Anda di halaman 1dari 33

Oleh

Dr. BAMBANG SUHARTO Sp.A.,MH.Kes.


BBLR ialah bayi yang dilahirkan dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Tujuan perawatan BBLR: untuk
mendapatkan Intact survival, yaitu bayi
tanpa cacat fisik maupun cacat mental.
Davies dkk, membagi BBLR sbb:
Umur kehamilan (Minggu)
BERAT BADAN
<37 37-41 42
Persentil ke 10 Kurang bulan Cukup bulan Lebih bulan
KMK KMK KMK
Persentil 10-90 Kurang bulan Cukup bulan Lebih bulan
SMK SMK SMK
Persentil 90 Kurang bulan Cukup bulan Lebih bulan
BMK BMK BMK
Insidens BBLR: di Indonesia 13%
(SKN,!982), di negara berkembang 20%
(Ibrahim, 1987), di USA 2%.
Komplikasi BBLR sangat tergantung
klasifikasinya:
BKB/KMK :asfeksia perinatal, aspirasi
mekoneum, perdarahan paru-paru,
hipertensi pulmonal persisten, hipoksemia,
hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia,
polisitemia, NEC.
Faktor yang mempengaruhi KMK:
Demografi (ras, usia ibu, status sosial
ekonomi).
Jenis kelamin, BL bayi 150 gram
lebih berat dibanding .
Paritas: bayi kehamilan pertama
cenderung lebih kecil dibanding bayi
berikutnya.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak
adekuat.
Ketinggian tempat tinggal.
Ukuran ibu.
Kehamilan gemeli.
BKB/SMK :
Depresi pernafasan perinatal.
Gangguan fungsi SSP:
a. Reflek batuk masih lemah, mudah
tersedak, dan aspirasi pneumoni.
b. Sucking reflex, rooting reflex masih
lemah sehingga bayi belum bisa
menetek
c.Perdarahan intrakranial terutama yang
umur kehamilannya < 34 minggu dan BBL
< 1500 gram (germinal matrik/
periventrikuler).
d. Leukomalasia periventrikuler (ditentukan
dengan pemeriksaan USG kepala/CT Scan),
oleh karena asfeksia berat sehingga terjadi
hipotensi a. cerebri anterior
mengakibatkan ensefalopati hipoksik
iskemik (EHI).
Gangguan saluran nafas: HMD (karena
defisiensi surfactan), apneu rekuren (
20 detik), pneumotorak ataupun
pneumo mediastinum,
brochopulmonary dysplasia
(penggunaan ventilator yang lama.
Gangguan Kardiovaskuler: Paten ductus
arteriosus (PDA), hal ini sering terjadi
kasus-kasus dengan HMD.

