Anda di halaman 1dari 19

IKTERUS (JAUNDICE)

Disusun oleh:
Rindy Fidestia Anjaini (D1A200150)

Prodi Farmasi Fakultas MIPA


Universitas Al-Ghifari
DEFINISI
 Ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis
‘jaune’  kuning
 Ikterus  perubahan warna kulit, sklera mata atau
jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi
kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah
 Kadar bilirubin serum normal adalah bilirubin
direk : 0-0.3 mg/dL, dan total bilirubin: 0.3-1.9
mg/dL
Epidemiologi
 Menurut Behrman (1999), ikterus terjadi pada 60 % bayi
yang lahir cukup bulan dan 80 % pada bayi kurang bulan
dan sebagaian besar ditemukan pada minggu pertama
kehidupan dan sekitar 10% bayi yang disusui masih
ikterus pada satu bulan.
 Kemenkes R.I. (2013) menyebutkan bahwa, di Indonesia
kejadian ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan
bervariasi dari 13,7% hingga 85%dan data ini merupakan
data dari beberapa rumah sakit pendidikan, yaitu RSCM,
RS Dr. Sardjito, RS Dr. Soetomo dan RS Dr. Kariadi.
Klasifikasi
Ikterus Prahepatik
5

 Ikterus  peningkatan pembentukan bilirubin


Misal:
 Hemolisis (anemia hemolitik, toksin)

 Eritropoesis yg tidak adekuat (anemia megaloblastik)

 Transfusi masif (eritrosit yg ditransfusi memiliki masa hidup

singkat)
 Pada kondisi ini bilirubin tidak terkonjugasi (reaksi tidak
langsung) dalam plasma akan meningkat
Ikterus Intrahepatik
6

 Ikterus  terjadi defek spesifik pada:


a) Ambilan bilirubin di sel hati
b) Konjugasi
c) Sekresi bilirubin di kanalikuli biliaris
Ikterus Intrahepatik
7

 Kelainan pada defek a dan b


 terjadi peningkatan pada bilirubin plasma yg tidak
terkonjugasi.
 Kelainan pada defek c
 bilirubin yang meningkat adalah bilirubin terkonjugasi
Ikterus Intrahepatik
8

 Kelainan defek a, b dan c


 Dapat dipengaruhi pada penyakit dan gangguan hati
Misalnya:
- hepatitis virus

- Alkoholis

- efek samping obat (ex: isoniasid, fenitoin, halotan)

- kongesti hati (ex. Gagal jantung kanan)

- sepsis (endotoksin)

- keracunan (ex. Jamur Amanita phalloides)


Ikterus Pascahepatik
9

 Ikterus  duktus biliaris ektrahepatik tersumbat,


Penyebab:
 Batu empedu

 Tumor (Ca caput pankreas)

 Kolangitis

 Pankreatitis

 Pada kondisi ini bilirubin terkonjugasi yg terutama


meningkat
PATOFISIOLOGI
 Secara umum tidak ada bayi yang jaundic esejak lahir.
Jaundice harus diwaspadai sebagai tanda penyakit dan tidak
secara rutin dianggap fisiologis, tetapi jaundice fisiologispun
tetap merupakan suatu tanda gangguan metabolisme bilirubin.
 Gangguan berupa pembentukan bilirubin yang berlebihan,
defek pengambilan, dan konjugasi bilirubin akan
menghasilkan peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi (suatu
zat tidak larut yang terikat pada albumin). Penurunan ekskresi
bilirubin akan meningkatkan kadar bilirubin terkonjugasi atau
disebut juga kolestasis. Bila mekanismenya bersifat
campuran, akan terjadi peningkatan bilirubin terkonjugasi
maupun tidak terkonjugasi.
 Ikterus dapat terjadi karena:
1.Pembentukan bilirubin yang berlebihan
2.Defek pengambilan bilirubin oleh sel hati
3.Defek konjugasi bilirubin
4.Penurunan ekskresi bilirubin
5.Gabungan antara peningkatan kadar bilirubin
yang terjadi karena produksi yang berlebihan
dan penurunan sekresi
Tanda dan Gejala
 Dehidrasi : Asupan kalori tidak kuat (misalnya :
kurang minum, muntah-muntah).
 Pucat : Sering berkaitan dengan anemia (misalnya
ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus,
defisiensi G6PD) atau kehilangan darah
ekstravaskular.
 Trauma lahir : Bruising, sefalhematom (perdarahan
kepala), perdarahan tertutup lainnya.
 Pletorik (Penumpukan darah) : Polisitemia, yang
dapat disebabkan oleh Keterlambatan memotong
tali pusat
CIRI KLINIS HEMOLITIK HEPATOSELULER OBSTRUKTIF

Warna kulit Kuning pucat Jingga-kuning muda Kuning-hijau muda


sampai tua sampai tua
Warna kemih Normal (dpt gelap Gelap (bilirubin Gelap (biirubin
krn urobilin) terkonyugasi) terkonyugasi)
Warna feses Normal atau gelap Pucat (sterkobilin Warna sprt dempul
krn sterkobilin menurun)
Pruritus Tdk ada Tdk menetap Biasanya menetap

Bilirubin serum, Meningkat Meningkat Meningkat


indirek atau tak
terkonyugasi

Bilirubin serum, Normal Meningkat Meningkat


direk atau
terkonyugasi

Bilirubin kemih Tdk ada Meningkat Meningkat

Urobilinogen kemih Meningkat Sedikit meningkat Menurun


Diagnosa
Anamnesa
15

 Riwayat timbulnya  Pekerjaan,


ikterus,  Adanya kontak dengan
 Warna urin dan feses, pasien ikterus lain,
 Rasa gatal,  Alkoholisme,
 Keluhan saluran cerna,  Riwayat transfusi, obat-
nyeri perut, obatan, suntikan atau
 Nafsu makan berkurang, tindakan pembedahan.
Pemeriksaan fisik
16

 Palpasi perabaan hati,  Anemi dan limpa yang


kandung empedu, limpa, membesar dapat dijumpai
 Mencari tanda-tanda pada pasien dengan anemia
stigmata sirosis hepatis, hemolitik.
seperti spider naevi,  Kandung empedu yang
Eritema palmaris, Bekas membesar menunjukkan
garukan di kulit karena adanya sumbatan pada
pruritus, Tanda-tanda saluran empedu bagian
asites. distal yang lebih sering
disebabkan oleh tumor
Pemeriksaan Lab
17

 Tes laboratorium harus dilakukan pada semua pasien


jaundice termasuk serum bilirubin direk dan indirek,
alkali fosfatase, transaminase, amilase, dan hitung sel
darah lengkap.
 Pemeriksaan faal hati dapat menentukan apakah
ikterus yang timbul disebabkan oleh gangguan pada
sel-sel hati atau disebabkan adanya hambatan pada
saluran empedu.
Pemeriksaan Penunjang
18

 USG
Keuntungan  dapat menilai kelainan organ yang berdekatan
dengan sistem hepatobilier antara lain pankreas dan ginjal.
Aman dan tidak invasif merupakan keuntungan lain dari
sonografi.
 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan foto polos abdomen kurang memberi manfaat
karena sebagian besar batu empedu radiolusen.
Kolesistografi tidak dapat digunakan pada pasien ikterus
karena zat kontras tidak diekskresikan oleh sel hati yang sakit.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai