MATA KULIAH:
KELOMPOK 3
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
yang berjudul “Perkembangan Emosi dan Bahasa Individu”.Sesuai dengan judulnya,didalam
makalah ini akan di bahas secara lengkap mengenai bagaimana perkembangan emosi
peserta didik dan bahasa individu yang akan tertuang dalam makalah ini.
Penulis berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengtahuan para pembaca.Penulis juga terbuka terhadap masukan , kritik dan
saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih baik kedepannya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1. PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU.........................................................................................6
A. Pengertian Emosi............................................................................................................................6
B. Karakteristik Perkembangan Emosi................................................................................................6
C. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi...............................................................8
D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah Laku..........8
2.2. Perkembangan Bahasa Individu......................................................................................................10
A.Pengertian Perkembangan Bahasa.................................................................................................10
B. Tahapan Perkembangan Bahasa....................................................................................................11
C.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa...........................................................12
D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir................................................14
E. Proses Perkembangan Bahasa Peserta didik..................................................................................15
F. Hambatan Perkembangan Bahasa Anak........................................................................................16
G. Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya bagi Pendidikan................................................17
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................18
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................................18
3.2. SARAN.....................................................................................................................................18
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika berkembangnya sesuai dengan
fase dan tugas perkembangannya masing-masing. Anak usia 6 sampai dengan 12 tahun dalam
kategori usia Sekolah Dasar. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan anak juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas sesuai dengan aspek
perkembangan. Beberapa aspek yang berkembang pesat pada usia SD yaitu perkembangan
bahasa, emosi, dan sosial anak.
Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan anak terutama pada era komunikasi global
yang tentunya menggunakan Bahasa sebagai media komunikasi (Silawati, 2016).Jika
perkembangan bahasa anak mengalami gangguan maka akan berdampak pada kemampuan
anak dalam menggunakan informasi dan komunikasi. Selain bahasa, emosi anak juga sangat
berperan penting terhadap perkembangan anak.
Emosi merupakan perasaan intens yang ditunjukkan oleh seseorang atas suatu kejadian atau
peristiwa (Latifa, 2017). Perkembangan emosi menjadi sebuah krisis dalam perkembangan anak.
Dimana, emosi merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkah laku individu,
dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.
1.3. Tujuan
Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara keduanya tidak
dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang
secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat warna efektif
dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah
yang akan ditunjukkan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi,
emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat
terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran
darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila
takut, dan lain sebagainya.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang
secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu
sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang
membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap
ungkapan emosi mereka. Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.
1. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain
dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta
sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.Walaupun para remaja sudah banyak
yang bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya.
Remaja membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa
yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta
menjadi sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara
rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang
tidak disadari.
2. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan
lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.Rasa gembira akan
dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami
kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap Tingkah
Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui
orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau
merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak
sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang
tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orag lain
dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam
hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang
berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang
tampak pada perilakunya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para remaja dalam cara
berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena
dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana
remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh”
atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang
acap kali dipikirkan atau direncanakan dan biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi
oleh orang tua maupun guru dengan cara :
1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant
person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga
tampilannya tidak meledak-ledak.
2. adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya
dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
3. Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung
menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.
2.2. Perkembangan Bahasa Individu
Beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
sebagai berikut:
1. Bahasa Lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang paling efektif untuk
berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
lisan lebih ekspresif karena mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur
menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan.
2. Bahasa Tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan memanfaatkan
media tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan dilakukan dengan menyusun huruf-
huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf tersebut tersusun menjadi kata dan kalimat, yang
merupakan ekspresi dari pikiran atau perasaan yang akan disampaikan.
3. Bahasa Tubuh / Bahasa Isyarat adalah cara seseorang berkomunikasi dengan
mempergunakan bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah,
sikap tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa
tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat
dipergunakan secara sengaja oleh orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan
dalam menggunakan bahasa lisan atau dalam situasi dan kondisi tertentu.
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan
dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang
menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara
berkomunikasi dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar
dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan
dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk
lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
3. Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan
kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang
baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan
perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak
terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.
5. Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu
kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak
sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
D. Hubungan Kemampuan Berbahasa dengan Kemampuan Berpikir
Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam
waktu yang relatif bersamaan. Seringkali dikatakan oleh banyak orang bahwa kemampuan
berpikir seseorang menentukan dan sekaligus dapat memahami dari kemampuan bahasanya.
Sebaliknya kemampuan bahasa seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan berpikir
seseorang.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan berpikirnya
bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya, ada juga orang pandai berbahasa tetapi
kemampuan berpikirnya tidak sebagus kemampuan berbahasanya. Seringkali kita jumpa
sejumlah orang yang mampu menulis dengan bagus untuk mengekspresikan pemikirannya, tetapi
ketika diminta untuk mempresentasikan hasil tulisannya ternyata bahasa yang digunakan untuk
menyampaikan pikiran-pikirannya idak menarik. Sebaliknya, ada sejumlah orang yang ketika
dipresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik bahkan sangat memukau banyak orang.
Tetapi ketika diminta menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk tulisan menjadi tidak
menarik.
Secara rinci dapat didefinisikan sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu sebagai berikut.
1. Kognisi
Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat-lambatnya
perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa
terdapat korelasiyang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.
2. Pola komunikasi dalam keluarga
Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif
demokratis akan mempercapat perkembangan bahasa anggota keluarganya dibanding
yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.
3. Jumlah anak atau anggota keluarga
Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga, perkembangan
bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan
keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lain selain
keluarga inti.
4. Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah
komunikasi ke atas maupun ke bawah. Adapun anak sulung hanya memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
5. Kedwibahasaan (bilingualism)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu anak
lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa mengguanakan bahasa secara
bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa Sunda dan di luar rumah
dia menggunakan bahasa Indonesia.
3.1. KESIMPULAN
Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak jantung
lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah laku emosi
misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi, emosi adalah setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi
remaja terganggu perlu dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi
pada remaja yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan,
pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi, kebutuhan
untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki filsafat hidup.
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dilingkungan remaja dan dengan
demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan
sekolah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah umur anak,
kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan
bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan
dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi
kemampuan mereka berpikir.
3.2. SARAN
Usaha untuk mengembangkan emosi remaja :
Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan emosi-
emosi positif
Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah
Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi negatif
remaja muncul dan menghindari kondisi-kondisi itu
Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya
membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang yang dipercayainya
Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga menguras energi
yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan
Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja berprestasi dan mendapatkan
harga diri
Untuk mengembangkan perkembangan dalam berbahasa, maka perlu kita ketahui lebih
dahulu tentang apa itu perkembangan bahasa dan supaya kemampuan berbahasa remaja dapat
berkembang secara optimal, sejak dini anak perlu diperkenalkan dengan lingkungan yang
memiliki kemampuan berbahsaa yang variatif. Situasi yang menunjang perkembangan bahasa
juga perlu diciptakan dan dikembangkan oleh para guru di sekolah. Di sisi lain, masyarakat perlu
memberikan dukungan yang bersifat kondisi psikologi dan sosiokultural bagi perkembangan
bahasa peserta didik.
DAFTAR ISI
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RINEKA
CIPTA.