Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hati merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Fungsi hati
diantaranya adalah memproduksi cairan empedu yang dapat membantu pencernaan lemak ,
menyimpan karbohidrat, memproduksi senyawa penting dalam pembekuan darah, serta
menghilangkan racun dari tubuh. Organ ini sangat tangguh bahkan bisa tetap bekerja walau
sedang mengalami kerusakan dan mampu terus beregenerasi ( memperbaiki diri) selama tidak
mengalami kerusakan yang parah. Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati adalah
hepatitis B.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa infeksi virus hepatitis B


merupakan penyebab lebih dari 780.000 kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Di indonesia
sendiri, hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukan bahwa prevelensi hepatitis B sebesar
9,4%. Hal ini berarti 1 dari 10 penduduk indonesia terinfeksi hepatitis B, sayangnya hanya satu
dari 5 penderita hepatitis B di indonesia yang sadar bahwa mereka menderita penyakit itu.

B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit hepatitis B dan asuhan keperawatan


terhadap klien dengan diagnoa tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hepatitis B merupakan peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi
akibat infeksi virus hepatitis B. Manifestsi klinis penyakit ini bervariasi dari akut sampai
kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Brumberg merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang disebut
sebagai australia antigen pada tahun 1962 dari serum seorang aborigin australia. Sekarang
lebih dikenal dengan nama antigen permukaan VBH (HbsAg) karna terdapat di permukaan
VBH.

B. Patofisiologi

Inflamasi yang di sebabkan oleh VHB menyebabkan pola normal pada hepar
terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel – sel hepar menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel – sel hepar. Setelah lewat masanya, sel – sel hepar yang menjadi
rusak di buang oleh respon system imun dan di gantikan oleh sel – sel baru yang sehat. Oleh
karenanya sebagian besar klien mengalami hepatits sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
sebelah kanan atas. Hal itu di manisfestasi kliniskan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin
yang belum mengalami konjungasi ( bilirubin indireck) masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut didalam hati. Selain itu terjadi kesulitan dalam hal
konjungasi akibatnya bilirubin tidak sempurna di keluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi ( akibat kerusakan sel eksresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjungasi (bilirubin indireck), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjungasi ( bilirubin direck). Jadi ikterus yang timbul disini terutama karena kesukaran
dalam pengankutan , konjungasi dan eksresi bilirubin.
Bilirubin merupakan hasil perombakan heme yang berasal dari hemoglobin, bilirubin
kemudian dibawa oleh albumin kedarah melalui hati. Di hati sebagian bilirubin di
konjungasi sebelum dipisahkan dalam empedu . bilirubin yang belum terkonjungasi dalam
bentuk normal tak larut air, berikatan dengan albumin yang di angkut ke hati
( bilirubinindireck). Sedangkan bilirubin yang terkonjungasi, bebas, yang larut dalam air
masuk kedalam empedu dan di sekresi di usus, dalam usus bilirubin berubah menjadi
urobilirubin dan mewarnai tinja dan yangmasuk ke ginjal akan mewarnai urine.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena tinja tampak pucat (abolish)
karena bilirubin konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di eksresi ke dalam kemih,
sehinggan menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjungasi dapat disertai peningkatan garam – garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal – gatal pada ikterus.

C. Komplikasi

1. Sirosis hepatis
Pada sirosis hepatis VHB menyebabkan peradangan pada hati dan mengakibatkan
nekrosis juga pembentukan jaringan ikat yang luas yang akan menyebabkan hambatan
darah menuju hati ( vena porta) akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah di vena
porta ( hipertensi porta) . akibat hambatan aliran darah ke hati pada sirosis hepatis sering
terjadi varises eusofagus yang dapat beresiko mengalami hematemesis melena.
2. Kanker hati
Kanker merupakan suatu penyakit yang muncul ketika sel – sel dalam suatu organ
berubah dan tumbuh secara ganas menjadi abnormal sehingga organ tersebut mengalami
kerusakan dan gagal fungsi. Dalam kasus hepatitis B di temukan mengembang menjadi
kanker hati sebesar 10 %.
3. Hepatitis B fulminal
Dimana sisitem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati sehingga
menyebabkan kerusakan yang parah. Hb fulminal memang jarang terjadi dan umumnya
disebabkanoleh HB akut, tetapi juga dapat terjadi pada penderita HB kronis dewasa.

D. Penatalaksanan medis

1. Pencegahan
Pengobatan pada hepatitis B ditekankan pada pada tindakan pencegahan di antaranya
adalah :
 pemberian vaksi hepatitis B dan immunoglobulin segera setelah bayi lahir dengan ibu
dengan HBsAg positip.
 Tidak menjadi pendonor darah selama masih dinyatakan positip hepatitis B.
2. Istirahat total pada periode akut selama 1 -2 bulan.
3. Diet tepat untuk pasien hepatits B..
Syarat diit pada pasien hepatitis :
a. Kalori tinggi, tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein di sesuaikan keadaan
penderita.
b. Disesuaikan dengan napsu makan dan toleransi penderita.
c. Cukup vitamin dan mineral.
d. Rendah garam dan pembatasan cairan.
e. Mudah dicerna dan tidak merangsang/ mengandung gas.
4. Obat – obatan terpilih
 Anti virus sering di gunakan kombinasi dari inteferon alfa dan lamivudin.
a. Interferon diberikan untuk :
1. Membantu menghambat replikasi dari VHB baik lewat efek langsung maupun dari
stimulasi sistem kekebalan tubuh.
2. Membantu menghentikan atau juga menghambat nekrosis dari sel hati akibat dari
terjadinya reaksi peradangan.
3. Mencegah terjadinya transformasi dari maligna sel- sel yang ada di dalam hati.

Dosis : dewasa 5 micro unit/hari atau 10 micro unit/hari

Aturan pakai : 3 kali seminggu selama 4 – 6 bulan

Merk dagang : roferon, pegasys, peg-intron, biferon dsb

Efek samping :

b. Lamivudin
Pemberianya di kombinasikan dengan anti virus lain.
Dosis : per oral 300mg/hari ( 1 tablet 150mg, 2x sehari atau 1 tablet 300mg)
Efek samping mual dan sakit kepala
 Pengobatan simtomatis misalnya:
Anti emetik : ondansentron 4mg inj 3x sehari
Analgetik : tramadol kaplet 3x1 jika nyeri
Anti piretik : Parasetamol tablet 500mg 3x sehari jika demam diatas 38ºC
 Kortikosteroid
Diberikan bila terdapat reaksi imun yang berlebihan, misalnya hidrocortison 100mg IV
per 6jam, hanya pada kasus yang berat. Dosis awal 40mg/hari dan dikurangi secara
bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu
Asuhan keperawatan

1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
Meliputi : nama, usia, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan, dsb.
b. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama saat masuk RS
Misalnya : pasien mengatakan demam naik turun sebulan terakhir, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, kulit ikterus, kencing berwarna coklat, dan nyeri perut kanan atas.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Gejala awal biasanya, lemah, anoreksia, demam, mual muntah, ikterus, nyeri perut kanan
atas.
3. Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat kesehatan lalu yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah
dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Berkaitan dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran CM, kunjungtiva anemis, bibir kering, pasien
tampak lemah dan kesakitan, ikterus, suhu 38,5°C
b. sistem respirasi : frekwensi napas (biasanya) normal 16 – 20x/menit, dada simetris, napas
cuping hidung (-) retraksi (-) sumbatan jalan napas (-) tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, wheezing, stridor.
c. System kardiovaskuler : TD dalam batas normal, pembesaran jantung (-), oedema (-)
bunyi jantung tambahan (-). HR 90x/menit
d. Sistem musculoskeletal : kekuatan otot 4/4/4/4 tampak lemah dan mudah lelah
e. System integument : kulit tampak kuning, kering, CRT 2 detik, tugor kulit elastic.
f. Abdomen :
Inspeksi : Pembesaran pada daerah perut sebelah kanan atas.
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : pada hepar teraba keras, membesar (batas normal 4 – 8cm pada garis midsternal
dan 6 – 12cm pada garis midklavikula), nyeri saat ditekan pada abdomen sebelah kanan
atas, skala nyeri 6 - 8
Perkusi : hypertimpani.
g. Persepsi dan pola kegiatan sehari- hari
1. Pola nutrisi
Makan : tidak napsu makan, porsi makan tidak habis, mual, muntah 1x / lebih dalam
sehari
Minum : minum air putih
2. Pola eliminasi
BAB :feces berwarna pucat.
BAK : urine berwarna lebih gelap, seperti teh.
3. Pola aktivitas dan latihan.
Pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari- hari selama sakit, lemas, mudah lelah, dan
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Pola istirahat tidur.
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena nyeri pada abdomen, sakit kepala
dan puritis.
5. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pandangan pasien terhadap tenaga kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan.
Pengetahuan pasien terhadap penyakitnya dan usaha pasien dalam mengobati
penyakitnya.
6. Pola hubungan dengan orang lain.
Kedekatan pasien terhadap anggota keluarganya atau orang – orang di sekitarnya.
7. Pola presepsi diri dan konsep diri.
Pendapat atau pandangan paseinterhadap kodisinya kini, kecemasan atas perubahan
bentuk tubuhnya,keinginan pasein untuk cepat sembuh dsb.
8. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan.
Keyakinan pasien terhadap agama yang dianutnya, kepercayaan terhadap nilai – nilai
agama/budaya yang berhubungan dengan penyakitnya.

3. Pemeriksaan penunjang
a. ASR ( SGOT) dan ALT ( SGPT)
Awalnya meningkat, 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian menurun. SGOT/SGPT
merupakan enzim intra selular yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati.
Nilai normal : ALT( SGPT) W < 23 U/l P <30 U/L
ASR ( SGOT) W <21 U/L P <25 U/L

b. Darah lengkap
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM ( gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan. Leukopenia, trombositopenia, leukositosis, mungkin saja
terjadi.
Nilai normal :

Hemoglobin P 13 – 16 g/dl W 12 – 14 g/dl


Leukosid 5000 – 10.000 uL
Trombosit 150.000 – 400.000 ul
Eritrosit P 4,5 – 5,5 juta /ul W 4 – 5 juta/ul
Hematrokit P 40 – 48% W 37 – 43%

c. Feses lengkap : warna feses seperti pucat, dempul

d. Albumin serum
Penurunan albumin disebabkan sebagian besar protein serum di sintesis oleh hati.
Nilai normal : 37 – 52 g/dl

e. Gula darah
Sering terjadi hiperglikemia transien akibat gangguan fungsi hati.
Nilai normal : GDP 70 – 140 mg/dl, sewaktu <200mg/dl, 2jam PP <160mg/dl.

f. HBsAg
Hasil positif pada 1 – 10 minggu setelah kontak dengan VHB

g. Masa protrombin
Kemungkinan memanjang akibat kerusakan sel hati. Sebab hati merupakan organ penting
dalam sintesis protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, seperti fibrinogen,
protombin, faktor V,VII,VIII.
Nilai normal : 12.3 detik – 18. 9 detik

h. Bilirubin serum.
Bilirubin direck di atas 2,5mg/100ml.
Peningkatan kadar bilirubin direck menunjukan adanya gangguan pada hati dan saluran
empedu, bilirubin terkonjungasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga
masuk kembali dan terabsorsi ke dalam aliran darah, sehingga di temukan bilirubinemia.
Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl

i. Biopsy hati
Dilakukan untuk menilai derajat kerusakan hati serta menyingkirkan kemungkinan
penyebab lainnya.

j. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjungasi, karena
bilirubin di sekresi melalui urine maka menimbulkan bilirubinuria.

h. USG abdomen
Biasanya dilakukan untuk mendeteksi hepatomegali yang tidak spesifik.

Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1.
DS: Os mengatakan bahwa Peregangan kapsula hati, Nyeri akut
nyeri Pada perut kanan atas. hati membesar

DO: Mendesak kuadran kanan


P: nyeri saat di tekan atas
Q: seperti di tususk-tusuk
R: nyeri pada quadran kanan
atas. Nyeri akut
S: skala nyeri 6-8
T; menetap

TTV : suhu 38,5C, RR


20x/menit, HR 90x/menit, TD
110/70mmhg

Hepar teraba keras dan


membesar 10cm midternal,
13cm midklavikula.

2.
DS: Os mengatakan mual, tidak Kerusakan parenkim hati Nutrisi kurang dari
napsu makan. + peregangan kapsula hati, kebutuhan
hati membesar
DO: pasien tampak lemas,
porsi makan tidak habis.
BB turun dari Bb awal Mual, perasaan tidak
Konjungtiva anemis nyaman, tidak napsu
Bibir kering makan,

Hasil lab: Nutrisi kurang dari


Albumin serum <37g/dl kebutuhan
HB ≤ 12

3. Kerusakan sel parenkim


DS: OS mengatakan bahwa dia hati Intoleransi aktivitas
malas untuk beraktivitas.
Ggn. Metabilisme
DO: aktivitas sehari-hari karbohidrat, lemak dan
membutuhkan bantuan. protein
Pasien tampak lemas di tempat
tidur. Glukosa dalam darah
Kekuatan otot 4/4/4/4 berkurang

Hasil lab:
Albumin serum <37g/dl Mudah lelah dan
HB ≤ 12 Penurunan kekuatan atau
ketahanan tubuh

4. DS: Os mengatakan bahwa Kerusakan sel parenkim Gangguan integritas kulit


tubuhnya gatal-gtal. hati
DO: Os terlihat bekas garulan
pada kulit. Obtruksi pada ekresi
Kulit ikterus empedu
Kulit kering
Peningkatan garam
empedu dalam darah

Rasa gatal di kulit


5. DS: Os mengatakan tubuhnya Masuknya VHB Hipertermi
panas
DO: suhu tubuh 38,5°C Proses inflamasi pada hati

Akumulsi monosit,
magrofag. Sel T heper,
dan fibroblas

Sinyal mencapai sistem


syaraf pusat

Pembentukan
prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh

Diagnosa keperawatan yang muncul.


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembesaran hepar dan menekan kuadran kanan atas.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah dan anoreksia.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan otot dan mudah lelah.
4. Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi garam empedu dalam darah..
5. Hipertermi b.d proses peradangan pada hati
6. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi terhadap penyakitnya.
7. Risiko penyebaran infeksi terhadap tenaga medis b.d penyakitnya
8. Risiko perdarahan b.d komplikasi dari hepatitis B
9. Risiko terpapar infeksi lain b.d menurunya imunitas tubuh.

Intervensi keperawatan

 DX 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembesaran hepar dan menekan kuadran kanan
atas.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 jam di harapkan nyeri hilang.
Kriteria hasil :
 TTv normal : TD 110/70 – 120/90mmhg, RR 16 – 20 x/menit, S 36,5 – 37,5°C N 80 –
100x/menit)
 Skala nyeri 0-3
 Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.
 Hepar kembali dalam batas normal (batas normal 4 – 8cm pada garis midsternal dan 6 –
12cm pada garis midklavikula),

Intervensi Rasional
 Observasi TTV tiap jam atau saat Untuk mengetahui keadaan umum
dibutuhkan pasien

 Kaji tingkat nyeri pasien Menentukan tingkat nyeri pasien


sebagai dasar pengambilan tindakan
 Mengukur pembesaran hepar Mengetahui tingkat pembesaran hepar
dengan cara palpasi setiap hari.

 Beri informasi kesehatan tentang Informasi kesehatan di berikan agar


penyebab nyeri dan cara pasien siap saat nyeri datang dan
mengatasi saat nyeri datang mampu menghadapinya saat nyeri itu
datang.

 Mengajarkan tehnik relaksasi Tehnik relaksasi berguna dalam


mengatasi nyeri ringan sampai sedang
dan memberi kenyamanan hingga
efektif dalam usaha mengurangi rasa
nyeri

 Kolaborasi dengan medis dalam Jika tehnik relaksasi tidak membantu


pemberian analgetik obat analgetik diberikan untuk
Misalnya : tramadol tablet mengurangi nyeri

 DX 2 :Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah dan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi dan tidak terjadi kekurangan nutrisi.
Kriteria hasil :
 Napsu makan meningkat
 Porsi makan habis.
 BB naik
 Mual dan muntah berkurang.
 Nilai normal albumin serum : 37 – 52 g/dl

Intervensi Rasional
 Awasi pemasukan jumlah diet/ Pengaturan jumlah kalori di perlukan
jumlah kalori yang masuk. untuk mengatur kecukupan nutrisi yang
masuk ke tubuh.
 Beri porsi makan sedikit tapi
sering dan berikan porsi makan Porsi sedikit tapi sering di berikan
pagi paling besar. untuk mencegah anoreksi , mual dan
muntah.

 Lakukan oral hygiene sebelum Menghilangkan rasa tak enak saat


makan. makan dan menghilangkan napsu
makan.

 Anjurkan makan pada posisi Menurunkan rasa penuh pada abdomen


duduk tegak. dan dapat meningkatkan napsu makan.

 Kolaborasi dengan ahli gizi Variasi makanan/ menu diharapkan


dalam pemberikan diet yang dapat meningkatkan napsu makan.
tepat sesuai kebutuhan pasien Diet yang tepat akan membantu
dan variasi dalam menu perbaikan/regenerasi sel hati.
makananya.

 Kolaborasi dengan medis dalam Diberikan ½ jam sebelum makan dapat


pemberian obat - obatan anti menurunkan mual dan meningkatkan
emetik seperti : metoloperamid, toleransi pada makanan.
trimetobenzamid.
 Pememberian tranfusi albumin Tranfusi abumin diberikan sebagai
secara IV tambahan nutrisi.

 Kolaborasi dengan petugas Pemeriksaan albumin dan HB


laboratorium dalam pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui keadaan
kadar albumin dan HB pasien. umum pasien

 DX 3 :Intoleransi aktivitas b.d penurunan kekuatan otot dan mudah lelah.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x 24 jam pasien diharapkan
mampu beraktivitas dengan baik tanpa bantuan.
Kriteria hasil :
 Tonus otot 5/5/5/5
 Pasien mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
 Pasein tidak mudah lelah
 Hasil lab : Albumin serum > 37g/dl
HB > 12 g/dl

Intervensi Raisonal
 Batasi pengunjung Meningkatkan istirahat dan ketenangan
 Beri lingkungan yang tenang pasien.

 Jika pasien terlalu lemah ubah Meningkatkan fungsi pernapasan dan


posisi tidur pasien tiap 4 jam. menurunkan resiko dekubitus di daerah
yang banyak tertekan.

 Lakukan tugas dengan cepat dan Memungkinkan periode tambahan


sesuai toleransi istirahat tanpa gangguan

 Bantu pasien dan bekerjasama Selama pasein belum bisa melakukan


dengan keluarga dalam selama mandiri, kelurga bersama
memenuhi kebutuhan dasar perawat bertugas membantu pasien
pasien. memenuhi kebutuhan dasarnya,
seperti : mandi, makan, buang air kecil
atau besar, berpakain.

 Lakukan aktivitas/ latihan gerak Tirah baring lama akan munurunkan


sendi pasif/ aktif sesuai toleransi kemampuan otot, latihan gerak
pasien. bertujuan mengembalikan kemampuan
otot selama periode itu.
 Kolaborasi dengan petugas Pemeriksaan albumin dan HB
laboratorium dalam pemeriksaan dilakukan untuk menegtahui keadaan
kadar albumin dan HB pasien. umum pasien

 DX 4 : Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi garam empedu dalam darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan gatal pada
kulit menghilang.
Kriteria hasil :
 pasien merasa nyaman.
 Tubuh tidak terasa gatal.
 Tidak terdapat luka bekas garukan.
 Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl

Intervensi Rasional
 Observasi tingkat pruritis pasien Sebagai penentukan tindakan
keperawatan selanjutnya

 Beri lingkungan yang bersih dan Sumber kenyamanan bagi pasien dan
kering. mencegah gangguan di kulit
 Perhatikan kebersihan linen dan terkontaminasi dan berubah menjadi
pakaian yang kering. infeksi lain.
 Batasi jumlah penggunjung.

Tindakan untuk menghilangkan Suhu dingin membatsi vasodilatasi dan


gatal: menurunkan pengeluaran garam
 Anjurkan mandi dengan air empedu ke permukaan kulit.
dingin. asam pada permukaan kulit.
 Hindari sabun alkalin. Sabun alkalin mempunyai efek kulit
 Berikan losion caladin. menjadi kering sehingga meningkatkan
 Gunakan pakaian yang longer rasa gatal.
dan nyaman. Losion caladin mengandung anti
 Pertahankan suhu kamar sejuk. histamine yang juga menetralisir
keasaman di permukaan kulit dan
menekan ujung saraf sensori yang
menencetuskan sensasi gatal.

 Pertahankan kuku pasien tetap Untuk menurunkan resiko kerusakan


pendek dan anjurkan pasien kulit menjadi lebh buruk.
untuk mengaruk dengan
mengunakan bantalan jari bukan
dengan kukunya.

 Kolaborasi dengan medis bila di Pemberian obat – obatan di lakukan


dapatkan pruritis bertambah untuk membantu mengatasi rasa gatal
parah. pada kulit.
 Misalnya : pemberian anti
histamine seperti ceterizin,
alegi ,dsb
 Kolaborasi dengan petugas
laboratorium dalam pemeriksaan
kadar bilirubin darah. Menegtahui tingkat kerusakan hati juga
ginjal.

 DX 5 : Hipertermi b.d proses peradangan pada hati


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien
kembali normal.
Kreteria hasil :
 suhu tubuh 36,5 °C – 37,5 °C.

intervensi Rasional
 Kaji adanya keluhan Sebagai indikator status hipertermi
peningkatan suhu tubuh.
 Observasi suhu tubuh per4jam
atau saat diperlukan.

 Lakukan kompres hangat atau Menghambat pusat saraf simpatis di


lakukan prosedur tepid sponging. hipotalamus sehingga Vasodilatasi di
kulit dapat mernagsang kelenjar
keringat untuk mengurangi panas
tubuh melalui
penguapan.

Tepid sponging adalah tindakan yang


bertujuan mendorong darah ke
permukaan tubuh sehingga dapat
mengalir lancar dan menurunkan
panas dengan cara merendam atau
mewaslap tubuh pasien dengan air
 Berikan penkes pada pasien hangat ( suhu 37 – 40º C )
dan keluarga pasein tentang cara
pemberian kompres yang benar Agar keluarga dan pasien dapat
mengerti cara mudah mengatasi
demam dan dapat melakukanya secara
 Anjurkan pasien untuk mandiri bila keluhan demam muncul.
memakai pakaian yang menyerap
keringat. Mencegah timbulnya jamur dan ruam
kulit dan menjaga kenyamanan pasien.
 Atur suhu ruangan agar
nyaman saat pasien demam.
Suhu ruangan yang sesuai akan
membantu turunnya suhu tubuh.
 Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian anti piretik
seperti : parasetamol 500mg 3x
Anti piretik di gunakan saat suhu
sehari
tubuh di atas 38°C
CATATAN KEPERAWATAN

DX 1 hari pertama

Implementasi Hasil

 Mengobservasi TTV tiap jam atau TTV: TD 110/70mmhg, RR


saat dibutuhkan. 20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.

 Mengkaji tingkat nyeri pasein. Skala nyeri 6

 Memberi informasi kesehatan Pasien tampak antusias saat perawat


tentang penyebab nyeri dan cara memberikan informasi tentang nyeri
mengatasi saat nyeri datang. dan cara mengatasinya.

 Mengajarkan tehnik relaksasi. Pasien mengerti dan mampu


mempraktekan kembali apa yang
diajarkan oleh perawat.

