PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hati merupakan salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Fungsi hati
diantaranya adalah memproduksi cairan empedu yang dapat membantu pencernaan lemak ,
menyimpan karbohidrat, memproduksi senyawa penting dalam pembekuan darah, serta
menghilangkan racun dari tubuh. Organ ini sangat tangguh bahkan bisa tetap bekerja walau
sedang mengalami kerusakan dan mampu terus beregenerasi ( memperbaiki diri) selama tidak
mengalami kerusakan yang parah. Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati adalah
hepatitis B.
B. Rumusan Masalah
1.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hepatitis B merupakan peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya terjadi
akibat infeksi virus hepatitis B. Manifestsi klinis penyakit ini bervariasi dari akut sampai
kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Brumberg merupakan orang pertama yang menemukan bagian dari HBV yang disebut
sebagai australia antigen pada tahun 1962 dari serum seorang aborigin australia. Sekarang
lebih dikenal dengan nama antigen permukaan VBH (HbsAg) karna terdapat di permukaan
VBH.
B. Patofisiologi
Inflamasi yang di sebabkan oleh VHB menyebabkan pola normal pada hepar
terganggu. Seperti pada gangguan pada suplai darah pada sel – sel hepar menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel – sel hepar. Setelah lewat masanya, sel – sel hepar yang menjadi
rusak di buang oleh respon system imun dan di gantikan oleh sel – sel baru yang sehat. Oleh
karenanya sebagian besar klien mengalami hepatits sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu tubuh
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
sebelah kanan atas. Hal itu di manisfestasi kliniskan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah bilirubin
yang belum mengalami konjungasi ( bilirubin indireck) masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut didalam hati. Selain itu terjadi kesulitan dalam hal
konjungasi akibatnya bilirubin tidak sempurna di keluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi ( akibat kerusakan sel eksresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjungasi (bilirubin indireck), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjungasi ( bilirubin direck). Jadi ikterus yang timbul disini terutama karena kesukaran
dalam pengankutan , konjungasi dan eksresi bilirubin.
Bilirubin merupakan hasil perombakan heme yang berasal dari hemoglobin, bilirubin
kemudian dibawa oleh albumin kedarah melalui hati. Di hati sebagian bilirubin di
konjungasi sebelum dipisahkan dalam empedu . bilirubin yang belum terkonjungasi dalam
bentuk normal tak larut air, berikatan dengan albumin yang di angkut ke hati
( bilirubinindireck). Sedangkan bilirubin yang terkonjungasi, bebas, yang larut dalam air
masuk kedalam empedu dan di sekresi di usus, dalam usus bilirubin berubah menjadi
urobilirubin dan mewarnai tinja dan yangmasuk ke ginjal akan mewarnai urine.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena tinja tampak pucat (abolish)
karena bilirubin konjungasi larut dalam air, maka bilirubin dapat di eksresi ke dalam kemih,
sehinggan menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjungasi dapat disertai peningkatan garam – garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal – gatal pada ikterus.
C. Komplikasi
1. Sirosis hepatis
Pada sirosis hepatis VHB menyebabkan peradangan pada hati dan mengakibatkan
nekrosis juga pembentukan jaringan ikat yang luas yang akan menyebabkan hambatan
darah menuju hati ( vena porta) akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah di vena
porta ( hipertensi porta) . akibat hambatan aliran darah ke hati pada sirosis hepatis sering
terjadi varises eusofagus yang dapat beresiko mengalami hematemesis melena.
2. Kanker hati
Kanker merupakan suatu penyakit yang muncul ketika sel – sel dalam suatu organ
berubah dan tumbuh secara ganas menjadi abnormal sehingga organ tersebut mengalami
kerusakan dan gagal fungsi. Dalam kasus hepatitis B di temukan mengembang menjadi
kanker hati sebesar 10 %.
3. Hepatitis B fulminal
Dimana sisitem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati sehingga
menyebabkan kerusakan yang parah. Hb fulminal memang jarang terjadi dan umumnya
disebabkanoleh HB akut, tetapi juga dapat terjadi pada penderita HB kronis dewasa.
D. Penatalaksanan medis
1. Pencegahan
Pengobatan pada hepatitis B ditekankan pada pada tindakan pencegahan di antaranya
adalah :
pemberian vaksi hepatitis B dan immunoglobulin segera setelah bayi lahir dengan ibu
dengan HBsAg positip.
Tidak menjadi pendonor darah selama masih dinyatakan positip hepatitis B.
2. Istirahat total pada periode akut selama 1 -2 bulan.
3. Diet tepat untuk pasien hepatits B..
Syarat diit pada pasien hepatitis :
a. Kalori tinggi, tinggi karbohidrat, lemak sedang dan protein di sesuaikan keadaan
penderita.
b. Disesuaikan dengan napsu makan dan toleransi penderita.
c. Cukup vitamin dan mineral.
d. Rendah garam dan pembatasan cairan.
e. Mudah dicerna dan tidak merangsang/ mengandung gas.
4. Obat – obatan terpilih
Anti virus sering di gunakan kombinasi dari inteferon alfa dan lamivudin.
a. Interferon diberikan untuk :
1. Membantu menghambat replikasi dari VHB baik lewat efek langsung maupun dari
stimulasi sistem kekebalan tubuh.
2. Membantu menghentikan atau juga menghambat nekrosis dari sel hati akibat dari
terjadinya reaksi peradangan.
3. Mencegah terjadinya transformasi dari maligna sel- sel yang ada di dalam hati.
Efek samping :
b. Lamivudin
Pemberianya di kombinasikan dengan anti virus lain.
Dosis : per oral 300mg/hari ( 1 tablet 150mg, 2x sehari atau 1 tablet 300mg)
Efek samping mual dan sakit kepala
Pengobatan simtomatis misalnya:
Anti emetik : ondansentron 4mg inj 3x sehari
Analgetik : tramadol kaplet 3x1 jika nyeri
Anti piretik : Parasetamol tablet 500mg 3x sehari jika demam diatas 38ºC
Kortikosteroid
Diberikan bila terdapat reaksi imun yang berlebihan, misalnya hidrocortison 100mg IV
per 6jam, hanya pada kasus yang berat. Dosis awal 40mg/hari dan dikurangi secara
bertahap sampai berhenti sesudah 6 minggu
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
Meliputi : nama, usia, alamat, agama, pekerjaan, pendidikan, dsb.
b. Riwayat kesehatan.
1. Keluhan utama saat masuk RS
Misalnya : pasien mengatakan demam naik turun sebulan terakhir, konjungtiva anemis,
sklera ikterik, kulit ikterus, kencing berwarna coklat, dan nyeri perut kanan atas.
2. Riwayat penyakit sekarang.
Gejala awal biasanya, lemah, anoreksia, demam, mual muntah, ikterus, nyeri perut kanan
atas.
3. Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat kesehatan lalu yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah
dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Berkaitan dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan
dengan penyakit pencernaan.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran CM, kunjungtiva anemis, bibir kering, pasien
tampak lemah dan kesakitan, ikterus, suhu 38,5°C
b. sistem respirasi : frekwensi napas (biasanya) normal 16 – 20x/menit, dada simetris, napas
cuping hidung (-) retraksi (-) sumbatan jalan napas (-) tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, wheezing, stridor.
c. System kardiovaskuler : TD dalam batas normal, pembesaran jantung (-), oedema (-)
bunyi jantung tambahan (-). HR 90x/menit
d. Sistem musculoskeletal : kekuatan otot 4/4/4/4 tampak lemah dan mudah lelah
e. System integument : kulit tampak kuning, kering, CRT 2 detik, tugor kulit elastic.
f. Abdomen :
Inspeksi : Pembesaran pada daerah perut sebelah kanan atas.
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : pada hepar teraba keras, membesar (batas normal 4 – 8cm pada garis midsternal
dan 6 – 12cm pada garis midklavikula), nyeri saat ditekan pada abdomen sebelah kanan
atas, skala nyeri 6 - 8
Perkusi : hypertimpani.
g. Persepsi dan pola kegiatan sehari- hari
1. Pola nutrisi
Makan : tidak napsu makan, porsi makan tidak habis, mual, muntah 1x / lebih dalam
sehari
Minum : minum air putih
2. Pola eliminasi
BAB :feces berwarna pucat.
BAK : urine berwarna lebih gelap, seperti teh.
3. Pola aktivitas dan latihan.
Pasien tidak dapat melakukan kegiatan sehari- hari selama sakit, lemas, mudah lelah, dan
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Pola istirahat tidur.
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena nyeri pada abdomen, sakit kepala
dan puritis.
5. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pandangan pasien terhadap tenaga kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan.
Pengetahuan pasien terhadap penyakitnya dan usaha pasien dalam mengobati
penyakitnya.
6. Pola hubungan dengan orang lain.
Kedekatan pasien terhadap anggota keluarganya atau orang – orang di sekitarnya.
7. Pola presepsi diri dan konsep diri.
Pendapat atau pandangan paseinterhadap kodisinya kini, kecemasan atas perubahan
bentuk tubuhnya,keinginan pasein untuk cepat sembuh dsb.
8. Pola nilai kepercayaan/ keyakinan.
Keyakinan pasien terhadap agama yang dianutnya, kepercayaan terhadap nilai – nilai
agama/budaya yang berhubungan dengan penyakitnya.
3. Pemeriksaan penunjang
a. ASR ( SGOT) dan ALT ( SGPT)
Awalnya meningkat, 1 – 2 minggu sebelum ikterik kemudian menurun. SGOT/SGPT
merupakan enzim intra selular yang terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet,
terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati.
Nilai normal : ALT( SGPT) W < 23 U/l P <30 U/L
ASR ( SGOT) W <21 U/L P <25 U/L
b. Darah lengkap
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM ( gangguan enzim hati) atau
mengakibatkan perdarahan. Leukopenia, trombositopenia, leukositosis, mungkin saja
terjadi.
Nilai normal :
d. Albumin serum
Penurunan albumin disebabkan sebagian besar protein serum di sintesis oleh hati.
Nilai normal : 37 – 52 g/dl
e. Gula darah
Sering terjadi hiperglikemia transien akibat gangguan fungsi hati.
Nilai normal : GDP 70 – 140 mg/dl, sewaktu <200mg/dl, 2jam PP <160mg/dl.
f. HBsAg
Hasil positif pada 1 – 10 minggu setelah kontak dengan VHB
g. Masa protrombin
Kemungkinan memanjang akibat kerusakan sel hati. Sebab hati merupakan organ penting
dalam sintesis protein yang berkaitan dengan koagulasi darah, seperti fibrinogen,
protombin, faktor V,VII,VIII.
Nilai normal : 12.3 detik – 18. 9 detik
h. Bilirubin serum.
Bilirubin direck di atas 2,5mg/100ml.
Peningkatan kadar bilirubin direck menunjukan adanya gangguan pada hati dan saluran
empedu, bilirubin terkonjungasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga
masuk kembali dan terabsorsi ke dalam aliran darah, sehingga di temukan bilirubinemia.
Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl
i. Biopsy hati
Dilakukan untuk menilai derajat kerusakan hati serta menyingkirkan kemungkinan
penyebab lainnya.
j. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonjungasi, karena
bilirubin di sekresi melalui urine maka menimbulkan bilirubinuria.
h. USG abdomen
Biasanya dilakukan untuk mendeteksi hepatomegali yang tidak spesifik.
Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1.
DS: Os mengatakan bahwa Peregangan kapsula hati, Nyeri akut
nyeri Pada perut kanan atas. hati membesar
2.
DS: Os mengatakan mual, tidak Kerusakan parenkim hati Nutrisi kurang dari
napsu makan. + peregangan kapsula hati, kebutuhan
hati membesar
DO: pasien tampak lemas,
porsi makan tidak habis.
BB turun dari Bb awal Mual, perasaan tidak
Konjungtiva anemis nyaman, tidak napsu
Bibir kering makan,
Hasil lab:
Albumin serum <37g/dl Mudah lelah dan
HB ≤ 12 Penurunan kekuatan atau
ketahanan tubuh
Akumulsi monosit,
magrofag. Sel T heper,
dan fibroblas
Pembentukan
prostaglandin otak
Merangsang hipotalamus
Peningkatan suhu tubuh
Intervensi keperawatan
DX 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri b.d pembesaran hepar dan menekan kuadran kanan
atas.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 jam di harapkan nyeri hilang.
Kriteria hasil :
TTv normal : TD 110/70 – 120/90mmhg, RR 16 – 20 x/menit, S 36,5 – 37,5°C N 80 –
100x/menit)
Skala nyeri 0-3
Wajah tampak rilek dan nyeri berkurang sampai menghilang.
Hepar kembali dalam batas normal (batas normal 4 – 8cm pada garis midsternal dan 6 –
12cm pada garis midklavikula),
Intervensi Rasional
Observasi TTV tiap jam atau saat Untuk mengetahui keadaan umum
dibutuhkan pasien
DX 2 :Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah dan anoreksia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi
pasien terpenuhi dan tidak terjadi kekurangan nutrisi.
Kriteria hasil :
Napsu makan meningkat
Porsi makan habis.
BB naik
Mual dan muntah berkurang.
Nilai normal albumin serum : 37 – 52 g/dl
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan jumlah diet/ Pengaturan jumlah kalori di perlukan
jumlah kalori yang masuk. untuk mengatur kecukupan nutrisi yang
masuk ke tubuh.
Beri porsi makan sedikit tapi
sering dan berikan porsi makan Porsi sedikit tapi sering di berikan
pagi paling besar. untuk mencegah anoreksi , mual dan
muntah.
Intervensi Raisonal
Batasi pengunjung Meningkatkan istirahat dan ketenangan
Beri lingkungan yang tenang pasien.
DX 4 : Gangguan integritas kulit b.d gatal akibat akumulasi garam empedu dalam darah.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan gatal pada
kulit menghilang.
Kriteria hasil :
pasien merasa nyaman.
Tubuh tidak terasa gatal.
Tidak terdapat luka bekas garukan.
Nilai normal : bilirubin total <1.0 mg/dl
Bilirubin direk <0.25 mg/dl
Bilirubin indirect <0.75 mg/dl
Intervensi Rasional
Observasi tingkat pruritis pasien Sebagai penentukan tindakan
keperawatan selanjutnya
Beri lingkungan yang bersih dan Sumber kenyamanan bagi pasien dan
kering. mencegah gangguan di kulit
Perhatikan kebersihan linen dan terkontaminasi dan berubah menjadi
pakaian yang kering. infeksi lain.
Batasi jumlah penggunjung.
intervensi Rasional
Kaji adanya keluhan Sebagai indikator status hipertermi
peningkatan suhu tubuh.
Observasi suhu tubuh per4jam
atau saat diperlukan.
DX 1 hari pertama
Implementasi Hasil
DX 2 hari pertama
Implementasi Hasil
DX 3 hari pertama
Implementasi Hasil
Implementasi Hasil
Perhatikan kebersihan linen dan Linen di ganti setiap pagi atau saat
pakaian yang kering. basah atau kotor oleh perawat.
DX 5 hari pertama
Implentasi Hasil
Mengkaji adanya keluhan Menanyakan keluhan pasien apakah
peningkatan suhu tubuh. ada rasa mengigil, demam dan
lainnya.
Mengobservasi suhu tubuh
per4jam atau saat diperlukan. Mengukur TTV: TD 110/70mmhg, RR
20x/menit, HR 100x/menit, S 37,5ºC.
Catatan perkembangan
DX 1 evaluasi hari ke 4
Skala nyeri 6
P : lanjutkan intervensi
DX 2 evaluasi hari ke 5
BB masih sama
P : melanjutkan intervensi
DX 3 hari ke 4
P : lanjutkan intervensi
DX 4 hari ke 2
P : lanjutkan itervensi
DX 5 hari ke 2
O : obs S 37,5 °C
Pasien tampak lebih tenang
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
Rencana pulang ( discharge planning)
Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang :
1. Meminum obat antivirusnya secara teratur dan tidak boleh putus selama 6 bulan sampai 1
tahun sesuai instruksi dokter.
2. Menganjurkan pasein untuk makan- makanan yang mudah dicerna, tidak mengandung gas,
tinggi karbohidrat, rendah lemak dan protein.
3. Menciptakan lingkungan yang aman di rumah.
4. Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan pasien secara teratur, misalnya
jalan kaki selama 30 menit setiap pagi.
5. Menghindari mengkonsumsi alcohol atau rokok.
6. Memberikan informasi terkaid kondisi yang mengharuskan pasien segera dibawa kerumah
sakit atau pelayanan kesehatan terddekat, seperti muntah darah, urin sedikit berwarna gelap
atau merah, peningkatan atau penurunan berat badan secara drastis.
7. Meninformasikan waktu kontrol pasien ( hari, jam, nama poli/dokter) dan pentingnya
pengecekan laboratorium secara rutin sesuai program dokter.