Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Ke-1 Tanggal mulai : 23 September 2016

MK. Evaluasi Nilai Gizi (GIZ311) Tanggal selesai: 23 September 2016

PENGUKURAN INDEKS GLIKEMIK

Oleh :

Kelompok 5 E4
I Komang Gede Widiana I14140088
Muthia Farah Diba D. I14140091
Khodijah I14150096
Arfira Deli Malinda I14140097
Marestry Nuzul Annur I14140111
Yenita I14154013

Asisten Praktikum:
I Putu Agus Mahendra Yasa, S.Gz
Kevin Arthur
Reisya Rizki R, S.Gz

Penanggung Jawab Praktikum:


Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS.

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Obesitas dan penyakit degeneratif merupakan penyakit yang sangat banyak


di derita masyarakat beberapa tahun terakhir ini. Prevalensi penduduk Indonesia
mengalami obesitas sebesar 15.4%, sedangkan obesitas sentral sebesar 26.6%
(Riskesdas 2013). Salah satu faktor penyebab masalah tersebut adalah buruknya
pola konsumsi makan seseorang. Kebanyakan dari mereka lebih memilih
makanan yang mereka sukai daripada yang tubuh butuhkan.
Perubahan paradigma mengenai makanan telah disadari oleh pihak
kesehatan untuk menekan masalah kesehatan yang semakin memburuk. Makanan
bukan lagi sekedar untuk menyenangkan keinginan dan mengenyangkan, tetapi
juga untuk kesehatan. Setiap pangan memiliki indeks glikemik yang berbeda antar
pangan satu dengan lainnya. Meskipun memiliki jenis yang sama, pangan
memiliki indeks glikemik yang berbeda apabila diolah dengan cara yang berbeda
pula (Septiyani 2012).
Indeks Glikemik pertama dikembangkan tahun 1981 oleh Dr. David Jenkis
untuk menentukan pangan yang tepat untuk penderita diabetes (Rimbawan dan
Siagian 2004). Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), indeks glikemik (IG)
pangan adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula
darah.Pangan dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan indeks glikemiknya,
yaitu pangan IG rendah (skor IG<55), pangan IG sedang (skor IG = 55-70), dan
pangan IG tinggi (skor IG>70) di mana skor IG didapatkan dengan
membandingkan antara pangan uji dan pangan standar (glukosa murni yang
memiliki IG 100).
Pangan dengan IG tinggi dapat dengan cepat menaikkan gula darah,
sedangkan pangan dengan IG rendah lebih lambat dalam menaikkan kadar gula
darah. Pangan dengan IG yang tinggi akan menimbulkan rasa kenyang yang lebih
singkat sehingga dapat memberikan efek lebih lanjut pada asupan makanan atau
pada peningkatan berat badan serta obesitas. Peran pangan yang memiliki indeks
glikemik rendah yaitu akan dicerna dan diubah menjadi glukosa secara bertahap
dan perlahan sehingga puncak kadar glukosa darah juga akan rendah yang berarti
fluktuasi peningkatan kadar glukosa darah relatif pendek (Taqwa et al. 2014).
Telah disadari bahwa kualitas dalam makanan mempengaruhi kondisi
kesehatan seseorang. Oleh karena itu, praktikum mengenai indeks glikemik
pangan penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui skor indeks glikemik
beberapa jenis pangan sehingga praktikan sebagai calon ahli gizi dapat membantu
memilih bahan makanan yang sesuai bagi seseorang yang memiliki kondisi atau
penyakit tertentu.

Tujuan

Praktikum bertujuan mengukur indeks glikemik dari beberapa jenis bahan


pangan yang akan diujikan yaitu nasi dan roti dengan glukosa sebagai standar.
TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Glikemik

Indeks glikemik adalah klasifikasi fisiologis makanan yang mengandung


karbohidrat yang didasarkan pada sejauh mana makanan tersebut meningkatkan
konsentrasi glukosa darah setelah makan (postprandial) dibandingkan dengan
karbohidrat acuan dengan jumlah yang setara (Cummings dan Stephen 2007).
Pangan karbohidrat yang digunakan sebagai pangan standar untuk mengukur IG
adalah glukosa murni dengan IG sebesar 100, tetapi saat ini pangan standar yang
sering digunakan adalah roti putih (Jenkins 2002).

Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik

Tiap makanan memiliki indeks glikemik berbeda-beda dan dapat


digolongkan menjadi 3 yaitu indek glikemik rendah <56, normal (56-70), dan
tinggi >70. Nilai IG dihitung berdasarkan perbandingan antara luas kurva
kenaikan glukosa darah setelah mengonsumsi pangan yang diuji dengan kenaikan
glukosa darah setelah mengonsumsi pangan rujukan terstandar, seperti glukosa
(Marsono et al. 2002) atau roti tawar (Brouns et al. 2005). Nilai indeks glikemik
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu Menurut Rimbawan dan
Siagan (2004) faktor-faktor yang memengaruhi IG pada pangan antara
perbandingan amilosa dan amilopektin serta serat pangan, cara pengolahan,
seperti pemanasan (pengukusan, perebusan, penggorengan) dan penggilingan
(penepungan) untuk memperkecil ukuran partikel. Cara pengolahan dapat
mengubah sifat fisikokimia suatu bahan pangan seperti kadar lemak dan protein,
daya cerna, serta ukuran pati maupun zat gizi lainnya (Arif et al. 2013). Daya
cerna pati juga memengaruhi indeks glikemik. Proses pencernaan pati dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Tharanthan dan
Mahadevamma 2003). Faktor intrinsik berkaitan erat dengan sifat alami pati,
seperti ukuran granula, keberadaannya pada matrik pangan, serta jumlah dan
ukuran pori pada permukaan pati. Faktor ekstrinsik yang memengaruhi
pencernaan pati antara lain adalah lamanya waktu pencernaan dalam lambung
(transit time), aktivitas amilase pada usus, jumlah pati, dan keberadaan komponen
pangan lainnya seperti zat antigizi.
Beberapa makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi yaitu roti, sereal,
nasi, permen, dan kentang (Foster-Powell et al. 2002). Amilosa merupakan
parameter utama yang menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi. Beras yang
mengandung amilosa tinggi bila ditanak akan menghasilkan nasi pera dan tekstur
keras setelah dingin, sebaliknya kandungan amilosa pada beras yang rendah akan
menghasilkan nasi pulen dan teskturnya lunak (Yusof et al. 2005). Faktor yang
menyebabkan IG tinggi yaitu varietas tanaman sumber pangan, pengolahan
(misalnya penggilingan dan pemanasan), dan pemilihan pangan acuan (roti atau
glukosa) (Rimbawan dan Siagian 2004).
Nilai Indeks Glikemik Roti dan Nasi

Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat, memiliki


indeks glikemik tinggi. Sebaliknya pangan yang menaikkan kadar glukosa darah
dengan lambat, kandungan indeks glikemiknya rendah. Konsep indeks glikemik
disusun untuk semua orang yaitu orang yang sehat, penderita obesitas, penderita
diabetes dan atlet (Rimbawan dan Siagian 2004). Beberapa makanan yang
memiliki indeks glikemik tinggi yaitu roti, sereal, nasi, permen, dan kentang
( Foster-Powell et al. 2002). Nasi merupakan makanan dengan indeks glikemik
tinggi karena beras yang mengandung amilosa tinggi bila ditanak akan
menghasilkan nasi pera dan tekstur keras setelah dingin dan Ignya tergolong
rendah, sebaliknya kandungan amilosa pada beras yang rendah akan
menghasilkan nasi pulen dan teskturnya lunak Ignya tergolong tinggi (Yusof et al.
2005). Nilai IG pada nasi yaitu 73 (Fiona et al. 2015). Nilai IG roti sebesar 70
(Foster-Powell et al. 2002).

Metode Perhitungan Skor Indeks Glikemik

Pengukuran indeks glikemik pangan memiliki beberapa pilihan metode


harus dilakukan dalam pengukuran IG, seperti metode pengambilan sampel darah,
pemilihan dan pengulangan makanan acuan, verifikasi kandungan karbohidrat
yang tersedia dari makanan, jumlah dan jenis subjek, dan perhitungan IAUC.
Pangan acuan yang digunakan untuk mengukur indeks glikemik pangan adalah
roti putih atau glukosa murni (FAO 1998). Pemberian pangan acuan dan pangan
uji dalam pengukuran IG dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan subjek
yang sama untuk mengurangi efek keragaman respon glukosa darah dari hari ke
hari. Dalam pengukuran indeks glikemik, porsi makanan yang diuji harus
mengandung 50 gram karbohidrat (FAO 1998). Untuk mendapatkan nilai yang
setara dengan 50 gram karbohidrat dalam pangan acuan ataupun pangan uji perlu
dilakukan pengujian karbohidrat untuk memverifikasi kandungan karbohidrat
yang terdapat dalam pangan tersebut.
Perhitungan indeks glikemik menggunakan pangan uji dan pangan standar,
prinsipnya adalah membandingkan luasan kurva kadar gula darah terhadap waktu
sampel dengan standar yaitu glukosa. Glukosa digunakan sebagai standar karena
glukosa merupakan karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Terlebih dahulu panelis
dipuasakan sebelum diambil darahnya bertujuan untuk membiarkan kadar gula
darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari
karbohidrat lainnya (Marsono et al. 2002).
Metode yang digunakan dalam perhitungan indeks glikemik pangan adalah
metode polinominal, metode luas bangun, dan metode trapezoid. Metode
polinomial dilakukan dengan cara membandingkan kurva respon glukosa darah
individu dari pangan yang diuji (Rimbawan dan Nurbayani 2013). Metode
trapezoid dilakukan dengan menjumlahkan lluas trapesium di bawah kurva (Sidik
2014). Metode luas bangun dilakukan dengan menghitung luas bangun diantara
garis atau gula darah puasa dengan kurva di bawah kadar glukosa uji. Metode
yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan
menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998).
Kadar glukosa darah (pada waktu setiap pengambilan sampel) diplotkan
pada dua sumbu, yaitu sumbu waktu (x) dan sumbu kadar glukosa darah (y).
Indeks glikemik ditentukan dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva
antara pangan yang diukur IG-nya dengan pangan acuan (glukosa murni)
dikalikan 100 (Miller et al. 2003; Natalia 2010).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum dilakukan pada hari Jumat, 16 dan 23 September 2016 pukul


08.00-11.00 WIB di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan, Departemen
Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran Indeks


Glikemik adalah sebagai berikut.

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum


No Alat Bahan
1 Glukometer one touch Sampel darah
glucose blood system
2 Strip analisis glukosa Glukosa
3 Lancet Roti tawar
4 Kapas swab Nasi
5 Kalkulator

Prosedur Kerja

Praktikum pengukuran Indeks Glikemik dilakukan dengan prosedur


sebagai berikut.
A. Prosedur Pengambilan Glukosa Plasma Darah
Darah responden diambil pada menit ke-0 sebelum intervensi

Responden diintervensi sesuai pangan yang telah ditentukan dan dihabiskan dalam
waktu 10 menit

Selama 150 menit pasca pemberian perlakuan, sampel darah sebanyak 2 µl
diambil menggunakan finger-prick capilary blood samples method berturut-turut
pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120

X
X

Pengambilan darah dilakukan oleh para medik
Gambar 1 Prosedur pengambilan glukosa plasma darah

B. Prosedur Perlakuan Pangan yang Diujikan


Pangan yang akan dikonsumsi respondendihitung agar setara 50gr karbohidrat

Pangan yang ditentukan IG diberikan pada responden setelah puasa 10 jam

Setiap jenis pangan diperlukan 6 responden dan dihabiskan selama 10 menit
Gambar 2 Prosedur perlakuan pangan yang diujikan

C. Prosedur Perhitungan Indeks Glikemik


Data dimasukkan ke program Microsoft Excel for Windows 2003

Data kadar glukosa darah subjek dientry pada kolom yang aktif

Dibuat tabel data perbandingan sesuai pengambilan sampel

Data kadar glukosa darah subjek ditebarkan dalam 2 sumbu dan dihitung luas area
di bawah kurva
Gambar 3 Prosedur perhitungan indeks glikemik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Cummings dan Stephen 2007 indeks glikemik adalah klasifikasi


fisiologis makanan yang mengandung karbohidrat yang didasarkan pada sejauh
mana makanan tersebut meningkatkan konsentrasi glukosa darah setelah makan
(postprandial) dibandingkan dengan karbohidrat acuan dengan jumlah yang setara.
Praktikum indeks glikemik menggunakan 3 jenis makanan untuk dilakukan
pengukuran indeks glikemik. Sebanyak 3 jenis makanan tersebut yaitu nasi,
larutan glukosa, dan roti. Pengukuran indeks glikemik yang dilakukan pada
praktikum ini yaitu pengukuran dengan cara pengambilan darah. Menurut FAO
1998 pangan acuan yang umumnya digunakan untuk mengukur indeks glikemik
pangan adalah roti putih atau glukosa murni dan dalam pengukuran indeks
glikemik, porsi makanan yang diuji harus mengandung 50g karbohidrat. Indeks
glikemik didapatkan dengan menyetarakan nilai sebesar 50g karbohidrat dalam
pangan acuan ataupun pangan uji serta perlu dilakukan pengujian karbohidrat
untuk memverifikasi kandungan karbohidrat yang terdapat dalam pangan tersebut.
Masing-masing makanan tersebut memiliki indeks glikemik tinggi yaitu
>70. Nilai IG pada nasi yaitu 73 (Fiona et al. 2015). Nilai IG roti sebesar 70
(Foster-Powell et al. 2002). Pangan yang menaikkan kadar glukosa darah dengan
cepat, memiliki indeks glikemik tinggi, sebaliknya pangan yang menaikkan kadar
glukosa darah dengan lambat, kandungan indeks glikemiknya rendah (Rimbawan
dan Siagian 2004). Makanan yang digunakan sebagai acuan pengukuran indeks
glikemik pada praktikum yaitu larutan glukosa nomor 5. Faktor – faktor lain yang
menyebabkan indeks glikemik tinggi menurut Rimbawan dan Siagian 2004 yaitu
varietas tanaman sumber pangan, pengolahan (misalnya penggilingan dan
pemanasan), dan pemilihan pangan acuan (roti atau glukosa).
Perhitungan skor indeks glikemik pangan dapat dilakukan dengan tiga
macam cara, yaitu dengan perhitungan polinomial, luas bangun, dan trapezoid.
Perhitungan diawali dengan membuat grafik gula darah dengan waktu. Data gula
darah dalam sumbu y dan waktu pengambilan darah pada sumbu x. Indeks
glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah dibawah kurva
antara respon glukosa makanan terhadap luas kurva glukosa standar. Ketiga
metode ini dapat digunakan untuk menghitung skor indeks glikemik makanan uji.
Praktikum ini menggunakan dua jenis makanan uji berupa nasi dan roti,
sedangkan standar yang digunakan adalah glukosa. Berikut merupakan hasil
perhitungan indeks glikemik nasi dan roti menggunakan ketiga metode.

Tabel 2 Nilai Indeks Glikemik nasi dan roti


Nilai IG
Bahan Pangan
Polinomial Trapezoid Luas bangun
Nasi 1 2 143 20
Nasi 2 22 140 27
Nasi 3 15 145 30
Nasi 4 80 158 40
Nasi 5 16 142 16
Rata-rata ± SEM 27 ± 14 146 ± 3 27 ± 4
Roti 1 56 104 70
Roti 2 62 118 80
Roti 3 70 102 52
Roti 4 75 102 35
Roti 5 62 100 57
Rata-rata ± SEM 65 ± 3 105 ± 3 59 ± 8

Indeks glikemik pada roti dengan metode perhitungan polinomial


diperoleh sebesar 65, dengan metode trapezoid diperoleh sebesar 105, dan dengan
menggunakan metode luas bangun diperoleh sebesar 59. Indeks glikemik pada
nasi dengan metode polinomial diperoleh sebesar 27, dengan metode trapezoid
diperoleh sebesar 146, dan dengan metode luas bangun diperoleh sebesar 27.
Terlihat dari data yang diperoleh setiap metode perhitungan diperoleh
hasil skor indeks glikemik yang berbeda-beda. Indeks glikemik kedua jenis
makanan dengan metode trapezoid memiliki selisih yang sangat besar
dibandingkan dengan metode polinomial dan atau metode luas bangun. Indeks
glikemik kedua jenis makanan dengan metode polinomial dan luas bangun
didapatkan hasil yang memiliki perbedaan selisih kecil. Ketiga metode ini
seharusnya menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh antara metode satu dengan
yang lainnya karena prinsip yang digunakan sama. Perbedaan ini dapat
diakibatkan karena setiap responden memiliki laju metabolisme yang berbeda,
sehingga peningkatan dan penurunan gula darah pada saat diukur menjadi
berbeda. Selain itu adanya faktor ektrinsik, seperti kesalahan dalam perhitungan
atau dalam input data.
Sesuai dengan literatur yang digunakan, indeks glikemik dari nasi adalah
73 (Fiona et al. 2015) dan indeks glikemik dari roti adalah 70 (Foster-Powell et
al. 2002). Skor indeks glikemik roti dari hasil percobaan yang paling mendekati
literatur adalah skor indeks glikemik dengan menggunakan metode polinomial
yaitu sebesar 65. Skor indeks glikemik nasi dari hasil percobaan yang paling
mendekati literatur adalah skor indeks glikemik dengan menggunakan metode
trapezoid yaitu sebesar 146. Secara umum, dari kedua jenis pangan yang
digunakan, metode yang lebih baik digunakan dalam perhitungan indeks glukosa
makanan adalah metode trapezoid. Hal ini sesuai dengan literatur yang digunakan
bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris
dengan menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998). Terlihat juga
dari kedua jenis pangan yang digunakan, nilai indeks glikemik hasil dari
perhitungan dengan metode trapezoid paling besar, karena kedua jenis pangan
termasuk ke dalam kelompok makanan dengan indeks glikemik tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa hasil indeks glikemik
pada praktikum berbeda dari literatur. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor
yang memengaruhi hal tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi hal tesebut
dimungkinkan karena perbedaan varietas yang digunakan antara praktikum
dengan literatur. Menurut Frei et al. (2003), karbohidrat yang berasal dari
tanaman yang berbeda mempunyai respons glikemik yang berbeda pula.
Perbedaan respons glikemik juga mungkin terjadi pada karbohidrat yang berasal
dari tanaman yang sama namun berbeda varietas. Perbedaan sampel yang
digunakan juga akan memengaruhi perbedaan kadar amilosa dan amilopektin,
kadar serat pangan dan lain-lain. Menurut Rimbawan dan Siagan (2004) faktor-
faktor yang memengaruhi IG pada pangan antara perbandingan amilosa dan
amilopektin serta serat pangan. Hasil penelitian Indrasari et al. (2008)
menunjukkan beras yang mengandung serat pangan tinggi menurunkan respons
glikemik sehingga indeks glikemiknya cenderung rendah.
Cara pengolahan dimungkinkan juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan perbedaan antara hasil indeks glikemik pada praktikum dan
literatur. Salah satu faktor yang memengaruhi nilai IG suatu produk pangan
adalah cara pengolahan, seperti pemanasan (pengukusan, perebusan,
penggorengan) dan penggilingan (penepungan) untuk memperkecil ukuran
partikel. Cara pengolahan d apat mengubah sifat fisikokimia suatu bahan pangan
seperti kadar lemak dan protein, daya cerna, serta ukuran pati maupun zat gizi
lainnya (Arif et al. 2013).
Daya cerna pati juga memungkinkan terjadinya perbedaan antara hasil
praktikum dan literatur. Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati
untuk dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi unit- unit yang lebih
sederhana (Mercier dan Colonna 1988). Proses pencernaan pati dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Tharanthan dan
Mahadevamma 2003). Faktor intrinsik berkaitan erat dengan sifat alami pati,
seperti ukuran granula, keberadaannya pada matrik pangan, serta jumlah dan
ukuran pori pada permukaan pati. Faktor ekstrinsik yang memengaruhi
pencernaan pati antara lain adalah lamanya waktu pencernaan dalam lambung
(transit time), aktivitas amilase pada usus, jumlah pati, dan keberadaan komponen
pangan lainnya seperti zat antigizi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Praktikum ini menggunakan dua jenis makanan uji berupa nasi dan roti,
sedangkan standar yang digunakan adalah glukosa. Indeks glikemik pada roti
dengan metode perhitungan polinomial diperoleh sebesar 65, dengan metode
trapezoid diperoleh sebesar 105, dan dengan menggunakan metode luas bangun
diperoleh sebesar 59. Indeks glikemik pada nasi dengan metode polinomial
diperoleh sebesar 27, dengan metode trapezoid diperoleh sebesar 146, dan dengan
metode luas bangun diperoleh sebesar 27. Metode yang paling baik digunakan
sesuai dengan hasil perhitungan indeks glukosa makanan khususnya untuk nasi
dan roti adalah metode trapezoid. Hasil perhitungan indeks glikemik pada
praktikum yang berbeda dari literatur disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
cara pengolahan makanan, jumlah pati, keberadaan komponen pangan lainnya
seperti zat antigizi, dan sebagainya.

Saran

Praktikan yang menjadi responden sebaiknya diperbanyak agar data yang


didapat lebih akurat. Praktikan juga sebaiknya menjaga suasana praktikum lebih
kondusif agar praktikum dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Arif AB, Budiyanto A, Hoerudin. 2013. Nilai indeks glikemik produk pangan dan
faktor-faktor yang memengaruhinya. J Litbang Pert. 32 (3): 91-99.
Brouns, Bjorck FI, Frayn KN, Gibbs AL, Lang V, Slama G, Wolever TMS. 2005.
Glycemic index methodology. Nutr. Res. Rev. 18(1): 145-171.
Cumming JH dan Stephen AM. 2007. Carbohydat terminology and classification.
European Journal of Clinical Nutrition (2007). (61): S5-S18.
FAO/WHO. 1998. Carbohydrates in human nutrition. [Internet]. Diakses tanggal
27 September 2016. Tersedia pada www.fao.org.
Fiona SA, Foster-Powell K, Jennie C. 2015. Glycemic index and glycemic load
for 100+ foods. [Internet]. Diakses tanggal 27 September 2016. Tersedia
pada http://www.health.harvard.edu/diseases-and-
conditions/glycemic_index_and_glycemic_load_for_100_foods
Foster-Powell KF, Holt SHA, Miller JCB. 2002. International table of glycemic
index and glycemic load values. American Journal Clinical Nutrition.
76:5-56.
Frei, MP. Siddhuraju, Becker K. 2003. Studies on the in vitro starch digestibility
and the glycemic index of six different indigenous rice cultivars from the
Philippines. Food Chem. 83(2003): 395–402.
Indrasari SD, Purwani EY, Wibowo P, Jurnali. 2008. Nilai indeks glikemik beras
beberapa varietas padi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
27(3): 127-134.
Jenkins DJA, Kendall CWC, Augustin LSA, Franceschi S, Hamidi M, Marchie
AL, Axelsen M. 2002. Glycemic index: overview of implications in health
and disease. American Journal Clinical Nutrition. (76): S266 S273.
Marsono Y, Wiyono P, Noor Z. 2002. Indeks glisemik kacang-kacangan. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. 13 (3): 53-55.
Mercier C, Colonna P. 1988. Starch and enzymes: Innovations in the products,
process and uses. Biofuture Chemic. 55- 60.
Miller JCB, Hayne S, Petozc P, Colagiuri S. 2003. Low-glykemic index diets in
the management of diabetes. A meta-analysis of randomized controlled
trials. Diabetes care. 26 : 2261-2267.
Natalia D. 2010. Sifat fisikokimia dan indeks glikemik berbagai produk snack.
[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih
Pangan yang Menyehatkan. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rimbawan dan Nurbayani R. 2013. Nilai indeks glikemik produk olahan gembili
(Dioscorea esculenta). Jurnal Gizi dan Pangan. 8(2): 145—150.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Diunduh pada 18 September 2013.
Tersedia pada www.depkes.go.id.
Septiyani I. 2012. Indeks glikemik berbagai produk tiwul berbasis singkong
(Manihot esculenta Crantz) pada orang normal [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sidik AJ. 2014. Perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik dua varian
biskuit.[Skripsi]. Jakarta (ID): Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Taqwa AA, Hadju V, Jafar N. 2014. Pola konsumsi pangan berdasarkan indeks
glikeik dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe II di
puskesmas kota Makassar [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas
Hasanuddin.
Tharanthan, R.N. and S. Mahadevamma. 2003. Grain legumes, a boon to human
nutrition. Trends Food Sci. Technol. 14(12): 507- 518.
Yusof BNM, Talib RA, dan Karim NA. 2005. Glycemic index of eigth types of
commercial rice. Mal. J Nutr. 11(2): 151163.

LAMPIRAN

Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 3 Hasil Indeks Glikemik responden setelah intervensi


Subjek Waktu (menit)
0 15 30 45 60 90 120
Roti 1 70 75 97 106 90 91 76
2 79 81 103 117 110 103 86
3 74 79 95 110 108 68 73
4 81 83 99 117 95 73 62
5 70 72 108 104 90 74 76
Glukosa 6 83 94 149 165 105 192 103
7 79 103 135 103 97 72 71
8 81 110 182 120 110 85 61
9 81 126 156 153 132 108 59
10 70 89 112 135 119 95 69
Nasi 11 79 81 84 79 76 81 79
12 76 86 93 87 71 68 79
13 76 81 81 85 88 74 84
14 84 88 100 105 97 76 71

Tabel 4 Hasil perhitungan indeks glikemik roti responden metode polinom


konver Nilai
  y11 y12 y13 t1 t2 y1 y1 akhir -si  IG
Roti - -
1 3,0357 25,821 43,857 0 120 1557389 1557389 25/20.9 56
Roti - -
2 3,3571 29,429 46,429 0 120 1716229 1716229   62
Roti - -
3 3,7381 29,476 43,571 0 120 1935690 1935690   70
Roti - -
4 3,9881 29,012 50,857 0 120 2082156 2082156   75
Roti - -
5 3,3333 26,8100 44,2860 0 120 1721634 1721634   62
Rata-
rata             1802620   65
92197,7
SEM             1 206160 3
Tabel 5 Hasil perhitungan indeks glikemik glukosa acuan metode polinom
  y11 y12 y13 t1 t2 y1 y1 akhir
glukosa -6,4048 51,81 19,286 0 120 -3313818 3313818

Tabel 6 Hasil perhitungan indeks glikemik nasi responden metode polinom


Nilai
  y11 y12 y13 t1 t2 y1 y1 akhir  konversi IG
nasi -
1 0,0714 0,2857 80,143 0 120 -29452,2 29452,2 25/13.8 2
nasi -
2 0,7738 4,4405 77,714 0 120 -404412 404411,5   22
nasi -
3 0,5595 5,0833 72,143 0 120 -277015 277015,1   15
nasi - -
4 2,8095 20,119 64,429 0 120 1465684 1465684   80
nasi -
5 0,5833 5,2738 68,429 0 120 -289798 289798   16
rata-
rata             493272,1   27
560530,
SEM             250676,9 6 14

Tabel 7 Hasil perhitungan indeks glikemik roti responden metode trapezoid


Bangun Bangu Bangu Bangu Bangu Bangu Kon- Nilai
  1 n2 n3 n4 n5 n6 Jumlah versi IG
25/20
Roti 1 1087,5 1290 1522,5 1470 2715 2505 10590 .9 104
11962,
Roti 2 1200 1380 1650 1702,5 3195 2835 5   118
Roti 3 1147,5 1305 1537,5 1635 2640 2115 10380   102
Roti 4 1230 1365 1620 1590 2520 2025 10350   102
Roti 5 1065 1350 1590 1455 2460 2250 10170   100
Rata- 10690, 1,196
rata 1146 1338 1584 1570,5 2706 2346 5 172 105
726,52 726,5
SEM             51 251 3

Tabel 8 Hasil perhitungan indeks glikemik glukosa acuan metode trapezoid


  Bangun1 Bangun 2 Bangun 3 Bangun 4 Bangun 5 Bangun 6 Jumlah
glukosa 1192,5 1507,5 1852,5 1905 3210 2460 12127,5

Tabel 9 Hasil perhitungan indeks glikemik nasi responden metode trapezoid


Bangun Bangu Bangu Bangun Bangu Bangu Kon Nilai
  1 n2 n3 4 n5 n6 Jumlah versi IG
nasi 20/1
1 1200 1237,5 1222,5 1162,5 2355 2400 9577,5 3.8 143
nasi
2 1215 1342,5 1350 1185 2085 2205 9382,5   140
nasi
3 1177,5 1215 1245 1297,5 2430 2370 9735   145
nasi 1290 1410 1537,5 1515 2595 2205 10552,   158
Bangun Bangu Bangu Bangun Bangu Bangu Kon Nilai
  1 n2 n3 4 n5 n6 Jumlah versi IG
4 5
nasi
5 1125 1087,5 1170 1230 2520 2370 9502,5   142
rata-
rata 1201,5 1258,5 1305 1278 2397 2310 9750   146
466,
466,44 449
SEM             94 4 3

Tabel 10 Hasil perhitungan indeks glikemik roti responden metode luas bangun
Bangun Bangu Bangu Bangu Bangu Bangu konver Nilai
  1 n2 n3 n4 n5 n6 Jumlah si  IG
Roti 1,1961
1 37,5 240 472,5 420 615 405 2190 72 70
Roti
2 15 195 465 517,5 825 465 2482,5   80
Roti
3 37,5 195 427,5 525 433,5 0 1618,5   52
Roti 133,63 1078,6
4 15 150 405 375 64   36   35
roti 5 15 300 540 405 360 150 1770   57
rata- 473,42 1827,9 1,1961
rata 24 216 462 448,5 73 255 27 72 59
540,41 540,41
SEM             98 98 8

Tabel 11 Hasil perhitungan indeks glikemik roti responden metode luas bangun
Bangun Bangun
  Bangun1 Bangun 2 3 Bangun 4 Bangun 5 6 Jumlah
glukos
a 142,5 457,5 802,5 855 1110 360,5769 3728,077

Tabel 12 Hasil perhitungan indeks glikemik nasi responden metode luas bangun
Bangu Bangun Bangun Bangun Bangun Bangun  konve Nilai
  n1 2 3 4 5 6 Jumlah rsi IG
1,8115
nasi 1 15 52,5 37,5 0 12 300 417 94 20
56,718 12,272 556,49
nasi 2 75 202,5 210 75 0 73 15   27
154,28 625,28
nasi 3 37,5 75 105 157,5 57 96 57   30
120,71 833,21
nasi 4 30 150 277,5 255 43 0 43   40
75,937 334,68
nasi 5 0 0 18,75 60 180 5 75   16
rata- 105,84 96,842 553,33
rata 31,5 96 129,75 38 93,4 05 58   27
193,59 193,59
SEM             32 32 4

Grafik hasil pengamatan


160
140 135
120 119
f(x) = − 6.4 x² +112
51.81 x + 19.29
100 R² = 0.93 95
f(x) =89
− 3.04 x² + 25.82 106
80 R² = 0.81 97 x + 43.86 91
70 90 69
60 70 75 76
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Gambar 4 Grafik persamaan kuadrat indeks glikemik roti 1 metode polinom

160
135
140 119
120 112
89 95
100
80 70 69
60
40 A B C D E F
20
0
0 15 30 45 60 90 120
Gambar 5 Grafik hasil pengamatan indeks glikemik glukosa metode trapezoid

120 106
97
100 90 91
75 76
80 70
60
40
A B C D E F
20
0
0 15 30 45 60 90 120
Gambar 6 Grafik hasil pengamatan indeks glikemik roti 1 metode trapezoid

160 135
140 112 119
120 95
100 89
80 70 69
60
40
20
0
0 15 30 45 60 90 120
Gambar 7 Grafik hasil pengamatan indeks glikemik glukosa metode luas bangun
120 106
97
100 90 91
75 76
80 70
60
40
20
0
0 15 30 45 60 90 120
Gambar 8 Grafik hasil pengamatan indeks glikemik roti 1 metode luas bangun

Contoh perhitungan

 Metode Polinom Indeks Glikemik Roti 1

Persamaan kuadrat :
Roti (y1) = -3,0357x2 + 25,821x + 43,857
Glukosa (y2) = -6,4048x2 + 51,81x + 19,286
Perhitungan luas:
120

Luas y1 = ∫ (−3,0357 x 2+25,821 x+ 43,857 )


0
1
=[ ¿
3
= 1557389 (nilai mutlak positif)
120

Luas y2 = ∫ (−6,4048 x 2+51,81 x +19,286 )


0
1
=[ ¿
3
= 3313818 (nilai mutlak positif)

Luas kurva pangan uji 25


Nilai IG roti 1 = x x 100
Luas kurva pangan standar 20.9
1557389 25
= x x 100
3313818 20.9
= 56

 Metode Trapezoid Indeks Glikemik Roti 1

Luas kurva glukosa = Luas A + Luas B + Luas C + Luas D + Luas E + Luas F


(70+89) (89+112) (112+135)
=[ x 15] + [ x 15] + [ x 15] + [
2 2 2
(135+119) (119+ 95) (95+ 69)
x 15] + [ x 30] + [ x 30 ¿
2 2 2
= 1 192.5 + 1 507.5 + 1 852.5 + 1 905 + 3 210 + 2460
= 12 127.5
Luas kurva roti 1 = Luas A + Luas B + Luas C + Luas D + Luas E + Luas F
(70+75) (75+ 97) (97+ 106)
=[ x 15] + [ x 15] + [ x 15] + [
2 2 2
(106+ 90) (90+ 91) (91+76)
x 15] + [ x 30] + [ x 30 ¿
2 2 2
= 1 087.5 + 1 290 + 1 522.5 + 1 470 + 2 715 + 2 505
= 10 590

Luas kurva roti 25


IG roti 1 = x x 100
Luas kurva glukosa 20.9
10 590 25
= 12127.5 x 20.9 x 100
= 104

 Metode Luas Bangun Indeks Glikemik Roti 1

Luas kurva glukosa = Luas A + Luas B + Luas C + Luas D + Luas E + Luas F


19 (19+ 42) (42+ 65)
= [ x 15 ] + [ x 15] + [ x 15] + [
2 2 2
(65+ 49) (49+25) (25)
x 15] + [ x 30] + [ x 28.8¿
2 2 2
= 142.5 + 457.5 + 802.5 + 855 + 1110 + 360
= 3728.5

Luas kurva roti 1 = Luas A + Luas B + Luas C + Luas D + Luas E + Luas F


5 (5+27) (27+ 36)
= [ x 15 ] + [ x 15] + [ x 15] + [
2 2 2
(36+ 20) (20+21) (21+6)
x 15] + [ x 30] + [ x 30 ¿
2 2 2
= 37.5 + 240 + 472.5 + 420 + 615 + 405
= 2190

Luas kurva roti 25


IG roti 1 = x x 100
Luas kurva glukosa 20.9
2190 25
= 3728.5 x 20.9 x 100
= 70

Tabel 13 Pembagian kerja kelompok 5


Nama NIM Pembagian Tugas TTD
I Komang Gede Widiana I14140088 Pembahasan 2 dan 3
Tinjauan Pustaka
Muthia Farah Diba D. I14140091 Cover, simpulan, saran,
editor
Khodijah A Zahir I14140096 Pembahasan 4
Nama NIM Pembagian Tugas TTD
Tinjauan Pustaka
Arfira Deli Malinda I14140097 Pembahasan 1
Tinjauan Pustaka
Marestry Nuzul Annur I14140111 Lampiran
Perhitungan data
Yenita I14154013 Pendahuluan
Metode

Anda mungkin juga menyukai