A. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamanya sendiri. Dalam proses belajar ini berhasil
atau tidaknya pelaksanaan proses tersebut sangat di pengaruhi oleh banyak hal. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar salah satunya adalah motivasi belajar.
Menurut Surya (1996: 62) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu upaya
untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang
terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran motivasi sangat
diperlukan. Hasil belajar siswa akan menjadi optimal bila ada motivasi.
Sedangkan menurut pendapat Hawley dalam (Yusuf, 1993:14) menyatakan bahwa
siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya
siswa yang motivasinya rendah. Pada pelaksanaan proses pembelajaran salah satu komponen
yang menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan proses pembelajaran adalah guru. Guru
merupakan motivator dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
siswa. Guru memiliki peran untuk merangsang dan memberikan dorongan yang positif
serta penguatan
sangatlah dipengaruhi oleh peran seorang guru. Hal ini menunjukan bahwa kegagalan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dimungkinkan karena guru tidak berhasil dalam
memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan siswa untuk belajar
(Sardiman, 2007:75).
Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah ditandai oleh bentuk tingkahlaku sebagai
berikut : (1) kelesuan dan ketidakberdayaan; (2) penghindaran atau pelarian diri; (3)
pertentangan; dan (4) kompensasi (Syaodih, 1980 :59). Fenomena yang terjadi di lapangan
sehubungan dengan motivasi belajar menunjukkan perilaku sebagai berikut : (1) membolos,
datang terlambat , tidak mengerjakan PR, dan tidak teratur dalam belajar; (2) menunjukkan sikap
yang kurang wajar, seperti menentang, acuh tak acuh, berpura-pura ; (3) lambat dalam
melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar; dan (4) menunjukan gejala emosional yang kurang
wajar, seperti pemurung, pemarah, mudah tersinggung, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu. Menurut Natawidjaja (1988 :22) keempat gejala yang ditunjukkan
tersebut mengisyaratkan adanya kesulitan belajar pada diri siswa. Kesulitan belajar tersebut di
duga berkaitan erat dengan motivasi belajar yang dimilikinya.
Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi siswa untuk dapat
mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan kelompok
merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada
siswa dalam mengembangkan, meningkatkan motivasi belajar siswa. Bimbingan kelompok
merupakan lingkungan kondusif yang memberikan kesempatan
menambah penerimaan diri dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan bantuan
alternatif pemecahan masalah dan mengambil keputusan yang tepat , dapat berlatih tentang
perilaku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukannya sendiri. Suasana ini dapat
menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat menambah motivasi
belajar siswa.
Bimbingan kelompok tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan bimbingan dan
konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang masih memerlukan pengembangan perilaku
dimaksud, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan masyarakat sehingga diharapkan secara
optimal siswa mengalami perubahan dan mencapai peningkatan yang positif setelah mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok.
pembimbing di SMA N 1 Indralaya ternyata masih terdapat siswa yang memiliki motivasi
belajar yang rendah hal ini dapat di lihat dari prestasi hasil belajarnya di kelas dengan nilai yang
rendah pada setiap mata pelajaran, masih ada siswa-siswi yang tidak bersemangat dalam belajar,
datang terlambat, membolos sekolah, tidak membuat PR. Pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA N 1 Indralaya ini belum berjalan secara optimal sehingga belum dapat
menerapkan beberapa layanan seperti halnya layanan bimbingan kelompok. Hal ini diakibatkan
karena tidak adanya 1 jam mata pelajaran bimbingan dan konseling di sekolah tersebut. Untuk
itu peneliti merasa perlu mengadakan bimbingan kelompok di sekolah yang akan di adakan di
luar jam pelajaran sehingga tidak menganggu aktivitas belajar siswa pada proses belajar
mengajar.
Upaya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan
layanan bimbingan kelompok. Dalam kegiatan bimbingan kelompok ini akan membahas topik
tugas yang akan di sajikan oleh peneliti dimana anggota kelompok nantinya memilih topik mana
yang akan di bahas untuk masing-masing pertemuan. Pada saat berlangsungnya proses
bimbingan kelompok masing-masing anggota kelompok di dalamnya saling mengemukakan
pendapat, memberikan saran maupun ide-ide, menanggapi, saling berkomunikasi, menciptakan
dinamika kelompok untuk mengembangkan diri yaitu berlatih mengkomunikasikan pendapatpendapat yang ada pada tiap-tiap anggota dalam membahas suatu topik.
Layanan bimbingan kelompok tepat digunakan sebagai salah satu bentuk layanan
bimbingan dan konseling untuk dapat diberikan kepada siswa yang memiliki motivasi belajar
yang masih rendah. Berdasarkan latar belakang uraian di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi
belajar siswa kelas XI IPA I SMA Negeri 1 Indralaya Tahun Pelajaran 2009/2010.
1.2
Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh layanan
SMA Negeri 1
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah ada pengaruh layanan
bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas XI IPA I
SMA Negeri 1
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk dapat melaksanakan
kegiatan layanan bimbingan kelompok dalam membantu meningkatkan
motivasi belajar siswa.
1.5
Hipotesis
Ada ada pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap motivasi belajar siswa kelas
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat,
memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan
informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan
yang optimal.
Dengan adanya kegiatan bimbingan kelompok ini maka siswa dilatih untuk berbicara
dihadapan teman-temannya dalam mengemukakan pendapatnya, siswa belajar untuk
menghargai pendapat, siswa belajar memecahkan masalah dari topik yang dibahas. Dengan
demikian siswa akan termotivasi untuk belajar dan mempertinggi prestasi.
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersamasama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru pembimbing) yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat. (Sukardi, 2003: 48).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk dapat berlatih
berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku
yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat termotivasi
untuk mengembangkan potensi diri sehingga diharapkan siswa pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
Di dalam suatu kelompok, kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis,
bergerak dan aktif berfungsi dalam memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai tujuan. Dalam
bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok dapat
mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Dinamika kelompok
tersebut hanya akan dapat terwujud jika kelompok tersebut benar-benar hidup, mengarah pada
tujuan yang ingin dicapai dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok
serta semangat ditentukan oleh peranan anggota kelompok.
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan suasana kelompok menjadi lebih
baik (Prayitno, 1995:27), yaitu :
a.
b.
Tujuan bersama.
c.
d.
e.
