Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Semester (UAS)

Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh:

Ratna Dewi Yulianti

1210202143

PAI/C/Semester VI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013
A. Judul
”SIKAP SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL TWO STAY TWO

STRAY HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA

PELAJARAN FIQIH” (Penelitian di Kelas X MA.Darussalam Subang).


B. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan bagian yang terpenting dalam suatu

proses pendidikan proses pendidikan tersebut mengandung serangakaian

perbuatan antara guru dan siswa sebagai hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah dirancang

sebelumnya.pendidikan sebagai suatu sistem merupakan bentuk usaha dalam

mencapai tujuan tersebut, dan pencapaian tujuan itu berlangsung dalam tiga unsur

pokok yang yang saling berkaitan, yaitu unsur masukan, unsur usaha, dan unsur

hasil usaha.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru

harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatnnya. Untuk ini dibutuhkan

kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.Belajar dengan

model dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan

pendapatnya, menghargai pendapat, selain itu dalam belajar biasanya siswa

dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah.


Kebanyakan permasalahan kalau belajar Pendidikan Agama Islam sangat

menjenuhkan, banyak siswa yang ngobrol, guru sedang menjelaskan anak malah

main games, banyak yang keluar minta izin saat belajar di mulai, ada anak yang

makan diruang kelas, pada saat belajar pun anak kurang bergairah dalam belajar.

sementara itu, motivasi mereka dalam belajar rendah.

1
Rendahnya motivasi belajar siswa terebut disinyalir karena faktor dari diri

siswa itu sendiri. itulah yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar dalam diri

siswa. Sikap negatif akan mendatangkan keengganan dalam belajar, sedangkan

sikap dan respon positif akan membuat siswa menjadi semangat dalam belajar.

Muhibbinsyah (2010:118) sikap adalah kecenderungan yang relatif

menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang

tetentu, dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu

kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.


Menurut Djaali (2011:114) Sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf

yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada

respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan

objek itu.Menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir,

tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh

langsung kepada respons seseorang.


Menurut sebagian motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan

seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menyerahkan kemampuan dalam

bentuk keahlian atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibanya

dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah

ditentukan sebelumnya (Sobry Sutikno 2009:33).


Alex Sobur (2010:364-365) untuk mengubah suatu sikap, kita harus ingat

bagaimana sikap dengan pola-polanya dibentuk. Perbuhan sikap pada individu,

ada yang terjadi dengan mudah, ada yang sukar. Hal ini bergantung pada kesiapan

seseorang untuk menerima atau menolak rangsangan yang datang kepadanya.

Selain itu, perubahan sikap tidak hanya menyebabkan perubahan yang terjadi pada

2
diri seseorang, tetapi juga menyebabkan terjadinya perubahan pada masyarakat

dan kebudayaan.

Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada kegiatan memilih,

menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran

yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai

tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran,

menyampaikan materi pelajaran, dan mengelola pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran, kedudukan guru sudah tak dapat lagi dipandang sebagai penguasa

tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagi manager of learning

(pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para

siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh

menyeluruh (M. Sobri Sutikno, 2009:32).

Djaali (2011:101) Motivasi menurut Sumardi Suryabata adalah keadaan

yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Salah satu faktor yang ada diluar siswa adalah guru professional yang

mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang

memberi kemudahan bagi siswa untuk belajar, sehingga menghasilkan belajar

yang lebih baik. Kata “pembelajaran” berarti segala upaya yang dilakukan oleh

pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

Metode two stay two stray atau metode dua tinggal dua tamu.

Pembelajaran dengan metode itu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah

3
kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan

yang harus mereka diskusikan jawabnnya.

Salah satu dari tehnik pembelajaran kooperatif adalah two stay two stray

tehnik ini dipilih karena model pembelajaran ini lebih meningkatkan kerjasama

antar siswa dan bertanggung jawab baik pada diri sendiri maupun pada kelompok,

yang juga dilatih untuk berkompetensi dan saling membantu memecahkan sebuah

masalah anjuran untuk bekerja sama dan saling tolong menolong ini selaras

dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah:2




Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Pembelajaran dengan model two stay two stray diawali dengan pembagian

kelompok.Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa

permasalahan yang harus mereka diskusikan. Setelah diskusi intra kelompok

selesai, dua orang dari kelompok bertamu ke dua kelompok lain. Anggota yang

tidak bertamu bertugas untuk menerima tamu dan menjelaskan hasil kerja

kelompoknya. Setelah selesai, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing

dan mencocokan jawabannya (Suprijono, 2011:93).

Model pembelajaran two stay two stray diciptakan untuk meningkatakan

rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarnnya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan

tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

4
anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung satu

dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk materi yang

ditugaskan.

Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok

untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan

belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja

sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.padahal dalam

kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung

satu dengan yang lainnya (Anita lie, 2007:62).

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperi biasa.


2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok
yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Isjoni (2009:33) model pembelajaran yang kini banyak pendapat respons

adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning tujuan utama

dalam penerapan model ini adalah agar siswa dapat belajar secara berkelompok

bersama teman-temannya dengan saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya.

Berdasarkan studi dengan cara pengamatan di MA Darussalam

memperoleh gambaran bahwa dalam proses belajar mengajar, dalam penggunaan

metode pembelajaraan diawali dengan pembagian kelompok sehingga siswa

5
belum mampu utuk mengembangkan permasalahan-permasalahan yang

seharusnya mereka diskuikan.guru MA Darussalam menyadari jika pembelajaran

fiqih hanya dilakukan dengan cara dan gaya yang selalu sama tanpa menggunakan

hal yang berbeda setiap waktunya yang dalam hal ini maka para siswa akan

mudah sekali kehilangan motivasinya dalam belajar.

Berdasarkan fenomena empiris yang terjadi, ada kesenjangan antara

pelaksanaan pembelajaran model two stay two stray belum berdampak positif

pada siswa.bagaiamana motivasi belajar mereka pada mata pelajaran fiqih dan

bagaimana keduanya. Hal ini menggugah penulis untuk meneliti fenomena

tersebut melalui penelitian. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang dirumuskan dalam sebuah judul:

”SIKAP SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL TWO STAY

TWO STRAY HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA

MATA PELAJARAN FIQIH” (Penelitian di Kelas X MA.Darussalam Subang).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, perumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model two stay two stray pada

mata pelajaran Fiqih?


2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih ?
3. Bagaimana hubungan antara sikap siswa terhadap penerapan model two stay

two stray dengan motivasi belajar mereka pada mata pelajaran Fiqih ?
D. Tujuan Penelitian

6
Adapun tujuan penelitian ini di arahkan pada upaya penyajian data sebagai

berikut:
1. Untuk mengetahui sikap siswa dalam penerapan two stay two stray di kelas X

MA Darussalam Subang
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada pelajaran Fiqih
3. Untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa terhadap penerapan model

two stay two stray dengan motivasi belajar mereka pada mata pelajaran Fiqih
E. Kerangka Pemikiran

Syaiful Sagala (2010:5) tidaksama dengan pengajaran, karena pengajaran

hanya menitik beratkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia.

Sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan

kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,

pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pengajaran, tetapi pengajaran

merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan.

Ngalim Purwanto (2007:73) secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan

motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul

keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh

hasil atau mencapai tujuan tertentu.


Menurut Hamzah B. Uno motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dari paparan diatas mengenai

pengertian motivasi maka dapat disimpulkan bahwa, motivasi adalah keinginan

atau dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan

dorongan dasar yang mengawalinya. (Hamzah, 2010:2)


Sardiman (2010:40) seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada

dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip hukum pertama dalam

kegiatan pendidikan dan pengajaran.

7
Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar adalah faktor

internal siswa, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Salah

satu asfek dari faktor internal itu adalah aspek psikologis rohaniah dalam bentuk

sikap tersebut bisa positif, bisa juga negatif. Sebagaimana diungkapkan oleh

Muhibbin Syah (2010:132). bahwa:


Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan
untuk meraksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek
secara positif atau negatif. Sikap (Atitude) siswa yang positif terutama
kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar mengajar siswa tersebut, sebaliknya
sikap siwa yang negatif terhadap anda dan mata pelajaran anda dapat
menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya diarahkan pada pencapaian hasil

belajar. Artinya tidak ada proses kegiatan belajar mengajar yang tidak diarahkan

kepada pencapaian hasilnya. Dilihat dari segi wujudnya, keberhasilan belajar

seseorang dapat dilihat dari adanya perubahan yang terjadi pada diri seseorang

atau peserta didik. Prestasi belajar dapat dijadikan ukuran apakah pengajaran itu

berhasil atau tidak.

Dengan merujuk pada pendapat diatas, penentuan indikator pelaksanaan

pembelajaran Penerapan model two stay two straydi Kelas X MA Darussalam

Subang, penulis mengarahkan hal yang menjadi objeknya dalam mengikuti

pelajaran Fiqih di Kelas X MA Darussalam Subang. Indikator tersebut termasuk

dalam variabel X (Sikap siswa terhadap penerapan model two stay two stray)

Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman (2010:73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”

dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Ngalim Purwanto

(2007:60), mengartikan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong

8
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Dan motivasi juga diartikan

sebagai “pendorong” yaitu suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan

sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seeorang untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Dalam

kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak keseluruhan di

dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan

arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Motivasi sangat

diperlukan di dalam kegiatan belajar, sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (M.

Sobry sutikno, 2009:7).


Motivasi belajar siswa kelasX di MA Darussalam Subang pada mata

pelajaran fiqih tidak akan terlepas dari pengaruhsikap mereka terhadap kemampun

belajar kelompok. Sikap adalah gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana

objek yang diamati tidak lagi berada dalam waktu pengamatan. Jadi jika proses

pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, maka

peristiwa demikian ini disebut sikap (Abu Ahmadi,2003:64).


Motivasi belajar ini memberi gambaran bahwa jika motivasi yang

dilakukan oleh guru dan juga siswanya sesuai dengan peruntukannya, maka akan

menimbulkan semangat yang tinggi untuk mencapai keberhasilan yang bermutu

(Syaiful Sagala,2010:113).
Adapun langkah-langkah proses belajar mengajar pada mata pelajaran

Fiqih, pertama guru menyuruh siswa untuk bikin makalah dan kelompok dengan

materi yang berkaitan dengan materi yang disampaikan, kedua makalah tersebut

9
di persentasikan ketiga, guru menugaskan siswa untuk menuliskan hasil laporan

diskusinya dan mempertanggung jawabkan hasil kelompoknya.


Sementara itu pendalaman untuk variabel kedua, yaitu berkenan dengan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih, penggalian data-datanya akan

didasarkan pada indikator-indikator tertentu yaitu: (1) durasi kegiatan, (2)

frekuensi kegiatan, (3) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi

kesulitan belajar (4) persistennya, (5) devosi dan pengorbanan, (6) tingkatan

aspirasinya, (7) tingkat kualifikasi, (8) arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan

(Abin syamsudin, 2007:40).


Secara skematis uraian kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:
KORELASI
Variabel X Variabel Y
Sikap Siswa tehadap Penerapan Motivasi Belajar Mereka Pada Mata
Model Two Stay Two Stray Pelajaran Fiqih
Positif: Mendekati, Menyayangi, 1.Durasi kegiatan
Mengharapkan dan Perhatian 2. Frekuensi kegiatan
Negatif:Menjauhi, Menghindari,
Membenci, dan Acuh Tak Acuh 3. Ketabahan, keuletan dan
kemampuian dalam menghadapi
1. Siswa bekerja sama dalam
kelompok berempat seperti biasa kesulitan belajar
2. Setelah selesai, dua orang dari 4. Persistennya
masing-masing kelompok akan 5. Devosi dan pengorbanan
meninggalkan kelompoknya dan 6. Tingkatan aspirasinya
masing-masing bertamu ke dua 7. Tingkatan kualifikasi
kelompok yang lain 8. Arah sikapnya terhadap sasaran
3. Dua orang yang tinggal dalam kegiatan
kelompok
otesisbertugas
Penelitianmembagikan
hasil kerja dan informasi mereka
ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok
E. mereka
Hipotesissendiri dan
melaporkan temuan mereka dari
kelompok lain.
5. Kelompok mencocokan dan
membahas hasil-hasil kerja mereka.
10
F. Hipotesis

SISWA

F. Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata ”Hypo” artinya dibawah, dan ”Thesu” artinya

kebenaran. Jadi hipotesa adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010:64).

Perumusan hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang

saling mempengaruhi antara dua variabel penelitian.

Sementara itu dalam variabel yang diteliti, variabel pertama (variabel x)

tentang sikap siswa terhadap penerapan model two stay two stray,dan variabel

kedua (variabel y) tentang motivasi belajar mereka pada mata pelajaran fiqih.

Dengan melihat kedua variabel ini maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai

berikut:’ jika sikap siswa terhadap penerapan model two stay two stray yang

digunakan dalam pembelajaran fiqih positif, maka motivsi belajar siswa akan

tinggi .” sebaliknya ”jika sikap siswa terhadap penerapan model two stay two

stray yang digunakan dalam pembelajaran fiqih negatif, maka motivasi siswa akan

rendah.”

Kemudian setelah hipotesis ini disusun,maka akan dilakukan analisis

dengan menggunakan analisis statistik, yaitu analisis korelasi, dan rumusan

hipotesisnya dapat disususn sebagai berikut:

Bila t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak

Bila t hitung < t tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima

11
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Menentukan Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan untuk memecahkan suatu permasalahan

adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berasal dari hasil

pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Sedangkan kualitatif adalah

data spesifik yang diarahkan pada pendalaman tentang sikap siswa terhadap

penerapan model two stay twostray hubungannya dengan motivasi belajar mereka

pada mata pelajaran Fiqih di kelas X MA Darussalam Subang. Dilihat dari teknik

pengumpulannya, data ini akan diangkat kepala sejumlah respoden yang telah

ditetapkan sebagai sample penelitian

2. Menentukan Sumber Data

Penelitian sumber data ini berkaitan erat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih di Sekolah MA Darussalam Subang

yang terletak di Jl. Cagak Subang. sebagai lokasi penelitian karena di sekolah ini

terdapat permasalahan yang menarik untuk diteliti, dan letak lokasinya sendiri

cukup efektif dan efesien karena mudah dijangkau oleh penulis.

b. Menentukan Populasi

12
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,

2010:130). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas

X Darussalam Subang yang berjumlah 50 orang.

c. Menetukan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, menurut

(Suharsimi Arikunto, 2010:131). Untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti

(Suharsimi Arikunto 2010:134)

TABEL I

Jumlah Populasi dan Sampel

No Jenis kelamin populasi Sampel


1. Laki-laki 25 18

2. Perempuan 25 15

Jumlah 50 33

3. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan penulis adalah metode deskriptif, yaitu metode

yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena (Suharsimi Arikunto,

2010:109). Hal ini dilakukan secara permasalahan yang dihadapi yaitu sikap siswa

terhadap penerapn model two stay two stray hubungannya dengan motivasi belajar

mereka pada mata pelajaran Fiqih sangat layak dijadikan penelitian sehingga

pemecahannya salah satu caranya yaitu dengan menggunakan metode deskriptif.

13
4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik-teknik

sebagai berikut :

a. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan komunikasi langsung dengan responden, yaitu siswa kelas X MA

Darussalam Subang sebanyak 50 siswa, bentuk angketnya, yaitu berupa tulisan

yang penulis gunakan atas skala penilaian dengan lima alternatife jawaban. Materi

angket berkaitan dengan indikator dari variabel X sikap siswa terhadap penerapan

two stay two stray dan Y motivasi belajar mereka pada mata pelajaran fiqih.

Dilihat dari teknik penskorannya, dari alternatife jawaban diurutkan mulai dari

kemungkinan terendah. Pada pihak lain dipertimbangkan pula antara item angket

yang berorientasi positif dan negatif. Untuk memberikan skor pada tiap alternatife

jawaban, Subana dkk (2005:33) memberikan alasan sebagai berikut: Untuk

statemen yang positif pilihan sangat setuju skornya 5, setuju skornya 4, ragu-ragu

skornya 3, tidak setuju skornya 2 dan sangat tidak setuju skornya 1, untuk negatif

sistem skornya adalah sebaliknya.

b. Observasi

Teknik observasi bertujuan untuk mencari data mengenai kenyataan yang

ada dilokasi penelitian, yang dimaksudkan dengan observasi disini adalah penulis

mencari data dengan tidak menggunakan pertanyaan melainkan dengan

mengandalkan indera penglihatan terhadap objek penelitian.

c. Studi Kepustakaan

14
Untuk menunjang hasil penelitian digunakan buku-buku dan bahan-bahan

yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. Penulis mencari dan

mendaya gunakan informasi yang terdapat dalam buku-buku tersebut. Dengan

teknik ini diharapkan memperoleh teori atau konsep yang ada hubungannya

dengan sikap siswa terhadap penerapan model two stay two stray.

d. Wawancara

Wawancara adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk

memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Subana dkk, 2005:29).

Wawancara ini ditujukan kepada Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, serta siswa-

siswa MA Darussalam untuk memperoleh data sebagai gambaran umum

pelaksanaan pembelajaran siswa tes lembaran soal tertulis pilihan ganda dengan

materi yang berhubungan dengan penelitian.

5. Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah proses mengorganisasikan

dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan ukur dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagaimana yang

disarankan oleh data. Data yang digunakan adalah analisis statistik terhadap

variabel-variabel yang ada. Adapun sistematika penganalisisan data akan

bertumpu pada dua pendekatan, yaitu analisis parsial dan analisis korelasioner.

a. Analisis Parsial tiap variabel

1) Analisis Parsial Data

Setelah nilai rata-rata dari tiap-tiap indikator, kemudian diinterpretasikan

pada skala norma absolut sebagai berikut :

15
Untuk variabel X dengan rumus X

Untuk variabel Y dengan rumus Y

Dan diinterprestasikan ke dalam skala lima norma absolut sebagai berikut:

- Antara 0,50 – 1,50 = sangat rendah

- Antara 1,50 – 2,50 = berarti rendah

- Antara 2,50 – 3,50 = berarti sedang / cukup

- Antara 3,50 – 4,50 = berarti tinggi / baik

- Antara 4,50 – 5,50 = berarti sangat tingi (Suharsimi Arikunto, 2010:247).

2) Uji normalitas masing-masing setiap variabel dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menentukan rentang kelas (R)

R = (Xmax-Xmin) (M. Subana dkk, 2005:38).

b. Menentukan banyak kelas interval (K)

K = 1 + 3,3 log n (M. Subana dkk, 2005:39).

c. Menetukan panjang kelas interval (P)

R
P= (M. Subana dkk, 2005:40).
K

d. Menyusun tabel distribusi frekuensi masing-masing variabel

e. Mencari nilai rata-rata (mean) dengan rumus :

(M. Subana dkk, 2005:43).

f. Mencari nilai mean (Me) dengan rumus :

16
1 
 2n  F 
Me = B + P (M. Subana dkk, 2005:72).
 f 
 

g. Mencari nilai modus dengan rumus :

Mo = 3Me-2X (M. Subana dkk, 2005:74).

h. Membuat kurva dengan kriteria sebagai berikut, kurva juling negatif

apabila

X < Me<Mo, dan kurva juling positif apaila X>Me>Mo, interpretasi kurva

juling ke positif adalah sebagian siswa memperoleh skor dibawah rata-

rata.

i. Menentukan harga standar deviasi (SD) dengan rumus :

n FiXi 2   FiXi  2
SD = (Sudjana, 2005:52).
n n  1

j. Menentukan nilai Z skor, dihitung dengan rumus :

BK  
Z=
SD

Ket : BK = Batas Kelas SD = Nilai Standar Deviasi

X = Nilai rata-rata tiap variabel

k. Membuat tabel distribusi frekuensi observasi dan ekspektasi tiap-tiap

variabel.

l. Menentukan nilai chi kuadrat  2 hitung dengan rumus :

 Oi  Ei 
2 =  Ei
(Sudjana, 2005:273).

m. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus :

dk = K-3 (Sudjana, 2005:275).

17
n. Menentukan nilai chi kuadrat   2
dari tabel dengan taraf dengan

signifikasi 5%

o.  2 = (1-a)(dk) (Sudjana, 2005:273).

p. Mengeinterpretasikan hasil pengujian normalitas yaitu :

- Jika X² hitung < dari X² tabel maka data dikatakan normal.

- Jika X² hitung > dari X² tabel maka data dikatakan tidak normal.

3) Penapsiran tendesi sentral masing-masing variabel denagn catatan : jika data

yang berdistribusi normal maka cukup rata-rata (meannya saja) untuk

ditafsirkan, jika data tidak berdistribusi normal maka penafsirannya harus

dilihat kepada tendensi sentral (mean, median dan modus).

Mean(mo-me)

Item

b. Analisis Korelasioner

1) Membuat tabel untuk menguji normalitas variabel X dan variabel Y.

2) Setelah data kedua variabel dianalisis secara terpisah, langkah selanjutnya

menganalisis hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk memperkuat

analisis ini, akan dilakukan langkah-langkah:

a. Menentukan persamaan regresi linier dengan rumus :

Y = a + bx

  Yi   Xi     Xi   XiYi 
2

n Xi   Yi 
a= 2 2

18
n XiYi    Xi   Yi 
n Xi   Xi  2
b= (Sudjana,

2005:315).

b. Menentukan linieritas dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK a)

Jka =
Y  2
(M. Subana dkk, 2005:162).
n

2. Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a


   X  Y  
JK b = b  XY   (M. Subana dkk, 2005:162).
a 

n 

3. Menghitung jumlah kuadrat residu (JK res)

JK res = Y 2
 JK a  JK b a (M. Subana dkk, 2005:163).

4. Mencari jumlah kuadrat kekeliruan JK kk

 Y  2

JK kk =    Y  
2
 (M. Subana dkk, 2005:163).
 n 

5. Menentukan jumlah kuadrat ketidakcocokan (JK tc)

JK tc = JK r – JK kk (M. Subana dkk, 2005:163).

6. Menentukan derajat kebebasan kekeliruan (db kk)

db kk = n – k (M. Subana dkk, 2005:163).

7. Menentukan derajat kebebasan ketidakcocokan (db tc)

db tc = k – 2 (M. Subana dkk, 2005:163).

8. Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan (RK kk)

RK kk = JK kk : db kk (M. Subana dkk, 2005:163).

19
9. Menghitung rata-rata kuadrat ketidakcocokan (RK tc)

RK tc = JK tc : db tc (M. Subana dkk, 2005:163).

10. Menghitung nilai F ketidakcocokan (F tc)

F tc = RK tc : db kk (M. Subana dkk, 2005:164).

11. Menentukan nilain F tabel / daftar dengan taraf signifikasi 5% dan

db = db tc : db kk dan (db tc = db kk)

12. Menguji lineritas regresi dengan ketentuan seagai berikut :

4) Jika F hitung < dari F tabel / daftar, maka regresi yang diperoleh adalah

regresi linier.

5) Jika F hitung > dari F tabel / daftar, maka regresi yang diperoleh adalah

regresi tidak linier.

c. Menghitung harga koefisien korelasi dengan ketentuan jika kedua

variabel berdistribusi normal dengan regresinya linier, maka korelasi

yang digunakan adalah rumus korelasi product moment :

n  XY    X   Y 
r xy =
 X   X  n Y   Y  
2 2 2 2

(Suharsimi Arikunto, 2010:247).

Tetapi jika salah satu kedua variabel berdistribusi tidak normal atau

regresinya tidak linier, maka digunakan statistik non parametik, yaitu dengan

rumus korelasi Rank Spearmen sebagai berikut :

6 D 2
rho xy = 1- (Suharsimi Arikunto, 2010:275).

N N 2 1 
Ket :Rho xy = Koefisien Korelasi tata jenjang

D = Difference, yaitu beda antar jenjang setiapsubjek

20
N = Banyaknya Subjek

Menghitung nilai t untuk menghitung signifikasi variabel X dan Y dengan

rumus :

r n2
t= (Sudjana, 2005:377).
1 r 2

- Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak

- Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima

1) Untuk menafsirkan besar kecilnya korelasi pada umumnya dipergunakan

pedoman atau encer-encer sebagai berikut :

0,00 – 0,20 sangat rendah (tak berkorelasi)

0,21 – 0,40 berarti korelasi terendah

0,41 – 0,60 berarti korelasi sedang

0,61 – 0,80 berarti korelasi tinggi

O,81 – 1,00 berarti korelasi sempurna (Suharsimi Arikunto, 2010:275).

d. Menghitung kadar pengaruh

Untuk menghitung besarnya pengaruh variabel X tehadap variabel Y, maka

akan dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Menentukan derajat tidak adanya korelasi dengan rumus :

K= 1 r 2

Keterangan :

K = derajat tidak adanya korelasi

1 = angkat konstan

r = korelasi

Menghitung derajat pengaruh X terhadap Y dengan rumus :

21
E = 100 (1 - k)

Keterangan :

E = indeks koefisien korelasi

100 = 100 %

K = derajat tidak adanya korelasi (Sudjana, 2005:369).

DAFTAR PUSTAKA

 Sutikno, M.Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Cet. ke-5. Bandung:


Prospect.
 Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Pembelajaran.
Cet. ke-4. Jakarta: CV. Rajawali
 Hamzah B. Uno. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis Di
Bidang Pendidikan, cet. Ke-6. Jakarta : Bumi Aksara.
 Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekata Baru,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
 Purwanto, Ngalim 2007. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Rosda karya.
 Subana. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka setia
 Sudjana. 2005. Metode Statistika, Bandung: Tarsito.
 Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: Rineka cipta.
 Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
bumi aksara

22

Anda mungkin juga menyukai