Anda di halaman 1dari 29

OLEH

Dr. BAMBANG SUHARTO Sp.A.,MH.Kes.


 Lingkup bahasan:
 Status konvulsi
 Kejang demam.
 Kejang pada neonatus
STATUS KONVULSI (SK)
 Kejang konvulsi yang berlangsung ≥ 30
menit atau kejang berulang yang berlangsung
≥ 30 menit; selama kejang pasien tidak
sadar.
KEJANG
| 1. Diazepam rektal 0,5mg /kgbb atau
| BB ≥ 10 kg : 10 mg dan BB < 10 kg: 5 mg
↓ 2. Diazepam i.v 0,3-0,5 mg/kgbb
KEJANG (+)
Diazepam rektal
↓ (5 menit)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------------------------------------------------------------------
10-20 menit di Rumah Sakit
Pencarian akses vena
Lab.: Darah tepi, gula darah, Na, K, Ca, Mg, Ureum. Kreatinin

KEJANG (+)
Diazepam i.v 0,3-0,5 mg/kgbb
Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)
(hati depresi nafas)
—---------------------------------------------------------------------
↓ ↓
KEJANG (-) KEJANG (+)
Bila e.c ensefalitis/meingitis, R/ rumatan dilanjutkan dg Fenitoin bolus i.v 10-20 mg/kgbb
Fenobarbital 8-10 mg/kgbb/hari selama 2 hari kemudian Kecepatan 0,5 – 1 mg/kgbb/menit
Dilanjutkan 4-5 mg/kgbb/hari sapai risiko kejang berulang --------------------------
tdk ada . Bila epilepsi, lanjutkan OAE dengan menaikan dosis . | ↓
| KEJANG (-)
↓ 12 jam kmd ,
| fenitoin rumatan 5-7 mg/kgbb/hari, i. v
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Status Konvulsi
Bila masih KEJANG (+)

Rujuk ke PICU
Bolus fenobarbital 5-15 mg/kgbb/hari ,
dilanjutkan dg 1-6 mg/kgbb/menit drip
atau medizolam 0,2 mg/kgbb dilanjutkan
dengan 0,1-0,4 mg/kgbb/jam
 Berhubungan dengan demam(> 38,4°C/rektal
atau 37,8 °C/aksila)
 Tanpa infeksi SSP/gangguan elektrolit akut.
 Umur > 1 bulan
 Tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya.
Klasifikasi kejang demam:
 Sederhana
 Kompleks.
 Kejang demam sederhana:
 Bersifat umum
 Singkat
 Sekali dalam 24 jam
 Kejang demam kompleks:
 Bersifat fokal
 > 10-15 menit atau
 Berulang dalam 24 jam
 Riwayat kejang demam dalam keluarga;
 Umur < 18 bulan.
 Suhu tubuh saat kejang.
 Lamanya demam saat awitan kejang.
 Riwayat epilepsi dalam keluarga.
 Ada gangguan neuro developmental.
 Kejang demam kompleks.
 Riwayat epilepsi dalamkeluarga.
 Lamanya demam saat awitan kejang.
 > 1 kali kejang demam kompleks.
 Anamnesis:
 Ada kejang, jenis kejang, kesadaran, lama
kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab demam di
luar SSP.
 Riwayat perkembangan, kejang demam dalam
keluarga, epilepsi dalam keluarga.
 Singkirkan penyebab kejang lainnya.
 Pemeriksaan fisik:
 Kesadaran, suhu tybuh, tangda rangsang
meningeal, tanda peningkatan tekanan intra
kranial, tanda infeksi di lar SSP.
 Pemeriksaan penunjang:

 Sesuai dengan indikasi DL, gula darah,


elektrolit, urinalisis, biakan darah, urine atau
feses.
 LP sangat dianjurkan bila < 12 bulan;
dianjurkan bila umur 12-18 bulan;
dipertimbangkan jika umur > 18 bulan bila
curiga meningitis.
 CT scan/MRI :
 Riwayat trauma.
 Ada lesi struktural di otak (mikrosefali,
spastik)
 Ada tanda pe↑ tek. Intra kranial kesadaran↓,
muntah2, UUB menonjol, paresis N.VI, edema
papil.
 EEG pada kejang demam kompleks.
Medikamentosa:
 Tata laksana Penghentian kejang
 Profilaksis pada saat demam:

 Antipiritik parasetamol; ibuprofen.


 Anti kejang diazepam oral/rektal.
 Pengobatan jangka panjang kejang demam
kompleks asam valproat: 15-40 mg/kgbb
/hari; fenobarbital: 3-5 mg/kgbb/hari
Bedah tidak ada
Suportif  menurunkan suhu
Indikasi rawat:
 Kejang demam kompleks.
 Hiperpireksia.
 Umur < 6 bulan.
 Kejang demam pertama.
 Ada kelainan neurologi.
 Gerakan-gerakan abnormal pada bayi baru
lahir karena gangguan fungsi sistem saraf.
 Perubahan paroksismal fungsi nerologik
(perilaku, sensorik, motorik, fungsi otonom)
pada BBL 28 hari
 Manifestasi klinis:

 Klonik Fokal, Multifokal, Migrator.


 Tonik:
 Unilateral
 Dekortikasi
 Desebrasi.
 Mioklonik:
 Fokal
 Bilateral.
 Subtle perubahan tingkah laku: nistagmus,
deviasi mata, gerakan mengisap, mengunyah,
seperti mengayuh sepeda, seperti berenang,
berkedip mata dan flutter kelopak mata,
apnu.
 Etiologi:

 Komplikasi perinatal neonatal ensefalopati


hipoksik iskemik, trauma SSP dan perdarahan
intrakranial.
 Gangguan metabolisme hipoglikemi,
hipokalsemi, hipomagnesemia,
ketergantungan piridoksin, gangguan
metabolisme asam amino, asidemia organik,
gangguan berkaitan dengan biotin,
intoleransi fruktosa, kelainan peroksimal,
(Zellweger syndrome), kelainan mitokondria,
storage disease, Menkes kinky hair disease.
 Infeksi meningitis, ensefalitis, abses otak.
 Lain2: Gangguan perkembangan, obat2an/
toksin, polisitemia/hiperviskositas, infark
fokal, familial, ensefalo hipertensif, tidak
diketahui.
 Anamnesis lengkap tentang manifestsi
kejang dan yang berhubungan dengan E/:
 Manifestasi kejang sifat serangannya.
 Skor Apgar dalam 5 menit ≤ 6  asfeksia;
≤ 3 asfeksia berat. Pada prematur sering
menyebabkan perdarahan germinal matriks
meluas ke ventrikel
 Riwayat kelahiran partus lama, partus
presipitatus, kelainan letak asfeksia
beratkejang dll.
 Riwayat keluarga riwayat kejang saat
neonatus anak terdahulu, meniggal saat
neonatus tanpa diketahui E/nya gangguan
metabolisme as. Amino, ketergantungan
piridoksin, ibu dengan paratiroid.
 Obat2an narkotik jettery, gelisah, kejang
pada hari ke 3-4
 Penyakit ibu infeksi TORCH
 Pemeriksaan fisik pemeriksaan pediatrik
dan neurologik (sistematik, berurutan):
 Lihat sendiri manifestasi kejang.
 Kesadaran misalnya tiba2 me↓- koma-
hipoventilasi-apnu-kejang tonik-
deserebrasi- ref. pupil negatif- kuadriparesis
fleksid curiga perdarahan intra ventrikular.
 Transiluminasi +  cairan subdural,
hidrosefalus atau porensefali.
 Pemeriksaan umum sianosis atau KJB
sianotik iskemia otak.
 Kepala ada fraktur/deprsi/moulding yang
berlebihan/trauma. UUB besar menonjol, ada
bekas suntikan di kepala, dll.
 Ada stigma lebarnya jarak mata, kelainan
kraniofasila gangguan perkembangan
korteks serebri.
 Funduskopi perdarahan retina atau
subhialoid khas hematome subdural;
korioretinitisinfeksi TORC., dll.
 Pemeriksaan Laboratorium:
 Segera: gula darah (dekstrostik) dan LP.
 Lainnya:
 Darah rutin: Hb, leukosit, Ht, dan trombosit.
Berkala jika curiga perdarahan
intraventrikular.
 GDS, Ca, Mg, Na, K, urea nitrogen, amonia,
AGD.
 Likuor peradangan dan perdarahan; kimia.
 EKG deteksi hipokalsemia.
 EEG kejang subtel tampak gambaran
gelombang epileptogenik yang menyebar.
 Pemeriksaan lain (sesuai indikasinya) asam
amino dan asam organik urine; kultur darah
dan TORCH; Rö kepala (ukuran kepala); USG
kepala; CT Scan deteksi infark, perdarahan
intrakranial, kelainan bawaan otak; tap
subdural sesudah LP
 Terapi:
 Pertahankan ventilasi dan oksigenasi, tekanan
darah, elektrolit dan pH darah.
 Obati etiologi contoh hipoglikemi sesuai
dengan penangan hipoglikemi; infeksi
antibiotika spektrum luas dll.
 Anti kejang:
1. Fenobarbital dosis awal 20 mg/kgbb/5-10
menit (iv, im); jika masih kejang dalam 60 menit
masih kejang berikan lagi 10 mg/kgbb; jika
masih kejang, 2-4 jam kmd beri lagi 10
mg/kgbb
total dosis maksimum dosis awal 30-40
mg/kgbb. Jika tidak ada respon  fenitoin.
Dosis rumatan fenobarbital 3-5
mg/kgbb/hari, dosis tunggal atau dibagi 2
dosis.
2. Fenitoin, dosis awal 15-25 mg/kgbb dalam
Na Cl 0,9%, kecepatan 0,5 -1
mg/kgbb/menit. Dosis rumatan 4-8
mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis
3. Lorazepam (dg fenobarbital dan fenitoin
tidak ada respon). Dosis efektif 0,05-0,1
mg/kgbb/dosis, iv 2-5 menit.
4. Diazepam, dosis 0,1-0,3 mg/kgbb iv
diencerkan dengan Lar NaCl 0,9 % 0,2 ml
diazepam dalam 0,8 ml NaCl.
5. Anti kejang lainnya: benzodiazepin,
medizolam.

Anda mungkin juga menyukai