Gangguan saluran Gastrointestinal: NEC (


oleh karena prematuritas, trauma hipoksik
iskhemik, kolonisasi bakteri serta substrat
protetein yang berlebihan di lumen usus.
Gangguan metabolik, karena produksi
enzim glukoronil transferse belum
sempurna, sehingga terjadi gangguan
metabolisme bilirubin
mengakibatkan bayi tampak ikterus.
Dapat terjadi hipoglikemi atau
hipokalsemia terutama pada bayi-bayi
dengan asfeksi perinatal.
Gangguan imunologik, oleh karena
masih rendahnya imunoglobulin,
aktiftas neutrofil sebagai bakterisidal
serta efek sitotoksik limfosit
mengakibatkan bayi-bayi tersebut
mudah terinfeksi.
Gangguan ginjal, karena maturasi ginjal
belum sempurna sehingga terjadi
gangguan filtrasi dan gangguan
pengaturan elektrolit sehingga bayi mudah
mengalami keracunan obat dan asidosis
metabolik.
Gangguan mata, mudah mengalami
retinopati, karena belum maturnya
retina sehingga mudah keracunan O2
pada kasus-kasus yang menggunakan
ventilator.
Gangguan hematologik, anemia
karena prematuritas, bila sepsis
mudah mengalami DIC.
Gangguan termoregulasi, mudah
mengalami hipotermi (karena lemak
subkutan masih sedikit dan brown fat
belum terbentuk). Demikian juga
mudah mengalami hipertermi.
BKB/BMK, sering ditemukan pada bayi-bayi
dengan ibu menderita DM atau sindrome
Beckwith (duplikasi khromosome 11p15,
hipertrofi sel pankreas), atau
Nesidioblastosis (proliferasi sel
pankreas).
PENATALAKSANAAN BBLR
Meliputi tahapan
antepartum/intrapartum,
penatalaksanaan di kamar bersalin
dan penatalaksanaan di kamar bayi.
Penatalaksanaan
anterpartum/intrapartum:
Bila gawat yanin, dilakukan
resusitasi intra uterin dengan
pemberian O2 pada ibu, coba
pertahankan kehamilan dengan
pemberian tokolitik
dan mencegah infeksi dengan pemberian
antibiotik.
Bila kehamilan < 35 minggu dan tidak
dapat dipertahankan maka ibu diberi
kortikosteroid dosis tunggal guna
pematangan paru-paru yanin.
Penatalaksanaan di kamar bersalin:
Sebelum bayi lahir disiapkan :
Alat-alat resusitasi.
Resusitasi: memerlukan intervensi
lebih cepat dan proaktif (perhatian
utama ditujukan pada stabilisasi suhu
dan oksigenasi), lakukan resusitasi
sesuai dengan tahap-tahap resusitasi,
tentukan APGAR scor pada 1 dan 5
menit.
Penanganan pasca resusitasi:
pemeriksaan fisik secara lengkap,
menentukan masa gestasi bayi,
tentukan pertumbuhan bayi, tentukan
diagnosis kerja, perwatan talipusat,
berikan tetes/zalf mata, berikan vit K1
0,5-1 mg im/iv atau peroral 1-2 mg.
Selanjutnya dilakukan identifikasi bayi
dan ibu (harus sama).
Perawatan neonatus: perawatan tingkat I (BBLR
sampai 2250 gram, bayi sehat tanpa
koplikasi), perawatan tingkat II (BBLR BBLSR
bayi normal, sehat, namun memerlukan
observasi dan perawatan khusus) dan
perawatan tingkat III ( BBLSR-BBLASR, BBLR
dengan komplikasi, BBLR dengan kelainan
kongenital mayor yang memerlukan segera
tindakan bedah.
Secara umum perawatan BKB adalah :
mempertahankan suhu tubuh tetap optimal,
memenuhi kebutuhan O2, memenuhi kebutuhan
nutrisi, mencegah dan mengatasi infeksi,
mengatasi hipebilirubinemi, memenuhi kebutuhan
psikologik, mencegah dan mengatasi timbulnya
PDA, melibatkan perawatan dengan ke dua orang
tua dan program imunisasi.
Memperthankan suhu tubuh optimal 37 C (
36,5- 37,5 C) serta lembaban udara 60%.
Memenuhi kebutuhan O2 , Pa O2 50-80 Torr,
analisa gas darah ataupun saturasi O2 92%.
Kebutuhan nutrisi BBLR. Pada BBLR atasi
segera hipoksemia, hiponatremia,
hipoglikemia, hipokalsemia, hipotermia dan
hipotrobositopenia.
Selanjutnya adalah mencegah terjadinya
dehidrasi akibat insensible water loss,
dan perlu dilakukan monitoring BB,
tekanan darah, pengeluaran urin,
elektrolit, KGD, dan Ca. Untuk mencegah
hipoglikemi pada 2 hari pertama diberikan
infus dextrose 5 7,5% pada BBLASR dan
dextrose 10% untuk BBLSR.dan BBLR (bila
mungkin peroral). Bila terjadi renjatan/
syok maka dibolus dalam waktu 10 menit
dan dapat diulang dengan cairan plasma
expander (NaCl o,9%, RL, albumin 5%, dll).
Kebutuhan cairan IV untuk BBLR:
Menurut Doyle (1997) kebutuhan
cairan pada hari I 60 ml/hari, hari ke2
90 ml/hari, hari ke3 120 ml/hari, hari
ke4 150 ml/hari dan hari ke5 dan
seterusnya adalah 150 ml/hari.
Pemberian nutrisi parenterla
sebaiknya
menggunakan pembuluh vena perifer,
kalau perlu dilakukan venseksi. Dapat pula
pembuluh darah umbikal, tetapi harus hati
hati dan atas indikasi yang ketat.
Pemberian elektrolit (Na, K, Cl, Ca dll)
diberikan pada hari ke2.
Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan
pemberian dextrose (KH), protein (asam
amino) dan lemak (emulsi lemak).
Nutrisi peroral: diutamakan dengan
ASI, dapat PASI sesuai dengan
indikasinya. Pemberiannya bila tidak
ada kontra indikasi dan toleransi
saluran cerna baik ( peristaltik usus
baik, kelura mekoneum dan tidak ada
retensi lambung).
Tabel kebutuhan cairan (ml/hari) menurut Townsend (1995)

Usia (hari) Berat badan (Kg)


<1 1 1,5 1,5 2,5

1 100 80 60
2 120 100 90
3 150 130 120
4 180 180 150
5 200 180 170
6 200 180 170
7 200 180 170
8 13 200 180 170
14 20 180 160 150
21 27 160 160 150
28 160 150 150
Mengatasi terjadinya
hiperbilirubinemia: Bila secara klinis
tampak ikterus derajat 1-2 dengan
atlas Kramer, maka lakukan terapi
solar. Bila derajat 3 maka dilakukan
phototerapi dengan sinar ultraviolet.
Ikterus yang hebat dapat dilakukan
tranfusi tukar.
Mencegah dan menangani infeksi: jaga
sanitasi lingkungan/ruangan dan
petugas, mengganti air untuk
kelembaban inkubator setiap hari
dengan air steril, membersihkan
inkubator setiap 5- 6 hari, semua
tindakan medik dilakukan harus
aseptik dan antiseptik, NGT di ganti
setiap 2-3 hari, infus set diganti setiap
24 jam, bayi dengan penyakit menular
harus diisolasi, cegah perawatan
terlalu lama, dll.
Untuk mengatasi infeksi perlu
dilakukan : pemakaian antibiotik
harus dengan indikasi yang tepat,
memberikan antibiotik dengan
spetrum luas, bila dalam 48 jam
belum ada respon maka beri antibiotil
pengganti samp[ai ada hasil kultur
dan uji resistensi.
Memenuhi kebutuhan psikologis bayi:
karena kebutuhan bayi terhadap orang tua
bersifat absolut sedangkan kebutuhan
orang tua terhadap bayi adalah relatif.
Sistem sensorik sudah berkembang sejak
umur kehamilan 18 minggu. Bila BKB
sering kontak dengan ibu, ia akan sering
tersenyum dan akan lebih banyak
memanfaatkan ASI secara maksimal.
Melibatkan orang tua: orang tua dilatih
cara perawatan bayi seperti mengganti
popok, memandikan bayi, cara
pemberian ASI dengan benar dll.
Imunisasi: bila ibu karien hepatitis B,
maka bayi segera diberi IgM hepatitis B
dan vaksin HB pada sisi yang lain
dalam 12 jam kehidupan.
Sebelum dipulangkan bayi diberi vaksi
BCG dan polio.

Anda mungkin juga menyukai