Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena
dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya tugas kolektif yang berbentuk makalah dengan judul
“Perkembangan Intelektual dan Perkembangan Kreativitas Anak” ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Dan tidak lupa shalawat serta salam kita ucapkan kepada nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun sebagai bahan diskusi yang akan kami presentasikan dan
merupakan implementasi dari program belajar aktif oleh Dosen pengajar mata kuliah
“Perkembangan Belajar Peserta Didik”.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa menambah khazanah keilmuan dalam
mempelajari “Perkembangan Belajar Peserta Didik” dan memberikan manfaat bagi
pembacanya. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalahan
dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah berikutnya.

Bukittinggi, 03 Oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................4

BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
1. Pengertian Perkembangan Intelektual……………………………………..………5
2. Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual…………….……………………….……5
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelektual………………………………...…6

B. PERKEMBANGAN KREATIVITAS
1. Pengertian Kreativitas……………………………………………………………..7
2. Ciri-ciri Kreativitas………………………………………………………………..9
3. Perkembangan Kreativitas Anak………………………………………………....11
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak…………………………...13
5. Strategi Pengembangan Kreativitas………………………………………………17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua anak, khususnya anak sekolah dasar menampakkan kesenangan belajar dan
bahkan mereka ingin mempelajari banyak hal. Dorongan ingin tahu mereka yang sangat
tinggi dapat dilihat dari keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan dengan kemampuan dan
dorongan mereka untuk mengetahui sesuatu dan membuat sesuatu secara kreatif. Mereka
senang bermain boneka, pistol-pistolan dan berbagai macam alat permainan lainnya yang
mereka ciptakan melalui bahan alami seperti daun singkong untuk membuat boneka wayang,
dan dahan pisang untuk membuat pistol-pistolan. Mereka cenderung meniru dan mencoba
apa yang mereka lihat dan ketahui. Mereka memiliki minat yang luas dan cita-cita yang
banyak, walaupun mereka belum menyadari bahwa untuk mengembangkan minat dan
mencapai cita-cita mereka memerlukan pengorbanan dan kerja keras.

Mereka juga belum menyadari perlunya memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan keinginan mereka. Anak-anak sangat menyenangi
belajar, seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya anak-anak dapat dan ingin belajar, dan
lebih dari itu, mereka ingin belajar sebanyak-banyaknya dan sesegera mungkin. Oleh karena
itu, guru-guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar
kreatif sebanyak dan selekas mungkin. Caranya adalah dengan membuat situasi belajar yang
menarik dan sekreatif mungkin sehingga anak-anak dapat memiliki keinginan untuk kreatif
seperti yang dilakukan oleh gurunya.

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan
kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif.
Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas
pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Sistem
pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang
memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas,
produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

3
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai hakikat perkembangan intelektual serta perkembangan
kreativitas anak?
2. Jelaskan mengenai tahap-tahap serta factor yang mempengaruhi perkembangan
intelektual anak?
3. Jelaskan factor pendukung dan penghambat berkembangnya kreativitas anak?
4. Bagaimana strategi dalam mengembangkan kreatifitas anak?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, dapat menyimpulkan tujuan
penulisan makalah ini antara lain :

1. Agar dapat memahami mengenai hakikat dari perkembangan intelekrual dan


perkembangan kreativitas anak
2. Agar dapat memahami tentang tahap-tahap serta factor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual anak
3. Agar dapat memahami factor pendukung dan penghambat berkembangnya
kreativitas anak
4. Agar dapat memahami strategi seperti apa yang dapat mengembangkan kreativitas
anak

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK


1. Pengertian Perkembangan Intelektual

Pengertian perkembangan intelek tidak berbeda dengan pengertian perkembangan


intelegensi yang memiliki arti berkembangnya kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta
berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.

2. Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual

Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah melakukan penelitian tentang
perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif atau perkembangan mental anak.
Salah satu hasil penelitian yang terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah
ahli ilmu jiwa anak dari Swiss. Tingkat perkembangan intelektual anak oleh Piaget
dibedakan atas 4 periode, yaitunya:

a) Periode Sensori-motor (0 – 1½ tahun).

Sifat-sifat anak adalah, mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru.
Ada usaha untuk berpikir. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya merupakan
aksi refleks, merupakan eksperimen dengan lingkungannya.

b) Periode praoperasional (1½ – 7 tahun)

Sifat-sifat anak adalah, belum sanggup melakukan operasi mental, belum


dapat membedakan antara permainan dengan kenyataan, atau belum dapat mengembangkan
struktur rasional yang cukup, masa transisi antara struktur sensori motorik berpikir
operasional.

c) Periode Operasional Konkret (7 – 12 tahun).

Sifat-sifat anak, dapat berpikir konkret karena daya otak terbatas pada objek melalui
pengamatan langsung, dapat mengembangkan operasi mental seperti
menambah dan mengurang

5
d) Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas).

Sifat-sifat anak yaitu memiliki pola berpikir sistematis meliputi proses yang kompleks,
pola berpikir abstrak dengan menggunakan logika matematika, pengertian tentang konsep
waktu dan ruang telah meningkat secara signifikan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelektual

a. Faktor Pembawaan (Genetik)

Pembawaan ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Banyak teori dan hasil
penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua.

b. Faktor Gizi

Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi
atau tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

c. Faktor Kematangan

Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam
perkembangan intelektual, yaitu :

a) Periode sensori motorik (0-2 tahun)


b) Periode pra operasional (2-7 tahun)
c) Periode operasional konkrit (7-11 tahun)
d) Periode operasional formal (11-16 tahun)

Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya


makin berfungsi dengan sempurna.

d. Faktor Pembentukan

Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap
fungsi intelektual seseorang.

e. Kebebasan Psikologis

Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang


dengan baik.

6
f. Faktor Minat dan pembawaan yang khas.

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupkan dorongan bagi
perbuatan itu.

B. PERKEMBANGAN KREATIVITAS ANAK


1. Pengertian Kreativitas

Secara alamiah perkembangan anak berbeda-beda, baik dalam bakat, minat, jasmani,
kematangan emosi, kepribadian, keadaan jasmani, dan sosialnya. Selain itu, setiap anak
memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar, untuk dapat berfikir kereatif dan produktif.
(Ahmad Susanto, 2011 : 111) Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari
kata dasar kreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. (Trisno
Yuwono, 2003 : 330) Menurut Munandar yang dikutip oleh Syafaruddin dan Herdianto,
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi
atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga diartikan dengan kemampuan yang berdasarkan
data atau informasi yang menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana pendekatannya adalah pada kuantitas dan keragaman jawaban.

Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang


mencerminkan kelancaran keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berfikir, serta
kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu
gagasan. (Syafaruddin dan Herdianto, 2011 : 87) Salah satu konsep yang amat penting dalam
bidang kreativitas adalah hubungan antara kreativitas dan aktualisasi diri. Menurut psikolog
humanistik, Abraham Maslow dan Carl Rogers dikutip oleh Utami Munandar menyatakan
bahwa seseorang dikatakan mengaktualisasikan dirinya apabila seseorang menggunakan
semua bakat dan talentanya untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mengaktualisasikan,
atau mewujudkan potensinya. Menurut Maslow aktualisasi diri merupakan karakteristik yang
fundamental, suatu potensialitas yang ada pada semua manusia saat dilahirkan, akan tetapi
sering hilang, terhambat atau terpendam dalam proses pembudayaan. Jadi sumber dari
kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan
untuk berkembang dan menjadi matang. (Utami Munandar, 1999 : 19)

7
Menurut Harris seperti dikutip oleh Hamdani mengemukakan bahwa kreativitas dapat
ditinjau dari (3) hal, yaitu :

a) Krativitas adalah suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau


menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide baru dengan
mengombinasikan, mengubah, menerapkan ulang ide-ide yang sudah ada;
b) Kreativitas adalah suatu sikap, yaitu kemauan untuk menerima perubahan dan
pembaharuan, bermain dengan idedan memiliki fleksibilitas dalam pandangan;
c) Krativitas adalah suatu proses, yaitu proses bekerja keras dan terus menerus sedikit
demi sedikit untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaan yang
dilakukan. (Hamdani, 2002 : 2)

Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir tentang
sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan.(Semiawan, 1999: 89) Dari beberapa defenisi oleh para ahli,
dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru yang berbeda dari sebelumnya, baik berupa gagasan atau karya nyata dengan
menggabung-gabungkan unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Hal baru disini adalah
sesuatu yang belum diketahui olehnya, meskipun hal itu merupakan hal yang tidak asing lagi
bagi orang lain, dan bukan hanya dari yang tidak menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari
sesuatu yang sudah ada.

Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam beberapa istilah, yaitu :

a) Pribadi (person), yaitu kreativitas mengacu kepada kemampuan yang merupakan


cirri/karakteristik dari orang-orang kreatif. Maksudnya, kreativitas merupakan
ungkapan unik dari seluruh pribadi sebagai hasil interaksi individu, perasaan, sikap,
dan perilakunya;
b) Proses (process), yaitu kreativitas merupakan proses yang mencerminkan kelancaran
dalam berfikir;
c) Pendorong (press), yaitu inisiatif seseorang yang tercermin melalui kemampuannya
untuk melepaskan diri dari urutan pikiran yang biasa;
d) Produk, (product), yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. (Ahmad
Susanto, 2011 : 112-113)

8
2. Ciri-ciri Kreativitas

Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang
bagi mereka amat berarti, penting dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau
ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan mengemukakan
pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif
berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa
percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam mencapai
tujuan mereka.

Thomas Edison seperti yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa dalam
melakukan percobaan ia mengalami kegagalan lebih dari 200 kali, sebelum ia berhasil
dengan penemuan bola lampu yang bermakna bagi seluruh umat manusia. Pribadi yang
kreatif biasanya lebih teroganisasi dalam tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal
mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan maslah
yang mungkin timbul dan implikasinya. (Utami Munandar, 2004: 35) Adapun ciri-ciri
kreativitas ada (3) macam yaitu :

a) Kefasihan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open


ended) dengan beberapa alternatif jawaban yang benar;
b) Fleksibilitas, yaitu kemampuan siswa menyelesaikan masalah terbuka (open ended)
dengan beberapa cara;
c) Kebaruan, yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah terbuka (open
ended) dengan beberapa jawaban yang berbeda tetapi bernilai benar dan satu jawaban
yang tidak biasa dilakukan siswa pada tahap perkembangan mereka atau tingkat
pengetahuannya. (Hamdani, 2002 : 4)

Menurut Guilford dikutip oleh Ahmad Susanto bahwa ada lima sifat yang menjadi
ciri-ciri berfikir kreatif, yakni :

a) Kelancaran, ialah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;


b) Keluwesan, ialah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan
masalah;

9
c) Keaslian, ialah kemampuan untuk memecahkan dengan cara yang asli;
d) Penguraian, ialah kemampuan untuk menguraikan sesuatu dengan diperinci, secara
jelas, dan panjang lebar;
e) Perumusan kembali, ialah kemampuanuntuk meninjau sesuatu persoalan berdasarkan
persfektif yang berbeda dengan apa yang telah diketahui oleh banyak orang. (Ahmad
Susanto, 2011 hal : 117-118)

Menurut Williams yang dikutip oleh Utami Munandar (Utami Munandar, 1999 : 88)
ada dua ciri-ciri kreativitas, yaitu :

a) Kognitif, yaitu kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif. Ada
beberapa ciri-ciri kreativitas ditinjau dari kognitif, yaitu :
 Kemampuan berpikir secara lancar (fluency);
 Kemampuan berpikir luwes (flexibelity);
 Kemampuaan berfikir orisinilitas;
 Kemampuan menilai;
 Kemampuan memperinci/mendalam (elaboration).

b) Afektif, yaitu ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan
dengan sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afektif ini saling berhubungan dan
saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
 Rasa ingin tahu;
 bersifat imajinatif;
 Merasa tertantang oleh kemajemukan;
 Sifat berani mengambil resiko (tidak takut membuat kesalahan)
 Sifat menghargai.

Dalam kaitannya dengan kreativitas pada anak usia dini, Ihat Hatimah seperti dikutip
oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa bentuk kretivitas pada anak usia dini, yaitu :

a) Gagasan/berpikir kreatif, yang meliputi :


 Berfikir luwes;
 Berfikir orisinal;
 Berpikir terperinci;
 Berpikir menghubungkan.

10
b) Aspek sikap, yang meliputi :
 Rasa ingin tahu;
 Ketersediaan untuk menjawab;
 Keterbukaan;
 Percaya diri;
 Berani mengambil resiko.

c) Aspek karya, yang meliputi :


 Permainan;
 Karangan. (Ahmad Susanto, 2011 : 121-122)

Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai
kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan
memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan
perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang
bagi mereka amat berarti, penting dasn disukai , mereka tidak terlalu menghiraukan kritik
atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang
yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari
tradisi. Rasa percaya diri, keuletan dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa
dalam mencapai tujuan mereka.

3. Perkembangan Kreativitas Anak

Hurlock dikutip oleh Semiawan menegaskan bahwa hasil sejumlah studi kreativitas
menunjukkan bahwa perkembangan kreativitas mengikuti suatu pola yang dapat diramalkan,
ada sejumlah variasi di dalam pola ini. Demikian juga ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap variasi-variasi tersebut. (Semiawan, 1999 : 96) Diantaranya :

a) Jenis kelamin

Anak-anak lelaki menunjukkan kreativitas yang lebih tinggi daripada anak perempuan,
terutama di masa-masa perkembangan. Di sebagian masyarakat, anak lelaki mendapat
perlakuan yang berbeda dari anak perempuan. Anak lelaki mendapat kesempatan yang lebih
banyak daripada anak perempuan untuk hidup mandiri, lebih mendapat kesempatan untuk

11
menghadapi resiko, mendapatkan kesempatan dari orang tua dan guru untuk berinisiatif dan
menampilkan keasliannya.

b) Status sosio-ekonomi

Anak-anak yang berlatar belakang sosio-ekonomis lebih tinggi cenderung lebih kreatif
daripada anak-anak yang berlatar belakang rendah. Kelompok pertama diduga mendapatkan
perlakuan orangtua yang lebih demokratis, sementara kelompok keduanya lebih banyak
mendapat perlakuan otoriter. Kontrol orangtua yang demokratis dapat memelihara
kemampuan kreatif dengan memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk
mengekspresikan individualitasnya dan mengejar minat dan aktivitas menurut pilihannya
sendiri. Yang lebih penting lagi anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tinggi mendapat
kesempatan yang lebih banyak utnuk mengakses pengetahuan dan pengalaman yang
diperluakan untuk mengembangkan kreativitas, misalnya ke tempat-tempat rekreasi, tempat-
tempat penting, dan pusat-pusat informasi yang dapat mendorong anak-anak untuk
berimajinasi serta berpikir dan bertindak secara kreatif.

c) Posisi urutan kelahiran

Faktanya anak yang posisi kelahiran berbeda menunjukkan tingkat kreativitas yang
berbeda. Pernyataan ini memiliki implikasi bahwa lingkungan memiliki kedudukan yang
lebih penting dari pada keturunan. Anak tengah dan anak bungsu memungkinkan lebih kreatif
daripada anak sulung. Anak sulung cenderung mendapat tekanan yang lebih besar untuk
memenuhi harapan orang tua daripada anak berikutnya.

d) Ukuran besar anggota keluarga

Anak-anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari keluarga
besar. Hal ini disebabkan oleh pengasuhan dalam keluarga besar menuntut sikap yang lebih
otoriter guna bisa mengendalikan anak yang banyak itu. Perlakuan yang otoriter cenderung
menghambat perkembangan kreativitas. Sebaliknya anak dari keluarga kecil cenderung
mendapat lebih banyak perlakuan yang demokratis. Sikap tersebut memungkinkan bisa
mendukung terciptanya suasana dan sikap yang mendukung untuk pengembangan kreativitas.

e) lingkungan kota versus desa

Anak-anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak-anak dari
lingkungan desa, karena yang pertama lebih banyak mendapatkan lingkungan yang lebih

12
memberikan stimulasi dalam pengembangan kreativitas. Di kota-kota lebih banyak tempat-
tempat, objek-objek, benda-beda, dan tantangan-tantangan yang mengundang setiap anak
untuk mengembangkan kemampuan kreatif.

f) Intelegensi

Untuk anak yang seusia, anak-anak yang cerdas menunjukan kemampuan kreatif yang
lebih dari pada anak-anak yang kurang cerdas. Yang pertama cenderung memiliki ide-ide
yang lebih baru ingin mengatasi situasi konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
alternatif pemecahan terhadap konflik-konflik itu, juga beralasan bahwa anak-anak yang
cerdas pada akhirnya pantas dipilih sebagai pemimpin daripada anak-anak seusianya.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas Anak

Kreativitas merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan.


Dalam mengembangkan kreativitas ini terdapat faktor-faktor yang mendudukung dalam
menumbuhkan kembangkan kreativitas juga ada faktor-faktor yang menghambat kreativitas
seorang anak.

1) Faktor Pendukung Kreativitas Anak

Pada mulanya kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki
individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, dikemukakan bahwa kreativitas tidak
dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Menurut
Hurlock dikutip oleh Ahmad Susanto mengemukakan beberapa faktor yang dapat mendorong
dan meningkatkan kretivitas. Antara lain :

 Waktu, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa, sehingga hanya
sedikit waktu yang bisa mereka gunakan untuk membuat suatu gagasan atau
konsep;
 Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok
sosial, anak dapat menjadi kreatif;
 Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak, maksudnya untuk menjadi
anak yang kreatif mereka harus bebas dari ejekan dan kritikan yang sering kali
dilontarkan pada anak yang tidak kreatif;

13
 Sarana, sarana bermain atau sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang
dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari
semua kreativitas;
 Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang
kreativitas anak;
 Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif, artinya orang tua yang tidak
terlalu posesif akan mendorong kemandirian anak;
 Cara mendidik anak, mendidik anak secara demokratis baik dirumah dan
disekolah akan meningkatkan kreativitas anak;
 Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam
kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang dikuasai, maka semakin baik
kreativitas anak. (Ahmad Susanto, 2012 : 124)

Utami Munanadar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mendukung kreativitas


adalah :

 Usia;
 Tingkat pendidikan orang tua;
 Tersedianya fasilitas;
 Penggunaan waktu luang

Selain itu faktor yang mendukung kreativitas menurut Seto, seorang ahli pendidikan
anak mengatakan bahwa upaya mengembangkan kreativitas anak dapat dilakukan dengan
menggunakan strategi 4P, yakni dengan melihat kreativitas sebagai produk, pribadi, proses,
dan pendorong.(Utami Munandar, 1999 : 19)

Selain itu, ada (4) faktor pendukung pengembangan kreativitas anak, yaitu :

 Rangsangan mental, dengan memberikan motivasi, penguatan, dan


menerima kekurangan dan kelebihan anak, anak merasa percaya diri untuk
mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan;
 Iklim dan kondisi lingkungan, lingkungan yang kondusif akan mengembangkan
kreatifitas anak, seperti pencahayaan yang cukup, warna-warna yang cerah,
terdapat hiasan-hiasan dinding, musik, aroma;

14
 Peran guru, guru menjadi orang tua kedua bagi anak, sudah selayaknya guru
memberikan yang terbaik pada anak. Seperti guru melakukan inovasi-inovasi
untuk mengembangkan kreativitas anak;
 Peran orang tua, orang tua memiliki peranan yang penting terhadap
pengembangan kreativitas anak. Dengan menghargai setiap hasil karya anak, anak
menjadi berani dan percaya diri untuk belajar terhadap lingkungannya.(Pristina
Kusuma, 12-11-2012)

2) Faktor Penghambat Kreativitas Anak

Menurut Renzulli dalam Ahmad Susanto mengemukakan tiga ciri pokok yang saling
terkait serta merupakan kriteria atau persyaratan anak yang berbakat. Yaitu, kemampuan
umum, kreativita, dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivasi instrinsik. (Ahmad
Susanto, 2011 : 125) Dalam mengembangkan kreativitas, seorang dapat mengalami berbagai
hambatan, kendala atau rintangan yang dapat merusak dan bahkan dapat mematikan
kreativitasnya. Masalahnya ialah bahwa dalam upaya membantu anak merealisasikan
potensinya, sering kita menggunakan cara paksaan agar mereka belajar. Penggunaan paksaan
atau kekerasan tidak saja berarti bahwa kita mengancam dengan hukuman atau memaksakan
aturan-aturan, tetapi juga bila kita memberikan hadiah atau pujian secara berlebih. Ada empat
hal yang mematikan kreativitas, yaitu:

a) Evaluasi

Rogers dikutip oleh Utami Munandar menekankan salah satu syarat untuk
memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi,
atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi.
Bahkan menduga akan dievaluasi pun dapat mengurangi kreativitas anak.(Utami
Munandar, 2004 : 223) Selain itu kritik atau penilaian sepositif apapun meskipun
berupa pujian dapat membuat anak kurang kreatif, jika pujian itu memusatkan
perhatian pada harapan akan dinilai.

b) Hadiah

Kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau


meningkatkan perilaku tersebut. Ternyata tidak demikian. Pemberian hadiah dapat
merusak motivasi intrinsik dan mematikan kreativitas.

15
c) Persaingan (Kompetisi)

Kompetisi lebih kompleks daripada pemberian evaluasi atau hadiah secara


tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila
siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain da
bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-
hari dan sayangnya dapat mematikan kreativitas.

d) Lingkungan yang Membatasi

Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Sebagai anak
ia mempunyai pengalaman mengikuti sekolah yang sangat menekankan pada disiplin
dan hafalan semata-mata. Ia selalu diberitahu apa yang harus dipelajari, bagaimana
mempelajarinya, dan pada ujian harus dapat mengulanginya dengan tepat,
pengalaman yang baginya amat menyakitkan dan menghilangkan minatnya terhadap
ilmu, meskipun hanya utnuk sementara. Padahal, sewaktu baru berumur lima tahun ia
amat tertarik untuk belajar ketika ayahnya menunjukkan kompas kepadanya. Contoh
ini menunjukkan bahwa jika berpikir dan belajar dipaksakan dalam lingkungan yang
amat membatasi, minat dan motivasi intrinsik dapat dirusak. (Utami Munandar, 2004 :
223-224)

Cropley dalam Ahmad Susanto mnegemukakan beberapa krakteristik guru yang


cenderung menghambat keterampilan berpikir kreatif anak, anatara lain :

 Penekanan bahwa guru selalu benar;


 Penekanan berlebihan pada hafalan;
 Penekanan pada belajar secara mekanis;
 Penekanan pada evaluasi eksternal; ppenekanan secara ketat untuk menyelesaikan
pekerjaan. (Ahmad Susanto, 2011 : 126)

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita dapati perlakuan dan tindakan anak dengan
berbagai polah dan tingkah laku. Sehingga ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek
kurang berkenan bagi orang tua. Misalnya orang tua melarang anak merobek-robek kertas
karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak saat anak main pasir karena takut anak terkena
kuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka
mencoret-coret, beraktivitas gerak, berceloteh, melakukan eksperimen, dan sebagainya.

16
Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak
faktor yang menghambat kreativitas seorang anak. (Hudiani Jannah, 12,11,2012)

5. Strategi Pengembangan Kreativitas

Pada dasarnya setiap anak memiliki kecenderungan berbakat dalam kreativitas dan
memiliki kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing anak
dalam bidang dan kadar potensi yang dimilikinya. Seperti yang diungkapkan oleh Treffinger
dalam Ahmad Suanto bahwa tidak ada anak yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.
(Ahmad Susanto, 2011 : 128)

1) Peran Guru Dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan
sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa
yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami
karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali
mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan
khusus dari guru.

Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya
merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam
peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan
cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya
perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik
secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-
sifat dan kemampuan anak didik.

Menurut barbed and Renzulli dikutip oleh Utami Munandar, ada beberapa peran guru
dalam mengembangkan kreativitas anak. (Utami Munandar, 1999: 62) Diantaranya sebagai
berikut :

Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya
dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru
melakukannya. Mustahil mengharapkan seseorang dapat memahami kebutuhan, perasaan,
dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal diri sendiri. Kedua di samping memahami diri

17
sendiri, guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru yang
akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman mengenai
keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan, bagaimana cirri-ciri anak
berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi.
Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari
bahwa anak-anak ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar
jangkauan kurikulum biasa. Ketiga setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya
mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari
kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi
sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instructor (pengajar) yang menentukan semuanya.

2) Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas Anak

Sehibungan dengan pengembangan kreativitas, ada empat aspek yang dapat diperhatikan,
yaitu pribadi, pendorong, produk, dan proses. Dimana keempat aspek ini lebih dikenal
dengan istilah 4P. (Ahmad Susanto, 2011 : 128) Dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pribadi, kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan


lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-
produk yang inovatif.
b) Pendorong, untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan
dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan,
pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri
(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang
dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan
yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif
anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi
dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya.
c) Proses, untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk
bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan
dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi
kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif
d) Produk, kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang
bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya
mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan)

18
kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk
kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan
mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah
minat anak untuk berkreasi.

3) Metode Bermain

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini
memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain
aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna
memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan,
drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk
mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.

Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya
kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di
evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan
untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan
upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya
baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan
sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain. Kreativitas
memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang
memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting
artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas
dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas.

Layanan pendidikan kepada anak-anak usia dini merupakan dasar yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya hingga dewasa. Tahun-tahun awal
kehidupan anak merupakan dasar yang cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dan
perilaku anak sepanjang hidupnya. Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki
anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif dan
ditinjau dari segi pendidikan, bakat kreatif dapat dikembangkan dan karena itu perlu dipupuk
sejak dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang,
bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan.

19
Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu
melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan
potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Proses pembelajaran pada
hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai
interaksi dan pengalaman belajar. Dalam proses pembelajaran di kelompok bermain,
kreativitas anak dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab
bermain merupakan sifat alami anak. (Pristina Kusuma, 12-11-2012)

Diungkapkan oleh Utami Munandar bahwa penelitian menunjukkan hubungan yang erat
antara sikap bermain dan kreativitas. (Utami Munandar, 2004 : 94) Akan tetapi bermain tanpa
bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa
anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan
bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan
mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Seperti yang kita ketahui, anak-anak yang kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki
minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja
kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani
mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada anak-anak pada umumnya. Siswa
berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari
berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau
kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.

Perkembangan kreativitas pada usia 5-6 tahun ketika anak-anak siap memasuki
sekolah, mereka belajar bahwa meraka harus menerima otoritas dan konformis dengan aturan
dan tata tertib yang dibuat orang dewasa. Usia 8 sampai 10 tahun ketika keinginan anak untuk
diterima sebagai anggota gang mencapai puncaknya.

B. Kritik dan Saran

Berdasarkan kenyataan dilapangan, kita dapat menemukan beberapa pengajar yang


masih kurang memperhatikan pengembangan kreativitas anak didiknya, maka dari itu kita
sebagai calon-calon pendidik masa depan harus mempersiapkan sejak dini rencana-rencana
pengajaran yang merujuk pada pengembangan kreativitas anak-anak didik dengan berbagai
teori dan peran-perannya yang telah penulis ungkapkan pada makalah ini demi kemajuan
kreativitas anak-anak bangsa dimasa yang akan datang.

Di dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan-masukan yang berupa kritik maupun saran
yang bersifat membangun guna membuat penulisan ini menjadi lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, Ahmad, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2011.

Syafaruddin & Herdianto, Pendidikan Pra Skolah, Medan : Perdana Publishing, 2011.

Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah , Jakarta :


Gramedia Pustaka, 1999.

Semiawan, Conny R, Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.

Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,Jakarta : Asdi Mahasatya, 2004

Yuwono, Trisno, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola, 2003

Hamdani, Asep Saepul, Pengembangan Kreativitas, Jakarta : Pustaka As-Syifa, 2002.

Lia Hudiani Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas anak, dikutip
dari http://pkaud.blogspot.com/ di akses pada tanggal 12-11-2012

Yeyen Pristina Kusuma Perdana, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini, dikuti
darihttp://yeyenpristina.blogspot.com/2012/04/pengembangan-kreativitas-anak-usia-
dini.html Pada tanggal 12,11,2012

22

Anda mungkin juga menyukai