Kemandirian.
b.
Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan
Pemberi bantuan, pengarahan atau campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
b.
Memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang dalam kelompok, baik itu
perasaan anggota-anggota tertentu maupun perasaan keseluruhan kelompok.
c.
Memberikan arahan kepada angggota kelompok, jika kelompok tersebut tampaknya kurang
menjurus kepada arah yang ingin dituju.
d.
e.
Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di
dalamnya juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
c.
Anggota Kelompok
Merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu kelompok dan sangatlah menentukan.
Tanpa adanya anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok
itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan
terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu,
dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan
pimpinan kelompok sama sekali.
Pemilihan anggota kelompok sangatlah penting, agar dalam pelaksanaan bimbingan
kelompok dapat berjalan lancar. Anggota kelompok sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Jika anggota kelompok tidak bisa
membina keakraban, melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, mematuhi aturan dalam kegiatan
kelompok, terbuka, membantu anggota kelompok lain, maka akan sangat sulit dalam
menciptakan suasana kelompok yang baik.
Di dalam bimbingan kelompok, anggota kelompok hendaknya memainkan perannya
sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Prayitno (1995:32) anggota kelompok berperan sebagai
:
a.
b.
c.
d.
e.
Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
f.
g.
h.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, didalam suatu layanan bimbingan kelompok terdapat tiga
komponen yang sangat mempengaruhi di dalam berhasil atau tidaknya suatu proses bimbingan
kelompok dan akan saling menunjang satu sama lain. Ketiga komponen tersebut adalah suasana
kelompok, pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
Asas kesukarelaan, yakni semua anggota kelompok diminta secara sukarela dan tanpa raguragu atau merasa terpaksa di dalam menyampaikan masalah yang dihadapinya.
2.
Asas kerahasiaan, yakni segala sesuatu yang dibicarakan di dalam kegiatan bimbingan
kelompok tidak boleh disampaikan kepada orang lain, terutama hal-hal atau informasi yang tidak
layak diketahui oleh orang lain
3.
Asas keterbukaan, yakni semua anggota kelompok bebas dan terbuka mengeluarkan pendapat,
ide, saran dan apa saja yang dirasakan atau yang dipikirkannya.
4.
Asas kenormatifan, yakni semua yang dibicarkan dan dilakukan dalam kegiatan kelompok
tidak boleh bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku. Selama kegiatan
berlangsung setiap anggota kelompok diharapkan dapat saling menghormati dan menghargai.
Apabila asas-asas tersebut diikuti dan dapat dilaksanakan dengan baik, maka sangat dapat
diharapkan proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan. Akan tetapi
jika asas-asas tersebut diabaikan atau bahkan dilanggar maka sangat dikhawatirkan kegiatan
konseling tidak akan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan, bahkan juga
dapat merugikan orang-orang yang terlibat di dalam bimbingan kelompok tersebut. Jadi, di
dalam bimbingan kelompok terdapat beberapa asas-asas yang mengikat dalam jalannya suatu
layanan bimbingan kelompok seperti asas kesukarelaan, asas kerahasiaan, asas keterbukaan dan
asas kenormatifan. Asas-asas tersebut sangatlah berperan di dalam proses jalannya bimbingan
kelompok, sehingga tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai.
2.
Doa bersama.
3.
4.
5.
Cara pelaksanaan.
6.
7.
b.
Tahap peralihan
1.
2.
3.
4.
c.
Tahap kegiatan
1.
2.
3.
4.
Setiap anggota mengemukakan apa yang akan dilakukan setelah membahas topik tersebut
(peneguhan hasrat) dan / komitmen.
d.
Tahap pengakhiran
1.
2.
3.
4.
5.
Doa penutup.
lajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat
penting. Guru pembimbing atau konselor sekolah harus dapat memahami dengan baik tentang
proses belajar, agar konselor sekolah dapat memberikan Konseling dan menyediakan lingkungan
belajar yang tepat dan serasi dengan apa yang dibutuhkan siswa di sekolah.
Belajar merupakan usaha untuk merubah tingkah laku seseorang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sardiman A.M (2003 : 20): Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan,
dengan
serangkaian
kegiatan
misalnya
dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan, atau meniru. Artinya bahwa belajar itu dapat menghasilkan perubahan tingkah
laku yang diinginkan melalui kegiatan yang dilakukan seperti membaca, mengamati,
mendengarkan atau meniru apa yang dipelajari.
Melalui belajar kita dapat mengalami suatu perubahan kearah yang lebih baik yang dapat
dilihat dari pribadi manusia itu sendiri yang ditampakkan dalam bentuk perubahan peningkatan
kualitas tingkah laku yang dimiliki. Belajar memberikan peningkatan akan kecakapan,
pengetahuan sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.
Menurut Oemar Hamalik (1983 : 21):
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan
dalam cara bertingkah laku yang baru berkat penglaman dan latihan.
Dalam hal ini bentuk pertumbuhan atau perubahan yang dimaksud adalah bertambahnya
ilmu pengetahuan dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Dari
kedua pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya berupa peningkatan kualitas perubahan tingkah laku pada dirinya dari
keadaan sebelum ia belajar dan penguasaan materi ilmu pengetahuan.
Seseorang belajar ingin mendapatkan sesuatu hal yang baru, dalam hal ini berupa pengetahuan
dan wawasan yang dapat berguna dalam mengembangkan pola pikir dan kepribadian dalam
menghadipi segala hal.
2.
3.
Pembentukan sikap
Sikap yang baik dalam menyikapi segala hal dapat diperoleh dari hasil belajar, karena belajar
merupakan suatu usaha untuk mengubah suatu tindakan atau perilaku yang diinginkan melalui
pengalaman dan latihan.
Siswa yang memiliki ketiga tujuan belajar tersebut diatas akan lebih mudah dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dikelas, karena ketiga tujuan belajar yang terlah uraikan
diatas dapat diketahui motivasi instrinsik dari siswa untuk belajar sudah terbentuk. Tujuan
belajar itu terbentuk karena adanya kebutuhan dan motivasi dari siswa. Dengan demikian belajar
itu berorientasi kepada tujuan siswa dalam belajar.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku siswa, banyak
faktor yang mempengaruhinya. Dari banyak faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dibagi
menjai dua faktor yaitu:
1.
