluruh hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa, tetapi
hanya sebagian ditutupi oleh peritoneum.
Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dekstra, dan
hemidiafragma dekstra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, perikardium, dan
cor. Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiafragma sinistra.
Permukaan atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diafragma.
Facies visceralis, atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang
letaknya berdekatan sehingga bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini
berhubungan dengan pars abdominalis esofagus, gaster, duodenum, fleksura coli
dekstra, ren dekstra dan glandula suprarenalis dekstra, serta vesica biliaris.
8
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
abdomen. Pada kondisi hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan
persediaan darah (Sloane, 2004). Beratnya 1200-1800 gram, dengan permukaan
atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak
bersentuhan diatas organ-organ abdomen. Batas atas hepar sejajar dengan ruang
interkosta V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga
VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis (Amirudin, 2009).
Hepar terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme, diinferior oleh fissura yang dinamakan dengan
ligamentum teres dan diposterior oleh fissura yang dinamakan ligamentum
venosum (Hadi, 2002). Lobus kanan hepar enam kali lebih besar dari lobus kiri
dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus dan lobus
quadrates. Menurut Sloane (2004), diantara kedua lobus terdapat porta hepatis,
jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. Hepar dikelilingi oleh
kapsula fibrosa yang dinamakan kapsul glisson dan dibungkus peritoneum pada
sebagian besar keseluruhan permukaannnya.
9
venosi dan fossa venae umbilicalis. Fossa sagittalis dextra terdiri dari fossa
vesicae fellea dan fossa venae cavae. Porta hepatis membentuk lobus quadratus
hepatis dan lobus caudatus hepatis.
Lobus Hepatis Sinistra adalah lobus hepar yang berada di sebelah kiri ligamentum
falciforme hepatis. Lobus ini lebih kecil dan pipih jika dibandingkan dengan lobus
hepatis dextra. Letaknya adalah di regio epigastrium dan sedikit pada regio
hyochondrium sinistra. Pada lobus ini, terdapat impressio gastrica,tuber
omentale, dan appendix fibrosa hepatis.
Porta hepatis terdiri dari vena porta, ductus cysticus, ductus hepaticus, dan ductus
choledochus, arteri hepatica propria dextra danarteri hepatica
sinistra, serta nervus dan pembuluh lymphe.
10
Vascularisasi hepar oleh:
1. Circulasi portal
2. A. Hepatica communis
3. Vena portae hepatis
4. Vena hepatica
1. Nn. Splanchnici (simpatis)
2. N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan
3. N. Phrenicus dexter (viscero-afferent)
1.2 Mikroskopis
11
Lobulus hati
a. Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang
mendarahinya yang bermuara pada pusatnya vena centralis. Batas-
batasnya adalah jaringan penyambung interlobular.
b. Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris
didalam segitiga Kiernan.
Bagian jaringan hati yang mengalirkan empedu ke dalam satu ductus biliaris
terkecil di dalam jaringan interlobular dan juga daerah ini mendapat perdarahan
dari cabang terakhir vena porta dan arteri hepatica.
Sinusoid hati
Lebih lebar dari kapiler dengan bentuk tidak teratur. Dindingnya dibentuk oleh sel
endotel yang mempunyai fenestra. Pada dinding menempel:
1. Pada dinding sebelah luar menempel fat storing cell (pericyte)
2. Pada dinding sebelah dalam menempel sel Kupffer yang bersifat fagositik.
▲
Gambar 1-2. Anatomi mikroskopis hepar babi, potongan melintang.
Dapat dilihat kapsula Glisson (GC), septum (S), area portal (PA),
12
lobulus (Lo) yang berbentuk hexagonal, dan vena centralis (VC) yang
terdapat di dalam lobulus.
13
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Hepar
2.1Fisiologi Hepar Sintesis
Fungsi hepar
14
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus
mengadakan katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi
beberapa komponen :
15
1. Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
4. Fungsi hemodinamik
Hati menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal
± 1500 cc/ menit atau 1000 – 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di
dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran
darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis,
pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan organ penting untuk
mempertahankan aliran darah.
Metabolism Bilirubin
16
1. Sekitar 85% bilirubin terbentuk dari pemecahan eritrosit tua dalam
sistem monosit-makrofag
2. Masa hidup rata-rata eritrosit 120 hari dan setiap hari dan setiap
dihancurkan sekitar 50 ml darah dan menghasilkan 250-350 mg bilirubin
3. Pada katabolisme hemoglobin(terutama terjadi di limpa),globin
mua-mula dipisahkan dari heme,setelah itu heme diubah menjadi biliverdin
4. Biliverdin diubah menjadi bilirubin tak terkonyugasi.bilirubin tak
terkonyugasi larut dalam lemak,tidak larut dalam air dan tidak dapat
dieksresi dalam empedu atau urin
5. Bilirubin tak terkonyugasi berikatan dengan albumin dalam suatu
kompleks larut air,kemudian diangkut oleh darah ke sel-sel hati
6. Metabolisme bilirubin dalam hati berlangsung dalam 3 tahap :
17
7. Bakteri usus mereduksi bilirubin terkonyugasi menjadi sterkobilin
atu urobilinogen.zat-zat ini menyebabakan feses berwarna coklat.Sekitar
10-20% urobilinogen mengalami siklus enterohepatik sedangkan sejumlah
kecil dieksresi dalam urin
18
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak
terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.
3.1 Definisi
Hepatitis A adalah penyakit infeksi akut pada hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis A (HAV), yang paling sering ditularkan melalui jalur fecal-
oral melalui makanan yang terkontaminasi atau air minum. Setiap tahun,
sekitar 10 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus. Waktu antara infeksi
dan munculnya gejala, (periode inkubasi), adalah antara dua dan enam
minggu dan rata-rata masa inkubasi adalah 28 hari.
19
3.2 Etiologi
Hepatitis A disebabkan oleh hepatitis A virus.
B. Siklus Hidup
Replikasi dari penyakit Hepatitis A target primer utama dari HAV
adalah sel-sel hati (Hepatosit) setelah virus tertelan mereka terabsorsi
melalui pembuluh darah diangkut ke hati dan begitu sampai di hati
mereka akan di telan oleh Hepatosit. Di sel materi genetik atau genon
dari HAV yang terdiri dari stranded RNA akan bertindak sebagai suatu
template yang akan memproduksi protein virus selanjutnya protein ini
akan berkembang kembali membentuk capsid virus yang baru dan akan
20
dirilis melalui saluran empedu kecil yang terdapat di antara sel-sel hati
dan mereka lalu secara bebas akan dibuang melalui tinja.
Virus mengkontaminasi
Virus diserap lambung atau
makanan atau minuman Terjadi replikasi virus di hati
usus halus
tertelan ke dalam tubuh
3.3 Epidemiologi
21
dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium terhadap fungsi hati.
Penyakit ini mempunyai gejala klinis dengan spektrum yang bervariasi
mulai dari ringan yang sembuh dalam 1-2 minggu sampai dengan
penyakit dengan gejala yang berat yang berlangsung sampai beberapa
bulan.
Perjalanan penyakit yang berkepanjangan dan kambuh kembali dapat
terjadi dan penyakit berlangsung lebih dari 1 tahun ditemukan pada 15%
kasus, tidak ada infeksi kronis pada hepatitis A. Konvalesens sering
berlangsung lebih lama. Pada umumnya, penyakit semakin berat dengan
bertambahnya umur, namun penyembuhan secara sempurna tanpa gejala
sisa dapat terjadi.
Kematian kasus dilaporkan terjadi berkisar antara 0.1% – 0.3%,
meskipun kematian meningkat menjadi 1.8% pada orang dewasa dengan
usia lebih dari 50 tahun, seseorang dengan penyakit hati kronis apabila
terserang hepatitis A akan meningkat risikonya untuk menjadi hepatitis A
fulminan yang fatal. Pada umumnya, hepatitis A dianggap sebagai
penyakit dengan case fatality rate yang relatif rendah.
Menurut US. Food Drug Administration (2005), penyebaran HAV dari
orang ke orang dapat meningkat karena masalah personal hygiene yang
buruk, kepadatan penduduk, serta pada kasus serangan sporadik pada
makanan yang terkontaminasi secara besar, air minum, susu dan ikan
laut. Penyebaran pada keluarga dan teman dekat juga sering terjadi.
Observasi epidemiologi diperkirakan bahwa predileksi hepatitis A terjadi
pada akhir musim gugur dan awal musim dingin sedangkan pada
daerah yang beriklim sedang, gelombang epidemik hepatitis A terjadi
setiap 5 sampai 20 tahun pada populasi baru yang tidak di imunisasi.
Menurut Chin J (2006), pada negara sedang berkembang, orang dewasa
biasanya sudah kebal dan wabah hepatitis A (HA) jarang terjadi. Namun
adanya perbaikan sanitasi lingkungan di sebagian besar negara di dunia
ternyata membuat penduduk golongan dewasa muda menjadi lebih rentan
sehingga frekuensi terjadi KLB cenderung meningkat. Di negara-negara
maju, penularan penyakit sering terjadi karena kontak dalam lingkungan
22
keluarga dan kontak seksual dengan penderita akut, dan juga muncul
secara sporadis di tempat- tempat penitipan anak usia sebaya, menyerang
wisatawan yang bepergian ke negara dimana penyakit tersebut endemis,
menyerang pengguna suntikan pecandu obat terlarang dan pria
homoseksual. Didaerah dengan sanitasi lingkungan yang rendah, infeksi
umumnya terjadi pada usia sangat muda. Di Amerika Serikat, 33% dari
masyarakat umum terbukti secara serologis sudah pernah terinfeksi HAV.
Menurut Depkes RI (2000), hepatitis A sangat umum
menyerang anak-anak sekolah dan dewasa muda. Pada tahun-
tahun belakangan ini, KLB yang sangat luas penularannya
umumnya terjadi di masyarakat, namum KLB karena pola
penularan ”Common source” berkaitan dengan makanan yang
terkontaminasi oleh penjamah makanan dan produk makanan
yang terkontaminasi tetap saja terjadi. KLB pernah dilaporkan
terjadi diantara orang-orang yang bekerja dengan primata yang
hidup liar.
3.4Patogenesis
23
Kuman ini masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air
yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman tersebut dapat
berkembang biak dengan cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah
ke dalam hati, dimana tinggal di dalam kapiler-kapiler darah dan
menyerang jaringan-jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan radang
hati.
3.5Manifestasi Klinis
Gejala klinis hepatitis A mirip dengan hepatitis lain yang diakibatkan oleh
virus. Hal ini umumnya meliputi:
• Demam;
• Keletihan/malaise;
• Hilang nafsu makan;
• Diare;
• Mual;
24
• Rasa tidak nyaman pada perut; and
• Sakit kuning (warna kulit dan sklera mata berubah kuning, urin gelap dan
feses pucat).
Tidak semua orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala-gejala
tersebut. Orang dewasa lebih sering menampilkan gejala dibandingkan
dengan anak-anak, dan keparahan penyakit akan meningkat pada
kelompok usia lebih tua. Penyembuhan gejala yang muncul akibat infeksi
dapat lambat dan mungkin memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
Infeksi Hepatitis A tidak menyebabkan penyakit liver kronis dan jarang
bersifat fatal, namun dapat mengakibatkan gejala pelemahan dan hepatitis
fulminan (gagal ginjal akut), yang berasosiasi dengan tingkat fatalitas yang
tinggi.
Cara Diagnosis
A. Anamnesis
Kapan pertama kali memperhatikan adanya ikterus dan oleh siapa ?
Apa yang dimaksud pasien dengan ikterus ? (Terkadang orang
mengira ikterus artinya sakit parah, tidak berwarna, atau depresi)
Adakah gejala lain (nyeri abdomen, demam, penurunan berat
badan, anoreksia, steatorea, urin gelap, pruritus) ?
Pernahkah bepergian ?
Pertimbangkan malaria atau infeksi hepatitis.
Adakah tanda-tanda yang menunjukkan keganasan (misalnya
penurunan berat badan, nyeri punggung), penyakit hati kronis
(misalnya pembengkakan abdomen akibat asites), atau hepatitis infeksi
?
Riwayat penyakit dahulu :
- Adakah riwayat ikterus sebelumnya ?
25
- Adakah riwayat transfusi darah ?
Obat-obatan :
Pertimbangkan semua pengobatan, termasuk yang diresepkan, obat
terlarang, dan obat alternatif, sebagai penyebab potensial dari ikterus.
Alkohol :
- Bagaimana konsumsi alkohol pasien ?
Riwayat keluarga :
Pertimbangkan penyebab turunan dari ikterus (misalnya anemia
hemolitik, sindrom gilbert).
B. Pemeriksaan Fisik
Ikterik
Hepatomegali, deskripsi pemeriksaannya :
- nyeri tekan
- ukuran (berapa cm dari px dan ac)
- tepi tajam → hepatitis akut
- tepi tak rata → sirosis, hepatoma
- tepi tumpul → hepatitis kronis
- permukaan licin → hepatitis
- permukaan berbenjol → hepatoma
- konsistensi lunak/kenyal → akut
- konsistensi keras → ganas
C. Pemeriksaan Laboratorium
26
Untuk mengetahui fungsi hati dilakukan pemeriksaan tes fungsi hati
dan untuk mengetahui penyebab dan ada tidaknya virus hepatitis
dalam tubuh dapat dilakukan beberapa pemeriksaan darah diantaranya:
D. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan faal hati dan petanda virus yang sering
dipergunakan untuk mendiagnosa penyakit adalah :
1. SGOT / AST
2. SGPT / ALT
3. Urobilinogen
4. Bilirubin Urine
5. Bilirubin direk/indirek
6. Alkali fosfatase
7. Gamma GT
9. Serum Albumin
Diagnosis Banding
- Hepatitis B
27
Kadar Alanine aminotransferase and/or aspartate aminotransferase
Kadar Alkaline phosphatase
Kadar Gamma-glutamyl transpeptidase
Kadar Total and direct serum bilirubin
Kadar Albumin
Hematologi dan koagulasi (eg, hitung trombosit, complete blood
count [CBC], international normalized ratio)
Kadar Ammonia
Erythrocyte sedimentation rate
Serologic tests, seperti :
Hepatitis B surface antigen (HBsAg)
Hepatitis B e antigen (HBeAg)
Hepatitis B core antibody (anti-HBc) immunoglobulin M (IgM)
Anti-HBc IgG
Hepatitis B e antibody (anti-HBe)
Hepatitis B virus (HBV) deoxyribonucleic acid (DNA)
Abdominal ultrasonography
Abdominal computed tomography (CT) scanning
Abdominal magnetic resonance imaging (MRI)
Treatment (Medikamentosa) :
28
Darah Lengkap dengan diferensial
Tes fungsi hati, termasuk kadar alanine aminotransferase
Tes fungsi thyroid
Screening tests untuk coinfection dengan HIV atau hepatitis B virus
(HBV)
Screening untuk pengguna alcohol, obat-obatan dan depresi
Pemeriksaan untuk mendeteksi Hepatitis C :
Tes Hepatitis C antibody: Enzyme immunoassays (EIAs), rapid
diagnostic tests (RDTs), dan point-of-care tests (POCTs)
Recombinant immunoblot assay
Qualitative dan quantitative assays untuk HCV RNA (berdasarkan
pada polymerase chain reaction [PCR] atau transmission-mediated
amplification [TMA])
HCV genotyping
Serologic testing (sering ditemukan cryoglobulinemia campuran
esensial)
- Hepatitis alkoholik
- Hepatitis D
- Hepatitis E
- Hepatitis autoimun
29
Hypoalbuminemia dan pemanjangan prothrombin time
Leukopenia ringan
Normochromic anemia
Coombs-positive hemolytic anemia
Thrombocytopenia
Peningkatan laju erythrocyte sedimentation
Eosinophilia (jarang)
3.7Tatalaksana
1. Istirahat
Bed rest pada fase akut, untuk kembali bekerja perlu waktu berangsur-angsur.
2. Diet
a. Makanan disesuaikan dengan selera penderita
b. Diberikan sedikit-sedikit
30
c. Dihindari makanan yang mengandung alkohol atau hepatotoksik
3. Medikamentosa (simtomatik)
a. Analgetik – antipiretik, bila demam, sakit kepala atau pusing
b. Antiemesis, bila terjadi mual/muntah
c. Vitamin, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan
31
3.8 Pencegahan
Upaya pencegahan dari infeksi penyakit ini dapat dibagi dua yaitu
A. Upaya Preventif umum
Upaya preventif umum ini mencakup upaya perbaikan sanitasi yang tampak
sederhana, tetapi sering terlupakan. Namun demikian, upaya ini memberikan dampak
epidemiologis yang positif karena terbukti sangat efektif dalam memotong rantai
penularan hepatitis A.
c. Isolasi pasien. Mengacu pada peran transmisi kontrak antar individu. Pasien
diisolasi segera setelah dinyatakan terinfeksi HAV. Anak dilarang datang ke sekolah
atau ke tempat penitipan anak, sampai dengan dua minggu sesudah timbul gejala.
Namun demikian, upaya ini sering tidak banyak menolong karena virus sudah
menyebar jauh sebelum yang bersangkutan jatuh sakit.
3.9 Komplikasi
Menurut mansjoer dkk (2000) komplikasi hepatitis terdiri dari edema serebral,
perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan
pernafasan, hipoglikemia, sepsis, gelisah, koagulasi intra vaskuler diseminata,
hipotensi, dan kematian.
3.10 Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis
A infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis
hepatik akut fatal.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi 22.
Jakarta: EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC
Sanityoso, A. (2009). Hepatitis Viral Akut. Dalam: Setiati, S., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing
Sanityoso, A. (2015). Hepatitis Viral Akut. Dalam: Setiati, S., et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing