Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : Triana Indrawati, M. A

Disusun oleh :

1. Sania Asyifa Nida (2420008)


2. Adinda Nurul Kaunain (2420012)
3. Annisa Aprilia Putri (2420039)

KELAS A

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perkembangan Kognitif Anak ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Triana Indrawati, M. A. selaku Dosen mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perkembangan kognitif anak. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Batang, 25 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perkembangan Kognitif ........................................................................................ 2
2.2 Prinsip Pelaksanaan Perkembangan Kognitif ...................................................................... 3
2.3 Teori Dasar Perkembangan Kognitif Menurut Piaget dan Lev Vigotsky ............................. 4
2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Kognitif .............................................. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 10
3.2 Saran .................................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan kognitif merupakan perkembangan berfikir atau pengetahuan seseorang
dari yang tidak diketahui menjadi tahu yang diperoleh dari pengalaman maupun interaksi
dengan lingkungan. Adanya perkembangan kognitif pada anak akan sangat membantu anak
menjadi lebih dewasa dalam menghadapi suatu permasalah yang dihadapi. Disebabkan anak
itu bisa berfikir secara matang terhadap permasalah yang dihadapinya. Cara berfikir yang
matang dan dewasa bisa dibangun sendiri oleh anak baik itu melalui interaksi sosial,
pengalaman maupun interkasi dengan lingkungannya.
Teori perkembangan kognitif tidak membahas perolehan pengetahuan atau keterampilan
anak secara spesifik, Melainkan teori perkembangan kognitif berfokus kepada terbentuknya
pemikiran manusia pada peringkat tertinggi, serta mendeskripsikan peristiwa dan kondisi
yang dibutuhkan untuk mencapai peringkat tertentu (Margaret E. Gredler, 2011:321). Ada
dua teoritis perkembangan kognitif, yaitu Jean Piaget dan Lev S. Vygotsky. Jean Piaget yang
membahas tenatang perkembangan pemikiran logis dalam bentuk penalaran tentang suatu
peristiwa yang terjadi. Lev S. Vygotsky membahas proses psikologis atau mental.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi perkembangan kognitif?
2. Bagaimana prinsip pelaksanaan perkembangan kognitif?
3. Bagaimana teori dasar perkembangan kognif menurut Piaget dan Lev Vigotsky?
4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat perkembangan kognitif?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui definisi perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui prinsip pelaksanaan perkembangan kognitif.
3. Untuk mengetahui teori dasar perkembangan kognitif menurut Piaget dan Lev
Vigotsky.
4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan kognitif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perkembangan Kognitif


Tahapan perkembangan kognitif anak menjadi empat, yaitu:
1. Tahap Sensorimotor (0-24 Bulan)
Pertama ada tahap sensorimotor yang dialami oleh bayi baru lahir (0 bulan) hingga usia
24 bulan atau 2 tahun. Di tahap awal kehidupan, si Kecil masih sangat terbatas dari segi
kemampuan. Namun setiap anak terlahir dengan bawaan berupa refleks dan rangsangan
untuk mencari tahu dunianya. Perkembangannya berdasarkan pada tindakan yang dilakukan
secara bertahap. Ia juga belum mampu mempertimbangkan apa saja keinginan, kepentingan,
dan kebutuhan orang lain yang membuatnya dianggap egosentris. Beberapa kemampuan
yang dimiliki oleh anak di tahap usia ini antara lain:
 Suka memperhatikan sesuatu dalam waktu lama.
 Memperhatikan suatu objek sebagai hal yang tetap dan ingin merubah letaknya.
 Melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dari objek di sekelilingnya.
 Mencari rangsangan melalui suara dan sinar lampu.
 Mengartikan sesuatu dengan cara memanipulasinya.
2. Tahap Pra-Operasional (2-7 Tahun)
Ciri utama perkembangan kognitif anak di tahap ini adalah mulai berkembangnya konsep
intuitif dan penggunaan simbol. Tahap pra-operasional terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pre-operasional (2-4 tahun): si Kecil sudah mampu mengembangkan konsepnya
menggunakan bahasa sederhana, tapi masih sering mengalami kesalahan dalam
memahami suatu objek. Ciri-cirinya antara lain:
 Mampu mengelompokkan objek secara tunggal dan mencolok.
 Mampu mengumpulkan benda-benda berdasarkan kriteria.
 Mampu menyusun beberapa benda secara berderet.
 Self counter yang sangat menonjol.
b. Intuitif (4 - 7 tahun): pengetahuan yang diperoleh anak didasarkan pada kesan yang
agak abstrak. Ia dapat menyimpulkan, tapi belum mampu mengungkapkannya dengan
kata-kata. Untuk itu anak di kategori usia ini sudah mampu mengutarakan isi hatinya,

2
khususnya bagi anak yang mempunyai banyak pengalaman. Ciri-ciri anak di tahap ini
antara lain:
 Sudah mulai mengenali hubungan secara logis atas hal-hal yang lebih rumit.
 Meski kurang menyadari, tapi si Kecil sudah dapat mengkategorikan objek.
 Dapat mewujudkan ide yang ada di pikirannya.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11 Tahun)
Tahap ketiga perkembangan kognitif si Kecil adalah operasional konkret pada kategori
usia 7-11 tahun. Berikut adalah ciri-ciri perkembangan di tahapan ini:
 Sudah mampu mengelompokkan objek atau situasi tertentu dan mengurutkan
sesuatu.
 Kemampuannya dalam mengingat dan berpikir logis juga semakin meningkat.
 Memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan sistematis.
 Mulai dapat belajar membaca dan matematika.
 Sikap egosentrisnya semakin berkurang secara perlahan.
4. Tahap Operasional Formal (Mulai 11 Tahun)
Memasuki usia pra-remaja, anak pada tahapan operasional formal memiliki beberapa ciri
sebagai berikut:
 Sudah menguasai penalaran dan berpikir secara abstrak.
 Mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ia dapat.
 Memahami konsep yang bersifat abstrak, seperti nilai dan cinta.
 Sudah dapat melihat realitas yang terkadang bisa abu-abu, tidak melulu hitam dan
putih. Kemampuan ini sangat penting karena akan membantu ia melewati masa
peralihan dari fase remaja menuju fase dewasa.
2.2 Prinsip Pelaksanaan Perkembangan Kognitif
1. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah
diketahui dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Misalnya; mengenalkan konsep
bilangan 1-10 dengan menghubungkan lambang bilangannya.
2. Dalam memberikan kegiatan pengembangan kognitif, terutama untuk kegiatan persiapan
pengenalan konsep bilangan, hendaknya guru-guru memperhatikan masa peka.
3. Untuk mencapai kemampuan pengembangan kognitif tidak semua dilaksana- kan
sekaligus dalam satu kegiatan, akan tetapi dapat dilakukan secara bertahap dengan
keadaan dan tingkat perkembangan anak.

