Kerangka Isi :
1. PENDAHULUAN
2. MATERI
3. MIND MAP
4. LATIHAN SOAL
5. RANGKUMAN
6. DAFTAR RUJUKAN
7. KUNCI JAWABAN
8. GLOSARIUM
METODOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS TINGGI
1. PENDAHULUAN
Sebelum kita praktik dalam lapangan tentunya kita harus memahami terlebih dahulu
teori mengenai pembelajaran. Dalam pembelajaran ada banyak hal yang harus kita perhatikan,
mungkin dari bagaimana kita berpenampilan, bagaimana kita harus bersikap, sampai
bagaimana etika kita saat mengajar. Namun selain itu juga ada hal-hal yang tidak kalah
penting yang harus diperhatikan juga, yaitu bagaimana teknik yang digunakan dalam
pembelajaran, strategi apa yang harus digunakan dalam suatu pembelajaran, dan masih
banyak lagi.
Jika ada guru yang mengajar hanya untuk membatalkan kewajibannya sebagai guru
(sekedar mengajar tanpa memperhatikan pemahaman peserta didik), mungkin mereka tidak
memperhatikan metodologi dalam pembelajarannya. Sangat penting bagi guru untuk
memperhatikan hal ini, sebab peserta didik merupakan bibit untuk menjadi gnerasi penerus
nanti. Maka dari itu, penjabaran mengenai metodologi pembelajaran ini akan kami bahas
dalam makalah.
2. MATERI
Proses pembelajaran yang diberikan guru tidak hanya sekadar mengajar yang diartikan
selama ini adalah mentransfer ilmu (transfer of knowledge) kepada siswa. Namun, guru juga
harus dapat mendidik (transfer of value) siswa sesuai norma yang berlaku di masyarakat,
melatih (transfer of skill) semua potensi yang dimiliki siswa, dan membimbing (transfer of
experiences) siswa berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh guru.
Menurut Hapidin (2006), ada beberapa pendekatan yang dapat dikaji dan diuraikan
secara singkat sebagai berikut:
a) Pendekatan Pedosentris
b) Pendekatan Materiosentris
Materiosentris yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran
harus dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan
mengarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggiring seluruh aktivitas anak untuk menguasai materi atau bahan
pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting adalah bagaimana materi atau bahan
pembelajaran selesai dilaksanakan dan anak-anak dapat menguasainya. Guru
tidak perlu memikirkan anak yang lambat, sedang atau cepat dalam
menangkap materi atau bahan pembelajaran.
Cara pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris.
Pada sisi yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat
kegiatan pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta
menyampaikan materi pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan
diwarnai dan didominasi oleh keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan
materi pembelajaran. Cara pandang ini berada dalam satu titik vertikal
dengan pendekatan materiosentris.
e) Pendekatan Discovery
f) Pendekatan Ekspositori
g) Pendekatan Kongkrit
h) Pendekatan Abstrak
Implementasinya dalam pendidikan untuk anak usia dini adalah: Masa pra
sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalankegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
Misalnya, agar stimulus menimbulkan reaksi yang tepat maka perlu adanya
respon yang disertai dengan penguatan
c) Pendekatan Konstruktivisme
Makna dari konstruktif adalah sesuatu yang dapat dibangun. Maksud dari
”sesuatu yang dapat dibangun” itu adalah pengetahuan. Menurut Shapiro
(1994), pengetahuan adalah konstruksi pikiran manusia. Pengetahuan adalah
suatu kerangka untuk mengerti bagaimana seseorang mengorganisasikan
pengalaman dan apa yang mereka percayai sebagai realitas (Paul Suparno,
1997 : 28). Maka dapat juga dimaknai bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang merupakan akibat dari suatu pembentukan (konstruksi) kognitifnya
melalui aktifitasnya dan interaksi edukatif yang dilakukan dalam keadaan
sadar.
Matematika sendiri pada dasarnya memiliki objek dasar yang abstrak. Menurut (Soejadi
dalam Muhsetyo, 2004) keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta,
konsep, operasi dan prinsip. Sedangkan menurut Piaget, siswa sekolah dasar yang umurnya
berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 12 atau 13 tahun, berada pada fase operasional konkret.
Pada fase ini umumnya siswa masih terikat dengan objek yang konkret atau cenderung berpikir
konkret, rasional dan objektif dalam memahami suatu situasi.
Salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil dan kondusif
biasanya diukur dengan tingkat pemahaman materi pembelajaran melalui nilai tes dan partisipasi
siswa selama proses pembelajaran. Menurut (Sudono Anggani, 2009), Agar tujuan pembelajaran
tercapai dan terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat
menggunakan media pembelajaran secara tepat. Dengan menggunakan media, siswa akan lebih
mudah memahami konsep yang dipelajari, karena pembelajarannya melibatkan aktivitas fisik dan
mental dengan kegiatan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga yang sejalan dengan
karakteristik siswa sekolah dasar yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik untuk
mengetahui situasi di sekitar mereka dengan perasaan.
Media diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut (Briggs dalam Wina Sanjaya)
media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.
Maka dari itu dalam mengenalkan konsep bilangan matematika pada anak usia dini sebaiknya
menggunakan media yang konkrit sehingga anak lebih mudah untuk memahami dan untuk lebih
mengerti. Media/alat bisa berupa gambar atau terbuat dari kertas, lidi dsb.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang dirancang
oleh guru berkaitan dengan segala persiapan pembelajaran sehingga berjalan lancar dan
tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.
Banyak strategi yang dapat guru terapkan dalam membuat pembelajaran lebih
bermakna bagi peserta didik. Salah satu di antaranya yaitu dengan strategi active
learning atau biasa dikenal dengan sebutan pembelajaran aktif. Konsep active
learning ini sendiri adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional senhingga ia benar – benar
berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan ini
mereka aktif menggunakan otak untuk menemukan ide pokok dari materi yang
dibahas, memecahkan persoalan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
Model berikir induktif dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba. Menurutnya
proses pemelajaran merupaan aktivitas kompleks karena mencakup banyak variabel.
Di antaranya variabel tujuan, pendidik, peserta didik, proses belajar maupun susunan
pembelajaran. Oleh karena itu pendidik sebagai fasilitator diharap mampu
menampung variabel-variabel tersebut dan mengembangkannya.
Strategi induktif disebut juga dengan strategi pembelajaran dari khusus ke umum.
Strategi pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang berdifat langsung
tapi sangat efektif untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan aktif melalui observasi, membandingkan, penemuan pola, dan
menggeneralisasikannya. Teknik penyajian yang cocok dengan strategi ini
adalahteknik penemuan (discovery), eksperimen, demonstrasi, diskusi dan lain
sebagainya.
Sedangkan menutup pelajaran diartikan sebagai usaha guru yang dilakukan untuk
mengakhiri suatu pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi gambaran
menyeluruh tentang apa yang dipelajari tadi, mengetahui tingkat pemahaman siswa, dan
mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi eduktif.
Tidak semua siswa dapat mnggali sendiri sebuah materi dari sumber lainya, itu
sebabnya guru harus memiliki keterampilan ini. Tujuannya untuk membimbing siswa
untuk dapat memahami materi dengan benar, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah
atau pertanyaan, mendapat umpan balik siswa mengenai pemahamanya dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
Menurut S. Nasution pertanyaan adalah stimulus yang mendorong anak untuk berpikir
dan belajar. Dalam proses pembelajaran, hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran, membangkitkan rasa
ingin tahu dan lain-lain.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan dasar mengajar
bertanya adalah suatu aktifitas guru yang berupa ungkapan pertanyaan kepada siswa untuk
menciptakan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir. Oleh sebab itu, sebagai
pendidik kita hendaknya berusaha agar memahami dan menguasai penggunaan
keterampilan dasar bertanya. Tujuannya agar siswa termotivasi, meningkatkan perhatian
siswa, mengontrol dan mengubah tingkah laku siswa yang kurang positif serta mendorong
tumbuhnya tingkah laku produktif.
Keterampilan dasar memberi penguatan adalah segala bentuk respon yang merupakan
bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Melalui
keterampilan ini siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon setipa kali ada
rangsangan dari guru.
a. Penguatan verbal, penguatan verbal bisa berupa penguatan dengan kata-kata ataupun
penguatan dengan menggunakan kalimat
b. Penguatan non verbal :
Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.
Variasi dalam pembelajaran merupakan cara atau gaya yang dilakukan oleh guru dalam
menyampaikan materi pelajaran agar tidak monoton. Tujuan keterampilan ini yaitu :
a. Meningkatkan perhatian siswa agar menguasai materi yang diberikan oleh guru.
b. Mengurangi kebosanan siswa dalam proses pembelajaran.
e. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
6) Teknik Keterampilan Mengelola Kelas
b. Tantangan
c. Bervariasi
d. Keluwesan
Model pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja,
melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar,
penyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan
kreatifitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan 1, dan pendorong dalam melengkapi
kelemahan hasil belajar.
Menurut Sugiman (2011:8) tipe realistik yang mempunyai ciri pendekatan bottom-up
dimana siswa mengembangkan model sendiri dan kemudian model tersebut dijadikan dasar
untuk mengembangkan matematika formalnya. Ada dua macam model yang terjadi dalam
proses tersebut yakni model dari situasi (model of situation) dan model untuk matematis
(model for formal mathematics).
B. Metode Pembelajaran
Realistic Mathematic Education memiliki metode discovery inquiry atau cara penyajian
materi pelajaran dimana siswa dikondisikan untuk mencari sendiri berbagai konsep, prinsip
dan pemecahan masalah untuk dikuasainya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
C. Strategi Pembelajaran
D. Teknik Pembelajaran
Sebagaimana yang telah dirumuskan Treffers (1987) dalam Ariyadi Wijaya (2012: 21),
pendekatan RME memiliki karakteristik sebagai berikut:
Penggunaan konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran
matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk
permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa
dibayangkan dalam pikiran siswa.
Penggunaan model untuk matematisasi progresif
Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan (bridge) dari pengetahuan dan matematika
tingkat konkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Kata model tidak merujuk
pada alat peraga. Model merupakan suatu alat vertikal dalam matematika yang tidak bisa
dilepaskan dari proses matematisasi. Secara umum ada dua macam model dalam RME, yaitu
model of dan model for.
Interaktivitas
Proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara
bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat
dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka.
Keterkaitan
E. Model Pembelajaran
Mintalah siswa secara kelompok ataupun secara individual untuk mengerjakan atau
menjawab masalah kontekstual dengan caranya sendiri. Berilah waktu yang cukup bagi
siswa untuk mengerjakannya. Jika dalam waktu yang dipandang cukup, siswa tidak ada
satupun yang dapat menemukan cara pemecahan, berilah guide atau petunjuk seperlunya
atau berilah pertanyaan yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa lembar kerja siswa
ataupun bentuk lain.
5) Menyimpulkan.
Menurut Sanjaya (2006: 109) mengemukakan bahwa CTL adalah suatu konsep
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata.
B. Metode Pembelajaran
C. Strategi Prmbelajaran
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari ”guru
akting di depan kelas, siswa menonton” ke ”siswa aktif bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan”.
Pembelajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka. Srategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assesment) yang
benar.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Siswa berperan penting dalam strategi pembelajaran ini.
D. Teknik pembelajaran
E. Model Pembelajaran
Konstruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong (Nurhadi: 2003: 34).
Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara
aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman
belajar yang bermakna. 2) Inkuiri (Menemukan)
Menurut Nurhadi (2003: 43), inkuiri adalah suatu ide yang kompleks, yang berati banyak
hal bagi banyak orang. Inkuiri (Sanjaya: 2006: 119), artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.
Komponen ini merupakan kegiatan inti CTL. Diawali dari pengamatan terhadap
fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan
yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri
dari fakta yang dihadapinya.
Menurut Nurhadi (2003: 45), pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari
bertanya. Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir dan
untuk membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang gejala-
gejala yang ada, belajar bagaimana merumuskan pertanyaanpertanyaan yang dapat diuji,
belajar saling bertanya tentang bukti, interprestasi, dan penjelasan-penjelasan yang ada.
Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, berbagai macam bentuk, dan
berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya. 4) Masyarakat Belajar ( Learning
Community)
Komponen ini menyarankan bahwa prestasi belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain. Prestasi belajar bisa diperoleh dengan sharing antar teman, kelompok,
dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas.
Komponen ini terjadi apabila ada proses komunkasi dua arah. Karena pembelajaran yang
dikemas dalam diskusi kelompok dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi
sangat mendukung komponen ini. Anggota kelompok yang terlibat dalam komunikasi
pembelajaran dapat saling belajar. Prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika
menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community
adalah sebagai berikut (Sanjaya: 2006: 120).
a) Pada dasarnya prestasi belajar diperoleh saling memberi dan saling dengan pihak lain.
b) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi.
c) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah.
6) Refleksi (reflection)
Refleksi Nurhadi. (2003: 51) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita laukan di masa yang baru saja kita
terima. Releksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
terhadap apa yang baru diterima. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan
begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa baru
dipelajarinya.
Guru perlu melaksanakan refleksi pada akhir program pembelajaran. Guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Releksi dapat berupa:
d) diskusi
e) hasil karya
f) catatan lain yang ditempuh guru untuck mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka
tentang materi yang dipelajari.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Menurut Nurhadi (2003: 52) pada hakikatnya, penilaian yang benar adalah menilai apa
yang seharusnya dinilai. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa (Sanjaya:
2006: 122). Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik adalah
(Nurhadi, 2003: 52):
3) PMRI
A. Pendekatan
Saefudin (2012) menyatakan bahwa prinsip PMRI sama dengan RME meskipun
dalam beberapa hal PMRI berbeda dengan RME karena konteks, budaya, sistem
sosial dan alamnya berbeda.
B. Prinsip PMRI
C. Metode Pembelajaran
D. Strategi Pembelajarn
Dalam PMRI, kegiatan dapat dilakukan secara berkelompok atau pun secara
individu dengan discovery inquiry atau mencari dan menemukan. PMRI menitik
beratkan pada kegiatan mencari dan menemukan sendiri yang dilakukan oleh siswa.
E. Model Pembelajaran
1. Tujuan
Dalam mendesain, tujuan haruslah melingkupi tiga level tujuan dalam RME :
lover level, middle level, and high level. Jika pada level awal lebih difokuskan
pada ranah kognitif maka dua tujuan terakhir menekankan pada ranah afektif dan
psikomotorik seperti kemampuan berargumentasi, berkomunikasi, justifikasi, dan
pembentukan sikap kristis siswa.
2. Materi
Desain guru open material atau materi terbuka yang didiskusikan dalam realitas,
berangkat dari konteks yang berarti; yang membutuhkan; keterkaitan garis
pelajaran terhadap unit atau topik lain yang real secara original seperti pecahan
dan persentase; dan alat dalam bentuk model atau gambar, diagram dan situasi
atau simbol yang dihasilkan pada saat proses pembelajaran. Setiap konteks
biasanya terdiri dari rangkaian soal-soal yang menggiring siswa ke penemuan
konsep matematika suatu topik.
3. Aktivitas
4. Evaluasi
B. Metode Pembelajaran
C. Strategi Pembelajaran
D. Teknik Pembelajaran
3. Penyelidikan autentik.
5. Kolaborasi.
E. Model Pembelajaran
5) PjBL
PjBL menurut Buck Institute For Education (BIE) dalam Trianto (2014:41) adalah
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran baik dalam memecahkan
suatu permasalahan dan memberikan peluang bagi siswa untuk lebih mengekspresikan
kreatifitas mereka sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa. Hasil
belajar menurut Susanto (2013:5) adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik
perubahan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam taksonomi Bloom hasil belajar lebih
memusatkan perhatian terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Suyono,2011:167).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh siswa setelah ia mengikuti kegiatan pembelajaran dan mendapat pengalaman
dari kegiatan belajar yang telah dilaksanakan.
Menurut Bie (Ngalimun, 2013: 185) menegaskan project based learning yaitu:
“model pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsipprinsip utama (central)
dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas
bermakna lainnya, memberikan peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruk belajar
mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai, dan realistik”.
Menurut Kosasih (2014: 96) project based learning adalah model pembelajaran yang
menggunakan proyek atau kegiatan sebagai tujuannnya. Pembelajaran difokuskan dalam
pemecahan masalah yang menjadi tujuan utama dari proses belajar sehingga dapat
memberikan pembelajaran yang lebih bermakna karenadalam belajar tidak hanya mengerti
apa yang dipelajari tetapi membuat peserta didik menjadi tahu apa manfaat dari
pembelajaran tersebut untuk lingkungan sekitarnya.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan project based learning
adalah pembelajaran yang memerlukan jangka waktu panjang, menitikberatkan pada
aktifitas peserta didik untuk dapat memahami suatu konsep atau prinsip dengan melakukan
investigasi secara mendalam tentang suatu masalah dan mencari solusi yang relevan serta
diimplementasikan dalam pengerjaan proyek, sehingga peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna dengan membangun pengetahuannya sendiri.
A. Pendekatan Pembelajaran
Bransfor dan Stein (dalam Warsono & Hariyanto, 2016: 19) mendefinisikan
pembelajaran berbasis proyek ini menggunakan pendekatan pengajaran yang
komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan
berkelanjutan. Model PjBL ini dapat menuntun seseorang untuk berlatih dan memahami
berpikir kompleks dan mengetahui bagaimana mengintegrasikannya dalam bentuk
keterampilan yang sering dikaitkan dengan kehidupan nyata, mampu memanfaatkan
pencarian berbagi sumber, berpikir kritis, dan mempunyai keterampilan pemecahan
masalah dengan baik yang akan mampu melengkapi proyek mereka.
B. Metode Pembelajaran
C. Strategi Pembelajaran
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok.
D. Teknik Pembelajaran
Project based learning menurut Sani (2014: 177) adalah “(1) membutuhkan banyak
waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk; (2) membutuhkan biaya
yang cukup; (3) membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar; (4) membutuhkan
fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai; (5) tidak sesuai untuk siswa yang mudah
menyerah dan tidak memiliki pengetahuan serta keterampilan yang dibutuhkan; (6)
kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok”.
E. Model pembelajaran
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran
yang kegiatan belajar mengajarnya berbasis proyek. Kegiatan proyek yang dilakukan oleh
siswa tetap dengan bimbingan oleh guru. Sedangkan Suparno (2007:126) menjelaskan
bahwasanya PjBL merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk bekerja
didalam kelompok dalam rangka membuat atau melakukan sebuah proyek bersama, dan
mempresentasikan hasil dari proyeknya tadi dihadapan siswa yang lainnya. Model
pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) siswa merancang sebuah masalah
dan mencari penyelesaiannya sendiri, sehingga mampu meningkatkan kreatifitas siswa
untuk memunculkan penyelesaiannya sendiri membuat kegiatan pembelajaran lebih
bermakna sehingga teringat.
Model pembelajaran PjBL ini dapat membantu siswa untuk menemukan konsep-konsep
baru, pengalaman baru, serta dalam meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa baik
dalam memecahkan masalahmaupun dalam membuat sebuah produk. Seperti yang
dipaparkan bahwa ada beberapa faktor yang telah diuraikan tentang pengembangan
kreatifitas anak. Salah satunya dengan memfasilitasinya, dalam hal ini kita berupaya untuk
memfasilitasi mereka berimajinasi tentang produk serta pemecahan masalah yang
disajikan. Selain itu pendidik pun memberi dorongan agar kreatifitas siswa dapat
berkembang melalui datadata yang telah mereka temukan pada saat kegiatan baik saat
eksperimen, ataupun elaborasi sehingga dengan kegiatan langsung menjadi pembelajaran
yang bermakna.
A. Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran Life Based Learning terarah pada pembentukan diri peserta didik
sebagai pribadi utuh. Peserta didik dibentuk menjadi pribadi yang memiliki
kapabilitas dan talenta yang berkembang secara berkelanjutan. Pembeajaran ini
mengintegrasikan kehidupan sehari-hari, bekerja, dan belajar di ruang apapun, situasi
mana pun, dan di saat apapun. Dengan demikian, diharapkan dapat menjadi
pembelajaran yang berlangsung dalam kehidupan yang luas.
B. Metode Pembelajaran
1) Pengembangan kapabilitas.
C. Strategi Pembelajaran
Dalam Life Based Learning ini memberikan ruang bagi peserta didik sebagai
perancang praktis belajarnya sendiri. Hal ini dapat dilakukan peserta didik dengan tanpa
melanggar peraturan-peraturan umum yang telah ditetapkan.
Menurut Staron (2011), terdapat sepuluh ciri utama, yaitu (1) menekankan pada
pengembangkan kapabilitas; (2) mendukung orientasi yang membuat peserta didik
berbeda untuk belajar; (3) memanfaatkan sumber belajar majemuk, dimana individu
dapat terlibat dalam berbagai peristiwa belajar; (4) menyeimbangkan antara integritas
dan kegunaan; (5) mendorong pertumbuhan dengan menggeser tanggung jawab belajar
ke individu; (6) menggeser peran provider ke kreator; (7) mengakui bahwa kontradiksi
merupakan kekuatan; (8) menginvestasikan dalam mengembangkan manusia pribadi
dan sosial seutuhnya, (9) mengakui watak manusia (kesadaran, tanggung jawab,
kepercayaan dan akuntabilitas) sebagai hal kritis; dan (10) menghargai bahwa
perubahan berbeda secara kualitatif, baik eksternal maupun internal.
D. Teknik Pembelajaran
Masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dengan pengaplikasian ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, pelajaran Matematika di tingkat SD/MI mendapatkan jatah jam
pelajaran yang banyak. Namun, pelajaran Matematika belum sepenuhnya dipahami oleh
peserta didik. Mereka hanya mempelajari Matematika dengan membaca, menghafal
rumus, mendengarkan penjelasan dari guru tanpa melalui proses pembelajaran yang
bermakna. Salah satu materi Matematika adalah jenis-jenis sudut dan besar sudut.
Materi tersebut tidak hanya sekedar pengetahuan dengan menghafalkannya, namun
dapat diubah menjadi pelajaran yang bermakna melalui pengaplikasian secara langsung
sehingga dapat dimengerti peserta didik dengan baik. Pembelajaran berdasarkan
masalah di kehidupan sehari-hari, dirancang terutama untuk membantu siswa : (1)
mengembangkan ketrampilan berpikir, pemecahan masalah dan intelektual; (2) belajar
peran-peran orang dewasa dengan menghayati peran-peran itu melalui situasi-situasi
nyata atau yang disimulasikan dan (3) menjadi mandiri, maupun siswa otonom.6
Pengetahuan akan lebih diingat dan dikemukakan kembali secara lebih efektif jika
belajar didasarkan dalam konteks manfaatnya di masa depan.
E. Model Pembelajaran
Dalam life based learning terdapat metode :
7) STEAM
Buinicontro (2017) yang menyatakan bahwa integrasi pada STEAM akan dapat
memberikan kesempatan baru kepada peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran
desain secara langsung dan menghasilkan produk dengan kemampuan kreativitas dan
pemecahan masalah yang baik. Kreativitas dan kemampuan berpikir menjadi dua aspek
penting yang harus dimiliki peserta didik guna menghadapi era globalisasi yang semakin
tinggi.
Shadiq (2019) menyatakan sebagai akibat dari aplikasi industry 4.0 adalah
ketimpangan yang semakin besar, sehingga dua aspek penting yang harus menjadi perhatian
guru adalah kreativitas dan berpikir kritis. Oleh karena itu, dalam upaya mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi sekaligus mengembangkan kreativitas, implementasi
STEAM dalam pembelajaran menjadi sangat dibutuhkan, khususnya dalam pembelajaran
matematika di sekolah.
Pembelajaran matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan
hubunganhubungan serta simbol-simbol kemudian diterapkan pada situasi nyata (Fitri,
2014). Hal tersebut mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitas dalam berpikir
kritis untuk menyelesaikan segala persoalan.
Secara harfiah, antara Situation Based Learning dan Situated Creation and Problem
Based Instruction memang berbeda, tetapi pembelajaran SBL dapat dikatakan sebagai
modifikasi dari design pembelajaran SCPBI yang ada pada jurnal tersebut. Adapun beberapa
penelitian terkait yang telah dilakukan antara lain, 1) Research on Mathematics Instruction
Experiment Based Problem Posing tahun 2008, dan 2) Experimental Research on
Mathematics Teaching of "Situated Creation and Problem Based Instruction" in Chinese
Primary and Secondary School, tahun 2007. Model pembelajaran Situation Based Learning
adalah model pembelajaran berbasis situasi di mana guru mengkreasi sebuah situasi
pembelajaran yang dapat memunculkan pertanyaan dari siswa dan siswa memecahkan
permasalahan yang dibangunnya sendiri.
Situation Based Learning merupakan pendekatan baru yang kuat dan fleksibel dalam
membangun paradigma pembelajaran yang konstruktivistik, hal ini karena ada banyak hal
yang dapat siswa pelajari dari sebuah situasi, tempat dimana ia belajar. Tujuan dari Situation
Based Learning adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam problem posing,
problem understanding, dan problem solving dari sudut pandang matematika.
Situation-Based Learning adalah pembelajaran yang terdiri dari 4 tahapan proses
pembelajaran, yaitu 1) creating mathematical situations; 2) posing mathematical problem; 3)
solving mathematical problem; dan 4) applying mathematics, sebagaimana digambarkan
dalam diagram berikut berikut :
8. Selain merumuskan masalah matematis, siswa harus dapat menyelesaikan masalah yang
telah dirumuskannya. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
9. Siswa akan lebih termotivasi ketika menyelesaikan permasalahan yang dimunculkan
sendiri.
10.Guru tidak memberikan konsep matematika secara langsung, namun dengan
membimbing siswa melalui teknik scaffolding, sehingga siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri.
11.Pembelajaran SBL dilaksanakan dengan pembelajaran berkelompok, sehingga dapat
melatih siswa untuk bekerja sama dan menjadi tutor sebaya.
12.Melatih kemampuan creative problem solving matematis.
9) Open Ended
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika
yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Munculnya
pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas
kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan konsep baru di
depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa
soal.
Strategi pembelajaran open-en9)ded adalah pembelajaran terbuka yaitu siswa dapat
menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan jawaban yang benar, bahkan siswa bisa
memperoleh lebih dari satu jawaban yang benar. Sehingga open ended dapat memberi
kepercayaan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik atau cara tertentu. Beberapa
asumsi yang mendasari open ended adalah (Huda, 2014:279-280) :
a. Menghadapkan siswa pada problem terbuka dengan menekankan pada bagaiman siswa
sampai pada sebuah solusi.
b. Membimbing siswa untuk menemukan pola dalam mengkonstruksi permasalahanya
sendiri.
c. Membiarkan siswa memecahkan masalah dengan berbagai penyelesaian dan jawaban
yang beragam.
d. Meminta siswa untuk menyajikan hasil temuanya.
Kegiatan akhir, yaitu siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari kemudian
kesimpulan tersebut disempurnakan oleh guru. Evaluasi Setelah berakhirnya KBM, siswa
mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan open ended
problems yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru.
Secara umum
Pendekatan
Secara Khusus
Pembelajaran
Strategi
Strategi Active
Pembelajan Learning
Teknik
Strategi Pembelajaran
Pembelajaran
deduktif
Model
Metodologi PMKT Pembelajaran Rumus di terima murid
sebagai kebenaran yang
tidak di ragukan
CTL steam
Strategi pembeljaran
SBL deduktif
Open
ended RME PMRI
PjBL Ketrampilan membuka
Life based PBL dan menutup pelajaran
learning
Ketrampilan menjelaskan
Ketrampilan bertanya
Ketrampilan
memberi
Penguatan
Ketrampilan
mengadakan variasi
Ketrampilan
Mengelola kelas
4. RANGKUMAN
Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (La Iru: 2012). Pendekatan pembelajaran dibagi
2, yaitu :
1) Pendekatan secara umum
Menurut Hapidin (2006), ada beberapa pendekatan yang dapat dikaji dan diiurkan secara
singkat sebagai berikut :
- Pendekatan Pedosentris
Pendekatan pedosentris sering dikenal dengan learner centered yakni cara
memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari
kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar.
- Pendekatan Materiosentris
Materiosentris yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus
dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan
mengarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggiring seluruh aktivitas anak untuk menguasai materi atau bahan
pembelajaran.
- Pendekatan Child Centered
Cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan pembelajaran berada
pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi pembelajaran.
- Pendekatan Discovery
Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan
pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru.
- Pendekatan Ekspositori
pendekatan ekspositori lebih mamandang aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan
guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan dan nilai-
nilai.
- Pendekatan Kongkrit
Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan sedemikian rupa
sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama menjadi hidup dalam
kehidupan sehari-hari.
- Pendekatan Abstrak
Adapun pendekatan abstrak merupakan cara pandangan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses
seperti ini memberikan pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai
ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu.
2) Pendekatan Secara Khusus
- Pendekatan Psikonalisis
Teori psikonalisis dipublikasikan oleh took dunia Sigmund Freud. Hipotesis
pokok psikoanalisa menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebahagian besar
ditentukan oleh motif-motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak
penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit
dari pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Berkembangnya ilmu,
kemudian teori psikoanalisis lebih populer dengan teori -teori perkembangan
psikoseksual dari Sigmund Freud dan teori psikososial dari Erik Erikson yang
lebih sering dijadikan landasan teori. Teori tahap-tahap perkembangan
psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual,
Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek
perkembangan sosial.
- Pendekatan Behaviorisme
Menurut ketiga pakar (Edward L. Thorndike, Ivan Paclov, dan B.F Skinner)
sepakat bahwa teori behaviorisme yaitu belajar adalah perubahan tingkah laku
lahir saja, bukan disebabkan dari faktor-faktor dari dalam, misalnya seseorang
merasa sedih maka menangis. Oleh karna itu, behaviorisme juga sering disebut
dengan ilmu jiwa tanpa jiwa karna tidak terjadi proses jiwa.
- Pendekatan Konstruktivisme
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan akibat dari suatu pembentukan
(konstruksi) kognitifnya melalui aktifitasnya dan interaksi edukatif yang
dilakukan dalam keadaan sadar. Yang terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah dalam proses pembelajaran, peserta didiklah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain.
Metode Pembelajaran
Penggunaan metode pengajaran merupakan salah satu aspek lain yang perlu diperhatikan
guru dalam melaksanakan dan mengelola kegiatan belajar mengajar akan mencapai hasil yang
optimal apabila guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan
perkembangan anak, kemudian dapat melaksanakannya dengan teknik-teknik penyampaian yang
baik. Salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran yang berhasil dan kondusif
biasanya diukur dengan tingkat pemahaman materi pembelajaran melalui nilai tes dan partisipasi
siswa selama proses pembelajaran. Menurut (Sudono Anggani, 2009), Agar tujuan pembelajaran
tercapai dan terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat
menggunakan media pembelajaran secara tepat. Dengan menggunakan media, siswa akan lebih
mudah memahami konsep yang dipelajari, karena pembelajarannya melibatkan aktivitas fisik
dan mental dengan kegiatan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga yang sejalan dengan
karakteristik siswa sekolah dasar yang memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik untuk
mengetahui situasi di sekitar mereka dengan perasaan.
Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai saasran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran
merupakan serangkaian rencana kegiatan dalam suatu pembelajaran. Strategi pembelajaran
disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kemp menyatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjaka guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Beberapa tipe strategi pembelajaran yaitu :
1. Strategi Active Learning
Konsep active learning ini sendiri adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek
didiknya terlibat secara intelektual dan emosional senhingga ia benar – benar berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan ini mereka aktif
menggunakan otak untuk menemukan ide pokok dari materi yang dibahas, memecahkan
persoalan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.
2. Strategi Pembelajaran Deduktif
Penggunaan strategi deduktif dalam pembelajaran matematika biasanya dimulai dengan
definisi, teorema atau aksioma dan tidak jarang juga rumus-rumus matematika baru kemudian
siswa diminta untuk mengerjakan soal atau masalah dengan menggunakan definisi, teorema,
aksioma atau rumus tersebut.
3. Strategi pembelajaran Induktif
Strategi induktif disebut juga dengan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. Strategi
pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang berdifat langsung tapi sangat efektif
untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan aktif melalui
observasi, membandingkan, penemuan pola, dan menggeneralisasikannya. Teknik penyajian
yang cocok dengan strategi ini adalahteknik penemuan (discovery), eksperimen, demonstrasi,
diskusi dan lain sebagainya.
Teknik Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran adabeberapa teknik yang harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu :
a) Teknik membuka dan Menutup Pembelajaran
Dalam melakukan kegiatan membuka dan mnutup pelajaran hendak memperhatikan
prinsip berikut :
a. Singkat, padat, jelas
b. Tidak mengulang-ulang atau berbelit-belit
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
d. Contoh dan ilustrasi seperlunya
e. Mengikat perhatian siswa
b) Teknik keterampilan menjelaskan
Tujuan dari teknik ini adalah untuk membimbing siswa untuk dapat memahami materi
dengan benar, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah atau pertanyaan, mendapat
umpan balik siswa mengenai pemahamanya dan untuk mengatasi kesalahpahaman
mereka.
c) Teknik keterampilan bertanya
Menurut S. Nasution pertanyaan adalah stimulus yang mendorong anak untuk berpikir
dan belajar. Dalam proses pembelajaran, hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran, membangkitkan rasa
ingin tahu dan lain-lain. Oleh sebab itu, sebagai pendidik kita hendaknya berusaha agar
memahami dan menguasai penggunaan keterampilan dasar bertanya. Tujuannya agar
siswa termotivasi, meningkatkan perhatian siswa, mengontrol dan mengubah tingkah laku
siswa yang kurang positif serta mendorong tumbuhnya tingkah laku produktif.
d) Teknik keterampilan memberi penguatan
Komponen-komponen dari keterampilan memberi penguatan adalah sebagai berikut :
Penguatan verbal, penguatan verbal bisa berupa penguatan dengan kata-kata ataupun
penguatan dengan menggunakan kalimat
Penguatan non verbal
Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.
Penguatan dengan cara mendekati.
Penguatan dengan sentuhan.
Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan berupa simbol atau benda.
Model Pembelajaran
RME
Pendidikan matematika realistis atau Realistic Mathematics Education (RME)
adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang menempatkan permasalahan
matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah siswa menerima materi
dan memberikan pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan pertama kali oleh Freudenthal pada tahun
1971 di Utrecht University Belanda. Menurut Freudenthal bahwa belajar matematika
adalah suatu aktivitas, sehingga kelas matematika bukan tempat memindahkan
matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan
konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata (Yuwono,2001:17).
CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi
yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya 2006).
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), menawarkan bentuk
pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa. CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya
dan menghubungkan serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian,
peran siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang
menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.
PMRI
Supinah (2008: 15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah “suatu teori
pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep matematika
realistik ini sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa
tentang matematika dan mengembangkan daya nalar”
Dapat diartikan bahaw PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika
yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sebagai sarana untuk meningkatkan
pemahaman dan daya nalar.
PBL
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran di
mana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang dengan melalui pemecahan masalah itu
siswa belajar kemampuan melalui penyelidikan dan berpikir sehingga memandirikan
peserta didik dalam belajar dan memecahkan masalah.
PjBL
Project based learning adalah pembelajaran yang memerlukan jangka waktu
panjang, menitikberatkan pada aktifitas peserta didik untuk dapat memahami suatu
konsep atau prinsip dengan melakukan investigasi secara mendalam tentang suatu
masalah dan mencari solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan
proyek, sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna dengan
membangun pengetahuannya sendiri.
Life Based Learning
Project based learning adalah pembelajaran yang memerlukan jangka waktu
panjang, menitikberatkan pada aktifitas peserta didik untuk dapat memahami suatu
konsep atau prinsip dengan melakukan investigasi secara mendalam tentang suatu
masalah dan mencari solusi yang relevan serta diimplementasikan dalam pengerjaan
proyek, sehingga peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna dengan
membangun pengetahuannya sendiri.
STEAM
STEAM yang merupakan kepanjangan dari istilah Sains, Technology,
Engeenering, Arts and Mathematics adalah sebuah terobosan dalam dunia pendidikan
yang mengintegrasikan beberapa elemen ilmu pengetahuan dalam satu kesatuan konsep
pembelajaran. Keterkaitan STEAM dengan pembelajaran matematika adalah dimana
dalam matematika menerapkan konsep dan dihubungkan dengan STEAM yang menuntun
siswa untuk mampu memahami konsep dengan kemampuan berpikir kritis. Perpaduan
STEAM dengan konsep matematika yaitu menemukan gagasan, solusi, dan produk. Di
dalam STEAM persoalan diselesaikan melalui proyek yang terbagi menjadi 3 tahap.
Tahap ertama proyek diberikan dengan jangka waktu yang singkat(2-6 kali
pembelajaran). Tahap kedua proyek yang diberikan dalam kurun waktu panjang bisa
mencapai 1-3 bulan untuk e-portofolio, poster, video, dan lainnya. Tahap ketiga
dalamkurun waktu yang lebih panjang mencapai 5-6 bulan untuk melakukan penelitian
dan melaporkan hasil penelitian. Konsep STEAM tidak begitu berbeda dengan Project
Based Learning.
Situation Based Learning
Model pembelajaran Situation Based Learning merupakan suatu model
pembelajaran matematika yang baru dikenal dalam dunia pendidikan. Situation Based
Learning dikenalkan oleh Isrok’atun pada tahun 2012. Tujuan dari Situation Based
Learning adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam problem posing,
problem understanding, dan problem solving dari sudut pandang matematika.
Situation-Based Learning adalah pembelajaran yang terdiri dari 4 tahapan proses
pembelajaran, yaitu 1) creating mathematical situations; 2) posing mathematical problem;
3) solving mathematical problem; dan 4) applying mathematics.
Open Ended
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan
matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang.
Strategi pembelajaran open-en9)ded adalah pembelajaran terbuka yaitu siswa dapat
menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan jawaban yang benar, bahkan siswa bisa
memperoleh lebih dari satu jawaban yang benar. Sehingga open ended dapat memberi
kepercayaan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan,
mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik atau cara tertentu.
5. LATIHAN SOAL
Soal latihan !
8. Salah satu prinsip PMRI yaitu Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa
dengan bantuan dari guru, merupakan pengertian dari . . .
a. Didactical Phenomenology
b. Guided Re-invention
c. Self-delevoped Models
d. discovery inquiry
e. teacher centered
10. Dengan menggunakan model pembelajaran STEAM siswa dituntun untuk mampu
...
a. memahami konsep dan berfikir kritis
b. menyelesaikan projek
c. memahami rumus matematika
d. mengamati lingkungan
e. melatih siswa dengan soal yang sulit
II. Essay
Afgani, Jarwani. (2014). Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika. Bandung :
tidak diterbitkan.
Andita Putri Surya1, S. C. (April 2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT
BASED LEARNING (PjBL). JURNAL PESONA DASAR, 41-54.
Isrok’atun. 2012. Pengembangan Model Situation-Based Learning Pada Materi Sains Di
Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang. Hal (70-72)
Kurniati, R., & Astuti, M. (2016). Penerapan Strategi Pembelajaran Open Ended Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri 1 Palembang. JIP (Jurnal Ilmiah PGMI), 2(1), 1-18.
Muhamad Afandi, S. M. (2013). MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN. Semarang:
UNISSULA PRESS.
Nurfitriyanti, M. (2016). MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING. Jurnal
Formatif 6(2): 149-160, 149-160.
Nurhikmayati, Iik. 2019. Implementasi STEAM Dalam Pembelajaran Matematika. Vol. 1 No.
2 . hal. 41-50.
Oftiana, S., & Saefudin, A. A. (2017). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas
VII SMP Negeri 2 Srandaka.
Rabbani, S., Ruqoyyah, S., & Murni, S. (2019). Magang Matematika SD. Cimahi.
Suhuartati, K. (2019). Penerapan Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran
Matematika Menganalisis Luas Dan Volume Benda Putar Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1
Baturejo Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
Sumantri, M. S. (2015). Strategi Pembelajasan : Teori dan Praktik di TIngkat Pendidikan Dasar .
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
T Al’Afifah. 2019. Bab II LANDASAN TEORI. IAIN TULUNGAGUNG. Hal (20-21)
7. KUNCI JAWABAN
Pilihan Ganda
1. A 6. E
2. A 7. C
3. E 8. B
4. C 9. D
5. E 10. A
Essay
1. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (La Iru: 2012).
a. Pendekatan secara umum
• Pendekatan pedosentris
• Pendekatan materiosentris
• Pendekatan child centered
• Pendekatan teacher centered
• Pendekatan discovery
• Pendekatan ekspositori
• Pendekatan konkrit
• Pendekatan abstrak
b. Pendekatan secara khusus
• Pendekatan psikoanalisis
• Pendakatan behaviorisme
• Pendekatan konstruktivisme
2. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan
kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan
teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain,
metode yang dipilih oleh masing-masing itu adalah sama, tetapi mereka menggunakan
teknik yang berbeda.
3. Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang dirancang oleh guru berkaitan dengan
segala persiapan pembelajaran sehingga berjalan lancar dan tercapainya tujuan
pembelajaran secara optimal. Ada beberapa strategi dalam pembelajaran :
a. Strategi active learning (siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran)
b. Strategi pembelajaran deduktif (pembelajaran dari umum ke khusus / abstrak ke nyata
/ dari konsep ke kesimpulan logis / dari rumus ke contoh)
c. Strategi pembelajaran induktif (kebalikan dari deduktif, pembelajran ini dari khusus
ke umum, mengembagkan kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa)
4. Model pembelajaran merupakan pembelajaran yang sudah tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Atau dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran merupakan bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
5. Situation based learning atau SBL merupakan model pembelajaran yang baru dikenal di
dunia pendidikan. Situation based learnig merupakan model pembelajaran di mana guru
membuat sebuah situasi pembelajaran yang dapat memicu pertanyaan dari siswa dan
siswa memecahkan permasalahan yagn dibangunnya sendiri.
8. GLOSARIUM
Pendekatan pembelajaran : sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu