dan Hisprung
ATRESIA BILIER
Definisi atresia bilier
Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu
penghambatan di dalam pipa/saluran-saluran yang
membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke
kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan
kondisi congenital, yang berarti terjadi saat
kelahiran (Lavanilate.2010).
Klasifikasi
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-
gejala termasuk:
Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.
Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru
lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan.
Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang
dalam urin.
Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akibat pembesaran hati.
Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat
degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus,
dan hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan
lemak yang larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi,
defisiensi lemak larut dalam air serta gagal tumbuh
Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan
malnutrisi.
Gatal-gatal, Rewel
splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi
portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang
mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).
Patofisiologi
patofisiologi
Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik
dan hepatomegaly.
Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan
vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut
lemak yaitu vitamin A, D, E, K dan gagal tumbuh.
Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak
agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut
akan disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian
digunakan saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin
yang larut dalam lemak dapat membuat anda keracunan sehingga
menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan masalah hati
dan jantung
patofisiologi
Pemeriksaan diagnostik
Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya diandalkan untuk
membedakan antara kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Secara garis besar.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan
kadar komponen bilirubin untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia
fisiologis. Selain itu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati,
dan gamma-GT. Kadar bilirubin direk < 4 mg/dl tidak sesuaidengan obstruksi
total
Pemeriksaan urine: pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien yang
mengalami ikterus. Tetapi urobilin dalam urine negatif. Hal ini menunjukkan
adanya bendungan saluran empedu total.
Pemeriksaan feces: warna tinja pucat karena yang memberi warna pada
tinja/stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.
Fungsi hati: bilirubin, aminotranferase dan faktor pembekuan: protombin time,
partial thromboplastin tim.
2. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT) merupakan upaya
diagnostik yang cukup sensitif, tetapi penulis lain menyatakan
bahwa pemeriksaan ini tidak lebih baik dari pemeriksaan
visualisasi tinja.
3. Pencitraan
Pemeriksaan ultrasonograf.
Sintigrafi hati
Liver Scan
4. Pemeriksaan kolangiografi
Biopsi hati
Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Terapi nutrisi
Terapi bedah
Komplikasi
Kolangitisi
komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatik ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis.
Hipertensi portal
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah
portoenterostomy. Hal paling umum yang terjadi adalah varises esofagus.
Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau prehepatic
hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts pada
arterivenosus pulmo mungkin terjadi
Keganasan
Hepatocarcinomas, hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat
timbul padapasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis.
Skrining untuk keganasan harusdilakukan secara teratur dalam tindak
lanjut pasien dengan operasi Kasai yang berhasil.
Hasil setelah gagal operasi Kasai
Sirosis bilier bersifat progresif jika operasi Kasai gagal untuk
memulihkan aliran empedu,dan pada keadaan ini harus dilakukan
transplantasi hati.
ASKEP PADA ATRESIA BILIER
Dimakalah
ATRESIA ANI
Definisi
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah
suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai
lubang keluar (Walley, 1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani
adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, 2001). Sumber lain menyebutkan
atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka
selama pertumbuhan dalam kandungan.
ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus
umumnya tidak ada kelainan rectum, sfingter, dan otot dasar panggul.
Namun demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak memadai.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal
resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua yang mempunyai gen
carrier penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada
anaknya saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetic, kelainan
kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia
ani.
Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka
menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan
gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
Faktor predisposisi Atresia ani dapat terjadi
disertai dengan beberapa kelainan kongenital
saat lahir seperti :
Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi
abnormalitas pada vertebral, anal, jantung,
trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
Kelainan sistem pencernaan.
Kelainan sistem pekemihan.
Kelainan tulang belakang.
KLASIFIKASI
Anomali bawah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal. Dan
tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinary.
Anomali intermediate
Rectum berada pada atau dibawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan
spingter eksternal berada pada posisis yang normal.
Anomali tinggi
Ujung rectum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginalis (wanita).
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya
mekonium setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya
membran anal dan fistula eksternal pada perineum (Suriadi, 2001).
Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
Distensi bertahap dan adanya tanda0tanda obstruksi usus (bila tidak ada
fistula)
Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membrane anal
Perut kembung
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan radiologis
Sinar X terhadap abdomen
USG terhadap abdomen
CT Scan
Pemeriksaan fisik rectum
Pewarnaan radiopak
Penatalaksanaan
Dari berbagai klasifikasi, penatalaksanaanya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rektum
dan ada tidaknya fistula. Leape (1987)
Atresia ani letak tinggi dan intermediate dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6-
12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).
Atresia ani letak rendah dilakukan perinela anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi
dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion
Pada stenosis ania cukup dilakukan dilatasi rutin berbeda dengan pena dimana dikerjakan minimal
PSARP tanpa kolostomi .
Penatalaksanaan Medis
Malformasi anorektal dieksplorasi melalui tindakan bedah yang disebut diseksi posterosagital atau
plastik anorektal posterosagital.
Colostomi sementara
Hisprung
Definisi
Komplikasi
Obstruksi usus.
Konstipasi.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Entrokolitis.
Struktur anal dan inkonentinensial (post operasi).
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
Kimia darah
Foto polos abdomen
Darah rutin
Barium enema
Profil koagulasi
3. Biopsy 4. Tindakan Bedah Definitive
Biopsy rectum untuk melihat rosedur Swenson
ganglion pleksus submukosa Prosedur Duhamel
meisner,apakah terdapat Prosedur Soave
ganglion atau tidak. Prosedur Rehbein
Masalah Yang Lazim Muncul
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d saluran
pencernaan mual dan muntah.
Konstipasi b.d obstruksi ketidakmampuan kolon mengevakuasi feses.
Resiko kekurangan volume cairan b.d muntah, ketidakmampuan arbsorbsi
air oleh intestinal.
Gangguan rasa nyaman b.d distensi abdomen (refluk peristaltic).
Nyeri akut b.d agens cederabiologis (obstruksi parsial pada dinding usus).
Ansietas b.d prognosis penyakit, kurangnya informasi, rencana
pembedahan.
Discharge Planning