3
4. Alam memberikan kegiatan pengembangan kognitif hendaknya mengacu kepada
kompetensi yang hendak dicapai dan sedapat mungkin dikaitkan dengan tema yang
sedang dibahas.
5. Pelaksanaan kegiatan pengembangan kognitif dapat menggunakan bermacam- macam
metode yang sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.
6. Pelaksanaan pengembangan kognitif didasarkan terjawabnya pertanyaan “apa” dan
“mengapa” tentang segala sesuatu yang ada di sekitar anak. Jika anak sudah timbul
pertanyaan seperti tesebut di atas, maka pada masa itu anak sudah mampu untuk
menerima penjelasan.
7. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana dan sumber belajar.
8. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi pengalaman yang didapat
secara lisan atau dengan media kreatif (menciptakan bentuk dari kegiatan bentuk-bentuk
geometri, membentuk dengan tanah liat)
9. Kegiatan-kegiatan yang diberikan hendaknya merupakan pengetahuan yang objektif dan
sesuai dengan kenyataan.
2.3 Teori Dasar Perkembangan Kognitif Menurut Piaget dan Lev Vigotsky
 .Teori perkembangan kognitif menurut Piaget
Jean Piaget memberikan kontribusi besar dalam kajian perkembangan kognitif. Piaget
juga menjadi tokoh yang popular dikalangan akademisi bagaimana tidak disetiap
pembahasan atau kajian tentang perkembangan khususnya perkembanga kognitif,
Namanya selalu muncul. Hasil-hasil eksperimen yang dia lakukan masih menjadi
rujukan sampai sekarang. Siapa yang tidak kenal dengan tahap perkembangan kognitif
yang dikemukakan oleh Piaget (sensorimotor, praoperasional, operasional konkrit dan
operasional formal). Setiap orang yang mempelajari perkembangan kognitif pasti akan
mempelajari empat tahap perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget.
Terkait dengan bagaimana anak mengkonstruk atau membangun pengetahuannya,
Piaget memiliki keyakinan bahwa anak untuk membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungannya. Anak bukanlah objek pasif dalam menerima
pengetahuan, anak sangat aktif dalam membangun pengetahuannya. Melalui interaksi
anak dengan lingkungannya mereka terus memperbaiki struktur mental yang dimilikinya
sehingga tercipta struktur mental yang kompleks.
Ada tiga konsep yang digunakan oleh Piaget dalam mendeskripsikan proses kognitif
anak terbentuk yaitu asimilasi (assimilation), akomodasi (accommodation), dan
ekuilibrium(equilibrium) mendeskripsikan aspek-aspek yang terlibat dalam proses
4
terbentuknya kognitif pada anak yaitu skema (schemes), asimiliasi (assimilation),
akomodasi (accommodation), organisasi (organization) dan ekuilibrium (equilibrium).
Dalam teori Piaget, Scema (schemes) merupakan Tindakan atau representasi mental
yang mengatur pengetahuan. Skema-skema berkembang didalam otak anak didasarkan
pada pengalaman yang diperoleh anak. Skema yang berkembang pada anak meliputi
skema yangberkaitan dengan aktivitas fisik (physical activity) atau skema perilaku
(behavior scheme) dan skema yang berkaitan dengan aktivitas kognitif (cognitive
activity) atau skema mental (mental scheme).
Dalam teori Piaget, asimiliasi (assimilation) yaitu menempatkan informasi kedalam
skema atau kategori yang sudah ada. konsep asimilasi ini memberikan penjelaskan yang
mudah dipahami untuk mendeskripsikan bagaimana anak mengkonstruk
pengetahuannya. Melalui asimilasi ini skema anak yang memiliki kategori yang sama
akan terus berkembang kearah yang lebih kompleks. Misalnya jika seorang anak telah
memiliki skema untuk anjing, kemudian dia melihat ada jenis anjing yang berbeda maka
bisa ia masukan informasi tersebut pada skema untuk anjing. Skema-skema ini akan
terus berkembang dan semakin kompleks apabila anak terus secara aktif mengeksplorasi
lingkungannya. Informasi yang diperoleh anak dari hasil eksplorasi akan memperkaya
struktur kognitif pada skema anak.
Apabila dalam proses asimiliasi tidak ditemukan skema yang cocok untuk
menempatkan informasi baru yang diperoleh anak maka akan muncul skema baru dalam
otak anak untuk mengakomodasi informasi tersebut. Peristiwa seperti ini dalam teori
Piaget disebut dengan akomodasi (accommodation). Misalnya pada waktu anak
berinterkasi dengan lingkungan ada satu objek yang dilihatnya dan objek tersebut belum
diketahui sebelumnya atau hal baru, maka dia akan membetuk skema baru dalam
otaknya untuk mengakomodasi informasi baru tersebut.
Ekuilibrium (equilibrium) merupakan mekanisme yang diusulkan Piaget untuk
menjelaskan bagamana anak-anak bergeser dari satu tahap berpikir ketahap berpikir
berikutnya. Pergeseran ini terjadi saat anak-anak mengalami konflik kognitif, atau
disekuilibrium dalam mencoba memahami lingkungannya (Santrock, 2010, p. 173).
Ekuilibrium juga diartikan sebagai keseimbangan yang dicapai setiap kali informasi atau
pengalaman ditempatkan kedalam skema yang sudah ada atau skema baru dibuat
untuknya. Proses berpindahnya atau bergeraknya dari disekuilibrium ke ekuilibrium
disebut dengan ekuilibrasi (ekuilibration). Ekuilibrium terjadi apabila ada suatu
informasi baru yang diperoleh anak namun informasi tersebut menimbulkan

5
kebingungan pada anak atau memicu munculnya konflik kognitif, hal ini disebabkan
karena informasi baru tersebut merupakan objek yang dikenalnya namun karakteristik
objek tersebut tidak sesuai dengan informasi yang ada didalam skemanya. Misalnya
seorang anak diberikan sekor anjing basenji (jenis anjing) sejenis anjing yang jarang
menggonggong, ketidakseimbangan atau disekuilibrium dapat terjadi karena anak
dihadapkan dengan seekor anjing yang tidak menunjukan salah satu perilaku anjing
biasanya. Karaktersitik anjing seperti ini akan menjadi hal baru yang akan dia
asimilasikan ke dalam sekema untuk anjing atau juga membentuk kategori-kategori baru
untuk anjing. Terjadinya disekuilibrium tentunya akan menambah informasi yang lebih
banyak lagi pada struktur mental anak dan hal ini akan mendorong terjadinya perubahan
kognitif pada anak.
Proses kognitif sangatlah kompleks tidak sesederhana yang dijelaskan diatas, namun
demikian penjelasan diatas dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang
bagaimana sebenarnya proses kognitif tersebut bekerja pada diri seseorang.
 Teori perkembangan kognitif menurut Lev Vigotsky
Sama halnya dengan Piaget, Vygotsky banyak membahas tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Kedua tokoh ini memiliki sudut pandang yang khas terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Sudut pandang Vygotsky terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak diwarnai oleh lingkungan social atau budaya, maka pendekatan
konstruktivisnya disebut dengan konstruktivis social (social constructivist). Tidak seperti
Piaget yang beranggapan bahwa anak secara individual aktif mengkonsturk
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Piaget lebih menekannya
interaksi anak dengan lingkungan fisik. Sedikit berbeda dengan Piaget, Vygotsky
beranggapan bahwa anak mengkonstruk pengetahuannya dalam sebuah kontek social.
Anak mengkonstruk secara aktif pengetahuanya secara mandiri dalam konteks interaksi
dengan pengasuh, keluarga atau komunitas dan masyarakat
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan
kognitif anak. Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan
orang-orang yang ada dilingkungan sosialnya (pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan
banyak membantu anak menyelesaikan persoalan-persoalannya yang tidak dapat ia
selesaikan dengan sendiri. Dengan Bahasa, anak akan mengkomunikasikan
permasalahan-permasalahan yang dia hadapi kepada orang lain yang dia anggap
memiliki kemampuan untuk membantunya menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

6
Salah satu element dari teori Vygotsky yaitu Zone of proximal development (ZPD).
ZPD adalah celah antara apa yang anak dapat kerjakan secara mandiri dan apa yang dia
tidak dapat dikerjakan bahkan dengan bantuan seseorang (seperti orang dewasa atau
teman sebaya) yang lebih terampil dari dia. Hal yang sama dikemukakan oleh Santrock
yang menyatakan bahwa ZPD yaitu istilah yang digunakan oleh Vygotsky untuk berbagi
tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai oleh anak sendiri tetapi dapat dipelajari dengan
bimbingan dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada zona dimana anak
bisa belajar secara mandiri tanpa bantuan orang lain tapi disisi lain apabila anak tidak
mampu belajar secara mandiri diperlukan bantuan orang lain. Untuk meningkatkan
keterampilan atau kemampuan anak kearah yang lebih tinggi diperlukan bantuan orang
lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi darinya. Dalam konteks belajar materi yang
akan ajarkan harus sesuai dengan tingkat kemampuan yang anak miliki.
Element kedua dari teori Vygotsky yaitu Scaffolding. Scaffolding berarti merubah
tingkat dukungan. Pada saat anak belajar seorang guru, orang tua agar menyesuaikan
materi tersebut dengan kinerja anak saat ini. Saat anak belajar konsep baru, orang dewasa
(guru, orang tua) dapat terlibat langsung untuk membantu anak belajar menguasai konsep
baru tersebut.

2.4 Faktor Pendukung dan Penghambat Perkembangan Kognitif


Faktor pendukung perkembangan kognitif :
 Faktor Keturunan
Faktor keturunan akan menentukan perkembangan si Kecil secara intelektual. Artinya,
seorang anak kemungkinan akan mempunyai kemampuan berpikiran yang mirip dengan
orangtuanya, apakah normal, di bawah normal, atau di atas normal.
 Faktor Lingkungan
Selain faktor keturunan, faktor lingkungan pun turut mempengaruhi tingkat kognitif atau
intelegensi si Kecil. Ada dua faktor lingkungan yang paling meningkatkan perkembangan
kognitif si Kecil, yaitu keluarga dan sekolah.
 Faktor Keluarga
Seorang anak yang memiliki hubungan sehat dengan orangtuanya umumnya akan
memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak
memiliki hubungan tersebut. Hubungan sehat di sini maksudnya adalah si Kecil mendapatkan

7
kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orangtuanya. Hal tersebut sebagai fasilitas
pendukung perkembangan kognitif seorang anak. Sebaliknya, anak yang memiliki hubungan
kurang harmonis dengan orang tuanya, maka perkembangan kognitifnya pun tidak baik.
 Faktor Sekolah
Guru memainkan peran sebagai pengganti orangtua di sekolah. Di tempat tersebut gurulah
yang berperan dalam mengembangkan kemampuan kognitif murid-muridnya. Guru dan
sekolah yang baik akan menghasilkan murid-murid yang berkemampuan kognitif baik pula.
Faktor penghambat perkembangan kognitif :
 Kelainan kognitif dapat disebabkan oleh kondisi apapun yang merusak perkembangan
otak sebelum kelahiran, selama kelahiran, dan selama masa kanak-kanak.
 Mereka yang mengalami hambatan kognitif memiliki tanda yang menonjol pada fungsi
intelektual lebih rendah dari pada rata-rata. Hal itu dinyatakan dengan inteligensi qootient
(IQ). Estimasi penduduk sekitar 2,5 sampai 3% mengalami kognitif delay.
 Kondisi genetik : Beberapa keterlambatan kognitif telah dikaitkan dengan gen abnormal
yang diwariskan dari orang tua, kelainan ketika gen digabungkan, infeksi, paparan radiasi,
atau faktor lain yang terjadi selama kehamilan. Kesalahan metabolisme, seperti
fenilketonuria (PKU) dapat mengakibatkan keterlambatan kognitif. Lebih dari 100
kelainan kromosom berakibat kognitif delay(Walzer, 1985).
 Masalah selama Kehamilan : Seorang wanita hamil yang minum alkohol, merokok,
menggunakan obat-obatan, atau pengalaman penyakit (misalnya, rubella) selama
kehamilan dapat memiliki bayi dengan gangguan kognitif.
 Komplikasi Saat Kelahiran : Ringan, rusak sedang, atau berat ke otak yang disebabkan
oleh pasokan oksigen yang rendah (hipoksia atau anoxia) selama persalinan dapat
menyebabkan cedera permanen dan berbagai masalah neurologis.
 Kelahiran Prematur : Setiap hari, 1 di 8 bayi yang lahir di negaranegara Amerika adalah
prematur. Kelahiran prematur dapat terjadi pada setiap wanita hamil, dan penyebab sering
tidak diketahui. Kelahiran prematur memberikan kontribusi untuk beberapa cacat jangka
panjang, termasuk keterbelakangan mental, cerebral palsy, visual, masalah pendengaran,
dan penyakit paru-paru kronis.
 Lahir Berat Badan Rendah : lahir dengan berat badan rendah sering terjadi ketika anak-
anak lahir prematur. Selain itu, bayi istilah penuh dapat lahir dengan berat lahir rendah.
Berat badan lahir rendah adalah istilah yang digunakan untuk anak-anak yang lahir dengan

8
berat kurang dari 2.300 gram, atau 5 pound, 8 ons, berat lahir sangat rendah adalah istilah
yang digunakan untuk anak dengan berat badan kurang dari 1.500gram, atau 3 pon, 5 ons.
 Kondisi lingkungan : Penyakit seperti batuk, campak, ensephalitis, dan meningitis dapat
menyebabkan kerusakan otak. Hambatan kognitif juga dapat disebabkan oleh kekurangan
gizi yang ekstrim, perawatan medis yang tidak seimbang, atau tercemar racun, termasuk
timah atau merkuri.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan berfikir atau pengetahuan seseorang
dari yang tidak diketahui menjadi tahu yang diperoleh dari pengalaman maupun interaksi
dengan lingkungan. Tahapan perkembangan kognitif anak menjadi empat, diantaranya adalah
tahapan sensorimotor pada umur 0-24 bulan, yang kedua ada tahap pra-operasional pada
umur 2-7 tahun, yamg ketiga tahap operasional konkret pada umur 7-11 tahun, dan yang
terakhir ada tahap operasional formal mulai 11 tahun. Terkait dengan bagaimana anak
mengkonstruk atau membangun pengetahuannya, Piaget memiliki keyakinan bahwa anak
untuk membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak bukanlah
objek pasif dalam menerima pengetahuan, anak sangat aktif dalam membangun
pengetahuannya. Melalui interaksi anak dengan lingkungannya mereka terus memperbaiki
struktur mental yang dimilikinya sehingga tercipta struktur mental yang kompleks. Vygotsky
percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif anak. Bahasa
sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada
dilingkungan sosialnya (pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan banyak membantu anak
menyelesaikan persoalan-persoalannya yang tidak dapat ia selesaikan dengan sendiri
3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tumbuh Kembang. 2021. “Kenali Tahap Perkembangan Kemampuan Kognitif Balita”


https://www.ibudanbalita.com/artikel/perkembangan-kognitif-anak-faktor-yang-
mempengaruhinya diakses pada 25 Oktober 2021 pukul 22.04

PAUD Jateng. 2015 “Prinsip Prinsip Pelaksanaan Pengembangan Kognitif PAUD”


https://www.paud.id/prinsip-pengembangan-kognitif-paud/ diakses pada 25 Oktober 2021
pukul 20.20

Sutisna. Icam. “TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK”

11

Anda mungkin juga menyukai