Anda di halaman 1dari 89

Sharee be Happy by ambran San

asalamualaikum wr. wb SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA YANG SEDERHANA INI


semoga bermanfaat untuk kita semua (tuntulah ilmu mulai dari buaian sampai ke liang lahat)
belajar laksana petualang yang tak pernah berhenti
Jumat, 11 Juni 2010
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA I SEKOLAH MENENGAH
ATAS NEGERI 1 INDRALAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

A. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamanya sendiri. Dalam proses belajar ini berhasil
atau tidaknya pelaksanaan proses tersebut sangat di pengaruhi oleh banyak hal. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar salah satunya adalah motivasi belajar.
Menurut Surya (1996: 62) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu upaya
untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran motivasi sangat
diperlukan. Hasil belajar siswa akan menjadi optimal bila ada motivasi.
Sedangkan menurut pendapat Hawley dalam (Yusuf, 1993:14) menyatakan bahwa
siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya

lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang motivasinya rendah. Pada pelaksanaan proses pembelajaran salah satu komponen
yang menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan proses pembelajaran adalah guru. Guru
merupakan motivator dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
siswa. Guru memiliki peran untuk merangsang dan memberikan dorongan yang positif
serta penguatan

kepada siswa, menumbuhkan aktivitas dan kreativitas sehingga siswa

akan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran.


Guru sebagai motivator belajar bagi para siswanya, harus mampu untuk membangkitkan
dorongan siswa untuk belajar, menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat
dilakukan pada akhir pelajaran, memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai kemudian hari
dan membuat regulasi (aturan) perilaku siswa. Jadi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran

sangatlah dipengaruhi oleh peran seorang guru. Hal ini menunjukan bahwa kegagalan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dimungkinkan karena guru tidak berhasil dalam
memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan siswa untuk belajar
(Sardiman, 2007:75).
Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah ditandai oleh bentuk tingkahlaku sebagai
berikut : (1) kelesuan dan ketidakberdayaan; (2) penghindaran atau pelarian diri; (3)
pertentangan; dan (4) kompensasi (Syaodih, 1980 :59). Fenomena yang terjadi di lapangan
sehubungan dengan motivasi belajar menunjukkan perilaku sebagai berikut : (1) membolos,
datang terlambat , tidak mengerjakan PR, dan tidak teratur dalam belajar; (2) menunjukkan sikap
yang kurang wajar, seperti menentang, acuh tak acuh, berpura-pura ; (3) lambat dalam
melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar; dan (4) menunjukan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti pemurung, pemarah, mudah tersinggung, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu. Menurut Natawidjaja (1988 :22) keempat gejala yang ditunjukkan
tersebut mengisyaratkan adanya kesulitan belajar pada diri siswa. Kesulitan belajar tersebut di
duga berkaitan erat dengan motivasi belajar yang dimilikinya.
Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat
mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan kelompok
merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada
siswa dalam mengembangkan, meningkatkan motivasi belajar siswa. Bimbingan kelompok
merupakan lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan

bagi anggotanya untuk

menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan
alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat , dapat berlatih tentang
perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukannya sendiri. Suasana ini dapat
menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah motivasi
belajar siswa.
Bimbingan kelompok tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan
konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang masih memerlukan pengembangan perilaku
dimaksud, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat sehingga diharapkan secara
optimal siswa mengalami perubahan dan mencapai peningkatan yang positif setelah mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok.

Berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti melalui

wawancara dengan guru

pembimbing di SMA N 1 Indralaya ternyata masih terdapat siswa yang memiliki motivasi
belajar yang rendah hal ini dapat di lihat dari prestasi hasil belajarnya di kelas dengan nilai yang
rendah pada setiap mata pelajaran, masih ada siswa-siswi yang tidak bersemangat dalam belajar,
datang terlambat, membolos sekolah, tidak membuat PR. Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA N 1 Indralaya ini belum berjalan secara optimal sehingga belum dapat
menerapkan beberapa layanan seperti halnya layanan bimbingan kelompok. Hal ini diakibatkan
karena tidak adanya 1 jam mata pelajaran bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Untuk
itu peneliti merasa perlu mengadakan bimbingan kelompok di sekolah yang akan di adakan di
luar jam pelajaran sehingga tidak menganggu aktivitas belajar siswa pada proses belajar
mengajar.
Upaya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan
layanan bimbingan kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini akan membahas topik
tugas yang akan di sajikan oleh peneliti dimana anggota kelompok nantinya memilih topik mana
yang akan di bahas untuk masing-masing pertemuan. Pada saat berlangsungnya proses
bimbingan kelompok masing-masing anggota kelompok di dalamnya saling mengemukakan
pendapat, memberikan saran maupun ide-ide, menanggapi, saling berkomunikasi, menciptakan
dinamika kelompok untuk mengembangkan diri yaitu berlatih mengkomunikasikan pendapatpendapat yang ada pada tiap-tiap anggota dalam membahas suatu topik.
Layanan bimbingan kelompok tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan
bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki motivasi belajar
yang masih rendah. Berdasarkan latar belakang uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi
belajar siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 1 Indralaya Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.2

Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh layanan

bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA I


Indralaya Tahun Pelajaran 2009/2010 ?.

1.3 Tujuan Penelitian

SMA Negeri 1

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah ada pengaruh layanan
bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA I

SMA Negeri 1

Indralaya Tahun Pelajaran 2009/2010 ?.

1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa

Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok ini diharapkan siswa


dapat meningkatkan motivasi belajarnya guna memperoleh hasil belajar
yang lebih baik dan mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan.
2. Bagi Guru Pembimbing
Sebagai informasi tentang penggunaan aplikasi layanan bimbingan dan
konseling untuk mengatasi permasalahan siswa melalui bimbingan
kelompok guna peningkatan hasil belajar.

3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk dapat melaksanakan
kegiatan layanan bimbingan kelompok dalam membantu meningkatkan
motivasi belajar siswa.

1.5

Hipotesis
Ada ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas

XI IPA I SMA Negeri 1 Indralaya Tahun Pelajaran


2009/2010.

2.1. Bimbingan Kelompok


2.1.1 Pengertian Bimbingan kelompok
Prayitno (1995: 178), mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan
pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu
semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Sementara Romlah (2001: 3), mengatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan
salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai
perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang
dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk
mencagah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Sedangkan menurut (Sukardi, 2003: 48), Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan
untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
(terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu
maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Wibowo (2005: 17) menyatakan, bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok
dimana pimpinan kelompok menyediakan informasi- informasi dan mengarahkan diskusi agar
anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan bersama.

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat,
memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan
informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan
yang optimal.
Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok ini maka siswa dilatih untuk berbicara
dihadapan teman-temannya dalam mengemukakan pendapatnya, siswa belajar untuk
menghargai pendapat, siswa belajar memecahkan masalah dari topik yang dibahas. Dengan
demikian siswa akan termotivasi untuk belajar dan mempertinggi prestasi.

2.1.2 Tujuan Bimbingan Kelompok


Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang di kemukakan oleh beberapa ahli,
adalah sebagai berikut :
Menurut Amti (1992: 108) bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa yang
mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga mengembangkan pribadi
masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu,
baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.
Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
1. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan
teman- temannya.
2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok
3. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman
dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada
umumnya.
4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan orang lain.
6. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.

7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam


hubungannya dengan orang lain.
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh
(Prayitno, 1995: 178) adalah:
a. Mampu berbicara di depan orang banyak.
b. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan
lain sebagainya kepada orang banyak.
c. Belajar menghargai pendapat orang lain.
d. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
e. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan
yang bersifat negatif).
f. Dapat bertenggang rasa.
g. Menjadi akrab satu sama lainnya.
h. Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi
kepentingan bersama.

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersamasama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003: 48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih
berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku
yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat termotivasi
untuk mengembangkan potensi diri sehingga diharapkan siswa pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.

2.1.3 Komponen Layanan Bimbingan Kelompok


Di dalam layanan bimbingan kelompok yang berperan di dalam layanan ini adalah
suasana kelompok, pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
a. Suasana Kelompok

Di dalam suatu kelompok, kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis,
bergerak dan aktif berfungsi dalam memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai tujuan. Dalam
bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok dapat
mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Dinamika kelompok
tersebut hanya akan dapat terwujud jika kelompok tersebut benar-benar hidup, mengarah pada
tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok
serta semangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok.
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan suasana kelompok menjadi lebih
baik (Prayitno, 1995:27), yaitu :
a.

Hubungan yang dinamis antar anggota kelompok.

b.

Tujuan bersama.

c.

Hubungan langsung antara besarnya kelompok dengan sifat kehidupan kelompok.

d.

Itikad dan sikap para anggota kelompok.

e.

Kemandirian.
b.

Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan

praktik konseling professional (Prayitno, 2004:4). Pemimpin kelompok sangatlah berperan


penting di dalam jalannya suatu kelompok tersebut. Pemimpin kelompok haruslah memiliki
keterampilan di dalam memimpin kelompok khususnya bimbingan kelompok sehingga dapat
menghidupkan dinamika kelompok dan tujuan dari bimbingan kelompok tersebut dapat tercapai.
Seorang pemimpin kelompok di dalam layanan bimbingan kelompok berperan sebagai
(Prayitno, 1995:35 - 36) :
a.

Pemberi bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.

b.

Memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok, baik itu
perasaan anggota-anggota tertentu maupun perasaan keseluruhan kelompok.

c.

Memberikan arahan kepada angggota kelompok, jika kelompok tersebut tampaknya kurang
menjurus kepada arah yang ingin dituju.

d.

Mengatur jalannya kegiatan kelompok.

e.

Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di
dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

c.

Anggota Kelompok
Merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu kelompok dan sangatlah menentukan.

Tanpa adanya anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok
itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan
terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu,
dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan
pimpinan kelompok sama sekali.
Pemilihan anggota kelompok sangatlah penting, agar dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok dapat berjalan lancar. Anggota kelompok sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Jika anggota kelompok tidak bisa
membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan dalam kegiatan
kelompok, terbuka, membantu anggota kelompok lain, maka akan sangat sulit dalam
menciptakan suasana kelompok yang baik.
Di dalam bimbingan kelompok, anggota kelompok hendaknya memainkan perannya
sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Prayitno (1995:32) anggota kelompok berperan sebagai
:
a.

Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.

b.

Mencurahkan segenap perasaan dan melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.

c.

Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.

d.

Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.

e.

Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.

f.

Berusaha membantu orang lain.

g.

Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya.

h.

Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, didalam suatu layanan bimbingan kelompok terdapat tiga
komponen yang sangat mempengaruhi di dalam berhasil atau tidaknya suatu proses bimbingan
kelompok dan akan saling menunjang satu sama lain. Ketiga komponen tersebut adalah suasana
kelompok, pemimpin kelompok dan anggota kelompok.

2.1.4 Asas-asas Bimbingan kelompok


Di dalam bimbingan kelompok terdapat kaidah-kaidah (asas-asas) yang harus
diperhatikan, seperti :
1.

Asas kesukarelaan, yakni semua anggota kelompok diminta secara sukarela dan tanpa raguragu atau merasa terpaksa di dalam menyampaikan masalah yang dihadapinya.

2.

Asas kerahasiaan, yakni segala sesuatu yang dibicarakan di dalam kegiatan bimbingan
kelompok tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terutama hal-hal atau informasi yang tidak
layak diketahui oleh orang lain

3.

Asas keterbukaan, yakni semua anggota kelompok bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat,
ide, saran dan apa saja yang dirasakan atau yang dipikirkannya.

4.

Asas kenormatifan, yakni semua yang dibicarkan dan dilakukan dalam kegiatan kelompok
tidak boleh bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku. Selama kegiatan
berlangsung setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling menghormati dan menghargai.

Apabila asas-asas tersebut diikuti dan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sangat dapat
diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Akan tetapi
jika asas-asas tersebut diabaikan atau bahkan dilanggar maka sangat dikhawatirkan kegiatan
konseling tidak akan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, bahkan juga
dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam bimbingan kelompok tersebut. Jadi, di
dalam bimbingan kelompok terdapat beberapa asas-asas yang mengikat dalam jalannya suatu
layanan bimbingan kelompok seperti asas kesukarelaan, asas kerahasiaan, asas keterbukaan dan
asas kenormatifan. Asas-asas tersebut sangatlah berperan di dalam proses jalannya bimbingan
kelompok, sehingga tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai.

2.1.5. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok


Bimbingan kelompok terdiri dari empat tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap
peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran (Prayitno, 1995:40-60).
a. Tahap pembentukan
1.

Ucapan selamat datang.

2.

Doa bersama.

3.

Pengertian bimbingan kelompok.

4.

Tujuan bimbingan kelompok.

5.

Cara pelaksanaan.

6.

Azas bimbingan kelompok.

7.

Perkenalan dilanjutkan dengan permainan.

b.

Tahap peralihan
1.

Menjelaskan kegiatan yang akan dijalani.

2.

Menanyakan apakah anggota sudah siap.

3.

Menjelaskan suasana yang terjadi dalam kelompok.

4.

Bila perlu kembali ke aspek sebelumnya.

c.

Tahap kegiatan
1.

Pemimpin kelompok mengemukakan topik bahasan.

2.

Tanya jawab hal yang belum dipahami.

3.

Anggota membahas topik sampai tuntas.

4.

Setiap anggota mengemukakan apa yang akan dilakukan setelah membahas topik tersebut
(peneguhan hasrat) dan / komitmen.

d.

Tahap pengakhiran
1.

Pemimpin mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri.

2.

Pemimpin dan anggota mengemukakan kesan dan hasil kegiatan.

3.

Merencanakan kegiatan lanjutan.

4.

Pesan dan harapan.

5.

Doa penutup.

Tahapan-Tahapan di Dalam Bimbingan Kelompok

lajar
2.2.1 Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat
penting. Guru pembimbing atau konselor sekolah harus dapat memahami dengan baik tentang
proses belajar, agar konselor sekolah dapat memberikan Konseling dan menyediakan lingkungan
belajar yang tepat dan serasi dengan apa yang dibutuhkan siswa di sekolah.
Belajar merupakan usaha untuk merubah tingkah laku seseorang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sardiman A.M (2003 : 20): Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan,

dengan

serangkaian

kegiatan

misalnya

dengan

membaca,

mengamati,

mendengarkan, atau meniru. Artinya bahwa belajar itu dapat menghasilkan perubahan tingkah
laku yang diinginkan melalui kegiatan yang dilakukan seperti membaca, mengamati,
mendengarkan atau meniru apa yang dipelajari.
Melalui belajar kita dapat mengalami suatu perubahan kearah yang lebih baik yang dapat
dilihat dari pribadi manusia itu sendiri yang ditampakkan dalam bentuk perubahan peningkatan
kualitas tingkah laku yang dimiliki. Belajar memberikan peningkatan akan kecakapan,
pengetahuan sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.
Menurut Oemar Hamalik (1983 : 21):
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara bertingkah laku yang baru berkat penglaman dan latihan.
Dalam hal ini bentuk pertumbuhan atau perubahan yang dimaksud adalah bertambahnya
ilmu pengetahuan dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Dari
kedua pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya berupa peningkatan kualitas perubahan tingkah laku pada dirinya dari
keadaan sebelum ia belajar dan penguasaan materi ilmu pengetahuan.

2.2.2 Tujuan Belajar


Dalam usaha pencapaian tujuan belajar, perlu diciptakan sistem lingkungan atau
kondisi belajar yang lebih kondusif dan mendukung terlaksananya proses kegiatan mengajar
denagn baik. Dalam hal ini Sardiman A.M. (2003 : 26) berpendapat bahwa tujuan belajar terdiri
dari 3 jenis yaitu:
1.

Untuk mendapatkan pengetahuan

Seseorang belajar ingin mendapatkan sesuatu hal yang baru, dalam hal ini berupa pengetahuan
dan wawasan yang dapat berguna dalam mengembangkan pola pikir dan kepribadian dalam
menghadipi segala hal.
2.

Penanaman konsep dan keterampilan


Melalui belajar kita dapat memilki konsep dan keterampilan yang dimiliki. Kita dapat
mengembangkan apa yang kita miliki baik itu potensi diri dan keterampilan-keterampilan yang
diperoleh dari hasil belajar.

3.

Pembentukan sikap
Sikap yang baik dalam menyikapi segala hal dapat diperoleh dari hasil belajar, karena belajar
merupakan suatu usaha untuk mengubah suatu tindakan atau perilaku yang diinginkan melalui
pengalaman dan latihan.

Siswa yang memiliki ketiga tujuan belajar tersebut diatas akan lebih mudah dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas, karena ketiga tujuan belajar yang terlah uraikan
diatas dapat diketahui motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar sudah terbentuk. Tujuan
belajar itu terbentuk karena adanya kebutuhan dan motivasi dari siswa. Dengan demikian belajar
itu berorientasi kepada tujuan siswa dalam belajar.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, banyak
faktor yang mempengaruhinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibagi
menjai dua faktor yaitu:
1.

Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal

ini terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis yaitu kondisi jasmani yang
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor
psikologis yaitu faktor rohaniah seperti tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi
siswa.
2.

Faktor Eksternal
Faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor sosial seperti
lingkungan sekolah yang mempengaruhi semangat belajar siswa, kondisi dan keadaan
lingkungan masyarakat dan teman-teman di tempat tinggal siswa, dan yang paling

mempengaruhi adalah lingkungan dari keluarga atau orang tua siswa itu sendiri dilihat dari sifatsifat orang tua dan pengelolaan terhadap keluarga. Faktor lingkungan nonsosial yaitu gedung
sekolah, jarak rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang
digunakan saat siswa belajar. Faktor lingkungan sosial maupun faktor lingkungan nonsosial
sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
rumah. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan
belajar siswa.

2.2.4 Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk
berbuat sesuatu. Sesuai dengan pendapat Gleitman dan Reber (1986 : 136): Motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Seseorang akan memiliki
dorongan yang timbul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang diinginkan agar
tercapai.
Dalam dunia pendidikan, motivasi belajar yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri. Kerena lebih murni dan akan tahan lama serta tidak
bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan untuk mencapai prestasi dan
dorongan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberikan
pengaruh yang kuat dan relative lebih lama dibandingkan dengan dorongan keharusan dari orang
tua dan guru.

2.2.5 Pengertian Motivasi Belajar


Siswa yang memiliki tujuan dalam belajar akan memiliki kesadaran dari dalam dirinya
sendiri untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan harapan tujuan belajar yang
diinginkan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka harus ada dorongan
dari dalam diri individuitu sendiri. Menurut pendapat Sardiman A.M (2003 : 27) Motivasi
adalah daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sebagai tujuan yang
dikehendaki segera tercapai.
Apabila siswa memilki motivasi belajar yang tinggi, maka kemampuan dalam belajarnya
akan semakin tinggi seperti yang dikemukakan oleh Thursan dalam Hakim (2005 : 26):

Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hamzah (2007:1) menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh
karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai
dengan motivasi yang mendasarinya. Sutadipura (2005:114) menyatakan bahwa motivasi
merupakan suatu proses, yaitu :
1.

Membimbing anak-anak didik ke arah pengalaman-pengalaman, yang kegiatan belajar itu


dapat berlangsung.

2.

Memberikan kepada anak-anak didik, kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya
kewaspadaan yang memadai.

3.

Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.

Winkel (1987:73) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya


penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.
Prayitno (1989:8) berpendapat bahwa:
Motivasi belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar,
tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa motivasi belajar
adalah suatu usaha yang timbul dari dalam diri siswa agar tumbuh dorongan untuk belajar dan
tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai.

2.2.6 Macam-Macam Motivasi Belajar


Motivasi belajar yang ada pada setiap siswa dalam melakukan suatu kegiatan berbeda
satu dengan yang lainnya. Selain itu, dalam melakukan suatu kegiatan, seorang siswa dapat
mempunyai motivasi lebih dari satu macam motivasi dalam belajarnya. Karena itu motivasi
terdiri dari berbagai macam.
Menurut Sardiman A.M (2003 : 86) macam-macam motivasi belajar adalah:

1.

Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.

2.

Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan
dari luar.

Macam-macam motivasi yang telah disebutkan diatas semua pada akhirnya adalah untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan untuk memenuhi kebutuhan dengan adanya dorongan baik
dari dalam maupun dari luar. Motivasi sangatlah diperlukan, karena dengan adanya motivasi
siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam kegiatan belajar, yang terutama adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
inidividu itu sendiri.

2.2.7 Fungsi Motivasi Dalam Belajar


Motivasi dalam belajar mempunyai peranan yang sangat besar pengaruhnya untuk
mendorong kegiatan belajar siswa khususnya yang memilki perilaku-perilaku maladaptive dan
menyimpang sehingga perilaku tersebut mengganggu proses belajar siswa. Menurut Sadiman
A.M. (2003 : 85) fungsi dari motivasi adalah:
1.

Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motorik

yang melepaskan

energi.
2.

Menentukan arah perbuatan kearah yang hendak dicapai.

3.

Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang


harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dalam hal ini fungsi motivasi menandakan perubahan kearah yang lebih baik yang timbul
dari dalam dan luar dari seseorang khususnya dalam hal belajar bagi siswa. Sesuai dengan
pendapat diatas maka diharapkan anak didik memiliki motivasi yang tinggi, sebab dengan
motivasi yang tinggi akan sangat membantu siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Diharapkan juga kepada guru mata pelajaran dan guru pembimbing memberikan
perhatian yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dengan menggunakan indikator-indikator

yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makmun (2000 : 40), yaitu meliputi hal-hal yang perlu
diukur :
1.

Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya)

2.

Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu

3.

Persistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan belajar

4.

Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan

5.

Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya)
untuk mencapai tujuan

6.

Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

7.

Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak,
memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

8.

Arah, sikapnya terhadap sasaran kegiatan


Motivasi belajar siswa adalah salah satu faktor untuk meningkatkan belajar siswa di
sekolah, maka dalam hal ini Sardiman A.M, (2003 : 83) mengemukakan beberapa indikator yang
ada dalam motivasi belajar siswa, yaitu :

1.

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai).

2.

Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3.

Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4.

Lebih senang bekerja mandiri.

5.

Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

6.

Dapat mempertahankan pendapatnya.

7.

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

8.

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Motivasi dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal yang dapat
diukur dalam motivasi. Dengan demikian siswa memiliki kesadaran untuk memiliki motivasi
dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.2.8 Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Peranan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting dan memiliki pengaruh
amat besar terhadap apa yang akan diperoleh siswa dalam hal ini lebih ditekankan pada tingkat
prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Sardiman A.M. (2003 : 78-80) motivasi sangat berperan dalam belajar karena
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1.

Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa. Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.

2.

Pembelajaran yang termotivasi pada hekekatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, dorongan motif, minat yang ada pada diri siswa.

3.

Pembelajaran yang termotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar siswa.

4.

Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas yang mengakibatkan timbulnya
perilaku maladatif dari diri siswa.

5.

Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan
pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang
efektif.
Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam motivasi akan lebih mudah
menimbulkan kesadaran bagi siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Sehingga siswa
secara sadar dapat mengikuti kegiatan belajar tanpa adanya paksanaan dari pihak lain.

2.2.9

Bimbingan Kelompok dengan Motivasi Belajar


Dengan adanya pelaksanaan bimbingan kelompok peneliti akan memanfaatkan suasana

kelompok dengan komunikasi yang multiarah di antara anggota kelompok, sehingga akan
didapatkan informasi dan pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi anggota kelompok
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang akan dibuat dalam penelitian
ini, akan didapatkan pemecahan masalahnya melalui bimbingan kelompok. Pemecahan masalah
ini sendiri berasal dari hasil pembahasan anggota kelompok tersebut.

C. Metodologi Penelitian
3.1. Jenis penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen. Eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor yang lain yang bisa mengganggu (Arikunto, 2003:3).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pre-eksperimental design (pre test-post test
design) karena di dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol / kelompok
pembanding.

01

02

Keterangan :
01

: Pre-test (Pengukuran /Observasi pertama, bertujuan untuk mengetahui


sejauh mana motivasi belajar siswa sebelum di beri layanan.

: Perlakuan (pemberian layanan bimbingan kelompok kepada siswa kelas


XI IPA I yang diketahui memiliki motivasi belajar rendah berjumlah 8
orang siswa)

02

: Post-test ( Pengukuran/observasi kedua) bertujuan untuk mengetahui


apakah ada perubahan atau pengaruh pemberian layanan bimbingan
kelompok terhadap motivasi belajar sesudah di beri layanan bimbingan
kelompok dengan skala motivasi belajar yang sama dengan pengukuran
yang pertama.
Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan
eksperimen yaitu :
1. Melakukan pre-test adalah pemberian tes kepada calon subjek penelitian
sebelum diadakan perlakuan yaitu bimbingan kelompok. Pre-tes di lakukan di kelas XI IPA I
kepada seluruh siswa.
2. Menganalisis hasil pre-test.
3. Penentuan subjek penelitian dalam kelompok eksperimen berdasarkan
hasil pre-test. 8 orang siswa yang memiliki skor motivasi belajar
terendah di kelas.
4. Menginformasikan hasil pre-test dan mengkomunikasikan jadwal BKp

kepada subjek

penelitian.
5. Memberikan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok sebanyak 2

kali pertemuan.
6. Melakukan post-test sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan tujuan untuk
mengetahui hasil apakah layanan bimbingan kelompok
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
7. Proses analisis data, yaitu dengan menggunakan Uji t hitung

3.2. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Indralaya kelas XI IPA I Kabupaten ogan
Ilir.

3.3 Subjek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas kelas XI IPA I Kabupaten ogan Ilir tahun
ajaran 2009/2010 yang memiliki motivasi belajar yang rendah. Setelah diadakan penyebaran
angket, akan dipilih 8 siswa yang memiliki motivasi belajar paling rendah untuk melaksanakan
bimbingan kelompok.
Guna mengetahui jumlah subyek penelitian terhadap siswa-siswi yang memiliki motivasi
belajar yang rendah, peneliti kemudian melakukan penyebaran angket motivasi belajar
berdasarkan kisi-kisi motivasi belajar.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi obyek penelitian.
Menurut Fraenkel dan Wallen dalam Yatim Riyanto (2001:9), variabel adalah suatu konsep
benda yang bervariasi. Konsep yang bervariasi ini akan diukur atau diidentifikasi perbedaanperbedaannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:97), penelitian eksperimen melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada
variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel
penyebab, variabel bebas atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut
variabel terikat atau dependent variable (Y).

Berdasarkan pendapat di atas, maka variabel yang mempengaruhi disebut variabel


penyebab, variabel bebas atau independent variable (X) adalah Layanan Bimbingan Kelompok
dan variabel akibat disebut variabel terikat atau dependent variable (Y) adalah Motivasi Belajar.

3.5 Definisi Operasional Variabel


Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan dari diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah
belajar untuk mencapai tujuan belajar yang dikehendaki siswa yang di tandai dengan durasi
kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi, ketabahan, keuletan, kemampuan dalam menghadapi
rintangan, devosi, dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkatan aspirasi yang hendak
dicapai, tingkatan kualifikasi prestasi, arah, dan sikap terhadap sasaran kegiatan.
Menurut Abin Syamsudin Makmun (2000:40) indikator-indikator motivasi belajar
adalah:
1.

Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya)

2.

Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu

3.

Persistensi (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan belajar

4.

Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan

5.

Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya)
untuk mencapai tujuan.

6.

Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

7.

Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak,
memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

8.

Arah, sikapnya terhadap sasaran kegiatan

an kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan
pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok
menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai
perkembangan yang optimal.

3.6. Instrumen Pengumpulan Data


3.6.1. Angket
Angket merupakan alat pengumpulan data yang dilaksanakan secara tertulis yang diisi
oleh responden atau subyek penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan tersebut
mengandung informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan subyek penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup yaitu angket yang sudah
disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih dengan bentuk pilihan ganda.
Dalam kriteria dari angket tersebut dibuat dengan tiga alternatif jawaban yaitu (a),(b),(c), yang
setiap jawaban diberi skor masing-masing dengan kriteria menurut Mohammad Nazir
(1983:409), sebagai berikut:
1. Untuk jawaban yang baik sesuai dengan harapan diberi skor tinggi (3)
2. Untuk jawaban yang kurang sesuai harapan diberi skor sedang (2)
3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan diberi skor rendah (1)
3.6.2. Observasi
Observasi/pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006:156). Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh antara layanan bimbingan kelompok
terhadap siswa yang dikenai layanan bimbingan kelompok.
Hal yang di amati dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika kelompok, situasi
anggota kelompok pada saat berlangsungnya proses bimbingan kelompok, keaktifan dari
masing-masing anggota kelompok dalam mengemukakan pendapatnya.

3.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


a. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), validitas suatu instrumen dapat
ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
a.

Validitas ramalan (Predicty Validity)

b.

Validitas bandingan (Concurent Validity)

c.

Validitas isi (Content Validity)

d.

Validitas susunan (Construct Validity)


Penulis menggunakan validitas susunan (Construct Validity) artinya instrumen
dikonstruksikan dengan para ahli dengan cara dimintai pendapatnya mengenai aspek-aspek yang
diukur berdasarkan teori tertentu, sedangkan analisis butir soal dilakukan dengan analisis faktor
yaitu, dengan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total dengan rumusan korelasi
Pearson Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:
rhitung = koefisien korelasi
n

= jumlah responden

= jumlah skor item

= jumlah skor total

selanjutnya dihitung dengan uji signifikansi dengan rumus:

Keterangan:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil rhitung
n = jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = N-2)
Kaidah keputusan:
Jika t hitung > t tabel berarti valid
Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid

b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:142) dalam bukunya yang berjudul Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dihitung dengan
menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan analisis reliabilitas
analysis scale (alpha). Tingkat reliabilitas angket dapat dilihat dengan menggunakan teknik
Cronbach Alpha () sebagai berikut:

Keterangan:
k

= Jumlah butir tes


= Jumlah skor varians dari masing-masing item
= Varians skor total

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria sebagai berikut:


0,90 1,00

= reliabilitas tinggi

0,50 0,89

= reliabilitas sedang

0,00 0,49

= reliabilitas rendah

3.8 Teknik Analisis Data


Setelah diperolehnya seluruh data-data yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya
adalah pengolahan data dan analisis data. Adapun analisis data yang penulis gunakan adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mendukung pengolahan data
dengan rumus t hitung (Suharsimi Arikunto; 2002), sebagai berikut:

Keterangan:
Md

= Mean dari deviasi (d) antara post test dan pre test

xd

= Perbedaan deviasi dengan mean deviasi (d-Md)


2

x d

= Jumlah kuadrat deviasi

= Banyaknya subjek

df

= atau db adalah N - 1
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Hadis, Abdul.

2006. Psikologi Dalam Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Hamzah, Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di
Bidang Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Mudjiono & Dimyati. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta
Makmun, Abin Syamsudin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Posdakarya
Prayitno dan E.Amti. 2004. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta
: rineka Cipta.
Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sardiman. A.M. (2007). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja
Grafindo: Jakarta.
Winkel, W.S. (1987). Bimbingan dan Konseling di institusi Pendidikan.
Jakarta: Gramedia.

Diposkan oleh Ambran KARATE di 21.36


Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Lencana Facebook

Belalang Tua Iwan Fals

Buat Lencana Anda


Amran, S.Pd.

Who am I ?

Ambran KARATE
Indralaya, Palembang/SUMSEL,
Indonesia
Saya adalah seorang KARATEKA pemegang SABUK HITAM
DAN II NASIONAL karate
adalah separuh hidupku, di
karate aku menemukan cinta
sejatiku, sahabat, saudara, canda
tawa, dan ketulusan akan
persahabatan. filosofi karate

Arsip Blog

2012 (3)

2011 (9)

2010 (60)
o Desember (1)
o November (8)
o Oktober (12)
o September (12)
o Agustus (22)
o Juni (4)
putaran waktu
BUNUH DIRI ( SUICIDE )
BK
PROPOSAL PENELITIAN

banyak mengajarkan aku akan


MOTIVASI diantaranya
OSHINOBU (tak menyerah pada
penderitaan), Bushido (pantang
mundur sampai titik darah
penghabisan) Menjadi Seorang
MASTER PSIKOLOGI&
BIMBINGAN KONSELING,
atau ahli kejiwaan adalah citacitaku Aku adalah orang yang
sangat benci dengan orang yang
sombong dan menganggap
remeh orang lain. Aku punya
prinsif hidup "sukses adalah hak
saya" "DUNIA AKAN
MENJATUHKAN KITA
BERKALI-KALI, TETAPI
KITA SELALU MEMPUNYAI
PILIHAN UNTUK BANGKIT
BERDIRI ATAU TINGGAL
DIAM DI BAWAH". (JACKIE
CHAN)
Lihat profil lengkapku

PENGARUH LAYANAN
BIMBINGAN KE...
April (1)

2009 (7)

Pengikut
Amazon MP3 Clips
Total Tayangan Laman
Daily Calendar
38,486
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.

Sakinah Melissa, 2014


Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Belajar merupakan
key term,
istilah kunci yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan
(Muhibbin, 2003 : 59). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan se
tiap jenis dan jenjang
pendidikan.
Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
l
ingkungannya.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wortman, Liftus,
d
an Marshal (
Supartin
, 2005
:
2), bahwa belajar merupakan proses mental individu
yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pola
pikir pelajar, sehingga

adanya perubahan dapat dikataka


n sebagai kegiatan
belajar.
Sukmadinata (2003: 177) menyatakan bahwa :
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja,
direncanakan dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Apa yang
h
endaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus
dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode
pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa
(evaluasi), telah direncanakan dengan se
ksama dalam kurikulum sekolah.
Kegiatan belajar yang dilaksanakan disekolah benar
b
e
nar disengaja dan
direncanakan.
Sen
ada dengan pendapat Sukmadinata
(
Djamarah,
2008 : 148
149) memaparkan
dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang ya
ng tidak
mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak
menyentuh kebutuhannya
. Namun pada kenyataanya
masih banyak
ditemukan
bahwa hasil belajar siswa
tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
2
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Karena masih banyak ditemukan siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai
hasil belajar dengan baik ataupun tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan

baik di
sekolahnya. Pernyataan
ini berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang
rendah.
F
enomena yang seringkali mendasari
terkait
dengan rendahnya motivasi
belajar
siswa yaitu perilaku membolos sekolah
. Diduga membolos merupakan
salah satu
faktor yang timbul dari faktor personal yakni
terkait dengan
menurunnya motivasi
belajar siswa yang mengakibatkan ketinggalan pelajaran
(Kristiyani,2009)
.
Fenomena lain juga
ditemukan di SMP Negeri 22 S
emarang
menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
terjadi pada sisw
a yang tingkat intelegensinya rend
ah
.
Fenomena lemahnya motivasi belajar juga ditemui di SMP Negeri 1
Lembang berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bimbingan
dan konseling ditemukan terdapat adanya permasalahan belajar yang muncul
ter
kait dengan tingkat motivasi belajar siswa. Adapun perilaku yang tampak
terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa ini ditandai dengan kurang
semangatnya siswa mengikuti kegiatan belajar, malas mengerjakan tugas sekolah,
membolos pada jam pelajaran t
ertentu, seringkali berbicara dengan te
ma
n ketika
kegiatan belajar sedang berlangsung
serta
tidak konsentrasi ketika menerima
pelajaran di kelas
.
Dalam kegiatan belajar motivasi memiliki peranan penting,
dalam
Journal
Hong Kong Institute of Education

hal: 1 memaparkan bahwa :


Motivasi memiliki penga
ruh yang besar secara
psikologi
s melalui
para
pendidik
sebagai faktor penting yang mempengaruhi
proses
pembelajaran dan
prestasi
siswa.
Berdasarkan model sosial kognitif dari motivasi, motivasi itu
d
inamis, beragam fenomena yang menjelaskan bagaimana dan mengapa terikat
p
ada aktivitas belajar mereka.
M
otivasi yang tinggi dalam belajar dapat ditunjukkan yakni melalui
keinginannya untuk mengikuti pelajaran. Pendapat tersebut senada dengan
pendapat Anderson C.R dan Faust G.W
pada tahun 1979 memaparkan
bahwa
motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang
menyangkut ketabahan, perhatian, konsent
rasi dan ketekunan siswa dalam
3
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
mengikuti pelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan
me
nunjukkan keinginan yang
besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas
tugas belajar. Mereka
m
emusatkan sebanyak energi fisik maupun psikis terhada
p
kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang
memiliki

m
otivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan
berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar.
Motivasi merupakan
faktor
penting dalam pro
ses pembelajaran karena
keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar (Uno, 2007: 23). Selain itu
motivasi belajar merupakan faktor psikis yang dapat menumbuhkan gairah,
menimbulkan perasaan senang dan semangat untuk belajar. Hasil belajar akan
menjad
i optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka
akan berhasil pula proses belajar siswa.
Menurut Driscoll, Jetton, Alexander dan Pintrich pada tahun 2003
memaparkan bahwa m
otivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan
siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam menentukan
seberapa banyak akan dipelajari siswa dari kegiatan yang mereka lakukan atau
dari informasi yang dihadapkan pada mereka. Siswa yang termotivasi untuk
mempelajari sesuatu akan menggunak
an proses kognitif yang lebih tinggi
mempelajarinya dan menyerap dan mengingat lebih bany
ak darinya (
Slavin, 2011:
100).
Menurut
S
c
hunk,et.all
2008
(Hartnett,et.all
,
2011
:4
)
m
endefinisikan motivasi
sebagai "proses dimana diarahkan pada tujuan aktivitas
mengh
asut dan
berkelanjutan"
.
Motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, bagaimana
kita belajar, dan ketika kita memi
lih untuk belajar
.

Motivasi terbentuk oleh tenaga


tenaga yang bersumber dari dalam dan luar
diri individu. Terhadap denaga
tenaga
tersebut beberapa ahli memberikan istilah
yang berbeda, seperti : desakan (
drive
)
,
motif (
motive
), kebutuhan (
need
) dan
keinginan (
wish
) (Sukmadinata, 2003 : 61). Hal senada juga dipaparkan Sardiman
(2011:75) yang mengatakan bahwa motivasi adalah serangkai
an usaha untuk
menyediakan kondisi
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin untuk
melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan
4
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
fakto
r dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang.
Surya (2003: 106) memaparkan bahwa :
motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku
tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi mempuny
ai
karakteristik : (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah pada suatu tujuan, (3)
menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penj
elasan
dan penaksiran perilaku.

A
dapula beberapa hal yang membuat siswa memiliki motivasi b
elajar yang
rendah yaitu karena tidak siap untuk menerima materi pelajaran di
sekolahnya
ataupun tidak siap untuk mengikuti aturan belajar yang ditetapkan di
sekolahnya.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual.
Peran
annya
yang khas yakni untuk
menimbulkan
gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011: 75).
Motivasi
belajar merupakan salah satu aspek penting
yang mempengaruhi kegiatan dan
hasil belajar siswa. Karena motivasi belajar dapat memunculkan dorongan bagi
siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajarnya dikelas. Siswa yang memiliki
dorongan yang kuat akan memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan bel
ajar
dikelas.
Menurut Ali Imron
pada tahun
1987
(
Soedihardjo 2011: 46) berpendapat
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi
mencapai satu t
ujuan.
Penurunan yang terjadi terhadap kondisi siswa
terbukti dari belasan studi
yang dilakukan
Ecless
, et al Hattip
pada
tahun 1997 (
Pamela Sari, 2012 : 4)
disimpulkan bahwa keba
nyakan remaja mengalami masalah, yakni (1) k
urang
minat bersekolah; (2) lemahnya motivasi konsep diri akademik; (3) dan

persepsi dirinya; (4) gampang menurun rasa percaya dirinya setelah


mengalami kegagalan; (5) merespon kegagalan dengan
helplesness
; (6)
gampang membolos.
5
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Motivasi belajar merupakan permasalahan yang seringkali dialami siswa pada
setiap jenjang pendidikan dan merupakan permasalahan yang penting untuk
ditangani bersama oleh pihak sekolah. Dalam hal ini bimbingan dan konseling
memiliki peranan penting dalam
menangani permasalahan belajar dengan
memiliki prinsi bahwa layanan bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi
semua siswa baik yang memiliki permasalahan ataupun tidak di
sekolah. Salah
satu tugas dari bimbingan dan konseling adalah mengarahkan dan memban
tu
siswa
siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah
masalah akademik.
Dengan demikian memberikan motivasi kepada siswa dapat dijadikan langkah
awal dalam memberikan layanan bimbingan dan konse
ling terutama bimbingan
belajar.
Yusuf (2009 : 51) m
engemukakan pengertian bimbingan dan konseling
akademik (belajar) sebagai berikut :
Bimbingan dan konseling belajar memiliki peranan penting untuk membantu
mengembangkan potensi yang dimiliki. Meningkatkan motivasi belajar siswa
merupakan salah satu bagia
n dari layanan bimbingan dan konseling belajar.
Bimbingan belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan
memec
ahkan masalah
masalah belajar.

Terdapat beragam layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi


belajar siswa. Layanan bimbingan dapat dilakukan dengan oleh guru pembimbing
atau konselor melalui layanan dasar, layana responsif ataupun perencanaan
individual. Adapun implementasi
dari pelayanan tersebut yang sangat menarik
untuk
d
ikaji lebih dalam untuk penelitian ini yaitu melalui layanan bimbingan
teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Layanan bimbingan teman
sebaya merupakan salah satu implementasi dari pelayanan resp
onsif di mana
layanan ini merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika
tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian
tugas
tugas perkembanga
n (Kartadinata,2008:209).
L
ebih lanjut Kartadinata (2008:228) memaparkan bimbingan teman sebaya
(
peer guidance
/
peer facilitation
) adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta
6
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbi
ng
sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. peserta didik yang
menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta
didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun
non
akademik.
D
alam hal ini upaya konselor yang digunakan untuk membantu siswa
meningkatkan motivasi belajar
yaitu

melalui layanan bimbingan teman sebaya


karena dalam bimbingan teman sebaya siswa
lebih merasa
memiliki teman
yang
mempunyai nasib yang sama dengan dirinya s
erta
merasa
bahwa dirinya tidak
sendirian dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Diharapkan melalui
bimbingan teman sebaya siswa
, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
dapat lebih
terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan
bis
a saling mendukung
serta memberikan penguatan
untuk memecahkan masalah
yang
dihadapinya.
Menurut Winkel (Asmara,2007:50) memaparkan tujuan bimbingan kelompok
adalah agat setiap anggota kelompok dapat memahami dan menerima dirinya
sendiri, lebih pek
a terhadap kebutuhan orang lain, lebih mampu menghayati
perasaan orang lain dan lebih berani melangkah maju serta menerima resiko yang
wajar dalam bertindak.
Pada umumnya
usia remaja lebih senang menghabiskan waktunya bersama
kelompok dibandingkan
bersama dengan orang tua ataupun keluarganya.
Karena
tuntutan yang ada dikelompok tidak terlalu terasa
dibandingkan dengan tuntutan
yang berasal dari orang tua, sehingga remaja lebih merasa nyaman dan bebas
ketika berada dalam kelompok teman sebayanya. Ha
silnya, remaja menghabiskan
lebih banyak waktu dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua mereka
(Santrock, 2003).
Menurut Caims & Neckermen pada tahun 1988 (Ristianti, 2009:3) m
elalui
berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berba
gai hal
tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan
kebiasan hidupnya dan dapat mencoba
7

Sakinah Melissa, 2014


Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama
lain.
Hal sena
da
dikemukakan oleh Tarakanita pada tahun 2001 (Ristianti,2009:3)
yang
mengatakan bahwa, teman sebaya
selain merupakan sumber referensi bagi remaja
mengenai berbagai macam hal,
teman sebaya
juga dapat memberikan kesempatan
bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui
pemb
erian dorongan
.
Selain itu juga menurut Eccles, Wigfield dan Sciefele pada
tahun 2008 memaparkan bahwa
teman sebaya (
peer
) dapat mempengaruhi
motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial,
belajar bersama dan pengaruh kelompok teman sebaya (Sa
ntrock,2007 : 533).
Teman sebaya dalam lingkup pergaulan siswa dianggap sebagai orang yang
mau mengerti dan paling perduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
tanpa harus memarahi atau menggurui. Teman sebaya dapat dianggap sebagai
teman curhat
yang paling aman dan teman untuk bertanya keika ada pelajaran
yang kurang dimengerti oleh siswa. Adapun kelebihan yang didapatkan melalui
bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu
melalui
teman sebaya
akan terjalin
suasana hub
ungan yang lebih akrab dan dekat antara
siswa yang dibantu dengan si
swa sebagai tutor yang membant
u, b

agi tutor sendiri


kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar
,
membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh
sungguh serta d
apat
meningkatkan rasa tanggung jawab akan kepercayaan
dengan sesama teman
(Saputra, 2011)
.
Dukungan interpersonal yang positif dari teman sebaya, pengaruh keluarga,
dan proses pembelajaran yang baik dapat meminimalisir faktor
faktor penyebab
kegagalan prestas
i siswa seperti keyakinan negatif tentang kompetensi dalam
mata pelajaran tertentu serta kecemasan yang tinggi dalam me
nghadapi tes
(Santrock, 2007:
167).
Berdasarkan
pemaparan
diatas bimbingan teman sebaya dipandang efektif
untuk
meningkatkan motivasi be
lajar siswa dalam bimbingan teman sebaya ini
siswa diharapkan memiliki motivasi yang lebih baik lagi
yang ditandai dengan
8
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
siswa memiliki kemauan untuk belajar, tekun dalam belajar serta tekun dalam
mengerjakan tugas sekolah.
B.
Identifikasi dan Rumusan Masal
ah
Pada penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian yakni
mengenai motivasi

belajar siswa dan bimbingan teman sebaya. Dimana bimbingan teman sebaya
merupakan salah satu
suatu teknik
atau pendekatan
dalam bimbingan belajar
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Cronbach (
Djamarah
, 200
8
:1
3
) menyatakan
bahwa
:
belajar merupakan
suatu aktivitas yang ditunjukan
oleh
perubahan perilaku
sebagai
hasil
dari pengalaman. Suatu
hal yang tak asing dalam pembelajaran
bagi setiap siswa yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan
perilaku.
Beragam
fa
k
tor
pun dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan
belajar
salah satunya
adalah motivasi belajar
.
Mot
ivasi dalam belajar tidak saja
berperan sebagai kekuatan dari dalam
diri siswa yang akan
menggerakan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di
kelas, tetapi juga
berperan
sebagai suatu
kekuatan untuk
menggerakkan aktivitas
siswa kepada tujuan belaja
r yang dimiliki oleh siswa

untuk mencapai hasil belajar


yang diinginkan
.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar (Djamarah,2008 : 148). Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
dikerjakan itu tidak men
yentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat
orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak
bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku
manusi dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan
k
ebutuhan tertentu, seperti
kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri,
mengetahui dan mengerti dan kebutuhan estetik. Kebutuhan
kebutuhan inilah
yang menurut Maslow yang mempu memotivasi tingkah laku individu. Seseorang
yang
melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar
dirinya merupakan motivasi intrinsik yangs angat penting dalam aktivitas belajar.
Namun , seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari
9
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
luar dirinya merupaka
n motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu,
motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri
seseorang sebagai subjek belajar (Djamarah, 2008: 148
149).
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Stipek pada tahun 2006 (Sl
avin,
2009:103) peran penting teori Maslow bagi pendidikan terdapat dalam hubungan
antara kebutuhan defisiensi dan kebutuhan pertumbuhan. Siswa yang sangat lapar
atau berada dalam bahaya fisik akan mempunya sedikit energi psikologis untuk
dikerahkan dalam
pembelajaran. Kebutuhan defisiensi terpenting terpenting
adalah kebutuhan akan cinta dan harga diri. Siswa yang tidak merasa bahwa

mereka dicintai dan bahwa mereka mampu tidak akan mungkin mempunyai
motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yan
g lebih tinggi.
Upaya yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
penelitian ini menggunakan bimbingan teman sebaya karena dalam lingkup
lingkungan teman sebaya dapat membantu siswa yang lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran
melalui diskusi kelompok kecil selain itu siswa yang diterima
oleh teman sebayanya dan memiliki keahlian sosial yang baik seringkali
belajarnya lebih bagus dan memiliki motivasi akademik yang positif. (Santrock,
2008 : 533).
Fokus dari penelitian
ekspe
rimen kuasi ini
adalah mengetahui gambaran
tingkat motivasi belajar siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran
2013/2014
dan bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
Tujuan
utamanya
adalah
agar siswa mampu meningkatkan motivasi
belajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan yang diharapkan
oleh
siswa melalui layanan
bimbingan belajar
melalui pendekatan
b
imbingan teman
sebaya. Bimbingan teman sebaya
dipanda
ng efektif untuk digunakan sebagai
pendekatan dalam aktivitas
belajar dalam layanan bimbingan belajar
karena
dalam bimbingan teman sebaya
,
siswa merasa memiliki
tutor yang usianya sama
yang dapat memberikan pengarahan tanpa harus mendikte seperti orang de
wasa,
merasa memiliki
teman
yang jalan pemikirannya sehingga dapat lebih mudah

untuk menceritakan permasalahannya


,
merasa
memiliki teman
dengan
kesulitan
10
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
yang sama dengan dirinya dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi
kesulitan yang dialaminya. Dihara
pkan melalui bimbingan teman sebaya siswa
dapat lebih terbuka
untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan
dapat
saling
memberi dukungan
dan menguatkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya
.
Berdasarkan identifikasi masalah,
adapun yang menja
di
rumusan masalah dalam penelitian, yaitu: bagaimana efektivitas metode
bimbingan teman sebaya
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas
VII
SMP Negeri 1 Lembang Tahun A
jaran 2013/2014
?
Berdasarkan rumusan masa
lah, diturunkan me
njadi tiga
pertany
aan
penelitian sebagai berikut ini.
1.
Seperti apa
gambaran
umum

motivasi belajar siswa kelas


VII SMP
Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?
2.
Seperti apa
rancangan
bimbingan teman sebaya
untuk siswa
k
elas
VII SMP
Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?
3.
Apakah
metode bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar
terhadap siswa kelas
VII SMP
Negeri Lembang Tahun Aj
aran 2013/2014 ?
C.
Tujuan Penelitian
T
ujuan utama penelitian adalah mendapatkan
gambaran efektivitas
bimbingan teman sebaya
untuk meningkatkan motivasi belajar.
Secara khusus
sebagai berikut ini.
1. Memperoleh gambaran
umum
motivasi belajar siswa kelas
VII SMP
Negeri 1 Le
mbang tahun ajaran 2013/2014
.
2. Memperoleh rancangan
bimbingan teman sebaya
untuk kelas
VII SMP
Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014
.
3.
Mendapatkan gambaran mengenai efektivitas metode bimbingan teman
sebaya
terhadap siswa

k
elas VII SMP Negeri 1
Lembang tahun ajaran 2013/2014
.
11
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
D.
Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi belajar. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu
quasi
experimental design
dengan
Nonequivalent Control Group Design
dimana
terdapat pretest sebelum
diberikan perlakuan atau intervensi. Metode
Nonequivalent Control Group
Design
digunakan untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan metode
bimbingan teman sebaya
dalam meningkatkan
m
otivasi belajar siswa.
2. Tekni
k Pengumpulan Data
T
eknik pengumpulan data pada penelitian adalah menggunakan alat
atau instrumen berupa angket. Butir
butir pernyataan pada angket
merupakan gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas
VII SMP
Negeri 1 Lembang
. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah
angket tertutup karena peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban yang
dapat dipilih oleh responden. Angket yang digunakan untuk mengungkap

motivasi belajar siswa.


E.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai efektivitas
bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu
sebagai
berikut
:
1.
Manfaat Teoreti
s
Secara teoritis bimbingan teman sebaya ini dapat dijadikan sebagai suatu
pendekatan dalam bimbingan belajar terutama untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa karena dalam lingkup teman sebaya, sisw
a dapat saling memberi
dukungan dan membantu siswa lainnya ketika mengalami kesulitan dalam
belajar.
12
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi konselo
r sekolah
Bimbingan teman sebaya dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan
bimbingan belajar dengan metode
bimbingan kelompok teman sebaya.
b.
Bagi siswa
Diharapkan siswa memiliki
keterampilan
dan pengalaman
belajar yang
efektif
yang didapatkan melalui bimbingan teman sebaya
untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.

Bagi sekolah
D
apat
memfasilitasi pembimbing sebaya
untuk me
mberikan pelayanan
kepada
siswa
/i
yang memiliki permasalahan
dalam
belajar seperti motivasi
belajar rendah.
d
.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penggunaan
intervensi bimbingan teman sebaya dengan variabel yang ber
beda dalam
keterampilan belajar.
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah Bimbingan Teman Sebaya Efektif
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
G.
Sistematika Penulisan
Adapun bagian sist
ematika skripsi meliputi
Bab I: Pen
dahuluan yang
meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika skripsi. Bab II: Landasan Teori. Bab
III: Metode
Penelitian meliputi
d
efinisi operasional,
instrumen penelitian, pengujian validitas dan reliabilitas,
tekn
ik pengumpulan data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi
paparan gambaran umum motiv
asi belajar dan analisis
data yang diperoleh
untuk membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V:
Penutup, membuat sim
pulan dan rekomendasi atas dasar temuan dari hasil

penelitian
.

15
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Melalui Bimbingan Kelompok
Pada Siswa
Endang Sampurnawati
(09220037)
Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang
ABSTRAK
Motivasi merupakan faktor yang penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
akan membuat siswa belajar
dengan giat. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi dapat
berperan dalam penguatan belajar apabila anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah
yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipe
cahkan berkat bantuan hal
hal yang pernah dilaluinya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan
motivasi belajar siswa di SMK Perintis 29 Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK). Hasil prasurvey menunjukan bahwa: (1) layanan bimbingan
kelompok
di SMK Perintis 29 Semarang belum sesuai dengan ketentuan formal pelaksanaan layanan; (2)
tingkat

motivasi belajar beberapa siswa di SMK Perintis 29 Semarang m


asih rendah. Oleh karena itu diperlukan
strategi khusus dalam meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pelaksanaan layanan
bimbingan
kelompok secara ideal sesuai dengan ketentuan formal pelaksanaan layanan. Hasil pelaksanaan
tindakan
menunjukan motivasi
belajar siswa mengalami peningkatan. Rata
rata skor sebelum pelaksanaan
tindakan adalah 56% (kategori rendah), pasca siklus 1 adalah 74% (kategori tinggi), dan pasca
siklus 2
adalah 84 (kategori tinggi). Peningkatan skor tersebut membuktikan bahwa layanan
bimbingan kelompok
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Perintis 29 Semarang.
Kata Kunci :
layanan bimbingan kelompok, siswa SMK, motivasi belajar
PENDAHULUAN
Motivasi sangat diperlukan dalam melakukan setiap aktivitas. Apabila tidak ada mot
ivasi, maka
kegiatan yang dilakukan tidak akan mencapai hasil yang maksimal bahkan akan jauh dari tujuan
yang
ingin dicapai. Tanpa motivasi, individu tidak akan bergairah, akan melakukan kegiatan
sekedarnya saja
atau tidak bisa melakukan apapun karena tida
k mempunyai motivasi.
Dalam kegiatan belajar, sudah dapat dipastikan bahwa motivasi menjadi faktor yang penting.
Motivasi akan membuat siswa belajar dengan giat. Menurut Uno (2008:23) motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivas
i dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya
dapat
dipecahkan berkat bantuan hal
hal yang pernah dilaluinya. Pandangan tersebut bisa dipahami bahwa
sesuatu dapat menja
di penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar
benar mempunyai
motivasi untuk belajar sesuatu.
Hasil temuan di lapangan yakni di SMK Perintis 29 Semarang ada sebagian siswanya yang
menunjukkan perilaku sebagai indikator rendahnya motivasi be
lajar. Perilaku
perilaku yang dimaksud

antara lain: (1) malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, (2) sering membolos
saat
proses belajar mengajar, (3) sering terlambat dalam mengumpulkan tugas, (4) kurang ulet/mudah
menyerah saat mengalami k
esulitan (cepat putus asa), (5) kurang memiliki kreativitas, hanya cenderung
16
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
mengikuti teman
temannya.
Menurut koordinator BK di
SMK P
erintis
29
Semarang
, motivasi belajar
yang rendah banyak dialami oleh siswa kelas
XI.
Di setiap kelas dapat dilihat ada si
swa yang mempunyai
motivasi yang rendah.
Secara
umum, motivasi belajar yang rendah dilatarbelakangi karena keadaan ekonomi orang tua
mereka. Sebagian besar keadaan ekonomi mereka berada pada tingkat menengah ke bawah.
Perhatian
orang tua terhadap gaya bela
jar anak kurang, sehingga anak merasa tidak masalah jika tidak belajar.
Selain itu juga lingkungan tempat tinggal mereka yang tidak mendukung situasi belajar. Kondisi
tersebut
tentu saja membutuhkan penanganan sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak
yang lebih luas.
Anak yang motivasi belajarnya rendah akan menunjukan perilaku
perilaku yang negatif dalam proses
pembelajaran, yang pada akhirnya akan membuat hasil belajar mereka menjadi tidak optimal.
Artinya jika
motivasi belajar siswa yang rendah tid
ak ditingkatkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di
sekolah, dan rendahnya prestasi belajar akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat terhadap
kondisi
sekolah.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan tentu saja memiliki peran stra
tegis dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling
yang

tepat diaplikasikan dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa adalah layanan bimbingan
kelompok. Situasi dalam kelompok akan memberikan banya
k keuntungan bagi siswa. Jika siswa merasa
bahwa yang mengalami masalah ini adalah dia sendiri, maka dalam kelompok ini, dia akan
menyadari
bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama bahkan mungkin keadaannya lebih buruk.
Perasaan
senasib ini hanya akan
ditemukan dalam situasi kelompok. Komunikasi yang dilakukan juga bukan hanya
komunikasi dua orang saja, yaitu konselor dan klien, tetapi dengan seluruh anggota kelompok.
Mereka
akan berusaha saling membantu temannya.
Dalam bimbingan kelompok, suasana kelo
mpok, yaitu hubungan dari semua anggota yang terlibat
dalam kelompok, dapat dimanfaatkan untuk saling menggali informasi, tanggapan, pendapat atau
reaksi
apapun selama konseling terjadi. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi para siswa. Jika
situasi dalam
bimbingan kelompok menyenangkan, maka bukan tidak mungkin para siswa menemukan hal
hal yang
baru yang pada akhirnya akan bisa mengatasi permasalahan motivasi belajar yang sedang
dihadapinya
(Prayitno dan Amti, 2004
:75
).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa
(dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi
kondisi tertentu) yang menjamin
17
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan b
elajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno dan Amti (2004:164) mendefinisikan layanan bimbingan kelompok sebagai kegiatan
pemberian informasi dalam suasana kelompok dan ad
anya penyusunan rencana untuk pengambilan
keputusan yang tepat dengan adanya dinamika kelompok sebagai wahana untuk pencapaian
tujuan

kegiatan bimbingan dan konseling. Definisi lain dikemukakan oleh Sukardi


(2008:64) yang menyatakan
layanan bimbingan kelom
pok sebagai layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik
secara bersama
sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari
pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari
hari baik individu maupun
pe
lajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling
(PTBK). Peneliti menggunakan pene
litian tindakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis &
Mc. Taggart.
Langkah
langkah dalam penelitian tindakan saling berhubungan,
melalui
perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi tindakan.
Dari sini dapat digambarkan dalam skema
siklus
sebagai berikut:
Gambar 1
.
Siklus dalam Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling
Definisi Operasional
1.
Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah
segala sesuatu yang mendorong siswa untuk belajar
sehingga
tujuan
yang
dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Seorang siswa
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
akan menampilkan ciri
ciri
yaitu: (1)
merasa senang dalam belajar
; (2)

ingin mendalami lebih jauh


materi yang dipelajari
; (3)
mempunyai semangat untuk berprest
asi
; (4)
menyadari pentingnya belajar
;
(5)
memiliki ketekunan dalam belajar
; (6)
mempunyai cita
cita untuk masa depan
.
18
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2.
Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah upaya pemberian bantuan oleh nara sumber tertentu (diutamakan
guru bimbingan dan konseling)
kepada individu/siswa melalui suasana kelompok yang memungkinkan
setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya
pengembangan
wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya
masalah
a
tau dalam upaya pengembangan pribadi sesuai dengan norma
norma yang berlaku.
Rancangan
P
enelitian
Rancangan
penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian sesuai dengan metode penelitian. Metode yang digunakan dala
m penelitian ini adalah
penelitian tindakan dengan cara memberikan perlakuan layanan bimbingan kelompok kepada
subjek
penelitian.
Rancangan penelitian tindakan disesuaikan dengan
desain
penelitian tindakan yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Subjek

P
enelitian
Subjek penelitian adalah siswa SMK Perintis 29 Semarang yang memiliki kecenderungan
motivasi
belajar
rendah. Teknik pengambilan subjek penelitian yaitu
purposive
sampling.
Teknik ini dipandang
lebih efektif dan efisien dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan subjek penelitian yang
didasarkan atas adanya tujuan tertentu yaitu siswa yang mempunyai
motivasi belajar
rendah
dibandingkan
dengan siswa yang lain
.
Pe
neliti mengambil 10 siswa kelas SMK Perintis 29 Semarang sebagai subjek
penelitian berdasarkan hasil diskusi dengan guru BK. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam
pengambilan subjek penelitian antara lain:
(1) malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan o
leh guru,
(2) sering membolos saat proses belajar mengajar, (3) sering terlambat dalam mengumpulkan
tugas, (4)
kurang ulet/mudah menyerah saat mengalami kesulitan (cepat putus asa), (5) kurang memiliki
kreativitas,
hanya cenderung mengikuti teman
temannya.
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data
data yang akurat,
relevan, dan reliabel. Dalam penelitian ini, pengumpulan data
dilakukan
melalui angket, dan observasi
.
Pertanyaan dalam
angket
digun
akan sebagai stimulus guna memancing jawaban yang berupa refleksi dari
keadaan re
s
ponden. Pertanyaan yang diajukan dan dirancang untuk mengumpulkan indikasi dari aspek
kepribadian. Responden tidak mengetahui arah jawaban dari pertanyaan.

Alat pengumpul dat


a yang
digunakan yaitu angket motivasi belajar dan pedoman observasi.
Teknik Analisis Data
:
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan ada dua jenis, yaitu data
kuantitatif
dan data kualitatif. Data kuantitatif
digunakan
untuk menguji hipotesis dan data kualitatif digunakan
untuk mengetahui
proses pelaksanaan
bimbingan kelompok
.
19
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Data Kuantitatif: Analisis Deskriptif Persentase
Analisis
deskriptif
presentase
digunakan untuk mencari tingkat persentase
motivasi belajar
sisw
a berdasarkan
angket
motivasi belajar berupa hasil
pretest
dan
posttest
.
Adapun cara mencari
persentase, peneliti menggunakan rumus persentase
menurut
Sugiyono (2008:112
)
yakni
:
%=
Keterangan
:
%
= Persentase yang dicari
n
= Jumlah skor yang

diperoleh
N
= Jumlah skor yang diharapkan (skor ma
ksimal dikali jumlah tem
Tabel
1
.
Kriteria Penilaian Tingkat
Motivasi Belajar
Interval
Kriteria
84
%
100 %
Sangat tinggi
64 %
83
%
Tinggi
44 %
63
%
Rendah
25 %
43
%
Sangat Rendah
2.
Data
Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang memberikan
informasi
berbentuk kalimat yang memberikan
gambaran tentang tingkat
motivasi belajar
siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok. Gambaran
motivasi belajar
diperoleh dari tingkat
presentase yang didapat
kemudian ditafsirkan dalam bentuk kategori. Data kualitatif ini juga digunakan untuk
menganalisis

hasil pengamatan selama proses


pelaksanaan bimbingan kelompok.
Hasil Uji Coba Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba instrumen angket
motivasi belajar yang diberikan kepada 30 siswa SMK
Perintis 29 Semarang, didapat hasil validitas dan reliabilitas instrumen.
Berdasarkan hasil pengujian
validitas
item dengan menggunakan rumus
product moment
, diperoleh hasil bahwa dari
29
item yang
diajuk
an terhadap 3
0
responden diperoleh
5
item yang tidak valid. Dari
5
nomo
r item tersebut yang tidak
valid
. Item yang tidak valid tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian, karena
telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikato
r dalam instrumen. Sehingga instrumen
angket
motivasi belajar d
alam penelitian ini ada
24
item.
%
100
x
N
n
20
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus
alpha
pada 3
0
responden,
angket
motivasi belajar

dinyatakan reliabel karena


>
yaitu dengan nilai
= 0,
842
dan
=
0,3
61
. Hasil uji reliabilitas ini tergo
long pada tingkat reliabilitas
tinggi.
HASIL PENELITIAN
Siklus 1
a.
Perencanaan
Pada tahap pertama yaitu perencanaan, hal yang dilakukan adalah sebagai
berikut.
1)
Menetapkan kolaborator yaitu guru bimbingan dan konseling (Ika Yuli Sekar, S.Pd).
2)
Mengatur waktu pertemuan, yaitu membuat jadwal pelaksanaan kegiatan yang disepakati antara
praktikan, kolabotaror, observer, dan anggota kelompok.
3)
Menetapkan fasilit
as layanan bimbingan kelompok, meliputi ruangan dan kelengkapan administrasi
yaitu daftar hadir, lembar evaluasi (laiseg), satuan layanan.
4)
Menyiapkan instrumen pengumpulan data yaitu angket motivasi belajar dan pedoman observasi.
5)
Mengembangkan prosedur pel
aksanaan layanan bimbingan kelompok dalam format kelompok
meliputi tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.
6)
Menetapkan indikator keberhasilan siklus 1 yaitu anggota kelompok termasuk pada kategori
tinggi.
b.
Tindakan
Topik Tindakan 1: Hakikat B
elajar
Topik Tindakan 2: Manajemen Waktu
1)
Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama pemimpin kelompok menekankan pada tahap pembentukan dengan
saling memerkenalkan diri dan memberikan penjelasan mengenai kegiatan bimbingan kelompok.
Pada tahap awal ini pemimpin kelompok dan anggota kelompok saling memberikan pertanyaan

untuk saling mengenal satu sama lain.


Dalam tahap kegiatan topik yang dibahas adalah Hakikat Belajar. Pemberian topik tersebut
bertujuan untuk mengetahui seberapa be
sar kemampuan anggota dalam memahami arti belajar
sehingga anggota kelompok lebih semangat belajar. Selama kegiatan berlangsung anggota
kelompok masih malu dan merasa canggung dalam memberikan pendapat. Hal tersebut terlihat
dari
kurang aktifnya anggota ke
lompok dalam berpendapat dan hanya memberikan jawaban singkat saat
diberikan pertanyaan. Ada beberapa anggota yaitu R
1, R
2, R
5, R
6, dan R
8 yang terlihat masih
belum terbuka untuk mengemukakan pendapatnya.

Log In
Sign Up

PERAN BIMBINGAN KARIER PADA SISWA SMK NEGERI 4 TAKENGON

Uploaded by
Toto Irianto Toto

top 4%
754

E.

Fungsi Bimbingan Karir


Menurut
Bahtiar
Bimbingan karir sebagai satu kesatuan proses bimbingan memiliki manfaat yang dinikmati oleh
kliennya dalam mengarahkan diri dan menciptakan kemandirian dalam memilih karir yang
sesuai dengan kemampuan siswanya. Adapun pentingnya bimbingan karir di sekolah adalah
sebagai berikut: 1.

Memberikan kemantapan pilihan penjurusan kepada siswa, karena penjurusan akan


mempesiapkan siswa dalam bidang pekerjaan yang kelak diinginkan. 2.

Memberikan bekal pada siswa yang tidak melanjutkan sekolah untuk dapat siap kerja sesuai
dengan keinginannya. 3.

Membantu kemandirian bagi siswa yang ingin ataupun harus belaja sambil bekerja
(http://www.scribd. com/doc/32703538/bimbingan-karir)
F.

Peran Bimbingan Karir Dalam Arah Pilihan Karir

Menurut Sukardi (1984:15)peranan


bimbingan karir disekolah dalam era pembangunan kita dewasa ini memiliki peranan penting
terutama bertujuan penting: a). Memberikan berbagai kemampuan ,ketrampilan dan sikap yang
sesuai dengan perubahan masysrakat,dan b). memberikan berbagai kemampuan dan ketrampilan
khusus yang sesuia denga potensi _ potensi siswa dalam berbagai jenis pekerjaan tertentu
yasng secara langsung dapat diterapkan
Menurut Thayep (1992:160161), mengatakan aktivitas bimbingan karir haruslah
menekankan pada iga hal yaitu : menstimulasi perkembangan karir, menyediakan perlakuan,dan
membantu penempatan(yang terakhir menunjuk pada kepindahan siswa kepada tingkat
pendidikan selanjutnya atau kepada kehidupan pekerjaan). Perlakuan (pemberian bantuan) perlu
diberikan bagi siswa

siswi,walaupun telah diberikan informasi dan pengalaman

pengalaman aksploratasis lainnya,masih belum mampu membuat pilihan aau komimen terhadap
suatu
rencana tindakan

Bimbingan karir itu perlu diberikan kepada para siswa untuk menyaring serta menyeleksi
potensi

potensi yang sesuai yang dimiliki oleh para siswa dalam menentukan pilihannya untuk
mewujudkan dirinya pada pekerjaan, jabatan atau karir yang tersedia(sukardi,1984:16). Menurut
Satori,dkk (2004), mengatakan bahwa

bimbingan karier membantu perserta didik agar memahami :dunia kerja ,memiliki sifat yang
positif terhadap pekerjaan,mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja,mampu
memilih pekerjaan untuk profesi tertentu dan membekali diri agar siap memangku jabatan
itu,serta dapat menyesuiakan diri dengan tututan

tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki

.
G.

Kerangka Arah Bimbingan Karir


Bimbingan karir ialah bimbingan dalam memperiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan/
prodesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan yang telah dimasukinya

III. PEMBAHASAN A.

Bentuk Layanan Bimbingan Karir


Kematangan karir merupakan persiapan awal meraih sukses dalam berkarir. Pondasi awal
terbentuknya kematangan karir meliputi : kemampuan memahami diri, lingkungan, nilai-nlai,
penyelesaian masalah dan kemampuan pengambilan keputusan. Kesemuanya berkaitan dengan
pengambilan keputusan akhir karir. Artinya bahwa kelima kemampuan tersebut akan sangat
menentukan kualitas kematangan karir siswa. Kematangan karir akan mendasari kemampuan

siswa untuk menganalisis peluang karir yang pada akhirnya bermuara pada pengambilan
keputusan yang tepat. Sementara itu pengambilan keputusan merupakan teknik untuk
menentukan bidang karir yang tepat, yakni baik bagi diri sendiri, keluarga dan lingkugannya.
Dengan demikian pengembangan kematangan kerir, kemampuan analisis peluang karir dan
kemampuan pengembilan keputusan perlu dijadikan bentu layanan dalam bimbngan karir di
SMK sehingga lulusan dapat bekerja dalam suatu bidang karir secara tepat efektif dan efisien.
1.

Layanan Pengembangan Kematangan Karir


Layanan pengembangan kematangan karir adalah layanan bimbingan yang berupaya
memfasilitasi siswa terjadinya perkembangan kematangan karir siswa. Kematangan karir yang
dimaksud adalah kesiapan siswa untu membuat keputusan-keputusan karir dengan tepat. Ada 2
ranah hal perlu dikembangkan untuk membangun kematangan karir siswa yaitu : 1)

Ranah kognitif (pengetahuan) yang terdiri dari :

Pengetahuan tentang informasi dunia kerja

Pengetahuan tentang kelompok kerja yang disukai

Pengetahuan tentang membuat keputusan 2)

Ranah non kognitif meliputi :

Perencanaan karir

Ekploitasi karir

Reakisme keputusan karir Dengan demikian layanan pengembangan kematangan karir berarti
memfasilitasi berkembangan keenam aspek tersebut pada diri siswa
a.

Memfasilitasi Perkembangan Pengetahuan Dunia Kerja


Pengetahuan tentang dunia kerja adalah segala informasi tentang dunia kerja. Hal itu penting
dilakukan agar siswa mengalami kemudahan dalam memiliki informasi berbagai hal tentang
pekerjaan. Tujuan dari proses ini adalah agar siswa memiliki wawasan yang jelas dan luas
tentang berbagai pekerjaan. Pengetahuan tentang dunia kerja terrangkum dalam 5 aspek yaitu : 1)

Pengetahuan tentang cara orang lain mendapatkan pekerjaan 2)

Pengetahuan tentang cara oran lain memahami minat dan kemampuannya dalam berkarir 3)

Pengetahuan tentang persyaratan yang dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja 4)

Pengetahuan tentang tugas kewajiba pekerjaan 5)

Pengetahuan tentang alasan orang lain berganti pekerjaan

b.

Memfasilitasi Pengatahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai


Secara garis besar pengetahuan ini trangkum dalam 5 aspek yaitu : 1)

Pengetahun dari tugas yang diminati 2)

Pengatahuan tentang peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam pekerjaan yang
dimnati 3)

Mengetahu persyaratan fisik daru pekerjaan yang diinginkan 4)

Mengidentifikasi alasan dalam meiih pekerjaan yang diminati 5)

Mengetahui resiko yang mungkin muncul dari bidang pekerjaan yang diminati Dengan demikian
guru/konselor memberi kemudahan kepada siswa untuk memiliki pegetahuan tentang pekerjaan
tertentu yang diminatinya. Bisa jadi hana satu pekerjaan yang diminati atau mungkin ada
beberapa pekerjaan. Ini penting dilakukan agar siswa mengalami kemudahan dalam meiliki
informasi berbagai hal tentang pekerjaan yang diminati.
c.

Memfasilitas pengetahuan tentang Membuat Keputusan


Membuat keputusan berarti proses penentuan pilihan. Memfasilitasi pengetahuan tentang
membuat keputusan berarti proses bantuan untuk memudahkan siswa menentukan pilihan. Ini
penting sebab agar keputusan-keputusan selama menjadi siswa dapat menjadi dasar keputusan
karir masa depannya. Ada 3 hal yang mendasari pengetahuan tentang pembuatan keputusan karir
: Pertama : pemahanan tentang tata cara dan langkah-langkah membuat keputusan karir Kedua
dorongan dan aktivitas dalam mempelajari bagai mana keberhasila orang lain Ketiga
kemampuan menggunakan pengetahuan dan pemikiran untuk membuat keputusan karir .
d.

Memfasilitasi perencanan karir


Aktifitas perencanaan karir sanga penting bagi siswa terutama untuk membangun sikap siswa
dalam menempuh karir masa depan. Tujuan utama agar siswa memiliki sikap posisit terhadap
karir masa depan terutama bidang karir yang diminatinya. Ada 5 aktifitas yang perlu difasilitasi
konselor : 1.

Mempelajari semua informasi tentang karir seperti konsep karir, jenis karir, cara memperoleh
karir atau cara berpindah karir 2.

Memfasilitasi diskusi dengan orang yang dituakan 3.

Mengikuti kursus sesuai bidag karir 4.

Berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuluer atau bekerja paruh waktu sesuai dengan karir
yang diminatinya 5.

Mengikuti pelatihan atau pendidikan sesuai dengan yang diminatinya


e.

Memfasilitasi Eksplorasi karir


Eksplorasi karir adalah aktifitas siswa untuk memanfatkan orang lain (guru, orang tua, konselor
atau sumber lain ) sebagai sumber informasi karir. Tujuannya adalah agar siswa mampu
memanfaatkan berbagai sumber informasi karir sehingga ia memiliki informasi karir yang
lengkap.

Aspek yang perlu difasilitasi adaah : 1)

Memfasilitasi tumbuhnya keinginan untuk memanfaatkan sumber informasi karir 2)

Memfasilitasi proses pemanfaatan sumber informasi karir, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi karir
2.

Layanan Pengembangan Analisis Peluang Karir


Layanan pengembangan analisis peluang karir adalah bentuk layanan bibingan yang berupaya
memfasilitasi terjadinya perkembangan kemampuan analisis peluang karir. Peluang karir
didefinisikan sebai kesemapatan yang apat dijadikan jalan untuk berkarir. Dengan kata lain
layanan pengembangan analisis karir erupakan proses memfasilitasi sisw agar mampu
mengembangkan kemampuan menganalisis kesempatan berkarir. Ada 4 aspek yang mendasari
siswa memiliki kemampuan menganalisis peluang karir yakni : Kesadaran karir, Sikap karir,
Motif karir dan Komitmen karir
a.

Memfasilitasi kesadaran karir


Kesadaran karir merupakan proses awal pertumbuhan karir pada diri siswa terhadap bidangbidang karir tertentu. Dengan demikian tujuan utamanya adalah meberi kemudahan kepada siswa
untuk menumbuhkan keingintahuan dan rasa senang terhadap bidang-bidang karir dan
menumbhka keyakinan bahwa semua jalan hidup dapat dijadikan peluang karir. Ciri siswa yang
memiliki keingintahuan terhadap bidang karir adalah :

Frekwensi siswa bertanya

Durasi siswa bertanya

Kedalaman sumber karir yang dieksplorasi


b.

Memfasilitasi Perkembangan sikap karir


Sikap karir adalah arah kecendrungan tindakan atau aktifitas siswa terhadap bidang karir ag
diminati. Esensi tujuan dari memfasilitasi perkembangan karir adalah munculnya sikap positif
siswa terhdap karir terutama yang diminatinya. Ada 3 aspek yang dikembangkan dalam
memunculkan sikap ini yaitu :

Penghargaan yang tinggi terhadap karir

Aspirasi yang tinggi terhadap karir

Tindakan aktifitas positif terhadap karir


c.

Memfasilitasi perkembangan motif beprestasi dalam menempuh karir


Motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan atau mencapai sesuau dengan sebaik
mungkin. Peran guru/konsselor dalam memfasilitasi perkembangan motif daalam menempuh
karir adalah :

Membantu mengembangkan kegiatan kegiatan yang mendukung pengembangan karir siswa serta
memberikan penilaian dan umpan balik

Memfasilitasi akses informasi karir bagi siswa

Memberikan dukngan positif kepada siswa untuk menciptakan peluar karir sendiri

d.

Memfasilitasi siswa untuk memperoleh informasi peluang karir


Informasi peluang karir adalah berbagai informasi mengendai kesempatan memperoleh
pekerjaan bagi siswa. Ada beberapa kegiatan yang dapat dikembangkan oleh konselur atau guru
antara lain : Bursa pekerjaan, Hari karir d an kunjungan karir
e.

Memfasilitasi perkembangan komitmen karir


Komitmen karir adalah keteguhan siswa dalam menempuh karir masa depannya. Ciri siswa yang
mempunyai komitmen ini adalah :

Siswa memiliki keyakinan yang teguh terhadap karir yang ditempuhnya

Mencari dan memilik kegitan yang relevan dengan bidang karir yang diminatinya

Bersunguh-sungguh dakan nekajsabaab jegitab terutama yang relevan dengan karir yang
diminatinya

Bertanggun jawab atas risiko keputusan karir yang diambilnya Peran guru atau konselor dalam
hal ini adalah memberi kemudahan kepada siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan ciriciri tersebut diatas sehingga betul betul actual dan mempu mendasari perkembangan karir masa
depannya.
3.

Layanan Pengembangan Kemampuan Membuat Keputusan Karir


Keputusan karir adalah penentuan pilihan karir. Pilihan karir adalah pilhan-pilihan kegiatan yang
endukung atau relevan dengan karir masa depan siswa. Hal ini berarti proses penentuan pilihanpilihan kegiatan yang mendukung atau eleven dengan karir masa depan siswa. Siswa SMK
diharapkan mampu membuat keputusan karir yang tepat. Artinya mampu menentukan kegiatan
yang mendukung kerir masa depannya. Kemampuan itu didasari oleh pengetahuan, kesiapan dan
ketrampilan siswa. a.

Pengetahuan yang mendasari kemamampua membuat keputusan

Pengetahuan tentang tujuan hidup

Pengetahuan tentang diri sendiri

Pengatahuan tentang lingkungan

Pengetahuan tentang nilai-nila

Pengatahuan tentang dunia kerja

Pengetahuan tentang keputuan kerir b.

Kesiapan membuat keputusan karir Kesiapan siswa dalam membuat keputusan karir adalah
didaari oleh kayakinan dan keinginan. Keyakinan adalah kepercayaan diri bahwa ia akan
memapu dengan tepat mengambil keputusan. Untuk memunculkan kayakinan ini siswa perlu
memiliki pengetahuan tentang yang lengkap. Untuk membangun keyakinan perlu dilakukan
dengan cara bimbingan kelompok atau individu. c.

Ketrampilan membuat keputusan karir Ketrampilan membuat keputusan karir merupakan alam
tindakan nyata atau in action dalam membuat keputuan karir. Pengetahuan dan kesiapan
merupakan kemampuan potensial utuk membuat keputusan karir. Siswa yang memiliki
ketrampilan membuat keutusan ini memiliki sifat mandiri, luwes, kreatif dan bertanggung jawab.

SUMBER RUJUKAN Dewa, ketut Sukardi,1984. Bimbingan karir disekolah. Ghalia Indonesia :
Jakarta Dewa, ketut Sukardi,1993. Psikologi pemilihan karier. Rineka Ciptadonesia : Jakarta
Manrihu,Thayep.1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier.Bina Aksara:Jakarta
Syah,Darwyan.dkk.2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Gaung Persada: Jakarta
Walgito,B.2004. Bimbingan dan konseling (studi dan karier) ,Andi:Yogyakarta
http://ilmupsikologi. ordpress.com/2010/02/07/pengertian-bimbingan-karir/
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=110&Itemid=
104 http://www.scribd. com/doc/32703538/bimbingan-karir

1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM
. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak
didik akan memperoleh berbagai macam kemampuan, pengetahuan,
keterampilan
serta keah
lian. Dengan bekal tersebut, seseorang akan mampu memilih,
menetapkan dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja yang
sesuai
dengan tuntutan hidup, cita
cita dan nilai
nilai hidup yang dianutnya sendiri.
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
merupakan lem
baga pendidikan yang
menyiapkan
tenaga terampil untuk memasuki dunia kerja
dengan pemenuhan
kompetensi di
berbagai
bidang
.
Siswa
diberi beberapa alternatif pilihan jurusan

yang dapat mewadahi bakat dan minat siswa yang selanjutnya


didayagunakan
untuk membe
ntuk pribadi siswa dalam rangka persiapan memasuki dunia kerja ke
depan.
SMK
adalah lembaga pendidikan tingkat menengah yang diharapkan
dapat menghasilkan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) ya
ng
profesional di
bidangnya. Agar mampu tetap berkipr
ah dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kerja di Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI), maka SMK
harus
mampu menyesuaikan mutu tamatannya dengan kebutuhan ketenagakerjaan
yang
ada saat ini.
S
ekolah memegang peranan penting bagi perkembangan intelektual,
ketrampi
lan sosial dan menunjang dunia kejuruan yang ingin dimasuki. Selain
2
mengembangkan kapasitas intelektual, sosial dan kejuruan, sekolah juga
memberikan pengaruh cukup besar bagi pengaruh remaja. Masa remaja
adalah
masa yang sangat penting bagi perkembangan p
ada masa
masa selanjutnya
,
karena masa remaja menjadi
dasar bagi berhasil atau tidaknya seseorang
menjalani kenyataan hidup pada perkembangan selanjutnya. Pada masa ini
,
remaja berusaha menentukan jati diri, mencapai kemandirian emosional,
kematangan hubun
gan sosial, dan mempersiapkan diri meniti karir.
Karir bagi siswa bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi
pilihan yang sesuai dengan kemampuan. Persiapan diri dan pemilihan dalam
menjalankan suatu pekerjaan atau karir merupakan salah satu tug
as perkembangan

yang penting di masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi menuju
kedewasaan, begitu juga dalam berkarir. Berkarir sendiri merupakan salah
satu
penanda masuknya seseorang ke
dalam gaya hidup orang dewasa. Remaja pada
masa ini dihadapk
an pada situasi dimana mereka diharuskan membuat pilihan
karir
tanpa memiliki banyak pengalaman di dalam dunia pekerjaan (Newman &
Newman,1979).
Untuk pembentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa
itu sendiri yang didasarkan pada pemahama
n dan minat serta pemahaman karir
yang ada di
masyarakat. Kesulitan siswa dalam memilih dan menentukan karir
tidaklah dapat dipungkiri, banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa karir
adalah jalan hidup dalam usaha menggapai kehidupan yang baik di
masa
mend
atang.
3
Permasalah
a
n
yang terjadi diantaranya adalah:
(1) beban memiliki
pemahaman yang mantap tentang kelanjutan pendidikan setelah lulus, (2)
program
studi yang dimasuki bukan pilihan sendiri, (3) belum memahami jenis
pekerjaan
yang cocok sesuai kemampua
n diri sendiri, (4) masih bingung memilih jenis
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, (5) merasa pesimis
bahwa
setelah lulus akan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Oleh sebab itu betapa
pentingnya orientasi karir pada masa remaja, terutama
siswa sekolah menengah
k
ejuruan. Karena jenjang SMK memb
erikan konstribusi besar dalam perjalanan

pendidikan dan pekerjaan kita nantinya


,(
http://repository.upi.edu
)
.
Berdasarkan observasi wawancara
awal peneliti
dengan siswa
yang
sekarang duduk di kelas
II
jurusan teknik pemesinan
SMK PIRI Sleman, masih
banyak permasalah
an yang dialami oleh siswa menge
nai pemilihan karirnya.
Siswa masih merasa kurang informasi tentang karir yang mereka pilih, karena
walaupun ada jam B
imbingan
K
onseling
tapi belum dilaksa
nakan sebagaimana
mestinya. Kegiatan layanan bimbingan karir masih belum terprogram dengan
baik, hanya saat
saat tertentu saja layanan tersebut diberikan. Jika masih seperti
ini maka akan berakibat buruk pada masa depan karir mereka termasuk
dalam
pemiliha
n kerja yang mereka inginkan apabila tidak sesuai dengan bakat dan
minatnya.
Kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan juga
berkaitan dengan orientasi karir merupakan penghambat siswa untuk
mengambil
keputusan karirnya secara cepat. Masih ba
nyak siswa yang merencanakan
karirnya secara tidak realistis, mereka membuat rencana karirnya hanya
4
berdasarkan keinginan dan kemauan mereka yang tidak disesuaikan dengan
kemampuan yang dimilikinya.

Mengingat pentingnya masalah karir dalam kehidupan manus


ia, maka
sejak dini siswa perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan tentang
karirnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pendidikan dan
pemahaman orientasi karir yang berkelanjutan.
Menyadari keadaan
yang
demikian maka perlu dilak
sanakan
bimbingan karir yang menekankan kegiatan
kegiatan dan informasi yang sistematis tentang dunia kerja dan alternatif
pendidikan dimasa yang akan datang.
Untuk itu diadakan penelitian dengan judul

Orientasi
Karir Siswa Kelas II
Jurusan Teknik Pemesinan
di S
MK PIRI
Sleman
.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah tentang bagaimana
orientasi
karir siswanya khususnya kelas II
jurusan
teknik pemesinan
setelah lulus dari SMK
PIRI Sleman
.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
lata
r belakang masalah di atas mengenai
orientasi
karir siswa
kelas II
jurusan teknik pemesinan
di SMK

PIRI Sleman
, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1.
Masih rendahnya tingkat pemahaman siswa mengenai orieantasi karir.
2.
Kurangnya informasi tentang or
ientasi karir yang didapat siswa.
3.
Siswa masih bingung mengenai pilihan karir setelah lulus.
4.
Kurangnya kegiatan
kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan orientasi
karir.
5
C.
Batasan
Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari
penafsira
n yang menyimpang, maka perlu diberikan batasan
batasan mengenai
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Bahasan
penelitian ini akan
diba
tasi pada
tingkat pemahaman orientasi karir, pilihan karir siswa serta media
informasi
karir siswa kelas I
I
jurusan teknik pemesinan
SMK PIRI Sleman.
D.
Rumusan Ma
s
a
l
ah

Berdasarkan latar belakang


masalah, identifikasi masalah
dan
batasan
masalah
yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah
tingkat pemahaman orie
ntasi karir siswa kelas II jurusan
teknik pemesinan SMK PIRI Sleman?
2.
Bagaimanaka
h
gambaran
pilihan
karir siswa
kelas II
jurusan teknik
pemesinan
SMK PIRI Sleman?
3.
Bagaimanakah gambaran
media
informasi karir yang didapat
siswa kelas II
jurusan teknik pemesin
an
SMK PIRI Sleman
?
E.
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah
di atas, dapat di
simpulkan
beberapa hal yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini
, yaitu:
1.

Untuk mengetahui tingkat pemahaman orientasi karir siswa kelas II jurusan


teknik pemesinan SMK PIRI Sleman
?
6
2.
Untuk mengetahui gambaran
pilihan
karir siswa
kelas II
jurusan teknik
pemesinan
SMK PIRI Sleman.
3.
Untuk mengetahui gambaran
media
informasi karir yang didapat siswa kelas
II jurusan teknik pemesinan SMK PIRI Sleman.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil
dari
penelit
ian ini diharapkan dapat memberi
kan
manfaat
sebagai
berikut
:
1.
Bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui orientasi karir
yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa
.
2.
Bagi sekolah, dengan diketahuinya peranan
orientasi
karir siswa setelah
lulus,
maka
diharapkan dapat memberikan
dorongan bagi sekolah untuk

menggiatkan kegiatan
kegiatan yang
lebih mengarah pada pemupukan
atau
bimbingan
karir siswa.
3.
Sebagai
referensi
bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian berkaitan
dengan
orientasi
kar
ir siswa.

Papan Bimbingan Online UAD

Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit

Main Menu

Beranda
Profil
Download

BK KARIR
19.27 | Author: Noesaalas
A. Bimbingan Karir Salah Satu Faktor Yang Dapat Mempersiapkan Siswa Memasuki
Dunia Kerja

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling


ada empat bidang pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yaitu bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Bimbingan karir pada hakekatnya
merupakan salah satu upaya pendidikan melalui pendekatan pribadi dalam membantu individu
untuk mencapai kompetisi yang diperlukan dalam menghadapi masalah-masalah karir.
Donald D. Super (1975) mengartikan bimbingan karir sebagai suatu proses membantu pribadi
untuk mengembangkan penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta peranannya dalam dunia
kerja. Menurut batasan ini, ada dua hal penting, pertama proses membantu individu untuk
memahami dan menerima diri sendiri, dan kedua memahami dan menyesuaikan diri dalam dunia
kerja. Oleh sebab itu yang penting dalam bimbingan karir adalah pemahaman dan peCareer
guidance encompasses all of the service that aim at helping pupils make occupational and
educational plans and decisions nyesuaian diri baik terhadap dirinya maupun terhadap dunia
kerja. Tolbert, (1975:27) memaparkan bahwa . Pengertian Tolbert ini mengandung makna
bahwa bimbingan karir merupakan salah satu bentuk layanan dalam membantu siswa
merencanakan karirnya.

Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu
proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia
mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan,
pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktorfaktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh
siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam
perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan
karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14)
menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi
yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah
yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses
layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai,
pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah di
sini dan sekarang. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedurprosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui
pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan
mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang
berharga melaui proses pendidikan untuk mempersipakn siswa memasuki dunia kerja. Salah satu
bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia
kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan
memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis
sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan,
program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu.
Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan. Artinya siswa
mulai dari kelas satu sampai tamat SMK dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bagaimana merencanakan karir sepanjang hidup (career life span).
B. Informasi karir Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Siswa Memasuki
Dunia kerja
Makna Informasi karir
Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang semakin
kompleks, khususnya siswa SMK akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan
hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan
tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut

kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi
yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir,
akhirnya akan mengalami masalah.
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan
mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan
baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang
cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan
untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor
kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir
adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi
itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya.
Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi
sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan
pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari faktafakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu
memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia
kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan
dengan butir-butir berikut:
1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis
kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi
permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
15. Ciri-ciri khas tempat kerja
*) Dra. Yeni Karneli, M.Pd., Kons : Dosen Jurusan BK FIP UNP
sumber :
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=110&Itemid=10
4

karir |
This entry was posted on 19.27 and is filed under karir . You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Motivasi
Santrock (2008) menyatakan bahwa, motivasi intrinsik bukan karena situasi buatan
(dari
luar) melainkan untuk kepuasan pada dirinya. Aktivitas yang dilandasi oleh motivasi
intrinsik
bertahan lebih lama daripada motivasi lainnya. Selain motivasi intrinsik, adapula
motivasi
ekstrinsik. Lebih lanjut Santrock menegaskan bahwa, m
otivasi ekstrinsik sangat mempengaruhi
seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari
hari, mengoptimalkan kreativitas otak dan mental.
Biasanya motivasi ekstrinsik berkenaan dengan
reward
atau
price
.
Berdasarkan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu berpartisipasi dalam aktivitas berpikir dan tergantung nilai
nilai penguatnya.
Lebih lanjut Hallywell (dalam Purwanto, 2010) mengatakan bahwa, dorongan
ekstrinsik da
pat
meningkatkan mo
tivasi intrinsik apabila dorongan itu dapat menambah rasa kompetensi dan
kemampuan individu, namun sekaligus juga dapat menurunkan motivasi intrinsik
individu jika
dorongan ekstrinsik akan mengurangi kompetensi dan kemampuan diri indiv
idu. Dengan kata lain

Anda mungkin juga menyukai