NIM : 4211141015
Kelas : PSPB 2021 A
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu : Dr. Hasrudin, M.Pd
A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran
secara umum berdasarkan teori tertentu, yang mendasari pemilihan strategi dan metode
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pendekatan
kontekstual, dimana pendekatan kontekstual membantu guru mengaitkan konten pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara
pengatahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka.
1. Pendekatan Individual
Di kelas ada kelompok anak didik. Mereka duduk dikursi masing-masing. Mereka
berkelompok dari dua sampai lima orang. Di depan mereka ada meja untuk membaca dan
menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-
beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengemukakan pendapat, cara
berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan, dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-
masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak
didik dengan anak didik lainnya.Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan
wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak
didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan
individual dalam strategi pembelajarannya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau
mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi
kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik
dengan tingkat penguasaan optimal.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan pembelajaran terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain,
yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok, memamng suatu waktu diperlukan dan
perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini
disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang
berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa emosi yang ada
dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling
ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di
dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan
makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikit ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok, akan menyedari bahwa
dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau
membantu mereka yang mempunyai kekurangan.
3. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan
berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi
oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan. Dalam belajar, anak didik
mempunyai motivasi yang berbeda, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi
yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik
yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara
sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan
berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah
pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan
suasana kelas yang kondusif dalam waktu relative lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas,
sulit menormal kannya kembali. Ini sebagai tanda adanya gangguan dalam proses belajar
mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran kurang menjadi efektif. Efesiensi dan efektifitas
pencapaian tujuan pun jadi terganggu, disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.
Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang
gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar
kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu
metode.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena
motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, dan sebagainya. Anak didik yang
telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas ketika guru memberikan
pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sanksi hokum dengan cara memukul badannya
hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hokum yang tidak bernilai pendidikan.
Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni
teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif
dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan
melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan
harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma
hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.
5. Pendektan Pengalaman
Meskipun pengalama diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua
pengalama tidak bersifat mendidik, karena ada pengalam yang tidak bersifat mendidik. Satu
pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak ke arah tujuan
pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, kontinu dengan kehidupan anak,
interaktif dengan lingkungan dan menambah intergrasi anak.
Betapa tingginya suatu pengalaman, maka disadari akan pentingnya pengalaman itu bagi
perkembangan jiwa anak, sehingga dijadikan pengalaman itu sebagai suatu pendekatan. Maka
jadilah "pendekatan pengalaman" sebagai fase yang baku dan diakui pemakaiannya dalam
pendidikan.
6. Pendekatan Pembiasaan
Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat
penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak
di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang
berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok
manusia yang sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah biasanya yang
terlihat dan yang terjadi pada diri seseorang. Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat,
kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara
mereka.
7. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan
masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik
perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan
intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan harga diri.
Emosi atau perasaan adalah sesuatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons)
bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang. Baik rangsangan verbal maupun non
verbal, mempengaruhi kadar emosi seseorang. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah,
cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan sebagainya. Sedangkan
rangsangan nonverbal dalam bentuk prilaku berupa sikap dan perbuatan.
8. Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang disiptakan oleh sang Maha Pencipta yaitu Allah Swt. Manusia
adalah makhluk yang sempurna diciptakan. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang
diciptakan oleh Tuhan. Perbedaannya terletak pada akal. Manusia mempunyai akal,
sedangkan makhluk lain seperti binatang dan sejenisnya tidak mempunyai akal. Jadi, hanya
manusialah yang dapat berpikir, sedangkan makhluk lainnya tidak mampu berpikir.
Di sekolah anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan. Perkembangan berpikir anak
dibimbing kearah yang lebih baik, sesuai dengan tingkat usia anak. Perkembangan berpikir
anak mulai dari yang konkret sampai yang abstrak. Maka pembuktian suatu kebenaran, dalil,
prinsip, atau hukum menghendaki dari hal-hal yang sangat sederhana menuju kekompleks.
Pembuktian tentang sesuatu yang berhubungan dengan masalah keagamaan harus sesuai
denga tingkat berpikir anak.
9. Pendekata Fungsional
Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukanlah hanya sekedar mengisi otak,
tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari hari sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Bahkan yang lebih penting adalah ilmu pengetahuan dapat
membentuk kepribadian anak. Anak dapat menrasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya di
sekolah. Anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu sudah fungsional di dalam diri
anak. Pelajaran agama yang diberikan di kelas bukan hanya untuk memberantas kebodohan
dan pengisi kekosongan intelektual, tetapi untuk diimplementasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Hal yang demikian itulah yang pada akhirnya hendak dicapai oleh tujuan
pendidikan agama di sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan. Karena itu kurikulm pun
disusun sesuai dengan kebutuhan siswa dimasyarakat.
10. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di sekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata
pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada umumnya
dapat dibagi menjadi mata pelajaran mum dan mata pelajaran agama. Berbagai pendekatan
dalam pembahasan terdahulu dapt digunakan untuk ke dua jenis mata pelajaran ini. Tentu
saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
yang dicapai. Dalam praktiknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bias juga penggabungan
dua atau lebih pendekatan.
B. Model Pembelajaran
Beberapa model pembelajaran yang disarikan dari buku Model of Teaching karya Joyce dan
Weil (2003)
1. Model Pembelajaran Invetigasi Kelompok.
Guru bertindak sebagai fasilitator membantu peserta didik dalam merumuskan rencana,
Melaksanakan proses, mengatur kerja kelompok dan sebagainya. Peserta didik menentukan
jenis informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, Merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dan serta mengevaluasi hasil yang diperoleh secara berkelompok.
2. Model Pembelajaran Bermain Peran.
Guru bertanggungjawab memulai pembelajaran dan membimbing peserta didik dalam setiap
fase. Isi diskusi dan permainan peran sebagian besar ditentukan oleh peserta didik.
3. Model Pembelajaran Induktif.
Guru menysesuaikan tugas dengan tingkat kognitif peserta didik dan menentukan kesiapan
mereka.
4. Model Pembelajaran Perolehan Konsep.
Guru mengatur tahapan belajar dan mendorong interaksi antar siswa namun dialog terbuka
terjadi pada fase akhir.
5. Model Pembelajaran Inkuiri Ilmiah
Guru menumbuhkan kemampuan inkuiri pada peserta didik dan lebih fokus pada proses
inkuiri daripada upaya identifikasi
6. Model Pembelajaran Latihan Inkuiri.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan yang dijawab
dengan iya atau tidak oleh guru untuk mempermudah peserta didik melakukan inkuiri.
7. Model Pembelajaran Ingatan.
Guru membantu peserta didik mengidentifikasi kata kunci padanan atau pasangan kata
gambar dan memberikan saran berdasarkan ingatan mereka .
8. Model Pembelajaran Sinektik.
Mendorong keterbukaan ekspresi kreatif, menerima respon semua peserta didik, memilih
analog yang membantu peserta didik mengembangkan pikirannya.
9. Model Pembelajaran Advance Organizer.
Guru menyajikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar kemudian
menyajikan bahan ajar dan mengajukan berbagai pertanyaan serta mendorong siswa untuk
berpikir logis dan kritis.
10. Model Pembelajaran Tanpa Arahan.
Guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik memulai mendiskusikan permasalahan
guru memberikan penghargaan dan tidak memberikan hukuman.
11. Model Pembelajaran Langsung.
Mempersiapkan peserta didik untuk mempresentasikan informasi secara bertahap atau
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar. Memeriksa Apakah peserta didik dapat
melakukan keterampilan dengan benar serta memberikan umpan balik.
12. Model Pembelajaran Simulasi.
Struktur pembelajaran oleh guru dengan memilih materi dan mengarahkan simulasi
Lingkungan belajar interaktif tanpa ada ancaman atau tekanan guru mengatur simulasi
menjelaskan permainan, memelihara aturan, melatih dan berdiskusi dengan pemeran.
13. Model Pembelajaran Inkuiri Yurisprudensi.
Model ini terstruktur di mana guru memulai dan mengontrol diskusi namun tetap menjaga
suasana keterbukaan berpikir dan kesamaan mengemukakan pendapat.
14. Model Pembelajaran Kooperatif.
Guru mengelompokkan peserta didik secara heterogen bergantung pada kemampuan dalam
beberapa kelompok peserta didik mulai mempresentasikan dan guru memberikan saran.
15. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah.
Membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan.
C. Strategi Pembelajaran
1) Team Quiz (Quiz Kelompok)
Strategi ini dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Bermain quiz atau dikenal
dengan Strategi Team Quiz adalah kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam kegiatan
bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan. Keterampilan
bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang menyatakan “berpikir itu
sendiri adalah bertanya”. Bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respon orang yang
dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan, sampai dengan hal-hal yang
memerlukan pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong
berpikir.
Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggungjawab siswa
terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. Selain itu juga
bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
2) Listening Team (Tim Pendengar)
Listening Team adalah strategi lainnya yang dapat dikombinasikan dengan metode ceramah.
Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan seluruh peserta didik dengan membagi siswa
menjadi beberapa kelompok dan memberikan tugas yang berbeda-beda kepada masing-
masing kelompok. Tujuannya agar pembelajaran tidak monoton dan membosankan serta
siswa hanya bersikap pasif. Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus
pada materi yang disampaikan dengan ceramah.
3) Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi ini tepat digunakan untuk memulai pembelajaran (apersepsi), dengan tujuan
untuk melibatkan siswa sejak awal dengan menanyakan pengalaman mereka terkait materi.
Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas
dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan strategi ini bertujuan untuk melibatkan siswa
dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka.
4) Information Search (Mencari Informasi)
Strategi ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan
membosankan. Materi dapat diambil dari buku ajar, kliping koran, dst.
5) Reading Guide (Pemandu Bacaan)
Sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan dalam kelas dan harus
diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus diselesaikan. Dalam kondisi
semacam itu, strategi ini dapat digunakan secara optimal. Strategi ini memiliki kesamaan
dengan strategi information search. Bedanya, strategi ini tepat digunakan untuk pekerjaan
rumah, dengan meminta mereka membaca di rumah dan jawabannya dapat disampaikan
secara lisan pada pertemuan berikutnya.
6) Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)
Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru,
yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan Jigsaw
adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar koopenatif, dan menguasai
pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk
mempelajari semua materi sendirian.
Strategi pembelajaran Jigsaw menggunakan teknik “pertukaran dari kelompok ke
kelompok” (group-to-group exchange) dimana setiap peserta didik mengajarkan sesuatu
kepada peserta didik yang lainnya. Dalam proses pengajaran itu terjadi diskusi. Dalam
diskusi pasti ditemukan beberapa perbedaan pendapat yang dikarenakan oleh perbedaan
pemahaman atas materi yang dipelajari oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena itu,
setiap kali seorang peserta didik mengajarkan sesuatu kepada yang lainnya berdasarkan apa
yang telah dipelajarinya, akan terjadi timbal balik dari pihak pembelajar berdasarkan materi
yang dipelajarinya pula.
7) Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Strategi ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi bersama temannya dalam
suatu kelompok kecil. Dengan strategi ini diharapkan siswa membangun kerja sama individu
dalam kelompok, kemampuan analitis dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu
dalam kelompok.
8) Active Debate (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu strategi diskusi yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan,
terutama bila siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sendiri. Strategi ini tepat digunakan bila ada dua isu atau permasalahan
yang bersifat kontroversial.
9) Point Counter Point (Tukar Pendapat)
Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan mahasiswa dalam mendiskusikan
isu-isu kompleks secara mendalam. Strategi ini mirip dengan debat, hanya saja menggunakan
berbagai sudut pandang (perspektif).
D. Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode Ceramah adalah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap
guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum merasa puas
manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga
dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada
guru berarti tidak ada belajar.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau masalah dimana para peserta diskusi berusaha untuk
mencapai suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama maupun pemecahan
terhadap suatu masalah dengan mengemukakan sejumlah data dan argumentasi.
Metode Diskusi dapat juga dimaknai sebagai proses pelibatan dua orang peserta atau
lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat
dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan di antara mereka. Ada juga yang
memaknai diskusi sebagai percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat,
pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok itu untuk mencari kebenaran. Meskipun diungkapkan dalam
redaksi yang berbeda-beda, substansinya adalah bahwa diskusi dimaksudkan untuk
penyelesaian masalah atau mencari kesepakatan dengan didukung oleh argumentasi.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan
oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus
didemonstrasikan. Metode Demonstrasi sangat efektif digunakan untuk mengajarkan materi
yang menekankan keterampilan, prosedur langkah demi langkah, tindakan, misalnya proses
mengerjakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lainnya, atau melihat/
mengetahui kebenaran sesuatu.
8. Metode Simulasi
Metode simulasi digunakan untuk mengajarkan materi dengan menerapkan sesuatu yang
hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. Tujuannya untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan keterampilan siswa melakukan suatu keterampilan, melatih kerjasama kelompok,
dan membangkitkan motivasi belajar siswa
Daftar Pustaka
Hisyam Zaini dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Edisi Revisi, Yogyakarta, CTSD, 2004.
Knirk, Frederick G., & Gustafson, Kent L., 2005. Instructional technology: A Systematic
Approach to Education, New York: Holt Rinehart & Winston.
Sudirwo, Daeng, Kurikulum Pembelajaran dalam Otonomi Daerah, Bandung, Andira, 2002.
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:
Rajawali Press, 2009.
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik, Jakarta, Prestasi
Pustaka, 2007.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana, 2009.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta,
Kencana Prenada Media, 2008.