Anda di halaman 1dari 9

A.

Anatomi Fisiologi Organ Hati

Hepar (hati) merupakan klenjar besar ditubuh, dengan berat 1,5 kg atau lebih. Hati
menampung semua bahan yang diserap dari usus, kecuali lemak, melalui vena porta. Selain
bahan yang dicerna, darah portal juga membawa berbagai bahan toksik kedalam hati untuk
kemudian didetoksikasi atau dieksresikan oleh hati. Empedu yang dihasilkan hati, mengalir
keluar melalui sistem saluran ke kandung empedu. Bila diperlukan, empedu dari kandung
empedu dikeluarkan keduodenum berupa garam empedu. Sel-sel parenkim hati mendapat
darah dari cabang-cabang arteri hepatika. Vena porta dan arteri hepatika masuk dan saluran
empedu keluar dari hati mellaui porta hepatis.
Hati diliputi simpai jaringan ikat fibrosa (Glisson), dan dari sini membentuk septa
jaringan ikatb tipis yang masuk kedalam hati diporta hepatis dan membagi-bagi hati
kedalam lobus dan lobulus. Sel-sel parenkim hati (hepatosit) tersusun berupa lempengan
saling berhubungan dan bercabang, membentuk anyaman tiga dimensi. Diantara lempeng-
lempeng ada sinusoid darah (mirip kalpiler darah). Penampang hati tampak berlobuli
segienam. Disudut-sudut lobuli terlihat lebih banyak jaringan ikat yang mengandung
cabang-cabang vena porta, cabang arteri hepatika, dan duktus biliari (saluran empedu).
Daerah ini disebut daerah portal (kanal portal)
Didalam hati terdapat beberapa macam lobulus : lobulus klasik (lobulus hati), lobulus
portal, dan asinus hati (unit fungsional). Lobulus klasik dibatasi oleh daerah portal
(biasanya hanya tampak tiga dari enam sudutnya) dan pusatnya terdapat lubang, yaitu vena
sentralis, yang menampung dara dari sinusoid. Jadi darah mengalir dari daerah portal
(cabang vena porta dan cabang arteri hepatika) kedalam sinusoid, lalu kevena sentralis.
Sebaliknya, empedu yang disekresikan sel-sel hati, mengalir melalui kanalikuli biliaris ke
duktus biliaris didaerah portal. Lobulus portal mempunya daerah portal sebagai pusatnya
dan bersudutkan tiga vena sentralis. Jadi lobulus ini terdiri atas jaringan yang menyalurkan
empedu ke dalam duktus biliaris di daerah portal. Asinus hati (unit fungsional), seperti
halnya lobulus portal, tidak jelas batas-batasnya. Sudah dijelaskan bahwa tidak semua
sudut dari lobulus klasik ada daerah portalnya. Daerah yang tidka memiliki daerah portal
ini tetap mendapat darah dari asinus hati. Kedua sudut belah ketupatnya adalah vena
sentralis.
Hati penting untuk hidup karena letaknya yang unik, yaitu antara dua vena, hati
mudah rusak oleh bahan-bahan toksik yang diserap. Fungsi hati bermacam-macam, antara
lain :
a. Hati mempertahankan kadar gula darah. Gula darah disimpan dalam sel hati sebagai
glikogen
b. Metabolisme lipid. Lipid diangkut dalam darah sebagai lipoprotein, dan protein
pengangkut dibentuk dalam hati
c. Hati juga menyimpan vitamin A dan B dan heparin
d. Hati menghasilkan fibrinogen dan albumin plasma
e. Hati mensintesis kolestrol
f. Mendetoksikasi bahan-bahan toksik dalam darah
g. Memfagositosis benda-benda asing atau partikel oleh fagosit pada sinusoid (sel Kupffer)
h. Hemopoiesis pada fetus dan bayi baru lahir

B. Landasan Teoritis Penyakit Hepatitis


1. Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksi terhadap oba-obatan serta bahan-
bahan kimia. (Sujono, 1999)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
2. Etiologi
a. Virus

Type A Type B Type C Type D Type E


Metode Fekal-oral Parentera Parenteral, Parenteral Fekal-
transmisi melalui l, janrang perinatal, oral
orang lain seksual, seksual, memerlukan
perinatal orang koinfeksi
keorang, dengan type
perinatal B
Keparahan Tak ikterik parah Menyebarlua Peningkatan Sama
dan s, dapat insiden dengan
asimtomatik berkembang kronis dan D
sampai kronis gagal hepar
akut
Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui darah Darah,
virus feces, saliva saliva, melalui darah feces,
semen, saliva
sekresi
vaginan

b. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya alkohol sirosis
c. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis
akut.
3. Tanda dan gejala
a. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B : 15-150 hari ( rata-rata 50 hari)
b. Fase pre ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39c berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pda virus hepatitis B.
c. Fase ikterik
Urin berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan sehu badan
disertai bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu 1,
kemudian menetap dan baru berkurang setetlah 10-14b hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capek dirasakan selama 1-2
minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat hilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik.
Warna urin tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capek
4. Pemeriksaan penunjang dan diagnostik
Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- Urobilirubin direk
- Bilirubin serum total
- Bilirubin urin
- Urobilinogen urin
- Urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- Protein total serum
- Albumin serum
- Globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- Respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum

Radiologi

- Foto rontgen abdomen


- Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang
berlabel radioaktif
- Kolestogram dan kalangiogram
- Arteroigrafi pembuluh darah seliak

Pemeriksaan tambahan

- Laparaskopi
- Biopsi hati
5. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
a. Medis
1) Pencegahan
a) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
b) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2) Obat-obatan terpilih
a) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
b) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
c) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
d) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
e) Roboransia.
f) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
g) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
h) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
3) Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
4) Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
5) Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total
4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
b. Keperawatan
1) Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
2) Nutrisi yang adekuat
3) Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
4) Pengendalian dan pencegahan
6. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang diisebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksi merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
Kerusan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit
ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
7. Patofisologi dan Web of cause
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.
Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan
dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang
sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus
Web of cause
DAPUS

Tambayong, Jan. 2001. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan ; Editor Monica Ester Hal.
67-68. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai