Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum ke-1 MK.

Evaluasi Nilai Gizi

Tanggal mulai Tanggal selesai

: 21 Februari 2013 : 28 Februari 2013

NILAI INDEKS GLIKEMIK CRACKERS DAN ROTI GANDUM


Oleh : M. Firman Alamsyah Erlina andika D. P. Rizka Febriana Fara Irdini Azkia Putu Rossi Tya Lestari I14100079 I14100105 I14100133 I14100134 I14100152

Asisten Praktikum : Ai Kusrtiani Ratia Yulizawati

Penanggung Jawab Praktikum : Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

PENDAHULUAN
Latar Belakang Pola konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan buruknya status kesehatan suatu individu. Berbagai cara telah dilakukan oleh produsen makanan dan pihak kesehatan untuk menekan laju pertumbuhan kesehatan yang buruk ini. Salah satunya yaitu dengan menghitung kadar indeks glikemik suatu bahan pangan. Indeks glikemik (IG) adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu makanan tertentu dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan merupakan glukosa murni yang mempunyai nilai indeks glikemik 100. Setiap jenis makanan memiliki nilai indeks glikemik yang berbeda-beda. Makanan dengan indeks glikemik yang rendah akan menghasilkan kenaikan dan

penurunan kadar glukosa darah yang tidak terlalu drastis, sesaat setelah makanan tersebut dicerna. Sedangkan makanan yang memiliki nilai IG tinggi, akan mengalami hal yang sebaliknya. Bahan pangan berdasarkan nilai indeks glikemik dapat diklasifikasikan menjadi bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55), bahan pangan dengan nilai IG sedang (55- 69), dan bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (FosterPowell et al 2002). Faktor yang mempengaruhi IG suatu bahan pangan antara lain adalah daya cerna pati, interaksi antara pati dengan protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat pangan, dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al 2004). Penentuan kadar IG pangan dapat dilakukan dengan 3 metode antara lain metode polynomial, metode luas bangun, dan metode trapezoid. Nilai IG bahan pangan penting untuk diketahui agar masyarakat dapat mengkonsumsinya sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran indeks glikemik pada beberapa bahan pangan. Tujuan Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yaitu roti tawar, roti gandum, dan crakers dengan menggunakan tiga metode yang berbeda.

Tinjauan Pustaka
Indeks Glikemik Indeks Glikemik (IG) menurut Whitney et al (1990) adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu makanan tertentu dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan adalah glukosa murni. Nilai IG glukosa murni adalah 100 (Rimbawan et al 2004). Setiap jenis makanan memiliki nilai IG yang berbeda-beda. Makanan dengan IG rendah akan menghasilkan kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah yang tidak terlalu drastis, sesaat setelah makanan tersebut dicerna (Ragnhild et al 2004). Sedangkan makanan yang memiliki nilai IG tinggi, akan mengalami hal yang sebaliknya. Bahan pangan berdasarkan nilai IG dapat diklasifikasikan menjadi; (1) bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55), (2) bahan pangan dengan nilai IG sedang (55- 69), (3) bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (Foster-Powell et al 2002). Faktor yang mempengaruhi IG suatu bahan pangan adalah daya cerna pati, interaksi antara pati dengan protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat pangan, dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al 2004). Cara Perhitungan Indeks Glikemik Menurut Miller et al (1997), Indeks Glikemik dapat dihitung dengan beberapa metode perhitungan. Penentuan IG pangan adalah sebagai berikut: a. Subjek berpuasa selama lebih kurang 10 jam, perlakuan puasa ini bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002). Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah perifer dari finger prick capillary blood dengan glukometer. Setelah itu, subjek diberikan 50 g glukosa murni yang dilarutkan dalam 150 cc air sebagai pangan acuan. Selain itu juga dapat diganti dengan roti tawar. Dalam hal ini, glukosa atau

roti tawar sebagai standar (IG 100) dan nilai makanan yang diuji merupakan persen terhadap standar tersebut (Truswell 1992). Roti tawar
digunakan sebagai pangan acuan lebih sering digunakan dalam penelitian. Hal ini didasari atas kelaziman mengonsumsi roti tawar dibandingkan dengan glukosa murni (Rimbawan et al 2004). b. Pasca pemberian pangan uji, kembali dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada menit ke, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Pengambilan darah dilakukan melalui pembuluh darah kapiler yang terdapat di jari tangan.

Pembuluh darah kapiler dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ragnhild et al (2004) menunjukkan bahwa darah yang diambil dari pembuluh kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah antar relawan yang lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena. c. Satu minggu kemudian, hal yang sama dilakukan dengan mengganti pangan acuan dengan pangan uji yang setara dengan 50g karbohidrat kepada subjek. Prosedur penelitian penentuan kadar IG pangan dilakukan dengan prosedur baku. Selama pengukuran IG subjek tidak dalam keadaan aktivitas berat, atau berada dalam keadaan santai. Kurva polynomial respon glikemik pangan uji ditentukan dengan pendekatan Microsoft Excel. Model polynomial yang memiliki nilai R2 yang paling tinggi (Rimbawan 2004). Menurut Monro & Shaw (2008) masih belum ada kesepakatan tentang metode terbaik untuk menghitung luas di bawah kurva respon glukosa darah (AUC). Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menentukan AUC, tetapi FAO/WHO (1997) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan trapesium (trapezoid). Sebelum menstandarisasi metodologi yang disajikan, kelompok yang berbeda menggunakan teknik yang berbeda untuk menghitung daerah di bawah kurva respon glukosa. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa murni. Penjelasan lebih jelas terdapat pada gambar 1.

Gambar 1 Gambar kurva Indeks Glikemik pangan standar dan pangan uji (A)kurva respons glukosa darah setelah mendapat pangan yang diukur IG; (B)kurva respons glukosa darah setelah mendapat glukosa murni

Rumus/Perhitungan:
IG =

( 30-0) x t

( 60-0) x t + + 2

( 60-30) x t + 2

( 90-0) x t + 2

( 60-90) x t + 2

( 120-0) x t + 2

( 90-120) x t 2

L=
2

Keterangan: L = luas area di bawah kurva t = waktu = kadar glukosa darah

Pangan kesehatan (health foods) dapat diartikan sebagai suatu jenis pangan yang karena kandungan zat gizinya dapat berfungsi untuk menjaga atau membantu memulihkan kesehatan tubuh manusia. Dalam penelitian ini bekatul digunakan sebagai pensubstitusi tepung terigu pada pembuatan cookies dan donat, dalam rangka memberikan nilai tambah pada bekatul sebagai produk sampingan (limbah) menjadi bahan baku pembuatan pangan kesehatan. Roti tawar Roti tawar adalah pangan yang memiliki komposisi Tepung terigu, air, gula pasir, lemak reroti, ragi, garam, susu bubuk, pengemulsi nabati, pengawet kalsium propionat. Kandungan gizi pada satu takar saji atau kurang lebih 74 g adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Kandungan Gizi Roti Tawar Kandungan per takar saji 3g 1,5 g 0 mg 6g 36 g 3g 3g 330 mg 200 Kal Sumber : www.sariroti.com

Zat gizi

Lemak total Lemak Jenuh Kolesterol Protein Karbohidrat total Serat pangan Gula Natrium Energi

Crackers Crackers merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui proses fermentasi / pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin dan relatif renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. Bahan dasar dalam pembuatan crackers adalah tepung terigu, lemak, garam, dan agen fermentasi seperti ragi, gula dan ditambahkan air. Bahan-bahan tambahan lain yang digunakan adalah bahan pengembang seperti bikarbonat,

susu bubuk atau skim yang dicampurkan hingga menjadi adonan sampai homogen setelah itu dilakukan proses fermentasi selama kurang lebih satu jam (Smith 1972). Bahan dasar dalam pembuatan crackers adalah tepung terigu, lemak, garam, agen fermentasi seperti ragi, gula, proses fermentasi dan dikombinasikan dengan menggunakan air. Bahan baku tambahan yang lain yang digunakan adalah mencakup bahan pengembang seperti sodium bikarbonat, susu skim yang dicampurkan menjadi adonan sampai homogeny dan melalui proses fermentasi (Manley 1998). Menurut Uripi (2002), kandungan gizi dalam 12,5 gram Crackers akan dijelaskan melalui tabel 2.
Tabel 2 Kandungan Gizi Crackers Zat gizi Kandungan per takar saji Lemak total Protein 1 gram Karbohidrat total 10 gram Energi 44 Kkal

Roti Gandum Roti gandum merupakan salah satu jenis roti putih yang memiliki komposisi : epung gandum, air, gula pasir, lemak reroti, ragi, garam, susu bubuk, omega-3, pengemulsi nabati, pengawet kalsium propionat. Kandungan gizi pada satu takar saji atau kurang lebih 73 g adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Indeks Glikemik setiap bahan pangan pangan IG Takaran Saji (gram) Jumlah Glikemik per takaran saji Roti Tawar 71 30 10 Roti Gandum 51 30 7 Crakers 74 25 14 Sumber : "International tables of glycemic index and glycemic load values: 2008" by Fiona S. Atkinson, Kaye Foster-Powell, and Jennie C. Brand-Miller in the December 2008 issue of Diabetes Care, Vol. 31, number 12, pages 2281-2283.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat Praktikum pengukuran indeks glikemik dilakukan pada hari Kamis, 21 Februari pukul 10.00-13.00 WIB dan pengolahan data dilakukan pada Kamis, 28 Februari pukul 10.00-13.00 WIB. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi, lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran indeks glikemik yaitu glukometer one touch glucose blood system. Bahan yang digunakan pada saat pengambilan darah adalah strip analisis glukosa, lancet, kapas swab, sampel darah. Sedangkan pangan yang diuji yaitu roti tawar sebagai bahan pangan standar, crakers dan roti gandum. Untuk pengolahan data menggunakan program Microsoft Excell. Prosedur Kerja 1. Pengukuran kadar glukosa dikondisikan subjek rileks lima menit sebelum pengambilan digunakan jari tengah atau jari yang menurut subjek tidak terlalu dingin disarankan subjek memposisikan lengan tangan rileks menggelantung ke samping
Bagan 1 persiapan pengambilan darah

diambil darah subjek pada menit ke-0 diberi intervensi masing-masing subjek sesuai dengan pangan yang ditentukan dan dihabiskan dalam waktu 10 menit diambil darah subjek 2 l berturut-turut pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, pada 150 menit pasca pemberian
Bagan 2 pengambilan darah

2. Perlakuan pangan yang diuji diperlukan 6 dubjek untuk setiap satu jenis bahan pangan pangan yang diujikan mengandung 50 gram available karbohidrat subjek dipuasakan minimal 10 jam sebelum praktikum pangan acuan dan pangan uji harus dikonsumsikan 10 menit
Bagan 3 Menghitung pangan yang dikonsumsi subjek setara dengan 50 gram karbohidrat

3. Pengolahan data dimasukan data ke program Ms. Excell dan entry kadar glukosa darah dibuat perbandingan data sesuai waktu pengambilan survey pilih chart wizard pada toolbar (insert) sumbu x (sumbu waktu) sumbu y (sumbu kadar glukosa darah) pilih line pada chart type, chart source data (data range dan series) chart option; category untuk waktu, value untuk kadar glukosa, pilih chart location dilakukan perhitungan luas kurva dengan 3 metode berbeda
Bagan 4 EntrI data glukosa darah Meode Polynomial Klik kanan pada line grafik pilih add trendline, pilih polynomial, display equation

on chart dan display R-squared value on chart, didapat persamaan dan nilai R Ditentukan skor IG dengan membandingkan luas daerah kurva bangun yang diukur dengan pangan acuan Luas kurva dihitung dengan mengintegralkan persamaan yang diperoleh
Bagan 5 Perhitungan skor IG metode polynomial Metode Luas Bangun

dibuat masing-masing grafik dari data pangan uji dengan kontrol ditarik garis dari masing-masing titik dihitung masing-masing luas bangun (dipecah) didapatkan skor IG dari penjumlahan total luas bangun
Bagan 6 Perhitungan skor IG metode luas bangun Metode Trapezoid

dibuat grafik dari data glukosa pangan uji dan kontrol ditarik garis dari masing-masing titik dihitung luas masing-masing bangun (trapezium) didapatkan skor IG dari penjumlahan luas bangun trapezium
Bagan 7 Perhitungan skor IG metode trapezoid

HASIL DAN PEMBAHASAN


Indeks Glikemik (IG) adalah angka yang menunjukkan potensi

peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah (Powell et al 2002). Whitney et al (1990) menyatakan bahwa IG adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu makanan tertentu dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan adalah glukosa murni yang bernilai 100 (Rimbawan dan Siagian 2004). Setiap jenis pangan memiliki nilai IG yang berbeda-beda. Berdasarkan nilai IG-nya, bahan pangan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55), bahan pangan dengan nilai IG sedang (55- 69), dan bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (Powell et al 2002). Makanan yang memiliki nilai IG tinggi berarti dapat meningkatkan kadar gula darah dalam waktu lebih cepat, lebih fluktuatif, dan lebih tinggi, daripada makanan yang memiliki nilai IG rendah (Sarwono 2003). Kadar IG sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor daya cerna pati, interaksi antara pati dengan protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat pangan, dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al 2004). Nilai IG ini penting diketahui untuk memilih pangan sumber karbohidrat sebagai sumber tenaga, terutama untuk orang-orang dengan kebutuhan khusus seperti pada diabetisi. Kadar IG pangan dapat ditentukan dengan pengambilan darah subjek setelah mengonsumsi pangan yang ingin diuji dan pangan standar selama selang waktu tertentu. Tiga orang subjek dipilih untuk diberi perlakuan yang berbeda. Subjek pertama akan diberi pangan standar, sedangkan dua subjek lainnya akan diberikan pangan uji. Sebelum melakukan percobaan, subjek dipuasakan selama sepuluh jam dan setelah itu dapat melakukan memakan makanan uji dan standar yang akan diukur nilai ideks glikemiknya. Perlakuan puasa ini bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002). Subjek yang diukur harus memiliki tinggi badan dan berat badannya dalam kriteria IMT normal karena pada orang yang gemuk cenderung cepat lapar dimana kadar gula darahnya cepat turun sebagai respon terhadap kebutuhan energi dan metabolisme basal yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang yang lebih kurus (Ravussin et al. 1986). Pengukuran kadar

glukosa darah dilakukan dua kali, yaitu dalam keadaan puasa dan setelah memakan bahan pangan uji dari finger prick capillary blood dengan glukometer. Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil darah melalui pembuluh darah kapiler yang terdapat pada jari tangan. Pembuluh darah kapiler dipilih karena penelitian yang dilakukan oleh Ragnhild et al (2004) menunjukkan bahwa darah yang diambil dari pembuluh kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah antar relawan yang lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena. Pangan standar yang digunakan adalah roti tawar. Penggunaan roti tawar sebagai standar karena nilai IG dari roti tawar adalah 100 sehingga dapat dijadikan sebagai pangan standar dan nilai makanan yang diuji merupakan persen terhadap standar tersebut (Truswell 1992). Penggunaan roti tawar sebagai pangan acuan lebih sering digunakan dalam penelitian. Hal ini didasari atas kelaziman mengonsumsi roti tawar dibandingkan dengan glukosa murni (Rimbawan & Siagian 2004). Menurut Mendosa (2006), baik roti tawar maupun glukosa murni dapat digunakan sebagai pangan kontrol dalam menghitung nilai indeks glikemik pangan uji. Selain pangan standar, terdapat dua jenis pangan uji yang digunakan, yaitu roti gandum dan krakers. Prosedur penelitian penentuan kadar IG pangan dilakukan dengan prosedur baku. Selama pengukuran IG, subjek tidak dalam keadaan aktivitas berat atau berada dalam keadaan santai. Setelah diperoleh kadar gula darah per waktu, dibuatlah grafik dengan sumbu (x) waktu dan sumbu (y) kadar gula darah. Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa murni. Kurva polynomial respon glikemik pangan uji ditentukan dengan pendekatan Microsoft Excel. Hasil perhitungan luas daerah di bawah kurva metode polynomial, metode trapezoid, dan metode luas bangun dari pangan uji tersaji pada tabel berikut.
Tabel 4 Skor Indeks Glikemik Hasil Perhitungan Metode Polynomial, Trapezoid, dan Luas Bangun Crackers Metode Roti gandum Polynomial 118,975 115,059 trapezoid 92,47 98,26 Luas bangun 163,68 129,59

Roti gandum merupakan salah satu jenis pangan sumber karbohidrat yang di golongkan ke dalam pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi yaitu 71 (Regina 2012). Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat

nilai indeks glikemik roti gandum yang beragam dari beberapa metode. Metode polynomial memberikan nilai IG 118.98, metode trapezoid 92.47, dan metode luas bangun 163.68. Berdasarkan perbandingan ketiga perhitungan tersebut, hasil perhitungan dengan metode trapezoid memiliki kedekatan hasil dengan literatur. Nilai IG roti gandum dengan metode polynomial dan luas bangun terlalu tinggi, dalam literatur dinyatakan bahwa indeks glikemik glukosa murni adalah 100, bahan pangan lain memiliki nilai IG dibawah nilai IG glukosa murni, faktor kesalahan ini dapat terjadi karena penerapan prosedur yang tidak tepat pada saat konsumsi pangan uji maupun saat responden melakukan puasa selama 10 jam. Suatu bahan pangan dikategorikan memiliki IG tinggi jika nilainya diatas 70 (>70) (Foster-Powell et al 2002), oleh sebab itu roti gandum dapat dikategorikan sebagai bahan pangan dengan nilai IG tinggi. Biskuit memiliki nilai IG sekitar 59, namun tidak disebutkan nilai IG biskuit cracker. Nilai indeks glikemik cracker tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan biscuit jika dilihat dari proses pembuatan dan komposisinya. Hasil perhitungan dengan cara polynomial, trapezoid dan luas bangun memiliki ratarata IG >60. Hal ini berbeda jauh dengan literatur IG biskuit, hasil perhitungan bahkan melebihi 100, jika dilihat dari perbandingan ketiga perhitungan tersebut, hasil perhitungan dengan metode polynomial adalah hasil yang paling mendekati literatur yaitu 98,26, berdasarkan hal tersebut maka cracker dapat dikategorikan sebagai pangan dengan nilai IG tinggi. Hasil perhitungan dengan metode polynomial dan luas bangun juga menunjukkan hasil diatas 100, faktor kesalahan ini mungkin juga disebabkan oleh penerapan prosedur yang tidak tepat pada saat konsumsi pangan uji maupun saat responden melakukan puasa selama 10 jam. Hasil perhitungan juga dibandingkan dengan kelas lain. Hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi dua untuk mencari nilai rataan dan diperoleh nilai rata-rata seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 5 Skor Indeks Glikemik Rata-rata Hasil Perhitungan Metode Polynomial, Trapezoid, dan Luas Bangun Crackers Roti gandum Metode 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata Polynomial 118,975 168,94 143,958 115,059 46,46 80,76 Trapezoid 92,47 91,02 91,75 98,26 83,04 90,65 Luas bangun 163,68 166,7 165,19 129,59 132 130,80

Hasil pada tabel diatas merupakan rata-rata dari nilai indeks glikemik dengan ketiga metode yang digunakan. Hasil perhitungan nilai IG roti gandum

dan crackers dengan metode polynomial berturut-turut adalah 143,96 dan 80,76. Nilai IG roti gandum dengan metode trapezoid dan luas bangun berturut-turut adalah 91,75 dan 165,19, sedangkan nilai IG crackers dengan metode trapezoid dan luas bangun berturut-turut adalah 90,65 dan 130,80. Perbedaan hasil perhitungan terlihat pada nilai indeks glikemik crackers dengan metode polynomial, nilai IG berbeda jauh antara kelas 1 dan kelas 2 (selisih 69 satuan), sedangkan dengan kedua metode lain nilai IG crackers justru tidak jauh berbeda. Perbedaan nyata juga terlihat pada nilai IG roti gandum dengan metode polynomial, nilai IG antara kelas 1 dan kelas 2 berbeda 50 satuan. Perbedaan hasil perhitungan juga terlihat pada nilai indeks glikemik roti gandum dan cracker kelas 1 dan kelas 2 yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya dengan metode trapezoid maupun metode luas bangun. Perbedaan hasil yang terlihat dapat mungkin disebabkan oleh adanya ketimpangan hasil grafik trapezoid dan luas bangun akibat adanya perbedaan toleransi tiap orang terhadap gula. Grafik membentuk plot yang tidak beraturan. Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa metode trapezoid adalah metode terbaik untuk menentukan indeks glikemik roti gandum dan crackers. Perlakuan yang sama diberikan untuk setiap jenis pangan pada praktikum kali ini, yaitu mengonsumsi jenis pangan yang sama oleh dua orang untuk mendapatkan perbandingan dan rata-rata IG. Namun, berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh, kedua responden memiliki respon kadar glukosa darah yang berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu lama responden berpuasa yang akan

mempengaruhi kadar gula darah seseorang, toleransi glukosa seseorang, dan cara mengonsumsi sampel pangan yang berbeda satu sama lain, baik dari pola makan maupun waktu yang dipakai untuk menghabiskan pangan tersebut, karena hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk grafik Indeks Glikemik seseorang, luas daerah dibawah kurva tersebut, dan akhirnya mempengaruhi nilai Indeks Glikemik yang berbeda-beda pula.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Praktikum pengukuran dan perhitungan nilai indeks glikemik yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai indeks glikemik. Perbedaan tersebut dihasilkan dari jenis bahan pangan dan juga perbedaan dari metode perhitungan yang dilakukan. Nilai indeks glikemik roti gandum dan crackers termasuk dalam nilai IG bahan pangan yang tinggi (>70) yang diukur dengan semua metode. Metode perhitungan yang menghasilkan nilai indeks glikemik yang hampir mendekati hasil percobaan sebelumnya adalah metode trapezoid. Dapat disimpulkan bahwa metode perhitungan nilai IG metode trapezoid merupakan metode perhitungan yang baik untuk dilakukan pada percobaan berikutnya. Saran Responden dalam praktikum sebaiknya diperlakukan dan diistirahatkan

senyaman mungkin agar tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Metode perhitungan sebaiknya dilakukan dengan berbagai cara agar ditemukan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2011. Tabel indeks glikemik. [terhubung berkala] http://itokindo. org/wp-content/uploads/2011/08/Tabel-Indeks-glikemik.pdf. [diakses pada 2 Maret 2012]
Brand MJ. 2000. Carbohydrates. dalam: Mann, J. dan A. S. Truswell (Eds). ed. West Publ, New York. Essentials of Human Nutrition, 2nd Ed. Oxford University Press. Oxford, pp. FAO/WHO Report of an FAO/WHO Expert Consultation on carbohydrates, Rome April 1418 1997 Italy. Carbohydrates in Human Nutrition, Rome, ItalyFAO,1997. (FAO Food and Nutrition paper no. 66.) Foster-Powell K., Holt SHA dan Brand-Miller J.C. 2002. International tabel of glycemic index and glycemic load values. American Journal Clinical Nutrition. 75 : 556231-255. Marsono Y. 2002. Indeks Glisemik Umbi-umbian. Agritech 22:13-16. Mendosa. 2006. The Glycemic Index. [terhubung berkala]. www.mendosa.com/gi. htm. [20 Juli 2010] Miller JB, powell KF, & Colagiuri S. 1997. The GI factor; The GI Solution. Hodder and Stoughton, Hodder Headline, Australia. Monro JA, and Shaw M. 2008. Glycemic Impact, Glycemic Glucose Equivalents, Glycemic Index, and Glycemic Load: Definitions, Distinctions, and Implications.

American Journal of Clinical Nutrition87 (1): 237S-243S. Ragnhild AL, Asp NL., Axelsen M, Raben A. 2004. Glycemic Index: Relevance for Health, Dietary Recommendations, and Nutritional Labelling. Regina. 2012. Daftar indeks glikemik makanan. http://diabetesmelitus.org/daftarindeks-glikemik-makanan/#ixzz2MQi0X2g4. [1 Maret 2013]. Rimbawan dan Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan, Cara Mudah Memilih Pangan Truswell AS. 1992. Glycemix Index of Food. European Journal clinical Nutrition 46(2):91-101. Whitney EN, Hamilton EMN, Rolfes, SR. 1990. Understanding Nutrition ,5th

Anda mungkin juga menyukai