 Berkolaborasi dengan medis Memberikan therapi oral : tramadol


dalam pemberian analgetik. kap.pasien mengatakan nyeri berkurng
setelah 30 menit pemberian obat dan
tidak ditemukan efek samping obat
seperti : jantung berdebar debar,
tremor, mual muntah, dsb

DX 2 hari pertama

Implementasi Hasil

 Mengawasi pemasukan jumlah Pasien makan habis setengah porsi,


diet/ jumlah kalori yang masuk diselingi snack pada pukul 09.00 wib
 Memberi porsi makan sedikit tapi dan pukul 15.00 wib.
sering dan berikan porsi makan
pagi paling besar

 Melakukan oral hygiene sebelum Pasien dianjurkan dan sudah


makan. melakukan oral higiene setiap sebelum
makan.

 Menganjurkan makan pada posisi


duduk tegak. Pasien makan dengan posisi duduk
dibantu dengan keluarga.
 Berkolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberikan diet yang tepat Pasien mengatakan napsu makan
sesuai kebutuhan pasien dan bertambah bila makanannya
bervariasi.
variasi dalam menu makananya.

 Berkolaborasi dengan medis


dalam pemberian obat - obatan
anti emetik seperti : ondansentron Memberikan therapi ondansentron 4
4 mg inj mg inj. Pasien mengatakan tidak mual
dan muntah.dan tidak ditemukan efek
 Pemberian tranfusi albumin samping seperti : pusing, sakit perut,
secara IV dan konstipasi.

Tranfusi albumin dilakukan dalam


 Kolaborasi dengan petugas waktu 3-4 jam dan tidak terdapat efek
laboratorium dalam pemeriksaan samping selama pemebrian tranfusi
kadar albumin dan HB pasien. berlangsung

Hasil albumin sebagai acuan


pemberian terapi berikutnya

DX 3 hari pertama

Implementasi Hasil

 Membatasi pengunjung Pengunjung datang saat jam besuk.


 Memelihara lingkungan yang Pagi : pukul 10.00 wib s.d 12.00 wib
tenang. dan
Sore : pukul 17.00 wib s.d 19.00 wib.
 Mengubah posisi tidur pasien tiap
4 jam, jika ku pasien lemah. Pasien masih bisa merubah posisi tidur
sendiri.
 Melakukan tugas dengan cepat
dan sesuai toleransi.
Pasien lebih banyak waktu untuk
 Membantu pasien dan bekerjasama istirahat tidur.
dengan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan dasar pasien. Keluarga pasien mampu bekerjasama
dengan perawat dalam hal: memberi
makan, kekamar mandi.
 Melakukan aktivitas/ latihan gerak
sendi pasif/ aktif sesuai toleransi
pasien.
Pasien mampu melakukan latihan fisik
 Kolaborasi dengan petugas sesuai kemampuannya.
laboratorium dalam pemeriksaan
kadar albumin dan HB pasien.
Petugas lab mengambil darah pasien
dan hailnya sebagai acuan pemberian
terapi berikutnya
DX 4 hari pertama

Implementasi Hasil

 Mengobservasi tingkat pruritus Masih terdapat bekas garukan didaerah


pasien. tangan dan kaki.

 Memberi lingkungan yang bersih Ruangan dibersihkan sehari 3 kali


dan kering. oleh petugaa kebersihan dan pasien
serta keluarga membantu dalam
menaga kebersihan ruanganya.

 Perhatikan kebersihan linen dan Linen di ganti setiap pagi atau saat
pakaian yang kering. basah atau kotor oleh perawat.

 Membatasi jumlah penggunjung Pengunjung dibtasi dan hanya datang


pada saat jam besuk.

Tindakan untuk menghilangkan Pasien melakukan apa yang perawat


gatal: instruksikan sesuai kemampuanya dan
 Menganjurkan mandi dengan air dengan bahan – bahan yang mudah
dingin. ditemukan.
 Hindari sabun alkalin.
 Berikan losion caladin.
 Gunakan pakaian yang longar dan
nyaman.
 Pertahankan suhu kamar sejuk.

 Mempertahankan kuku pasien tetap


pendek dan anjurkan pasien untuk Memotong kuku pasien setiap 3 hari
mengaruk dengan mengunakan sekali dan pasein mulai bisa
bantalan jari bukan dengan menghilangkan rasa gatalnya dengan
kukunya mengaruk dengan bantalan jari.
 Berkolaborasi dengan medis bila di
dapatkan pruritis bertambah parah Anti histamin diberikan bila keadaan
untuk pemberian anti histamin. bertambah parah.

DX 5 hari pertama

Implentasi Hasil
 Mengkaji adanya keluhan Menanyakan keluhan pasien apakah
peningkatan suhu tubuh. ada rasa mengigil, demam dan
lainnya.
 Mengobservasi suhu tubuh
per4jam atau saat diperlukan. Mengukur TTV: TD 110/70mmhg, RR
20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.

 Memberikan kompres hangat pada


daerah lipatan paha dan ketiak juga Suhu turun 1ºC setelah dilakukan
dahi atau melakukan prosedur kompres hangat.
tepid sponging
.
 Memberikan penkes pada pasien
dan keluarga pasien tentang cara Keluarga mengerti dan bisa melakukan
pemberian kompres yang benar cara kompres yang baik.
Dengan mengunakan air hangat
dengan suhu 37ºC – 40ºC
 menganjurkan pasien untuk
memakai pakaian yang menyerap Pasien memakai baju yang menyerap
keringat. keringat.

 Mengatur suhu ruangan agar


nyaman saat pasien demam Suhu ruangan di atur dengan suhu
20ºC – 25ºC .

Catatan perkembangan

DX 1 evaluasi hari ke 4

S : pasien mengatakan nyeri berkurang

O : TTV: TD 110/70mmhg, RR 20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.

Skala nyeri 6

Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.


Pada pemeriksaan palpasi hepar lebih kecil 1cm dari 4 hari yang lalu

A : nyeri teratasi sebagian.

P : lanjutkan intervensi

DX 2 evaluasi hari ke 5

S : pasien mengatakan mual berkurang setelah minum obat.

O : Napsu makan meningkat

Porsi makan habis setengah porsi

BB masih sama

Mual dan muntah berkurang

Hasil albumin darah masih dalam batas normal

A : masalah teratasi sebagian

P : melanjutkan intervensi
DX 3 hari ke 4

S : pasien mengatakan tubuh masih lemah untuk melakukan sesuatu sendiri.

O : Tonus otot 4/4/4/4

Pasien belum mampu makan dan mandi tanpa dibantu.

Pasien masih mudah lelah

Hasil albumin masih dalam batas normal

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

DX 4 hari ke 2

S : pasien mengatakan gatal berkurang.

O : luka bekas garukan berkurang

Ikterus masih ada

Hasil bilirubin terjadi kenaikan pada bilirubin indireck

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan itervensi
DX 5 hari ke 2

S : pasien mengatakan suhu masih naik turun.

O : obs S 37,5 °C
Pasien tampak lebih tenang

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi
Rencana pulang ( discharge planning)
Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang :
1. Meminum obat antivirusnya secara teratur dan tidak boleh putus selama 6 bulan sampai 1
tahun sesuai instruksi dokter.
2. Menganjurkan pasein untuk makan- makanan yang mudah dicerna, tidak mengandung gas,
tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein.
3. Menciptakan lingkungan yang aman di rumah.
4. Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien secara teratur, misalnya
jalan kaki selama 30 menit setiap pagi.
5. Menghindari mengkonsumsi alcohol atau rokok.
6. Memberikan informasi terkaid kondisi yang mengharuskan pasien segera dibawa kerumah
sakit atau pelayanan kesehatan terddekat, seperti muntah darah, urin sedikit berwarna gelap
atau merah, peningkatan atau penurunan berat badan secara drastis.
7. Meninformasikan waktu kontrol pasien ( hari, jam, nama poli/dokter) dan pentingnya
pengecekan laboratorium secara rutin sesuai program dokter.

Anda mungkin juga menyukai