Anda di halaman 1dari 10

CHRONIC

MYELOID
LEUKEMIA (CML)

Kelompok 6
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
 Leukemia mieloid kronik merupakan leukemia yang
pertama ditemukan serta di ketahui patogenesisnya.
Tahun 1960 Nowell dan Hungerford menemukan
kelainan kromosom yang selalu sama pada pasien yang
LMK, yaitu 22q atau hilangnya sebagian lengan panjang
dari kromosom 22, yang saat ini kita kenal sebagai
kromosom philadelphia (Ph). Selanjutnya, di tahun 1973
Rowley menemukan bahwa kromosom Ph terbentuk
akibat adanya translokasi resiprokal antara lengan
panjang kromosom 9 dan 22.
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
 Dengan kemajuan biologi molekular, pada tahun 1980
diketahui bahwa pada kromosom 22 yang mengalami
pemendekan tadi, ternyata didapatkan adanya
gabungan antara gen yang ada di lengan panjang
kromosom 9, yakni ABL (Abelson) dengan gen BCR
(Break Cluster Region) yang terletak di lengan
panjang kromosom 22.
 Gabungan kedua gen ini sering di tulis sebgai BCR-
ABL, diduga kuat sebagai penyebab utama terjadinya
kelainan proliferasi pada LMK.
Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Leukemia myeloid kronik (LMK) atau Chronic myeloid
leukemia (CML) merupakan leukemia kronik, dengan gejala
yang timbul perlahan – lahan dan sel leukemia berasal dari
transformasi sel induk mieloid. CML termasuk kelainan klonal
(clonal disorder) dari pluripotent stem cell dan tergolong sebagai
salah satu kelainan mieloproliferatif (myeloproliferative
disorder). Nama lain untuk leukemia kronik adalah
1. Chronic myelogenous leukemia (CML)
2. Chronic myelocytic leukemia (CML)
Prevalensi
 Kejadian leukemia mielositik kronik mencapai
20% dari semua leukemia pada dewasa, kedua
terbanyak setelah leukemia limfositik kronik. Pada
umumnya menyerang usia 40-50 tahun, walaupun
dapat ditemukan pada usia muda dan biasanya
lebih progresif. Di jepang kejadiannya meningkat
setelah peristiwa bom atom di Nagasaki dan
Hiroshima, demikian juga di Rusia setelah reaktor
atom Chernobil meledak.
Patogenesis
 LMK dianggap sebagai suatu gangguan mieloproliferatif
karena sumsum tulang hiperselular dengan proliferasi pada
semua garis diferensiasi sel.
 Jumlah granulosit umumnya lebih dari 30.000/mm3.
walaupun pematangannya terganggu, sebagian besar sel tetap
menjadi matang dan berfungsi.
 Pergeseran ke kiri terjadi dengan kurang dari 5% blast dalam
darah tepi. Basofil dan eosinofil sering ditemukan. Pada 85%
kasus, terdapat kelainan kromosom yang disebut kromosom
philadelphia. Kromosom philadelphia merupakan suatu
translokasi dengan lengan panjang kromosom 22 ke
kromosom 9. kelainan kromosom ini mempengaruhi sel
induk hematopoietik dan karenanya terdapat pada garis sel
mieloid, serta beberapa garis limfoid.
Patomekanisme
 Mekanisme terbentuknya kromosom Ph dan waktu yang
dibutuhkan sejak terbentuknya Ph sampai menjadi LMK
dengan gejala kinis yang jelas, hingga kini masih belum
diketahui secara pasti. Berdasarkan kejadian hiroshima
dan nagasaki, diduga Ph terjadi akibat pengaruh radiasi,
sebagian ahli berpendapat akibat mutasi spontan. Sejak
tahun 1980 diketahui bahwa translokasi ini
menyebabkan pembentukan gen hibrid BCR-ABL pada
kromoson 22 dan gen resiprokal ABL-BCR pada
kromoson 9.
Tanda dan Gejala Klinik
 Dalam perjalanan penyakitnya, LMK dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blast. Pada umumnya
saat pertama diagnosis ditegakkan, pasien masih dalam fase
kronik, bahkan sering kali diagnosis LMK ditemukan secara
kebetulan, misalnya saat persiapan para operasi, dimana
ditemukan leukositosis hebat tanpa gejala-gejala inpeksi.
 Pada fase kronik, pasien sering mengeluh pembesaran limfa, atau
merasa cepat kenyang akibat desakan limfa terhadap lambung.
 Seteah 2-3 tahun, beberapa pasien penyakitnya menjadi progresif
atau mengalami akselerasi. Ciri khas fase akselerasi adalah :
leukositosis yang sulit dikontrol oleh obat-obat mielosupresif,
mieloblas di perifer mencapai 15-30 % dan trombosit <
100.000/mm3
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai