Anda di halaman 1dari 64

FARMAKOTERAPI

PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN
FUNGSI HEPAR
Dosen Pengampu: apt.Nurrusakinah,S.Farm.,M.Si.
Kelompok 9 :

BELLINI PANJAITAN
2101011163
NAZIELA SALSABILA
2101011180
NURLITA PUTRI
2101011182
SARHOTMAIDA SINAGA
2101011194
SERI REZEKI
Topik
01 02 03
Pembahasan 04
Definisi Hati dan Jenis-Jenis Penilaian Terhadap Perangkat
Fungsi Hati Penyakit Hati Fungsi Hati Diagnostik

05 06
Penyesuaian
07 08
Perubahan Masalah Terapi Studi Kasus
Farmakoterapi Dosis Obat
Obat dengan
Pada Pasien Terhadap
Penyelesaian
Penyakit Hati Pasien Dengan Menggunakan
Ganguan
Metode SOAP
Fungsi Hati
0 Defenisi dan
1 Fungsi Hati

1
○ Hati (hepar) adalah kelenjar terbesar dalam tubuh,
dengan berat sekitar 1,2-1,8 kg atau kira-kira 2,5%
berat badan orang dewasa
○ Hepar berwarna merah coklat, sangat vaskular dan
lunak.
○ Hepar berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi
kanan dan apeks pada sisi kiri organ ini terletak pada
kuadran kanan atas abdomen. Permukaan atasnya
yang licin membulat terletak dibawah diafragma

2
o Di dalamnya terjadi pengaturan metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks
o Organ hati mempunyai sistem enzim yang dapat mensisntesis trigliserol, kolesterol, fosfolipid dan
lipoprotein dan aktif mengubah berbagai asam-asam lemak menjadi benda keton
o Hati mendapat suplai darah dari pembuluh nadi (arteri hepatica) dan pembuluh gerbang (vena
porta) dari usus. Hati dibungkus oleh selaput hati (capsula hepatica).
o Dalam hati terdapat sel - sel perombak sel darah merah yang telah tua disebut histiosit.
o Sebagai alat eksresi hati menghasilkan empedu yang merupakan cairan jernih kehijauan,
didalamnya mengandung zat warna empedu (bilirubin), garam empedu, kolesterol dan juga bakteri
serta obat-obatan.
o Zat warna empedu terbentuk dari rombakan eritrosit yang telah tua atau rusak akan ditangkap
histiosit selanjutnya dirombak dan haeglobinnya dilepas.

3
Ada beberapa fungsi hati yaitu :
1) Metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan 5) Membentuk asam empedu terutama dari hasil
vitamin, serta produksi energi dari kolesterol yang membentuk pigmen -
2) Ekskretori pigmen empedu terutama dari hasil perusakan
3) Pertahanan tubuh hemoglobin.
4) Sebagai pengaturan dalam peredaran darah 6) Sintesis protein

4
Jenis-Jenis Penyakit Hati
 Abses hati
 Hepatitis (A, B, C, D, E)
 Sirosis hati
 Kanker hati
 Perlemakan hati
02
5
Pengertian Abses Hati
 Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim
hati
 Abses hepar di klasifikasikan menjadi dua, yaitu abses
amuba hati dan abses pirogenik hati

6
Penyebab Abses Hati

1) Faktor predisposisi :
a) Penyakit empedu, keadaan saluran gastrointestinal (misalnya apendisitis, divertikulitis) dan
infeksi sistemik.
b) Tinggal di atau berkunjung ke daerah endemik untuk amoebiasis
2) Mikrobiologis
a) Streptococcus milleri, anaerob, Escherichia coli, Enterococcus faecalis, streptococcus
mikroaerofilik (seringkali polimikroba)
b) Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Brucella suis, aktinomises, Salmonella typhi,
salmonela lainnya
c) Entamoeba histolytica
d) Mycobacterium tuberculosis, penyakit hidatid dan Candida
7
Manifestasi klinis Komplikasi
1) Demam di sertai menggigil
2) Diare 1) Ruptur abses hepar
3) Malaise 2) Kelainan pleura pulmonal
4) Mual/Muntah
5) Penurunan berat badan. 3) Gagal hati
6) Pasien dapat mengeluh nyeri tumpul pada abdomen 4) Septikemia
7) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
8) Hepatomegali 5) Bakterimia
9) Ikterus 6) Empiema
10) Anemia
11) Efusi pleura 7) Pneumonia
12) Sepsis
13) Syok yang mengakibatkan kematian

8
Pengobatan
Abses hati piogenik Abses hati amoebik

• Aspirasi/drainase perkutan di bawah tuntunan • Metronidazol


ultrasonografi (ultrasound scan, USS) • Aspirasi/drainase per kutan di bawah tuntunan
• Antibiotik: metronidazol (untuk anaerob), ampisilin USS (jika abses besar, lobus kiri, sebesar titik,
(untuk streptokokus, enterokokus), dan sefotaksim serologi amoebik negatif, etiologi amoebik
(untuk 'koliform', S. aureus) atau koamoksiklav meragukan)
(antibiotik mungkin memerlukan modifi- kasi • Antiamoebisida luminal-diloksanid furoat.
setelah hasil kultur tersedia)
• Pembedahan formal.
Pencegahan
• Antibiotik profilaktik untuk pembedahan gastrointestinal
• Mengonsumsi makanan yang dimasak dan air yang direbus
9
Hepatitis A
 Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi secara enterik. Virus ini tidak terdiri dari
selubung dan dapat bertahan hidup pada cairan empedu
 Virus hepatitis A berbentuk kubus simetris untai tunggal yang termasuk pada golongan picornavirus,
dengan sub klasifikasi hepatovirus.
 Masa inkubasi virus hepatitis dalam RNA selama 4 minggu dan hanya berkembang biak pada hati,
empedu, feses dan darah. Penularan virus hepatitis A dapat melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi tinja penderita hepatitis A.
 VHA bersifat termostabil, tahan asam, dan tahan terhadap cairan empedu
 Hepatitis A juga merupakan jenis hepatitis yang paling ringan dan paling mudah penularannya serta
tidak menutup kemungkinan akan berubah atau masuk ke tingkat yang lebih parah seperti hepatitis B
atau hepatitis C
10
Hepatitis B
 Virus Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus) yang paling sering dijumpai di
seluruh dunia
 Hepatitis B ditandai dengan peradangan kronik pada hati dan berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi infeksi akut
 Penyakit ini dapat bersifat persisten
 Penularannya melalui darah atau transmisi seksual, jaram suntik, tato, tindik, akupuntur,
tranfusi darah dan penggunaan narkotika
 Antigen yang diperiksa dalam hepatitis B adalah HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. HBsAg
ditemukan pada pasien hepatitis B akut dan sebagai penanda blood borne virus dan status
karier penyakit

11
Hepatitis C
 Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisa menyebabkan
kerusakan perlahan-lahan pada organ hati
 Penyakit ini tidak menimbulkan gejala-gejala khusus biasanya pasien hanya terserang flu
berupa demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan
 HCV merupakan virus RNA untai tunggal yang tidak dapat dibiakkan

Hepatitis D
 Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis delta (HDV)
 Penyakit ini hanya bisa terjadi pada seseorang yang juga terinfeksi oleh virus hepatitis
b (HBV)
12
Hepatitis E
 Hepatitis E adalah peradangan dan kerusakan organ hati yang disebabkan oleh infeksi
virus
 Penularannya dapat terjadi melalui feses penderita hepatitis E atau konsumsi makanan
dan minuman yang telah terkontaminasi virus hepatitis E
 Hepatitis E umumnya mengakibatkan infeksi akut (jangka pendek)
 Namun, hepatitis E berisiko menjadi penyakit kronis bila menginfeksi seseorang yang
memiliki daya tahan tubuh lemah, terutama pada lansia dan orang-orang dengan imun
rendah seperti penderita HIV/AIDS atau pernah menjalani transplantasi organ

13
14
Pengertian Sirosis Hati
• Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi
mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh
system arsitektur hati mengalami perubahan
menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat
(fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami
regenerasi
• Gejalanya berupa perdangan difus dan selama
bertahun-tahun pada hati serta diikuti dengan
fibrosis, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati
sehingga menimbulkan kekacauan dalam susunan
parenkim hati