Faktor Internal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor internal
ini terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis yaitu kondisi jasmani yang
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor
psikologis yaitu faktor rohaniah seperti tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi
siswa.
2.
Faktor Eksternal
Faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor sosial seperti
lingkungan sekolah yang mempengaruhi semangat belajar siswa, kondisi dan keadaan
lingkungan masyarakat dan teman-teman di tempat tinggal siswa, dan yang paling
mempengaruhi adalah lingkungan dari keluarga atau orang tua siswa itu sendiri dilihat dari sifatsifat orang tua dan pengelolaan terhadap keluarga. Faktor lingkungan nonsosial yaitu gedung
sekolah, jarak rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang
digunakan saat siswa belajar. Faktor lingkungan sosial maupun faktor lingkungan nonsosial
sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
rumah. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan
belajar siswa.
2.2.4 Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme yang mendorong untuk
berbuat sesuatu. Sesuai dengan pendapat Gleitman dan Reber (1986 : 136): Motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Seseorang akan memiliki
dorongan yang timbul dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu yang diinginkan agar
tercapai.
Dalam dunia pendidikan, motivasi belajar yang lebih signifikan bagi siswa adalah
motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri. Kerena lebih murni dan akan tahan lama serta tidak
bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan untuk mencapai prestasi dan
dorongan untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, memberikan
pengaruh yang kuat dan relative lebih lama dibandingkan dengan dorongan keharusan dari orang
tua dan guru.
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu
perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hamzah (2007:1) menjelaskan bahwa motivasi merupakan dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh
karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai
dengan motivasi yang mendasarinya. Sutadipura (2005:114) menyatakan bahwa motivasi
merupakan suatu proses, yaitu :
1.
2.
Memberikan kepada anak-anak didik, kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya
kewaspadaan yang memadai.
3.
1.
Motivasi instrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
2.
Motivasi ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan
dari luar.
Macam-macam motivasi yang telah disebutkan diatas semua pada akhirnya adalah untuk
mencapai apa yang menjadi tujuan untuk memenuhi kebutuhan dengan adanya dorongan baik
dari dalam maupun dari luar. Motivasi sangatlah diperlukan, karena dengan adanya motivasi
siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam kegiatan belajar, yang terutama adalah motivasi yang timbul dari dalam diri
inidividu itu sendiri.
yang melepaskan
energi.
2.
3.
Dalam hal ini fungsi motivasi menandakan perubahan kearah yang lebih baik yang timbul
dari dalam dan luar dari seseorang khususnya dalam hal belajar bagi siswa. Sesuai dengan
pendapat diatas maka diharapkan anak didik memiliki motivasi yang tinggi, sebab dengan
motivasi yang tinggi akan sangat membantu siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Diharapkan juga kepada guru mata pelajaran dan guru pembimbing memberikan
perhatian yang dapat menumbuhkan motivasi belajar dengan menggunakan indikator-indikator
yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin Makmun (2000 : 40), yaitu meliputi hal-hal yang perlu
diukur :
1.
2.
Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu
3.
4.
5.
Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya)
untuk mencapai tujuan
6.
Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7.
Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak,
memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)
8.
1.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah
berhenti sebelum selesai).
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Motivasi dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal yang dapat
diukur dalam motivasi. Dengan demikian siswa memiliki kesadaran untuk memiliki motivasi
dalam mengikuti dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2.2.8 Peranan Motivasi Dalam Belajar dan Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Peranan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting dan memiliki pengaruh
amat besar terhadap apa yang akan diperoleh siswa dalam hal ini lebih ditekankan pada tingkat
prestasi dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Menurut Sardiman A.M. (2003 : 78-80) motivasi sangat berperan dalam belajar karena
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1.
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa. Belajar tanpa motivasi
sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal.
2.
Pembelajaran yang termotivasi pada hekekatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, dorongan motif, minat yang ada pada diri siswa.
3.
Pembelajaran yang termotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar siswa.
4.
Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas yang mengakibatkan timbulnya
perilaku maladatif dari diri siswa.
5.
Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan
pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang
efektif.
Dengan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam motivasi akan lebih mudah
menimbulkan kesadaran bagi siswa dalam meningkatkan motivasi belajarnya. Sehingga siswa
secara sadar dapat mengikuti kegiatan belajar tanpa adanya paksanaan dari pihak lain.
2.2.9
kelompok dengan komunikasi yang multiarah di antara anggota kelompok, sehingga akan
didapatkan informasi dan pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi anggota kelompok
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang akan dibuat dalam penelitian
ini, akan didapatkan pemecahan masalahnya melalui bimbingan kelompok. Pemecahan masalah
ini sendiri berasal dari hasil pembahasan anggota kelompok tersebut.
C. Metodologi Penelitian
3.1. Jenis penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen. Eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor
yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan
faktor-faktor yang lain yang bisa mengganggu (Arikunto, 2003:3).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pre-eksperimental design (pre test-post test
design) karena di dalam penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol / kelompok
pembanding.
01
02
Keterangan :
01
02
kepada subjek
penelitian.
5. Memberikan perlakuan yaitu layanan bimbingan kelompok sebanyak 2
kali pertemuan.
6. Melakukan post-test sesudah pemberian layanan bimbingan kelompok dengan tujuan untuk
mengetahui hasil apakah layanan bimbingan kelompok
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
7. Proses analisis data, yaitu dengan menggunakan Uji t hitung
2.
Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu
3.
4.
5.
Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, fikiran, bahkan jiwanya atau nyawanya)
untuk mencapai tujuan.
6.
Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target, dan idolanya) yang
hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7.
Tingkatan kualifikasi prestasi atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak,
memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)
8.
an kelompok
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok
orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan
pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok
menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai
perkembangan yang optimal.
b.
c.
d.
Keterangan:
rhitung = koefisien korelasi
n
= jumlah responden
Keterangan:
t = nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil rhitung
n = jumlah responden
Distribusi (tabel t) untuk = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = N-2)
Kaidah keputusan:
Jika t hitung > t tabel berarti valid
Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:142) dalam bukunya yang berjudul Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas dihitung dengan
menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan analisis reliabilitas
analysis scale (alpha). Tingkat reliabilitas angket dapat dilihat dengan menggunakan teknik
Cronbach Alpha () sebagai berikut:
Keterangan:
k
= reliabilitas tinggi
0,50 0,89
= reliabilitas sedang
0,00 0,49
= reliabilitas rendah
Keterangan:
Md
= Mean dari deviasi (d) antara post test dan pre test
xd
x d
= Banyaknya subjek
df
= atau db adalah N - 1
DAFTAR PUSTAKA
Hadis, Abdul.
Who am I ?
Ambran KARATE
Indralaya, Palembang/SUMSEL,
Indonesia
Saya adalah seorang KARATEKA pemegang SABUK HITAM
DAN II NASIONAL karate
adalah separuh hidupku, di
karate aku menemukan cinta
sejatiku, sahabat, saudara, canda
tawa, dan ketulusan akan
persahabatan. filosofi karate
Arsip Blog
2012 (3)
2011 (9)
2010 (60)
o Desember (1)
o November (8)
o Oktober (12)
o September (12)
o Agustus (22)
o Juni (4)
putaran waktu
BUNUH DIRI ( SUICIDE )
BK
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH LAYANAN
BIMBINGAN KE...
April (1)
2009 (7)
Pengikut
Amazon MP3 Clips
Total Tayangan Laman
Daily Calendar
38,486
Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.
baik di
sekolahnya. Pernyataan
ini berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang
rendah.
F
enomena yang seringkali mendasari
terkait
dengan rendahnya motivasi
belajar
siswa yaitu perilaku membolos sekolah
. Diduga membolos merupakan
salah satu
faktor yang timbul dari faktor personal yakni
terkait dengan
menurunnya motivasi
belajar siswa yang mengakibatkan ketinggalan pelajaran
(Kristiyani,2009)
.
Fenomena lain juga
ditemukan di SMP Negeri 22 S
emarang
menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
terjadi pada sisw
a yang tingkat intelegensinya rend
ah
.
Fenomena lemahnya motivasi belajar juga ditemui di SMP Negeri 1
Lembang berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bimbingan
dan konseling ditemukan terdapat adanya permasalahan belajar yang muncul
ter
kait dengan tingkat motivasi belajar siswa. Adapun perilaku yang tampak
terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa ini ditandai dengan kurang
semangatnya siswa mengikuti kegiatan belajar, malas mengerjakan tugas sekolah,
membolos pada jam pelajaran t
ertentu, seringkali berbicara dengan te
ma
n ketika
kegiatan belajar sedang berlangsung
serta
tidak konsentrasi ketika menerima
pelajaran di kelas
.
Dalam kegiatan belajar motivasi memiliki peranan penting,
dalam
Journal
Hong Kong Institute of Education
m
otivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan
berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar.
Motivasi merupakan
faktor
penting dalam pro
ses pembelajaran karena
keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar (Uno, 2007: 23). Selain itu
motivasi belajar merupakan faktor psikis yang dapat menumbuhkan gairah,
menimbulkan perasaan senang dan semangat untuk belajar. Hasil belajar akan
menjad
i optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka
akan berhasil pula proses belajar siswa.
Menurut Driscoll, Jetton, Alexander dan Pintrich pada tahun 2003
memaparkan bahwa m
otivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan
siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam menentukan
seberapa banyak akan dipelajari siswa dari kegiatan yang mereka lakukan atau
dari informasi yang dihadapkan pada mereka. Siswa yang termotivasi untuk
mempelajari sesuatu akan menggunak
an proses kognitif yang lebih tinggi
mempelajarinya dan menyerap dan mengingat lebih bany
ak darinya (
Slavin, 2011:
100).
Menurut
S
c
hunk,et.all
2008
(Hartnett,et.all
,
2011
:4
)
m
endefinisikan motivasi
sebagai "proses dimana diarahkan pada tujuan aktivitas
mengh
asut dan
berkelanjutan"
.
Motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, bagaimana
kita belajar, dan ketika kita memi
lih untuk belajar
.
A
dapula beberapa hal yang membuat siswa memiliki motivasi b
elajar yang
rendah yaitu karena tidak siap untuk menerima materi pelajaran di
sekolahnya
ataupun tidak siap untuk mengikuti aturan belajar yang ditetapkan di
sekolahnya.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual.
Peran
annya
yang khas yakni untuk
menimbulkan
gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011: 75).
Motivasi
belajar merupakan salah satu aspek penting
yang mempengaruhi kegiatan dan
hasil belajar siswa. Karena motivasi belajar dapat memunculkan dorongan bagi
siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajarnya dikelas. Siswa yang memiliki
dorongan yang kuat akan memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan bel
ajar
dikelas.
Menurut Ali Imron
pada tahun
1987
(
Soedihardjo 2011: 46) berpendapat
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi
mencapai satu t
ujuan.
Penurunan yang terjadi terhadap kondisi siswa
terbukti dari belasan studi
yang dilakukan
Ecless
, et al Hattip
pada
tahun 1997 (
Pamela Sari, 2012 : 4)
disimpulkan bahwa keba
nyakan remaja mengalami masalah, yakni (1) k
urang
minat bersekolah; (2) lemahnya motivasi konsep diri akademik; (3) dan
belajar siswa dan bimbingan teman sebaya. Dimana bimbingan teman sebaya
merupakan salah satu
suatu teknik
atau pendekatan
dalam bimbingan belajar
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Cronbach (
Djamarah
, 200
8
:1
3
) menyatakan
bahwa
:
belajar merupakan
suatu aktivitas yang ditunjukan
oleh
perubahan perilaku
sebagai
hasil
dari pengalaman. Suatu
hal yang tak asing dalam pembelajaran
bagi setiap siswa yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan
perilaku.
Beragam
fa
k
tor
pun dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan
belajar
salah satunya
adalah motivasi belajar
.
Mot
ivasi dalam belajar tidak saja
berperan sebagai kekuatan dari dalam
diri siswa yang akan
menggerakan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di
kelas, tetapi juga
berperan
sebagai suatu
kekuatan untuk
menggerakkan aktivitas
siswa kepada tujuan belaja
r yang dimiliki oleh siswa
mereka dicintai dan bahwa mereka mampu tidak akan mungkin mempunyai
motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yan
g lebih tinggi.
Upaya yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
penelitian ini menggunakan bimbingan teman sebaya karena dalam lingkup
lingkungan teman sebaya dapat membantu siswa yang lainnya dalam mempelajari
materi pelajaran
melalui diskusi kelompok kecil selain itu siswa yang diterima
oleh teman sebayanya dan memiliki keahlian sosial yang baik seringkali
belajarnya lebih bagus dan memiliki motivasi akademik yang positif. (Santrock,
2008 : 533).
Fokus dari penelitian
ekspe
rimen kuasi ini
adalah mengetahui gambaran
tingkat motivasi belajar siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran
2013/2014
dan bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah.
Tujuan
utamanya
adalah
agar siswa mampu meningkatkan motivasi
belajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan yang diharapkan
oleh
siswa melalui layanan
bimbingan belajar
melalui pendekatan
b
imbingan teman
sebaya. Bimbingan teman sebaya
dipanda
ng efektif untuk digunakan sebagai
pendekatan dalam aktivitas
belajar dalam layanan bimbingan belajar
karena
dalam bimbingan teman sebaya
,
siswa merasa memiliki
tutor yang usianya sama
yang dapat memberikan pengarahan tanpa harus mendikte seperti orang de
wasa,
merasa memiliki
teman
yang jalan pemikirannya sehingga dapat lebih mudah
k
elas VII SMP Negeri 1
Lembang tahun ajaran 2013/2014
.
11
Sakinah Melissa, 2014
Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
U
niversitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
D.
Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi belajar. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu
quasi
experimental design
dengan
Nonequivalent Control Group Design
dimana
terdapat pretest sebelum
diberikan perlakuan atau intervensi. Metode
Nonequivalent Control Group
Design
digunakan untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan metode
bimbingan teman sebaya
dalam meningkatkan
m
otivasi belajar siswa.
2. Tekni
k Pengumpulan Data
T
eknik pengumpulan data pada penelitian adalah menggunakan alat
atau instrumen berupa angket. Butir
butir pernyataan pada angket
merupakan gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas
VII SMP
Negeri 1 Lembang
. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah
angket tertutup karena peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban yang
dapat dipilih oleh responden. Angket yang digunakan untuk mengungkap
Bagi sekolah
D
apat
memfasilitasi pembimbing sebaya
untuk me
mberikan pelayanan
kepada
siswa
/i
yang memiliki permasalahan
dalam
belajar seperti motivasi
belajar rendah.
d
.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penggunaan
intervensi bimbingan teman sebaya dengan variabel yang ber
beda dalam
keterampilan belajar.
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah Bimbingan Teman Sebaya Efektif
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
G.
Sistematika Penulisan
Adapun bagian sist
ematika skripsi meliputi
Bab I: Pen
dahuluan yang
meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
sistematika skripsi. Bab II: Landasan Teori. Bab
III: Metode
Penelitian meliputi
d
efinisi operasional,
instrumen penelitian, pengujian validitas dan reliabilitas,
tekn
ik pengumpulan data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi
paparan gambaran umum motiv
asi belajar dan analisis
data yang diperoleh
untuk membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V:
Penutup, membuat sim
pulan dan rekomendasi atas dasar temuan dari hasil
penelitian
.
15
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Melalui Bimbingan Kelompok
Pada Siswa
Endang Sampurnawati
(09220037)
Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang
ABSTRAK
Motivasi merupakan faktor yang penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
akan membuat siswa belajar
dengan giat. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi dapat
berperan dalam penguatan belajar apabila anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah
yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipe
cahkan berkat bantuan hal
hal yang pernah dilaluinya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam
meningkatkan
motivasi belajar siswa di SMK Perintis 29 Semarang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
tindakan
bimbingan dan konseling (PTBK). Hasil prasurvey menunjukan bahwa: (1) layanan bimbingan
kelompok
di SMK Perintis 29 Semarang belum sesuai dengan ketentuan formal pelaksanaan layanan; (2)
tingkat
antara lain: (1) malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, (2) sering membolos
saat
proses belajar mengajar, (3) sering terlambat dalam mengumpulkan tugas, (4) kurang ulet/mudah
menyerah saat mengalami k
esulitan (cepat putus asa), (5) kurang memiliki kreativitas, hanya cenderung
16
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
mengikuti teman
temannya.
Menurut koordinator BK di
SMK P
erintis
29
Semarang
, motivasi belajar
yang rendah banyak dialami oleh siswa kelas
XI.
Di setiap kelas dapat dilihat ada si
swa yang mempunyai
motivasi yang rendah.
Secara
umum, motivasi belajar yang rendah dilatarbelakangi karena keadaan ekonomi orang tua
mereka. Sebagian besar keadaan ekonomi mereka berada pada tingkat menengah ke bawah.
Perhatian
orang tua terhadap gaya bela
jar anak kurang, sehingga anak merasa tidak masalah jika tidak belajar.
Selain itu juga lingkungan tempat tinggal mereka yang tidak mendukung situasi belajar. Kondisi
tersebut
tentu saja membutuhkan penanganan sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak
yang lebih luas.
Anak yang motivasi belajarnya rendah akan menunjukan perilaku
perilaku yang negatif dalam proses
pembelajaran, yang pada akhirnya akan membuat hasil belajar mereka menjadi tidak optimal.
Artinya jika
motivasi belajar siswa yang rendah tid
ak ditingkatkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di
sekolah, dan rendahnya prestasi belajar akan menimbulkan persepsi negatif masyarakat terhadap
kondisi
sekolah.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian dari pendidikan tentu saja memiliki peran stra
tegis dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling
yang
tepat diaplikasikan dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa adalah layanan bimbingan
kelompok. Situasi dalam kelompok akan memberikan banya
k keuntungan bagi siswa. Jika siswa merasa
bahwa yang mengalami masalah ini adalah dia sendiri, maka dalam kelompok ini, dia akan
menyadari
bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama bahkan mungkin keadaannya lebih buruk.
Perasaan
senasib ini hanya akan
ditemukan dalam situasi kelompok. Komunikasi yang dilakukan juga bukan hanya
komunikasi dua orang saja, yaitu konselor dan klien, tetapi dengan seluruh anggota kelompok.
Mereka
akan berusaha saling membantu temannya.
Dalam bimbingan kelompok, suasana kelo
mpok, yaitu hubungan dari semua anggota yang terlibat
dalam kelompok, dapat dimanfaatkan untuk saling menggali informasi, tanggapan, pendapat atau
reaksi
apapun selama konseling terjadi. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi para siswa. Jika
situasi dalam
bimbingan kelompok menyenangkan, maka bukan tidak mungkin para siswa menemukan hal
hal yang
baru yang pada akhirnya akan bisa mengatasi permasalahan motivasi belajar yang sedang
dihadapinya
(Prayitno dan Amti, 2004
:75
).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar
siswa
(dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi
kondisi tertentu) yang menjamin
17
|
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan b
elajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno dan Amti (2004:164) mendefinisikan layanan bimbingan kelompok sebagai kegiatan
pemberian informasi dalam suasana kelompok dan ad
anya penyusunan rencana untuk pengambilan
keputusan yang tepat dengan adanya dinamika kelompok sebagai wahana untuk pencapaian
tujuan
P
enelitian
Subjek penelitian adalah siswa SMK Perintis 29 Semarang yang memiliki kecenderungan
motivasi
belajar
rendah. Teknik pengambilan subjek penelitian yaitu
purposive
sampling.
Teknik ini dipandang
lebih efektif dan efisien dimana teknik ini merupakan teknik pengambilan subjek penelitian yang
didasarkan atas adanya tujuan tertentu yaitu siswa yang mempunyai
motivasi belajar
rendah
dibandingkan
dengan siswa yang lain
.
Pe
neliti mengambil 10 siswa kelas SMK Perintis 29 Semarang sebagai subjek
penelitian berdasarkan hasil diskusi dengan guru BK. Adapun kriteria yang ditetapkan dalam
pengambilan subjek penelitian antara lain:
(1) malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan o
leh guru,
(2) sering membolos saat proses belajar mengajar, (3) sering terlambat dalam mengumpulkan
tugas, (4)
kurang ulet/mudah menyerah saat mengalami kesulitan (cepat putus asa), (5) kurang memiliki
kreativitas,
hanya cenderung mengikuti teman
temannya.
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data
data yang akurat,
relevan, dan reliabel. Dalam penelitian ini, pengumpulan data
dilakukan
melalui angket, dan observasi
.
Pertanyaan dalam
angket
digun
akan sebagai stimulus guna memancing jawaban yang berupa refleksi dari
keadaan re
s
ponden. Pertanyaan yang diajukan dan dirancang untuk mengumpulkan indikasi dari aspek
kepribadian. Responden tidak mengetahui arah jawaban dari pertanyaan.
diperoleh
N
= Jumlah skor yang diharapkan (skor ma
ksimal dikali jumlah tem
Tabel
1
.
Kriteria Penilaian Tingkat
Motivasi Belajar
Interval
Kriteria
84
%
100 %
Sangat tinggi
64 %
83
%
Tinggi
44 %
63
%
Rendah
25 %
43
%
Sangat Rendah
2.
Data
Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang memberikan
informasi
berbentuk kalimat yang memberikan
gambaran tentang tingkat
motivasi belajar
siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
bimbingan kelompok. Gambaran
motivasi belajar
diperoleh dari tingkat
presentase yang didapat
kemudian ditafsirkan dalam bentuk kategori. Data kualitatif ini juga digunakan untuk
menganalisis
Log In
Sign Up
Uploaded by
Toto Irianto Toto
top 4%
754
E.
Memberikan bekal pada siswa yang tidak melanjutkan sekolah untuk dapat siap kerja sesuai
dengan keinginannya. 3.
Membantu kemandirian bagi siswa yang ingin ataupun harus belaja sambil bekerja
(http://www.scribd. com/doc/32703538/bimbingan-karir)
F.
pengalaman aksploratasis lainnya,masih belum mampu membuat pilihan aau komimen terhadap
suatu
rencana tindakan
Bimbingan karir itu perlu diberikan kepada para siswa untuk menyaring serta menyeleksi
potensi
potensi yang sesuai yang dimiliki oleh para siswa dalam menentukan pilihannya untuk
mewujudkan dirinya pada pekerjaan, jabatan atau karir yang tersedia(sukardi,1984:16). Menurut
Satori,dkk (2004), mengatakan bahwa
bimbingan karier membantu perserta didik agar memahami :dunia kerja ,memiliki sifat yang
positif terhadap pekerjaan,mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja,mampu
memilih pekerjaan untuk profesi tertentu dan membekali diri agar siap memangku jabatan
itu,serta dapat menyesuiakan diri dengan tututan
.
G.
III. PEMBAHASAN A.
siswa untuk menganalisis peluang karir yang pada akhirnya bermuara pada pengambilan
keputusan yang tepat. Sementara itu pengambilan keputusan merupakan teknik untuk
menentukan bidang karir yang tepat, yakni baik bagi diri sendiri, keluarga dan lingkugannya.
Dengan demikian pengembangan kematangan kerir, kemampuan analisis peluang karir dan
kemampuan pengembilan keputusan perlu dijadikan bentu layanan dalam bimbngan karir di
SMK sehingga lulusan dapat bekerja dalam suatu bidang karir secara tepat efektif dan efisien.
1.
Perencanaan karir
Ekploitasi karir
Reakisme keputusan karir Dengan demikian layanan pengembangan kematangan karir berarti
memfasilitasi berkembangan keenam aspek tersebut pada diri siswa
a.
Pengetahuan tentang cara oran lain memahami minat dan kemampuannya dalam berkarir 3)
b.
Pengatahuan tentang peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan dalam pekerjaan yang
dimnati 3)
Mengetahui resiko yang mungkin muncul dari bidang pekerjaan yang diminati Dengan demikian
guru/konselor memberi kemudahan kepada siswa untuk memiliki pegetahuan tentang pekerjaan
tertentu yang diminatinya. Bisa jadi hana satu pekerjaan yang diminati atau mungkin ada
beberapa pekerjaan. Ini penting dilakukan agar siswa mengalami kemudahan dalam meiliki
informasi berbagai hal tentang pekerjaan yang diminati.
c.
Mempelajari semua informasi tentang karir seperti konsep karir, jenis karir, cara memperoleh
karir atau cara berpindah karir 2.
Berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuluer atau bekerja paruh waktu sesuai dengan karir
yang diminatinya 5.
Memfasilitasi proses pemanfaatan sumber informasi karir, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber informasi karir
2.
Membantu mengembangkan kegiatan kegiatan yang mendukung pengembangan karir siswa serta
memberikan penilaian dan umpan balik
Memberikan dukngan positif kepada siswa untuk menciptakan peluar karir sendiri
d.
Mencari dan memilik kegitan yang relevan dengan bidang karir yang diminatinya
Bersunguh-sungguh dakan nekajsabaab jegitab terutama yang relevan dengan karir yang
diminatinya
Bertanggun jawab atas risiko keputusan karir yang diambilnya Peran guru atau konselor dalam
hal ini adalah memberi kemudahan kepada siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan ciriciri tersebut diatas sehingga betul betul actual dan mempu mendasari perkembangan karir masa
depannya.
3.
Kesiapan membuat keputusan karir Kesiapan siswa dalam membuat keputusan karir adalah
didaari oleh kayakinan dan keinginan. Keyakinan adalah kepercayaan diri bahwa ia akan
memapu dengan tepat mengambil keputusan. Untuk memunculkan kayakinan ini siswa perlu
memiliki pengetahuan tentang yang lengkap. Untuk membangun keyakinan perlu dilakukan
dengan cara bimbingan kelompok atau individu. c.
Ketrampilan membuat keputusan karir Ketrampilan membuat keputusan karir merupakan alam
tindakan nyata atau in action dalam membuat keputuan karir. Pengetahuan dan kesiapan
merupakan kemampuan potensial utuk membuat keputusan karir. Siswa yang memiliki
ketrampilan membuat keutusan ini memiliki sifat mandiri, luwes, kreatif dan bertanggung jawab.
SUMBER RUJUKAN Dewa, ketut Sukardi,1984. Bimbingan karir disekolah. Ghalia Indonesia :
Jakarta Dewa, ketut Sukardi,1993. Psikologi pemilihan karier. Rineka Ciptadonesia : Jakarta
Manrihu,Thayep.1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier.Bina Aksara:Jakarta
Syah,Darwyan.dkk.2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Gaung Persada: Jakarta
Walgito,B.2004. Bimbingan dan konseling (studi dan karier) ,Andi:Yogyakarta
http://ilmupsikologi. ordpress.com/2010/02/07/pengertian-bimbingan-karir/
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=110&Itemid=
104 http://www.scribd. com/doc/32703538/bimbingan-karir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM
. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak
didik akan memperoleh berbagai macam kemampuan, pengetahuan,
keterampilan
serta keah
lian. Dengan bekal tersebut, seseorang akan mampu memilih,
menetapkan dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja yang
sesuai
dengan tuntutan hidup, cita
cita dan nilai
nilai hidup yang dianutnya sendiri.
Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
merupakan lem
baga pendidikan yang
menyiapkan
tenaga terampil untuk memasuki dunia kerja
dengan pemenuhan
kompetensi di
berbagai
bidang
.
Siswa
diberi beberapa alternatif pilihan jurusan
yang penting di masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi menuju
kedewasaan, begitu juga dalam berkarir. Berkarir sendiri merupakan salah
satu
penanda masuknya seseorang ke
dalam gaya hidup orang dewasa. Remaja pada
masa ini dihadapk
an pada situasi dimana mereka diharuskan membuat pilihan
karir
tanpa memiliki banyak pengalaman di dalam dunia pekerjaan (Newman &
Newman,1979).
Untuk pembentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa
itu sendiri yang didasarkan pada pemahama
n dan minat serta pemahaman karir
yang ada di
masyarakat. Kesulitan siswa dalam memilih dan menentukan karir
tidaklah dapat dipungkiri, banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa karir
adalah jalan hidup dalam usaha menggapai kehidupan yang baik di
masa
mend
atang.
3
Permasalah
a
n
yang terjadi diantaranya adalah:
(1) beban memiliki
pemahaman yang mantap tentang kelanjutan pendidikan setelah lulus, (2)
program
studi yang dimasuki bukan pilihan sendiri, (3) belum memahami jenis
pekerjaan
yang cocok sesuai kemampua
n diri sendiri, (4) masih bingung memilih jenis
pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, (5) merasa pesimis
bahwa
setelah lulus akan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Oleh sebab itu betapa
pentingnya orientasi karir pada masa remaja, terutama
siswa sekolah menengah
k
ejuruan. Karena jenjang SMK memb
erikan konstribusi besar dalam perjalanan
Orientasi
Karir Siswa Kelas II
Jurusan Teknik Pemesinan
di S
MK PIRI
Sleman
.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak
sekolah tentang bagaimana
orientasi
karir siswanya khususnya kelas II
jurusan
teknik pemesinan
setelah lulus dari SMK
PIRI Sleman
.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
lata
r belakang masalah di atas mengenai
orientasi
karir siswa
kelas II
jurusan teknik pemesinan
di SMK
PIRI Sleman
, dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1.
Masih rendahnya tingkat pemahaman siswa mengenai orieantasi karir.
2.
Kurangnya informasi tentang or
ientasi karir yang didapat siswa.
3.
Siswa masih bingung mengenai pilihan karir setelah lulus.
4.
Kurangnya kegiatan
kegiatan di sekolah yang berhubungan dengan orientasi
karir.
5
C.
Batasan
Masalah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan untuk menghindari
penafsira
n yang menyimpang, maka perlu diberikan batasan
batasan mengenai
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Bahasan
penelitian ini akan
diba
tasi pada
tingkat pemahaman orientasi karir, pilihan karir siswa serta media
informasi
karir siswa kelas I
I
jurusan teknik pemesinan
SMK PIRI Sleman.
D.
Rumusan Ma
s
a
l
ah
menggiatkan kegiatan
kegiatan yang
lebih mengarah pada pemupukan
atau
bimbingan
karir siswa.
3.
Sebagai
referensi
bagi peneliti lain yang mengadakan penelitian berkaitan
dengan
orientasi
kar
ir siswa.
Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit
Main Menu
Beranda
Profil
Download
BK KARIR
19.27 | Author: Noesaalas
A. Bimbingan Karir Salah Satu Faktor Yang Dapat Mempersiapkan Siswa Memasuki
Dunia Kerja
Berdasarkan uraian terdahulu maka dapat dikatakan bahwa bimibingan karir merupakan suatu
proses bantuan yang diberikan pada individu melalui berbagai cara dan bentuk layanan agar ia
mampu merencanakan karirnya dengan mantap sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan,
pengetahuan dan kepribadian serta faktor-faktor yang mendukung kemajuan dirinya. Faktorfaktor yang mendukung perkembangan diri tersebut misalnya informasi karir yang diperoleh
siswa dan status sosial ekonomi orang tua. Peters dan Shetzer (1974:267) mengemukakan bahwa
tujuan bimbingan karir adalah membantu siswa dengan cara yang sistematis dan terlibat dalam
perkembangan karir. Guru pembimbing hendaknya dapat membantu siswa merencanakan
karirnya sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Moh. Surya (1988:14)
menyatakan bahwa tujuan bimbingan karir adalah membantu individu memperoleh kompetensi
yang diperlukan agar dapat menentukan perjalanan hidupnya dan mengembangkan karir kearah
yang dipilihnya secara optimal.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, secara essensial bimbingan karir merupakan salah satu proses
layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai,
pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan.
Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah di
sini dan sekarang. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedurprosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui
pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan
mereka memasuki dunia kerja.
Pacinski dan Hirsh (1971:8) menegaskan bahwa sekolah-sekolah mendapat kesempatan yang
berharga melaui proses pendidikan untuk mempersipakn siswa memasuki dunia kerja. Salah satu
bentuk layanan yang diberikan sekolah dalam upaya mempersiapkan siswa memasuki dunia
kerja adalah bimbingan karir di samping kegiatan kurikuler. Melalui bimbingan karir siswa akan
memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang dirinya, pengenalan terhadap berbagai jenis
sumber-sumber kehidupan serta penghargaan yang objektif dan sehat terhadap karir.
Untuk mengantar siswa ke gerbang masa depan (pendidikan dan pekerjaan) yang diharapkan,
program bimbingan karir yang dicanangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk itu.
Melalui kegiatan bimbingan karir, siswa dibekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan apa, mengapa dan bagaimana merencanakan masa depan. Artinya siswa
mulai dari kelas satu sampai tamat SMK dilatih, dibimbing untuk kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bagaimana merencanakan karir sepanjang hidup (career life span).
B. Informasi karir Salah Satu Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Siswa Memasuki
Dunia kerja
Makna Informasi karir
Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang semakin
kompleks, khususnya siswa SMK akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan
hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan
tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut
kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi
yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir,
akhirnya akan mengalami masalah.
Permasalahan karir merupakan permasalahan masa depan siswa. Kegiatan masa sekarang akan
mewarnai masa depan seseorang. Agar siswa SMK dapat menyiapkan masa depannya dengan
baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya. Informasi yang
cukup dan tepat tentang seseorang individu, merupakan aset bagi individu yang bersangkutan
untuk memahami faktor-faktor yang ada pada dirinya, faktor kekuatan maupun faktor
kelemahan-kelemahannya. Menurut John Hayes dan Barrie Hopson (1981:37) informasi karir
adalah informasi yang mendukung perkembangan bidang pekerjaan, dan berdasarkan informasi
itu memungkinkan seseorang mengadakan pengujian akan kesesuaian dengan konsep dirinya.
Lebih lanjut dikatakan informasi karir tidak hanya sekedar merupakan objek faktual, tetapi
sebagai kemampuan proses psikologis untuk mentransformasikan informasi itu dikaitkan dengan
pilihan dan tujuan hidup masa depan.
Dewa Ketut Sukardi (1984:112) mengemukakan pada dasarnya informasi karir terdiri dari faktafakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karir dan bertujuan untuk membantu individu
memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia
kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa informasi karir/jabatan meliputi fakta-fakta yang relevan
dengan butir-butir berikut:
1. Potensi pekerjaan termasuk luasnya, komposisinya, faktor-faktor geografis, jenis
kelamin, tingkat usia, dan besarnya kelompok-kelompok industri.
2. Struktur kerja dan besarnya kelompok-kelompok kerja
3. Ruang lingkup dunia kerja meliputi; pemahaman lapangan kerja, perubahan populasi
permintaan dari masyarakat umum yang membaik dan perubahan teknologi.
4. Perundang-undangan peraturan atau perjanjian kerja.
5. Sumber-sumber informasi dalam rangka mengadakan studi yang berkaitan dengan
pekerjaan.
6. Klasifikasi pekerjaan dan informasi pekerjaan.
7. Pentingnya dan kritisnya pekerjaan.
8. Tugas-tugas nyata dari pekerjaan dan hakekat dari pekerjaan.
9. Kualifikasi yang memaksa untuk bekerja dalam bermacam-macam pekerjaan.
10. Pemenuhan kebutuhan untuk bermacam-macam pekerjaan.
11. Metode dalam memasuki pekerjaan dan meningkatkan prestasi kerja
12. Pendapat dan bentuk-bentuk imbalan dari bermacam-macam pekerjaan
13. Kondisi-kondisi kerja dalam berjenis-jenis pekerjaan
14. Kriteria untuk penilaian terhadap materi informasi pekerjaan
15. Ciri-ciri khas tempat kerja
*) Dra. Yeni Karneli, M.Pd., Kons : Dosen Jurusan BK FIP UNP
sumber :
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=110&Itemid=10
4
karir |
This entry was posted on 19.27 and is filed under karir . You can follow any responses to this entry through the RSS
2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Motivasi
Santrock (2008) menyatakan bahwa, motivasi intrinsik bukan karena situasi buatan
(dari
luar) melainkan untuk kepuasan pada dirinya. Aktivitas yang dilandasi oleh motivasi
intrinsik
bertahan lebih lama daripada motivasi lainnya. Selain motivasi intrinsik, adapula
motivasi
ekstrinsik. Lebih lanjut Santrock menegaskan bahwa, m
otivasi ekstrinsik sangat mempengaruhi
seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari
hari, mengoptimalkan kreativitas otak dan mental.
Biasanya motivasi ekstrinsik berkenaan dengan
reward
atau
price
.
Berdasarkan teori di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu yang
menyebabkan individu berpartisipasi dalam aktivitas berpikir dan tergantung nilai
nilai penguatnya.
Lebih lanjut Hallywell (dalam Purwanto, 2010) mengatakan bahwa, dorongan
ekstrinsik da
pat
meningkatkan mo
tivasi intrinsik apabila dorongan itu dapat menambah rasa kompetensi dan
kemampuan individu, namun sekaligus juga dapat menurunkan motivasi intrinsik
individu jika
dorongan ekstrinsik akan mengurangi kompetensi dan kemampuan diri indiv
idu. Dengan kata lain