Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

ABSES HATI

Pembimbing :
dr. Jarmila Elmaco.M.Ked(PD)-Sp.PD
Vadlil Ihsan Apnosa 1410070100110
Katrina Edyasmar 1410070100113
Wetriantara Lovprima 1410070100114
Ana Stesia Suarfi 1410070100117
Aptika Amelia Akmal 1410070100122
Alvin Gunawan Fauzi 1410070100128
LATAR BELAKANG

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim
hati.
Insidens abses hati jarang, berkisar antara 15-20 kasus per 100.000 populasi.
¾ kasus abses hati di negara maju adalah AHP, sedangkan di negara berkembang >AHA.
Mortalitas abses hati berkisar 10-40%.
Prevalensi tinggi erat hubungannya dengan sanitasi yang jelek, status
ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi
menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan. Dalam beberapa dekade
terakhir ini telah banyak perubahan mengenai aspek epidemiologis, etiologi, bakteriologi, cara
diagnostik maupun mengenai pengelolaan serta prognosisnya
Tujuan

• Untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik


Senior (KKS) di Rumah Sakit Achmad Mochtar
1 (RSAM) Bukittinggi.

• Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior


(KKS) di bagian Penyakit Dalam di Rumah Sakit
2 Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi.

3
Manfaat

• Bagi penulis
• Sebagai bahan acuan dalam mempelajari, memahami dan
mengembangkan teori mengenai abseshati mulai dari
1 definisi hingga penatalaksanaan.

• Bagi Institusi pendidikan


• Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan
bagi kegiatan yang ada kaitannya dengan pelayanan
2 kesehatan khusunya yang berkaitan dengan abseshati

4
ANATOMI DAN FISIOLOGI HEPAR

5
Hepar  organ metabolik utama berat 2,5% BB atau sekitar 1200-1800 gram. Hepar
bertekstur lunak & lentur, terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diaphragma.

Hepar dapat dibagi  lobus dexter (besar) & lobus sinister (kecil) oleh perlekatan
peritoneum oleh ligamentum falciforme. Lobus dexter terbagi  lobus quadratus dan lobus
caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissura unfuk ligamentum teres hepatis, vena cava
inferior, dan fissura untuk ligamentum venosum.

Vena porta hepatika mengalirkan darah keluar dari sistem venous usus  membawa
nutrien  diserap di dalam saluran cerna ke hati. Hati melaksanakan berbagai fungsi
metabolik.
6
Pembentukan &
ekskresi empedu

Pengolahan metabolik kategori nutrien utama, setelah


penyerapan dari saluran pencernaan

Fungsi Hati
Penimbunan vitamin & mineral

Mengeluarkan atau mengeksresikan obat-obatan hormon


dan zat lain

Gudang darah dan filtrasi

7
Defenisi Abses Hati

Infeksi hati disebabkan  bakteri, parasit, jamur


maupun nekrosis steril  bersumber GI tract

Ditandai  proses supurasi  pembentukan


pus, terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel
inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati.

8
Epidemiologi

• Abses hati amuba didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering dibanding
Abses hati piogenik

• Infeksi E.histolytica memiliki prevalensi yang tinggi di daerah subtropikal dan


tropikal dengan kondisi yang padat penduduk, sanitasi serta gizi yang buruk

• Lk>Pr, usia > 40 tahun, dengan insidensi puncak pada dekade ke–6

• Penularan melalui jalur oral-fekal dan oral-anal-fekal

9
Klasifikasi

Abses Hati Amuba

Abses Hati

Abses Hati Piogenik

10
Abses Hati Amuba

Keadaan patologis terjadi pada hepar berisi jaringan nekrotik purulen


yang timbul dalam jaringan hati akibat infeksi amuba

Disebabkan  Entamoeba Histolytica

11
Alkoholisme

Perjalanan ke
Keganasan
daerah endemik

Aktivitas
homoseksual Faktor Resiko Infeksi HIV
Patogenesis

Gangguan
imunitas sel Malnutrisi
dimediasi
Penggunaan
kortikosteroid

12
Patogenesis

13
diare
berdarah
nyeri perut
anoreksia kanan
atas

Mual, Gejala Kelemaha


muntah dan tanda n tubuh

Malaise, Penuruna
mialgia, n berat
atralgia badan
Kelemaha
n tubuh
14
Anamnesis PF : Temperatur ↑

Pembesaran hati &


Diagnosis Pemeriksaan Fisik
nyeri tekan.

Ikterik jarang ditemukan,


Pemeriksaan Penunjang bila ada dugaan obstruksi
Diagnosa pasti  (WBC ↑, AFP ↑, letak traktus biliaris atau
biopsi hati trofozoip diafragma ↑, USG ) terdapat penyakit hati
amuba kronik sebelumnya

15
Kriteria Sherlock (2002) Diagnosis Abses Hati Amuba

-Adanya riwayat yang berasal dari daerah endemik

-Pembesaran hati pada laki-laki muda

-Respons baik terhadap metronidazole

-Leukositosis tanpa anemia pada riwayat sakit yang tidak lama dan
leukositosis dengan riwayat sakit yang lama

-Ada dugaan amubiasis pada pemeriksaan foto thoraks PA dan lateral

-Pada pemeriksaan scan didapatkan filling defect

-Tes fluorescen antibodi amuba positif

16
Kriteria Ramachandran Diagnosis Abses Hati Amuba

-Hepatomegali yang nyeri

-Riwayat disentri

-Leukositosis

-Kelainan radiologis

-Respons terhadap terapi amebisid

17
Kriteria Lamont Dan Pooler Diagnosis Abses Hati Amuba

-Hepatomegali yang nyeri

-Kelainan hematologis

-Kelainan radiologis

-Pus amuba

-Tes serologi positif

-Kelainan sidikan hati

-Respons terhadap terapi amebisid

18
Isolasi organisme tinja pasien

Aspirasi abses amuba

Foto thorak abnormal

Pemeriksaan Penunjang USG abdomen

CT scan kontras

MRI

Tes Serologi  ELISA

19
Diagnosis Banding

Kista hepar

Keganasan pada hati

Abses hati piogenik


20
Penatalaksanaan

Medikamentosa

-Metronidazole adalah 3 x 750 mg per hari selama 5 – 10 hari

-Dehydroemetine (DHE) sebesar 3 x 500 mg perhari selama 10 hari atau 1-1,5 mg/kgBB/hari
intramuskular (max. 99 mg/hari) selama 10 hari.

-Chloroquin 2x300 mg/hari pada hari pertama dan dilanjutkan dengan 2x150 mg/hari selama 2
atau 3 minggu

Aspirasi

Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut di atas tidak berhasil
(72 jam), terutama lesi multipel, atau ancaman ruptur atau bila terapi dcngan metronidazol
merupakan kontraindikasi seperti kehamilan, perlu dilakukan aspirasi dengan tuntunan
USG.
21
Penatalaksanaan

Drainase Perkutan

Drainase perkutan indikasinya : abses besar dengan ancaman ruptur atau diameter abses > 7 cm,
respons kemoterapi kurang, infeksi campuran, letak abses dekat dengan permukaan kulit, tidak
ada tanda perforasi dan abses pada lobus kiri hati. Selain itu, drainase perkutan berguna juga
pada penanganan komplikasi paru, peritoneum, dan perikardial.

Drainase Bedah
Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak berhasil membaik dengan
cara yang lebih konservatif, kemudian secara teknis susah dicapai dengan aspirasi biasa,
perdarahan yang jarang tcrjadi tetapi mengancam jiwa penderita, disertai atau tanpa adanya
ruptur abses. Penderita dengan septikemia karena abses amuba yang mengalami infeksi
sekunder juga dicalonkan untuk tindakan bedah, khususnya bila usaha dekompresi perkutan
tidak berhasil laparoskopi juga dikedepankan untuk kemungkinannya dalam mengevaluasi
tcrjadinya ruptur abses amuba intraperitoneal.
22
Ruptur abses

Regio thoraks : fistula hepatobronkial,


abses paru, empiema amuba

Perikardium : gagal jantung,


perikarditis, temponade jantung

Komplikasi Peritoneum : peritonitis, asites

Infeksi sekunder (akibat tindakan


aspirasi)

Abses serebri

Lain lain
23
Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan
Pencegahan
makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.

Prognosis

1. Abses hati amuba merupakan penyakit yang sangat “treatable”

2. Angka kematiannya < 1 % bila tanpa penyulit

3. Penegakan diagnosis yang terlambat dapat memberikan penyulit abses


rupture sehingga meningkatkan angka kematian :

-Rupture kedalam peritoneum, angka kematian 20%

-Rupture kedalam pericardium, angka kematian 32-100%


24
Abses Hati Piogenik

proses supuratif yang terjadi pada jaringan hati yang


disebabkan oleh infeksi bakteri melalui aliran darah, sistem
bilier, maupun penetrasi langsung

Disebabkan  Infeksi dari tempat lain seperti organ


intraabdomen, Kolangitis yang disebabkan oleh batu
maupun striktura merupakan penyebab tersering.

25
Sumber Infeksi
Saluran empedu Penyebaran langsung
Batu empedu Empiema kandung empedu
Kolangio karsinoma Perforasi ulkus peptikum
Striktur Abses subfrenik
Vena porta Trauma
Apendisitis Iatrogenik
Divertikulitis Biopsi hati
Penyakit crohn Blocked Billiary stent
Arterihepatica Kriptogenik
Infeksi gigi Kistahati terinfeksi
Endokarditis bacterial

AHP juga disebabkan oleh bakteri anaerobik ataupun infeksi bakteri


campuran seperti E. Coli, klebsiella pneumoniae, viridans streptococcus,
staphylococcus aureus, bacteroides, fusobacterium.
26
-Demam tinggi naik
turun disertai menggigil
Anamnesis
-Nyeri perut kanan atas
biasanya menetap
Pemeriksaan Fisik -Keringat malam
-Muntah
-Anoreksia
Pemeriksaan Penunjang -Kelemahan umum
-USG, CT scan, MRI -BB ↓
-Lab  anemia ringan, leukositosis -Sebagian kasus
dengan netrofilia, LED ↑. AFP ↑. mengeluhkan batuk
Diagnosis Antibodi antiamubik membedkan AHA tidak produktif
dengan AHP. Diagnosis AHP
ditemukannya agen penyebab, melalui -Terdapat sumber
kultur darah maupun kultur pus dari infeksi primer
aspirasi abses.
- Aspirasi piogenik  warna kuning
ataupun keijauan berbau busuk.
- Pengecatan gram AHP selalu terdapat
bakteri.

27
Patogenesa

Infeksi menyebar ke hati melalui aliran vena porta, arteri, saluran empedu, ataupum
infeksi langsung melalui penetrasi jaringan dari fokus infeksi yang berdekatan.
Sebelum era antbiotika penyebab tersering adalah apendisitis & pileflebitis (trombosis
supuratif pada vena porta). Saat ini infeksi yang berasal dari sistem bilier merupakan
penyebab terbanyak terjadinya AHP diikuti oleh abses kriptogenik.

Abses hati piogenik dapat juga merupakan komplikasi lanjutan dari tindakan
endoscopic sphincterotomy untuk mengatasi batu saluran empedu ataupun
komplikasi lanjut yang terjadi 3-6 minggu setelah dilakukan billiary intestinal
anastomosis. Di Asia timur dan Asia tenggara AHP dapat merupakan komplikasi dari
kolangitis piogenik rekuren yang ditandai dengan adanya episode kolangitis
berulang, pembentukan batu intrahepatik, ataupun infeksi parasit pada sistem bilier.
28
Pencitraan CT-Scan pasien dengan abses hati.

29
Pemeriksaan biokemikal dan hematologi pada pasien abses hati
Anita dkk, BMC Journal 2014

30
Penatalaksanaan

1. Pencegahan, dengan cara:


- Dekompresi pada keadaan obstruksi bilier baik akibat batu ataupun tumor dengan rute
transhepatik atau dengan melakukan endoskopi
-Pemberian antibiotik pada sepsis intra-abdominal
2. Terapi definitif
Terapi ini terdiri dari antibiotik, drainase abses yang adekuat dan menghilangkan
penyakit dasar seperti sepsis yang berasal dari saluran cerna. Pemberian antibiotika IV
s/d 3 gr/hari selama 3 minggu diikuti pemberian oral selama 1-2 bulan. Anttibiotik :
-Penisilin atau sefalosporin untuk coccus gram (+) & gram (-) yang sensitif. Misalnya
sefalosporin generasi ketiga seperti cefoperazone 1-2 gr/12jam/IV
-Metronidazole, klindamisin atau kloramfenikol untuk bakteri anaerob terutama B. fragilis.
Dosis metronidazole 500 mg/6 jam/IV
-Aminoglikosida  gram negatif (-) yang resisten.
- Ampicilin-sulbaktan atau kombinasi klindamisin-metronidazole, aminoglikosida dan
siklosporin.

31
Penatalaksanaan

3. Drainase abses

Pengobatan pilihan  keberhasilan pengobatan  drainase terbuka terutama


pada kasus yang gagal dengan pengobatan konservatif. Menggunakan
drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan USG abdomen guidance
atau tomografi komputer.

4. Drainase bedah

Drainase bedah dilakukan pada kegagalan terapi antibiotik, aspirasi perkutan,


drainase perkutan, serta adanya penyakit intra-abdomen yang memerlukan
manajemen operasi.

32
Farmakoterapi dari E.histolytica pada orang dewasa
Obat Dosis Dewasa Efek Samping
Amoebicidal agen
1. Metronidazol 750 mg secara oral tiga Psikosis, kejang, ropathy
kali sehari selama 5-10 neutrofil perifer dan tes
hari; logam
2. Klorokuin (base) 500 mg IV setiap 6 jam Diare, kram perut,
(digunakan sebagai selama 5-10 hari keracunan jantung,
alternatif atau adjuvant) 600 mg / d oral selama 2 kejang dan hipotensi
hari, kemudian 300 mg /
d oral selama 14 hari

3. Tinidazol (Lebih baik 2 gm / hari selama 3-5


untuk Chlo- roquine) hari

33
Agen luminal

1.paromomycin 25-30 mg / kg / oral selama Diare


7 hari dalam tiga dosis
terbagi.

2.Iodoquino 650 mg secara oral tiga kali kontra indikasikan pada


sehari selama 20 hari. pasien hipersensitivitas
Iodine

3.Diloxanide furoat 500 mg secara oral tiga kali


(Diindikasikan pada pasien sehari selama 10 hari.
yang gagal untuk
menanggapi Iodoquinol dan
paromomycin)

34
Protokol manajemen penempatan drain sebagai pengobatan
pada abses hati piogenik

35
Perbedaan gambaran abses hati
piogenik dengan abses hati amuba
Abses hati piogenik Abses hati amuba

Usia 50-70 tahun 20-40 tahun

Jenis kelamin laki=perempuan laki> perempuan (>10:1)

Faktor risiko Infeksi bakteri akut, khususnya intra Bepergian atau menetap di
mayor abdominal daerah endemic ( pernah
menetap)
Obstruksi bilier/manipulasi

Diabetes melitus

36
Gejala klinis Nyeri perut regio kuadran kanan atas, Akut:
demam, menggigil, rigor, lemah, malaise, demam tinggi, menggigil,
anoreksia, penurunan berat badan, diare, nyeri abdomen, sepsis
batuk, nyeri dada pleuritik Sub akut:
Penurunan berat badan; demam
dannyeri abdomen relatif jarang

Khas:
Tak ada gejala kolonisasi usus
dan kolitis
Tanda klinis Hepatomegali disertai nyeri tekan, massa Nyeri tekan perut regio kanan
abdomen, ikterus atas bervariasi
Laboratorium Lekositosis, anemia, peningkatan enzim- Serologi amuba positif (70%-
enzim hati (alkali fosfatase melebihi 95%)
aminotransferase), peningkatan bilirubin,
hipoalbuminemia
Lekositosis bervariasi dan anemia
Kultur darah positif (50%-60%)
Tidak ditemukan eosinofilia

Alkali fosfatase meningkat,


namun aminotransferase
biasanya normal
37
Pencitraan Abses multifokal (50%) Khas: abses tunggal (80%)

Biasanya lobus kanan Biasanya lobus kanan

Tepi ireguler “Rounded” atau oval, bersepta

“wall enhancement” pada CT scan


dengan kontras intra vena

Cairan aspirasi Purulen Konsistensi dan warna bervariasi

Tampak kuman pada Steril


pewarnaan gram

Kultur positif (80%) Tropozoit jarang ditemukan

38
Ruptur

Trombosis
Efusi
v.porta/v.he
pleura
patika

Komplikasi

Sepsis Empiema

Fistula
Efusi
torakal &
perikardial
abdominal
39
Kesimpulan

AHA & AHP memiliki banyak gambaran dalam diagnosis umum dan sering tertunda
karena gejala klinis yang samar-samar yang mengakibatkan hasil yang merugikan.
Terapi anti amuba biasanya dianjurkan selain antibiotik spektrum luas. Intervensi
diperlukan pada AHP. Angka kematian AHA <AHP. Pendekatan multidisiplin 
Sp.PD-KGEH+Sp.Rad+Sp.B+Sp.PK  keberhasilan pengobatan.

40
Kesimpulan

Panduan manajemen abses hati :


1. Pemberian antibiotik secara parenteral sebagai terapi empiris dengan broad spektrum
yang luas.
2. USG dan atau CT scan untuk mengkonfirmasi diagnosis, dengan radiologis simultan
dipandun aspirasi dengan ukuran abses> 3 cm, +/- penambahan drainase.
3. Analisis mikrobiologi dari aspirasi abses dan kultur darah diperlukan untuk menentukan
rejimen antibiotik yang disesuaikan dengan hasil kultur dan sensitivitas.
4. Pengenalan dini dari kondisi septicemia atau kegagalan organ dan cepat memindahkan
ke ruangan unit perawatan kritis. Pertimbangkan pencitraan ulang untuk mengkonfirmasi
apakah penempatan drain sudah benar dan untuk menentukan respon terhadap
pengobatan serta resolusi akhir dari abses.
5. Intervensi bedah harus dipertimbangkan untuk pasien dengan abses yang besar,
kompleks, berseptal, multipel abses, penyakit yang mendasari dan drainase perkutan telah
gagal.

41

Anda mungkin juga menyukai