15
Terdapat 3 pola khas yang biasanya ditemukan 3 pola khas yang ditemukan pada kebayakan kasus
pada sirosis hati yaitu: sirosis hati:
 Mikronodular Sirosis, yang ditandai dengan  Sirosis Laennec(sirosis alkoholik/portal/gizi).
terbentuk septa tebal teratur yang terdapat Kasus ini merupakan suatu pola khusus yang
dalam parenkim hati, mengandung nodul terkait penyalahgunaan alkohol
halus dan kecil tersebar diseluruh lobul.  Sirosis pascanekrotik. Sirosis ini terjadi setelah
 Makronodular Sirosis, ditandai dengan nekrosis berbecak atau tampak pada jaringan hati.
terbentuknya septa tebal, besarnya bervariasi Ciri dari sirosis ini adalah terlihat faktor
dan terdapat nodul besar di dalamnya predisposisi timbulnya neoplasma hati primer.
sehingga terjadi regenerasi parenkim  Sirosis biliaris, yang ditandai dengan statis
 Campuran Terdapat mikro dan makronodular empedu yang menimbulkan penumpukan empedu
di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati
16
Etiologi Manifestasi klinis

○ Alkohol ○ Pembesaran hati


○ Faktor keturunan dan malnutrisi ○ Obstruksi portal dan asites
○ Hepatitis virus ○ Varises gastrointestinal
○ Obat-obatan hepatotoksik ○ Edema
○ Kelainan-kelainan genetik yang ○ Defisiensi vitamin dan anemia
diturunkan/diwariskan
○ Kolestasis, Atresia bilier

17
Komplikasi Pengobatan
 Pendarahan gastrointestinal  Istirahat di tempat tidur sampai terdapat
 Koma hepatikum perbaikan ikterus, asites, dan demam
 Ulkus peptikum  Diet tanpa protein. Bila ada asites diberikan
 Karsinoma hepatoselular diet rendah garam II.
 Infeksi  Mengatasi infeksi dengan antibiotik (non
hepato toksik) mis neomycin
 Keseimbangan cairan dan elektrolit

18
Kanker hati
 Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan
inflamasi danfibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi
struktur hepar dan hilangnyasebagian besar fungsi hepar
 Kanker pada hati yang banyak terjadi yaitu
Hepatocellular carcinoma (HCC) yang merupakan
komplikasi dari hepatis kronis yang serius terutama
karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis
 Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami
perubahan mekanisme kontrol dalam sel yang
mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkontrol.
19
Etiologi
 Infeksi virus Hepatitis B dan C, 70% kanker hati disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B
 Konsumsi alkohol yang berlebihan
 Penggunaan jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba dapat meningkatkan risiko paparan
infeksi virus Hepatitis B dan C
 Paparan racun jamur (aflatoksin) yaitu jamur yang ditemukan dalam kacang tanah
 Penyakit perlemakan hati non alkoholik
 Kontak dengan racun kimia(misal: vinil, arsen, klorida)
 Penggunaan steroid anabolic dalam jangka waktu yang lama
 Hemokromatosis atau penyakit turunan dengan akumulasi zat besi dalam organ
 Pria mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker hati. Perbandingan pria: wanita = 3 :
1
20
Manifestasi Klinis
 Gangguan nutrisi : berat badan turun drastis, kehilangan nafsu makan, nausea/mual,
anoreksia
 Nyeri di bagian dada dan perut
 Oedema dan ascites
 Ikterus/pewamaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan oleh
penumpukan bilirubin
 Urin berwarna lebih gelap
 Suhu badan meningkat
 Merasa lelah luar biasa
 Anemia
 Perdarahan di dalam tubuh
21
Pengobatan

Non Bedah Teknik Bedah


 Terapi Radiasi  Hepatektomi parsial
 Kemoterapi  Hepatektomi total
 Drainase Bilier perkutan atau Drainase Transhepatik  Transplantasi hati
 Bentuk terapi non bedah lainnya
a) Hipertemia
b) Cryosurgery
c) Embolisasi
d) Imunotherapi

22
Perlemakan
Hati
 Terjadi penimbunan lemak yang melebihi berat hati sebesar
5% atau yang mengenai lebih dari separuh jaringan dari sel
hati
 Perlemakan hati ini sering berpotensi menjadi penyebab
kerusakan hati dan sirosis hati
 Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus perlemakan hati
adalah terhadap enzim SGOT, SGPT dan Alkali Fosfatase.
 Kelainan ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol
berlebih, disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun
bukan karena alkohol, disebut NASH (Non Alcoholic
Steatohepatitis).
23
Faktor Risiko Perlemakan Hati Gejala Perlemakan Hati
 Menderita obesitas dan diabetes tipe 2  Nyeri perut sebelah kanan atas
 Gangguan metabolisme  Penurunan berat badan
 Kolesterol tinggi  Pembengkakan (edema) pada kaki dan perut
 Menderita hipertensi (tekanan darah tinggi)  Merasa lemah dan lelah
 Menderita hipotiroidisme (hormon tiroid rendah)  Perut kembung
dan hipopituitarisme (hormon pituitari rendah)  Kehilangan nafsu makan
 Menderita resistensi insulin  Penyakit kuning, ditandai dengan perubahan
 Menderita hepatitis C warna pada kulit dan putih mata menjadi kuning
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti
kortikosteroid
24
Pengobatan Pencegahan
 Menjaga berat badan ideal atau menurunkan berat  Membatasi atau menghentikan konsumsi minuman
badan bagi penderita obesitas beralkohol
 Menghentikan kebiasaan mengonsumsi minuman Menjaga berat badan ideal
beralkoho  Mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi dan
 Mencukupi kebutuhan vitamin E bagi tubuh. menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh,
 Mengonsumsi thiazolidinediones pada kondisi lemak trans, dan karbohidrat olahan
tertentu  Mengontrol gula darah, kadar trigliserida, dan kadar
 Menjalani prosedur bedah bariatrik atau endoskopi kolesterol
bariatrik bagi penderita perlemakan hati dengan  Bagi penderita diabetes, ikuti rencana perawatan yang
obesitas morbid direkomendasikan dokter
 Menjalani transplantasi hati bagi pasien yang  Olahraga rutin, minimal 30 menit setiap hari.
mengalami gagal hati
25
0 Penilaian
Terhadap Fungsi
3 Hati

26
Pemeriksaan fungsi hati ini, umumnya bertujuan
untuk:
 Mengetahui adanya infeksi hati, seperti hepatitis c, b, a.
 Memantau efek samping obat tertentu yang diketahui
mempengaruhi hati
 Memantau penyakit dan seberapa baik pengobatan yang
telah dijalani (jika memiliki penyakit hati)
 Mengukur keparahan jaringan parut (sirosis) pada hati.
 Pemeriksaan jika anda mengalami gejala kerusakan hati

27
Enzim yang berhubungan dengan faal hati, yaitu
 Enzim alkali fosfatase (ALP), Enzim obstruktif pada saluran empedu berfungsi
mengeluarkan gugus fosfat dari protein dan molekul lain.
 Enzim asam fosfatase. Terdapat pada kelenjar prostat. Nilai normal: dewasa=150-170 IU/L,
anak-anak=100-300IU/L.
 Enzim aspartat aminotransferase(ASAT) atau glutamat oksalo-asetat tranferase (SGOT).
Nilai normalnya 10-37 IU/L.
 Alanin aminotransferase (ALAT) atau glutamat pirufat transferase (SGPT). Nilai normal
10-40 IU/L.

28
Pemeriksaan Laboratorium Untuk Tes Fungsi Hati
1. Pemeriksaan bilirubin terkonjugasi
a) Pra Analitik
Metode: Azobilirubin menurut Schellong dan Wende
Prinsip: bilirubin terkonjugasi diukur dalam bentuk azo berwarna merah pada panjang gelombang λ
546nm . Alat : fotometer, klinipet, rak tabung, tabung reaksi, timer, tip biru dan kuning, tisu,
sentrifuge Reagen: asam sulfinat, natrium nitrit, NaCl 0,9% Sampel : Serum, plasma
heparin/EDTA
2. SGOT
SGOT merupakan singkatan dari serum glutamic oxaloacetic transaminase. Beberapa
laboratorium sering juga memakai istilah AST (aspartate aminotransferase). Pada penyakit hati,
kadar SGOT dalam serum akan meningkat sepuluh kali atau lebih dan tetap demikian dalam
jangka waktu yang lama. Pada penyakit hati alkoholik, SGOT biasanya berada dibawah 300 U/l, 29
3. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase). SGPT meninggi pada
kerusakan lever kronis dan hepatitis. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih
tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada
proses kronis didapat sebaliknya.
4. Gamma GT (Glutamil Tranferase) merupakan enzim hati yang sangat peka
terhadap penyakit hepatitis dan alkoholik. Kadarnya yang tinggi bisa bertahan
beberapa lama pasca penyembuhan hepatitis.
5. Alkali Fosfatase
6. Cholinesterase
7. Protein Total (rasio albumin/globulin)
8. Prothrombine Time

30
Perangkat
Diagnostik
04
31
Perangkat Diagnostik
1. Evaluasi laboratorium
2. Evaluasi radiographic:
 Ultrasonography (USG)
 Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Scintigraphy hati-limpa
 Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC)
 Endoscopic Retrogade Cholangio-pancreatography (ERCP)
Teknik-teknik ini dilakukan dengan cara memasukkan bahan kontras ke dalam percabangan saluran
empedu dan paling bermanfaat jika dilakukan setelah penapisan awal dengan USG, CT-scan atau
MRI yang hasilnya memperlihatkan kelainan pada percabangan saluran empedu.
32
Perubahan
Farmakoterapi
0 Pada Pasien
Penyakit Hati
5  Terapi Tanpa Obat
 Terapi Dengan Obat
 Terapi Dengan Vaksinasi
 Terapi Transplantasi Hati

33
Terapi Tanpa Obat
 Diet seimbang
 Jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan,
dan aktivitas
 Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein
 Banyak makan sayur dan buah
 Melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk mencegah sembelit
 Menjalankan pola hidup yang teratur
 Segera beristirahat bila merasa lelah
 Menghindari minuman beralkohol.
 Berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
34
Terapi Dengan Obat
Aminoglikosida Multivitamin dengan
mineral

Antiamuba Kolagogum, kolelitolitik


dan hepatic protector

Antimalaria Diuretik

Antivirus 35
Terapi Dengan Obat
1) Aminoglikosida
 Antibiotik digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan oleh infeksi bakteri
 Preparat ini diberikan tiga kali sehari secara teratur selama tidak lebih dari tujuh hari
atau sesuai anjuran dokter
 Gagal pengobatan maka efeknya berkembang ke arah resistensi bakteri
 Antibiotik kombinasi biasanya digunakan untuk mencegah ketidakaktifan obat yang
disebabkan enzim yang dihasilkan bakteri.

36
2) Antiamuba
Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate, emetine,
etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat
yang digunakan untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati
karena amuba dapat diminimalkan.

3) Antimalaria
 Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati
amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan
oleh amuba

37
4) Antivirus
 Lamivudine merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan
menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B
 Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi
negatif pada hampir semua pasien yang diobati dalam waktu 1 bulan
 Lamivudine akan meningkatkan angka serokonversi HBeAg, mempertahankan
fungsi hati yang optimal, dan menekan terjadinya proses nekrosis-inflamasi
 Lamivudine diberikan per oral sekali sehari, sehingga memudahkan pasien
dalam penggunaannya dan meningkatkan keteraturan pengobatan. Oleh
karenanya penggunaan lamivudine adalah rasional untuk terapi pada pasien
dengan hepatitis B kronis aktif
38
5) Diuretik
 Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu mengatasi edema yang menyertai sirosis
hati, dengan atau tanpa asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan
keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit.
6) Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector
 Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan
kondisi lain. Kolagogum misalnya calcium pantothenate, ursodeoxycholic acid dapat digunakan pada
kelainan yang disebabkan karena kongesti atau insufisiensi empedu dengan menstimulasi aliran
empedu dari hati
 Namun jangan gunakan obat ini pada kasus hepatitis viral akut atau kelainan hati yang sangat toksik
7) Multivitamin dengan mineral
 Sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan penyakit hati lainnya

39
Terapi Dengan
Vaksinasi
 Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh dan bertugas untuk
melawan virus. Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C dan D
 Interferon adalah glikoprotein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu dan T-
limfosit selama infeksi virus
 Ada 3 tipe interferon manusia, yaitu interferon α, interferon β dan interferon
Y, yang sejak tahun 1985 telah diperoleh murni dengan jalan teknik
rekombinan DNA
 Ada juga vaksin HBV orisinil pada tahun 1982 yang berasal dari pembawa
HBV, kini telah digantikan dengan vaksin mutakhir hasil rekayasa genetika
dari ragi rekombinan
 Vaksin mengandung partikel- partikel HBsAg yang tidak menular
40
Terapi Transplantasi Hati
 Ada dua tipe utama transplantasi:
1) Homotransplantasi auksilaris dimana sebuah hati ditransplantasikan di tempat lain dari
hati yang sudah ada dibiarkan tetap ditempatnya
2) Transplantasi ortotopik dimana sebuah hati baru diletakkan pada tempat hati yang lama
 Transplantasi untuk keganasan memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih buruk
daripada untuk penyakit jinak, karena kekambuhan penyakitnya

41
Penyesuaian Dosis Obat
Terhadap Pasien Dengan
Ganguan Fungsi Hati

06
 Obat untuk hepatitis
 Obat untuk komplikasi sirosis hati
 Obat untuk mengatasi perlemakan hati
 Obat untuk abses hati

42
1) Obat untuk hepatitis
a. Lamivudin
 Indikasi : Hepatitis B kronik
 Dosis :Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari
Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari (maksimum 100 mg/hari)
 Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia,neutropenia, trombositopenia, neuropati,
jarang pankreatitis.
 Interaksi obat : Trimetroprim menyebabkan peningkatan kadar Lamivudine dalam plasma
b. Interferon α
 Indikasi : Hepatitis B kronik, hepatitis C kronik
→ Hepatitis B kronik
a) Interferon α-2a
SC/IM, 4,5 x 106 unit 3 x seminggu. Jika terjadi toleransi dan tidak menimbulkan respon setelah 1 bulan, secara
bertahap naikkan dosis sampai dosis maksimum 18x106 unit, 3 x seminggu. Pertahankan dosis minimum terapi
selama 4-6 bulan kecuali dalam keadaan intoleran. 43
→ Hepatitis C kronik
Gunakan bersama Ribavirin (kecuali kontraindikasi). Kombinasi Interferon α dengan
Ribavirin lebih efektif.
a) Interferon α-2a dan α-2b
SC, 3 x 106 unit 3 x seminggu selama 12 minggu. Lakukan tes Hepatitis C RNA dan
jika pasien memberikan respon, lanjutkan selama 6-12 bulan
b) Peginterferon α-2a
SC, 180 µg 1 x seminggu
c) Peginterferon α-2b
SC, 0,5 µg/kg (1 µg/kg digunakan untuk infeksi genotip 1) 1 x seminggu

44
c. Ribavirin dengan Interferon
 Indikasi : Hepatitis C kronik pada pasien penyakit hati >18 tahun yang mengalami kegagalan dengan monoterapi
menggunakan Interferon α-2a atau α-2b.
 Ribavirin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b
Untuk Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan
Interferon α
 Dosis :
Ribavirin dengan Interferon α-2b
a) < 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg sore hari
b) >75 kg, Ribavirin 600 mg pagi dan sore hari
Ribavirin dengan Peginterferon α-2a
a) < 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.
b) >75 kg, 600 mg pagi dan malam hari. Genotip 2 dan 3, 400 mg pagi dan malam hari
45
2. Obat untuk komplikasi sirosis hati
a) Asites
Obat Dosis Keuntungan Efek samping
per hari
Spironola Antagonis aldosterone Hiperkalemia, ginekomastia, mengantuk, letargi, ruam,
ctone 100-600 slow diuresis sakit kepala, ataksia, impotensi, jarang
mg agranulositosis.
Furosemi 20-160 mg Diuresis cepat Rasa tidak enak pada abdominal, hipotensi ortostatik,
de gangguan GI, penglihatan kabur, pusing dehidrasi,
hipokalemia atau hiponatremia.
Bumet 1-4 mg Diuresis cepat Nefrotoksik, dehidrasi, hipokalemia, hiponatraemia
amide
Amiloride 5-10 mg Sebagai agen hemat Hiperkalemia,hypoatraemia, hypochloraemia
Kalium atau diuresis (khususnya waktu dikombinasi dengan thiazid), lemah,
lemah, digunakan jika sakit kepala, nausea, muntah, konstipasi, impotensi,
kontraindikasi terhadap diare, anoreksia, mulut kering, nyeri perut, flatulen
Spironolactone
Metola Dosis awal Berfungsi dalam induksi Hyponatraemia atau hipokalemia
zole 5 mg diuresis dalam kasus
resistensi
46
b) Ensefalopati Hati

Obat Dosis Efek samping


Lactulose 15-30 ml per oral 2-4 Flatulen, rasa tidak enak pada perut, diare,
x sehari ketidakseimbangan elektrolit
Metronidaole 400-800 mg per oral Gangguan Gl, mual, anoreksia, rasa kecap
per hari dalam dosis logam, muntah, urtikaria, pruritus
terbagi

Neomycin 2-4 g per oral per Nausea, muntah, diare, reaksi alergi,
hari dalam dosis diare, jarang ototoksisitas, nefrotoksisitas
terbagi

47
c) Peritonitis bakterial spontan

Obat Dosis Kontraindikasi Efek samping


Dewasa :
Ampicillin Oral, 250-500 mg setiap 6 jam Maksimum 4g Hipersensitivitas Reaksi alergi, anafilaksis,
sehari IM/IV, 500 mh-1 g setiap 4-6 jam terhadap penicillin diare, mual, nyeri abdomen,
Anak-anak:
Oral 7,5-25 mg/kg setiap 6 jam sampai 4 g superinfeksi.
sehari.
IM/IV, 10-25 mg/kg setiap 6 jam, maksimum
50mg/kg setiap 4 jam
Hipersensitivitas
Dewasa : IV 1-2 g setiap 8-12 jam, maksimum Pankreatitis, anafilaksis
Cefotmixe terhadap penicillin,
12 g sehari Anak-anak : IV 25-50 mg/kg setiap sefalosporin
ataucarbapenem
8 jam
Hipersensitivitas
Dewasa : IM/IV 1-2 g 1 x sehari ( atau dalam Pankreatitis,
Ceftriaxone terhadap penicillin,
2 dosis terbagi), maksimum 4 g sehari Anak- sefalosporin atau anafilaksis
carbapenem
anak : IM/IV 50 mg/kg 1 x sehari

48
3. Obat untuk mengatasi perlemakan hati
a) Insulin-sensitizing agent

Obat Dosis
Pioglitazone 15-30 mg 1 x sehari, dapat ditingkatkan sampai dosis maksimum 45 mg
1 x sehari setelah 4 minggu pengobatan tidak menimbulkan efek
Rosiglitazone Dosis awal 4 mg 1 x sehari, dapat ditingkatkan sampai 8 mg/hari dalam
1atau 2 dosis jika tidak menimbulkan efek setelah 6-8 minggu
pengobatan

Metformin 500 mg 1-3 x sehari, dapat ditingkatkan sampai 850 mg 2-3 x sehari
berdasarkan respon

49
b) Obat yang dapat menurunkan kadar lemak
Gemfibrozil
Dosis : 600 mg 2 x sehari
Kontraindikasi : alergi terhadap Gemfibrozil.
Efek samping : mulut kering, sakit kepala, mialgia, apenditis, impotensi,
depresi, urtikari.

c) Obat-obat yang memperbaiki aliran darah


Pentoxifylline
Dosis : 400 mg 2-3 x sehari
Efek samping : nausea, muntah, sakit kepala, angina, palpitasi, jarang
hipersensitivitas, ruam, urtikaria, perdarahan, halusinasi
50
4. Obat untuk abses hati

Obat Dosis Efek samping Interaksi obat


Dibekacin Dewasa : IM 100 mg/hari Syok, Anestesi, diuretik, karbenisilin,
Anak: 1-2 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis ototoksisitas, sulbenisilin, tikarsilin,
terbagi nefrotoksisitas piperasilin

Netilmicin Dewasa :4-5 g/kg/hari terbagi dalam 8-12 jam Anak: Ototoksisitas, Obat ototoksik, nefrotoksik,
6-7,5 mg/kg/hari terbagi dalam 8 jam diberikan nefrotoksisitas
selama 7-14 hari

Kanamycin Dewasa :15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi, Ototoksisitas, Diuretik, anestetik
maksimum 1,5 g/hari nefrotoksisitas, alergi
Anak: 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi Bayi baru
lahir 7,5 mg/kg/hari dalam dosis terbagi

Gentamicin Dewasa : IM/IV 4-7 mg/kg 1 x sehari Pusing, vertigo, tinitus, Obat ototoksik, nefrotoksik,
Anak :> 5 tahun 1,5- 2,5mg/kg/hari setiap 8 jam letargi, gangguan neurotoksik, diuretik poten, anestetik
>10 tahun, IM/IV 6 mg/kg 1 x sehari atau 1-2 mg/kg penglihatan umum
setiap 8 jam
51
Amikacin Dewasa : IM/IV 16-24 mg/kg 1 x sehari atau
Ototoksisitas,nefrotoksisitas Diuretik poten, anestetik
dalam 2-3 dosis terbagi Anak 10 tahun, IM/IV 18
mg/kg 1 x sehari atau 15 mg/kg/hari dalam 2-3
dosis terbagi Infant, anak<10 tahun, IM/IV 22,5
mg/kg 1 x sehari atau 7,5 mg/kg 3 x sehari
Metronidazole Dewasa : 500-750 mg 3 x sehari selama 5-10 hari Mual, anoreksia, rasa kecap logam, Alkohol (menimbulkan reaksi
Anak: 35-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi muntah, gangguan GI, urtikaria, seperti disulfiram),
selama 10 hari pruritus, angioedema, meningkatkan efek
anafilaksis antikoagulan dengan warfarin
Gangguan neurologi, gangguan GI,
Tinidazole Dewasa: 2 g sebagai dosis tunggal selama 3 hari Intoleransi alkohol
anoreksia, rasa logam, reaksi
atau 600 mg 2 x sehari selama 5 hari Anak dosis hipersensitif, leukopenia, sakit kepala,
lelah
tunggal 50-60 mg/kg selama 3 hari
Dewasa: 1,5 g/hari dalam dosis tunggal atau Menimbulkan
Secnidazole Rasa kecap logam, glositis, urtikaria,
terbagi untuk 5 hari Anak: 2-30 mg/kg/hari dosis potensiasi efek
tunggal erupsi, bingung, gelisah warfarin
Kloroquin Dewasa hari ke-1 dan ke-2600 mg, hari ke- 3300 Sakit kepala, gatal, ansietas, jarang Fenilbutazon yang
mg Anak hari ke-1 dan hari ke-2 → 10 - aritmia menyebabkan reaksi
mg/kg, hari ke-3→ 5 mg/kg dermatitis

52
0 Masalah
Terapi Obat
7
53
Masalah Terapi Obat
Indikasi yang tidak tepat
Minum obat dengan dosis terlalu
 Membutuhkan tambahan terapi obat
besar
 Tidak memerlukan terapi obat

Terapi obat yang tidak efektif Mengalami adverse drug reaction,

 Minum obat yang salah alergi, idiosinkrasi, toksisitas,

 Minum obat dengan dosis terlalu kecil interaksi obat dan makanan

Terapi obat tidak aman Tidak taat minum obat

54
Pada sebagian besar kasus, obat-obatan dapat digunakan
dengan aman pada penderita penyakit hati asalkan

Dosis obat diturunkan bila diketahui


Obat-obat alternatif yang tidak
bahwa suatu obat mengalami
mengalami ekskresi atau metabolisme
ekskresi atau metabolisme yang 01 03
yang bermakna dalam hati digunakan
bermakna dalam hati
sebagai pengganti apabila tersedia

Penderita diawasi lebih lanjut Obat-obatan yang berkaitan dengan


secara ketat terhadap tanda-tanda 02 04 timbulnya penyakit hati kronik
keracunan dan jika dapat dihindari
diperoleh kadar obat dalam serum
atau darah dipantau 55
Contoh Masalah Terapi Obat
Penggunaan Interferon α sebagai terapi Hepatitis

 Dosis Interferon α dikurangi sampai 50% jika terjadi efek samping berupa lelah yang
mengganggu rutinitas harian, mual yang kadang-kadang disertai muntah,
granulositopenia (<750/mm3) dan atau trombositopenia (< 50.000/mm3)
 Segera hentikan jika efek samping lelah sampai harus berbaring di tempat tidur dan
muntah lebih dari 2 kali sehari, granulositopenia (<750/mm3) dan atau
trombositopenia (< 30.000/mm3)
 Pengobatan dapat menyebabkan rasa lelah, mengantuk dan bingung. Hindari kegiatan
mengendarai atau menggunakan mesin jika mengalami hal tersebut

56
Studi
Kasus
08
57
Kasus
Bapak doni berusia 65 Tahun, berat badan 70 Kg. memiliki riwayat Chf dan
Mendapatkan Terapi pengobatan dengan digoksin tablet 0,25mg/hari
Hasil Laboratorium:
Total Bilirubin : 3,4 Mg/DI
Serum Albumin : 2,5 G/DI
Protrombine Time : 6.7
Ascites : Sedang
Hepatic Encephalopathy : Sedang

58
Penyelesaian Kasus Metode Soap
Objektif
Dari hasil lab. Dapat kita hitung child-pugh
scores, yaitu:
Subjektif
Nama : Bapak Doni
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Keluhan : Memiliki Riwayat Chf
Riwayat Pengobatan : Terapi Pengobatan Dengan
Digoksin Tablet 0,025 Mg/Hari

59
Assessment
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami penurunan fungsi Plan
hati yang signifikan, sehingga dosis - Pemberian obat pada pasien
awal perlu diturunkan 50% dari dosis gangguan hati dapat dengan cara dosis
awal pada pasien normal diturunkan dan interva pemberian
tetap.
- Dosis digoksin 0,25mg/hari
> 0,125 mg/hari

60
Terimakasi
h

Anda mungkin juga menyukai