Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN EMOSI DAN BAHASA INDIVIDU

MATA KULIAH:

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PANGAMPU: MIRZA IRAWAN ,SPd, M.Pd,Kons

RINI JULIANA SIPAHUTAR,M.KOM

KELOMPOK 3

 STEVANIA NANDA VERONIKA RAJAGUK-GUK 1221151024


 OVERINA GLORIA LUMBAN GAOL 1223151029
 APRI YANTI KASILDA SIBURIAN 1223151038

KELAS BK REGULER D 2022

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
yang berjudul “Perkembangan Emosi dan Bahasa Individu”.Sesuai dengan judulnya,didalam
makalah ini akan di bahas secara lengkap mengenai bagaimana perkembangan emosi
peserta didik dan bahasa individu yang akan tertuang dalam makalah ini.

Penulis berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengtahuan para pembaca.Penulis juga terbuka terhadap masukan , kritik dan
saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih baik kedepannya.

Medan, September 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1. PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU.........................................................................................6
A. Pengertian Emosi............................................................................................................................6
B. Karakteristik Perkembangan Emosi................................................................................................6
C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi...............................................................8
D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku..........8
2.2. Perkembangan Bahasa Individu......................................................................................................10
A.Pengertian Perkembangan Bahasa.................................................................................................10
B. Tahapan Perkembangan Bahasa....................................................................................................11
C.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa...........................................................12
D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir................................................14
E. Proses Perkembangan Bahasa Peserta didik..................................................................................15
F. Hambatan Perkembangan Bahasa Anak........................................................................................16
G. Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya bagi Pendidikan................................................17
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................................18
3.2. SARAN.....................................................................................................................................18
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan bangsa yang akan berlangsung
secara terus menurus dan bersifat alamiah. Pada generasi tersebut anak akan tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tahap pertumbahan dan perkembangannya masing-masing.
Menurut (Yusuf & Samsu, 2006)perkembangan pada hakikatnya merupakan suatu
perubahan yang berkesinambungan dan progresif yang berasal dari dalam dalam diri anak
dari ia mulai berada di dunia sampai meninggal. Hurlock menyebutkan perkembangan pada
dasarnya adalah serangkaian bentuk perubahan yang progresif yang terjadi sebagai akibat
dari proses kematangan dan pengalaman (Masganti, 2012).

Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika berkembangnya sesuai dengan
fase dan tugas perkembangannya masing-masing. Anak usia 6 sampai dengan 12 tahun dalam
kategori usia Sekolah Dasar. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan anak juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas sesuai dengan aspek
perkembangan. Beberapa aspek yang berkembang pesat pada usia SD yaitu perkembangan
bahasa, emosi, dan sosial anak.

Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan anak terutama pada era komunikasi global
yang tentunya menggunakan Bahasa sebagai media komunikasi (Silawati, 2016).Jika
perkembangan bahasa anak mengalami gangguan maka akan berdampak pada kemampuan
anak dalam menggunakan informasi dan komunikasi. Selain bahasa, emosi anak juga sangat
berperan penting terhadap perkembangan anak.

Emosi merupakan perasaan intens yang ditunjukkan oleh seseorang atas suatu kejadian atau
peristiwa (Latifa, 2017). Perkembangan emosi menjadi sebuah krisis dalam perkembangan anak.
Dimana, emosi merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah Pengertian emosi dan perkembangan bahasa individu?
2. Bagaimana karakteristik emosi perkembangan individu?
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi dan bahasa?
4. Bagaimana hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap
Tingkah Laku?
5. Bagaimana proses dan tahapan perkembangan bahasa?
6. Bagaimana Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir?
7. Apa saja hambatan dalam perkembangan bahasa dan upaya pengembanganya?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian emosi dan perkembangan bahasa individu,


2. Mengetahuikarakteristik emosi perkembangan individu,
3. Mengetahui Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi dan bahasa,
4. Mengetahui hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap
Tingkah Laku,
5. Mengetahui proses dan tahapan perkembangan bahasa,
6. Mengetahui Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir,
7. Untuk mengetahui hambatan dalam perkembangan bahasa dan upaya pengembanganya.
BAB II PEMBAHASAN

2.1. PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU


A. Pengertian Emosi
Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu menyertai perbuatan kita
tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang-kadang lemah, tetapi terkadang juga kuat.
Jika warna efektif kuat, perasaan-perasaan akan menjadi lebih dalam, lebih luas, dan lebih
terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi. Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas,
benci, dan lain sebagainya.

Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara keduanya tidak
dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang
secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna efektif
dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah
yang akan ditunjukkan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi,
emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat
terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran
darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila
takut, dan lain sebagainya.

B. Karakteristik Perkembangan Emosi


Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan emosi meninggi
akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para remaja menjadi tinggi karena
mereka sedang berada dibawah tekanan social dan juga mereka sedang menghadapi kondisi baru,
sedangkan selama anak-anak mereka kurang mempersiapkan diri. Tetapi tidak semua remaja
mengalami tekanan dan badai dalam hidupnya.

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang
secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu
sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap
ungkapan emosi mereka. Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.

1. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain
dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta
sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.Walaupun para remaja sudah banyak
yang bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya.
Remaja membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa
yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta
menjadi sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara
rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang
tidak disadari.

2. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan
lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.Rasa gembira akan
dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami
kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.

3. Kemarahan dan Permusuhan


Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan
peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa marah juga penting dalam
kehidupan, karena rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan
minat-minatnya sendiri.Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih
sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-
kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali
emosional.
4. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah mengalami
serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa
ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak
ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa
berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.

C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi


Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang perkembangan emosi.
Diantaranya :

1. Belajar dengan coba-coba :Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan


emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak
memberikan kepuasan.
2. Belajar dengan cara meniru :Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat
membangkitkan emosi orang lain.
3. Belajar dengan cara mempersamakan diri :Anak akan menirukan reaksi emosional orang
yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
4. Belajar melalui pengondisian :Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
emosional kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
5. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan :Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat
diterima jika suatu emosi terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.

D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah
Laku

Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui
orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau
merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak
sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang
tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orag lain
dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam
hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang
berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang
tampak pada perilakunya.

Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para remaja dalam cara
berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena
dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana
remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh”
atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang
acap kali dipikirkan atau direncanakan dan biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.

Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi
oleh orang tua maupun guru dengan cara :

1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak  (significant
person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga
tampilannya tidak meledak-ledak.
2. adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya
dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
3. Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung
menimbulkan  emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.
2.2. Perkembangan Bahasa Individu

A.Pengertian Perkembangan Bahasa


Berikut ini pendapat para ahli mengenai pengertian bahasa :
1. Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan
(pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama,
kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan
mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat
(Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).
2. Bahasa (language) merupakan sebarang bentuk komunikasi diantara orang-orang, baik
yang bersifat verbal atau pun gerak isyarat dan sikap, penggunaan lambang-lambang
dalam komunikasi (kamus umum  psikologi).
3. Bahasa merupakan alat sosialisasi dan merupakan dasar perkembangan intelegensi (Prof.
Dr. Utami Munandar, 1995:153).
4. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pikiran, seperti dengan menggunakan
lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik wajah (Syamsu Yusuf, 2004:118)
Seorang ahli psikologi perkembangan dari Illinois State University Laura E. Berk (1989)
menyatakan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling
kompleks dan mengagumkan.

Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor


intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi, tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan
berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak
(bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, “meniru” dan “mengulang” hasil yang
telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Belajar bahasa yang sebenarnya baru
dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi, perkembangan
bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komnikasi
dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan
menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan
dipahami orang lain.

Beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
sebagai berikut:

1. Bahasa Lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang paling efektif untuk
berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
2. Bahasa Tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan memanfaatkan
media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan dilakukan dengan menyusun huruf-
huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang
merupakan ekspresi dari pikiran atau perasaan yang akan disampaikan.
3. Bahasa Tubuh /  Bahasa Isyarat adalah cara seseorang berkomunikasi dengan
mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah,
sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa
tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat
dipergunakan  secara sengaja oleh orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan
dalam menggunakan bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu.

B. Tahapan Perkembangan Bahasa


Ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak manusia yang memungkinkan
untuk menguasai bahasa tertentu. Sedangakn menurut kaum empiris yang dipelopori para
penganut aliran behavioristik memandang bahwa kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar
individu dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengusaan bahasa merupakan hasil dari penyatu
paduan peristiwa-peristiwa linguistik yang diamati dan dialami selama masa perkembangannya.
Menurut para penganut aliaran behavioristik, penggunana bahasa merupakan asosiasi yang
terbentuk melalui proses pengondisian klasik (classical conditioning), pengondisian operan
(operant conditioning), dan belajar sosial (social learning).
Secara umum, perkembangan keterampilan berbahasa pada individu menurut Berk (1989)
dapat dibagi kedalam empat komponen, yaitu :
1. Fonologi (phonology), berkenaan dengan bagaimana individu memahami dan
menghasilkan bunyi bahasa.
2. Semantik (semantics), merujuk kepada makna kata atau cara yang mendasari konsep-
konsep yang diekspresikan dalam kata-kata atau kombinasi kata.
3. Tata bahasa (grammar), merujuk pada penguasaan kosa kata dan memodifikasikan cara-
cara yang bermakna. Pengetahuan tentang grammar meliputi dua aspek utama, yakni :
a. Sintak (syntax), yaitu aturan-aturan yang mengatur bagaimana kata-kata disusun
kedalam kalimat yang dapat dipahami.
b. Morfologi (morphology), yaitu apikasi gramatikal yang meliputi jumlah, tenses,
kasus, pribadi, gender, kalimat aktif, kalimat pasif, dan berbagai makna lain dalam
bahasa.
4. Prakmatik (pragmatics), merujuk kepada sisi komunikatif dari bahasa. Ini berkenaan
dengan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik ketika berkomunikasi dengan
orang lain.

C.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan
dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar
dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan
dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa  dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk
lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
3. Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan
kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang
baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan  anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan
perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak
terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.
5. Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya  untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir

Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam
waktu yang relatif bersamaan. Seringkali dikatakan oleh banyak orang bahwa kemampuan
berpikir seseorang menentukan dan sekaligus dapat memahami dari kemampuan bahasanya.
Sebaliknya kemampuan bahasa seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan berpikir
seseorang.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya
bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya, ada juga orang pandai berbahasa tetapi
kemampuan berpikirnya tidak sebagus kemampuan berbahasanya. Seringkali kita jumpa
sejumlah orang yang mampu menulis dengan bagus untuk mengekspresikan pemikirannya, tetapi
ketika diminta untuk mempresentasikan hasil tulisannya ternyata bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pikiran-pikirannya idak menarik. Sebaliknya, ada sejumlah orang yang ketika
dipresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau banyak orang.
Tetapi ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan menjadi tidak
menarik.
Secara rinci dapat didefinisikan sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu sebagai berikut.
1. Kognisi
Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat-lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa
terdapat korelasiyang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif
demokratis akan mempercapat perkembangan bahasa anggota keluarganya dibanding
yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3. Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan
bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan
keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain
keluarga inti.
4. Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah
komunikasi ke atas maupun ke bawah. Adapun anak sulung hanya memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5. Kedwibahasaan (bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu anak
lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa mengguanakan bahasa secara
bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa Sunda dan di luar rumah
dia menggunakan bahasa Indonesia.

E. Proses Perkembangan Bahasa Peserta didik


Secara garis besar tahapan perkembangan bahasa pada anak dapat kita bagi menjadi tahap
reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, dan true speech.
Tahapan-tahapan umum perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak, yaitu:
1. Reflexsive Vocalization
Pada usia 0-3 minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks.
Jadi, bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut
dilakukan tanpa ia sadari.
2. Babling
Pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan
mengeluarkan suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan
telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
3. Lalling
Di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi
mulai dapat mendengar pada usia 2 s.d. 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan
kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “pa….pa…, ma..ma….”
4. Echolalia
Di tahap ini, yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang
didengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat
tangan ketika ingin meminta sesuatu.
5. True Speech
Bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.

F. Hambatan Perkembangan Bahasa Anak


Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi
anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk
sekolah. Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu penyebab tidak diragukan
lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak
berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan
(stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam
berbahasa/kosa kata yang baik dan benar.
Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak.
Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh
mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik, sangat kurang
kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak.Sedangkan anak yang berasal
dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut
bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu
perkembangan bicara pada anak didik tersebut.
Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
 Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,
 Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,
 Sering kali berbicara yang tidak teratur,
 Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
G. Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya bagi Pendidikan
Jika perkembangan kemampuan berbahasa merupakan konvergensi atau perpaduan dari
faktor bawaan dan proses belajar dari lingkungannya, intervensi pendidikan yang dilakukan
secara terencana dan sistematis menjadi sangat penting. Hanya mengandalkan faktor bawaan
yang diturunkan oleh orang tua adalah keputusan yang tidak bijaksana karena hasilnya yang
kurang memuaskan. Intervensi pendidikan melalui proses belajar dari lingkungan dapat
diupayakan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berkembangnya bahasa secara
optimal. Lingkungan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih
mengembangkan kemampuan bahasa perlu dikembangkan secara maksimal, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Agar kemampuan berbahasa remaja dapat berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu
diperkenalkan dengan lingkungan yang memiliki kemampuan berbahsaa yang variatif. Situasi
yang menunjang perkembangan bahasa juga perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru
di sekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologi
dan sosiokultural bagi perkembangan bahasa remaja. Lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong
anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran-pikirannya. Cara demikian, akan
sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh
kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkannya.
BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak jantung
lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah laku  emosi
misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi, emosi adalah setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Oleh karena itu  hal-hal yang menyebabkan emosi
remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi
pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan,
pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dilingkungan remaja dan dengan
demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan
sekolah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah umur anak,
kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik
Berpikir dan berbahasa  mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan 
bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan
dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi
kemampuan mereka berpikir.

3.2. SARAN
Usaha untuk mengembangkan emosi remaja :

 Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-
emosi positif
 Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah
 Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif
remaja muncul dan menghindari kondisi-kondisi itu
 Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya
membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang yang dipercayainya
 Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga menguras energi
yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan
 Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja berprestasi dan mendapatkan
harga diri
Untuk mengembangkan perkembangan dalam berbahasa, maka perlu kita ketahui lebih
dahulu tentang apa itu perkembangan bahasa dan supaya kemampuan berbahasa remaja dapat
berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang
memiliki kemampuan berbahsaa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa
juga perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru di sekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu
memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologi dan sosiokultural bagi perkembangan
bahasa peserta didik.
DAFTAR ISI

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.

Fatimah, Enung.2010.Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik).Bandung: CV


Pustaka Setia.

Sjarkawi.2005.Pembentukan Kepribadian Anak.Jambi: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai