PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlu kita ketahui bahwa Konselor adalah pihak yang membantu klien
(siswa) dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan
teknik konseling. Secara luas konselor dalam menjalankan perannya bertindak
sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu, konselor juga bertindak sebagai penasihat,
guru, konsultan yang mendampingi peserta didik sampai peserta didik dapat
menemukan dan mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Maka tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah tenaga profesional yang sangat
berarti bagi peserta didik.
1
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta : PT. Kharisma Putra
Utama, 2013), 21-22.
disamping menunjukkan kredibilitas lain seperti penampilan kompetensi dan
aspek-aspek non intelektif lainnya2.
B. Rumusan Masalah
Mengidentifikasi Tugas Konselor Pada Jenjang SMA, SMK dan Perguruan
Tinggi?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Tugas Konselor Pada Jenjang SMA, SMK dan Perguruan Tinggi.
2
Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada,
2006), 97-98.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa
bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan
kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin,
dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima
dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan
dirinya (self realization).
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural
dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan
berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Sugiyo dkk menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu :
3
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal 12-16
1. Layanan langsung meliputi (1) konseling individual, (2) konseling
kelompok, (2) bimbingan kelompok, (4) bimbingan klasikal, (5) bimbingan
kelas besar atau lintas kelas, (6) konsultasi, (7) kolaborasi, (8) alih tangan
kasus, (9) konferensi kasus, (10) layanan advokasi, dan (11) layanan
peminatan.
2. Layanan bimbingan dan konseling melalui media meliputi (1) papan
bimbingan, (2) kotak masalah, (3) leaflet, dan (4) pengembangan media
bimbingan dan konseling. Kegiatan administrasi meliputi (1) pelaksanaan
dan tindak lanjut asesmen kebutuhan, (2) penyusunan dan pelaporan
program kerja, (3) evaluasi bimbingan dan konseling, (4) pelaksanaan
administrasi dan manajemen bimbingan dan konseling, dan (5) kunjungan
rumah. Kegiatan tambahan meliputi (1) kegiatan sebagai Kepala/Wakil
Kepala Sekolah Pembina OSIS, Pembina Ekstrakurikuler, Pembina
Pramuka, dan Koordinator BK
3. Pengembangan keprofesian meliputi (1) seminar, (2) workshop, (3)
pelatihan, dan (4) studi lanjut Pelayanan bimbingan dan konseling di
Sekolah Menengah merupakan setting yang paling subur bagi konselor.
Konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Tugas konselor adalah untuk membantu peserta didik dalam menumbuh
kembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seharusnya berkembang
pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan mengambil
keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan
pendidikan maupun persiapan karier. Dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling, konselor kerjsama dengan berbagai pihak yang
terkait, seperti dengan kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, orang tua
konseli4.
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang
Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan
4
Kemendikbud Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMA (Jakarta: Kemendikbud, 2016)
BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4
(empat) kegiatan utama, yakni:
a) Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan
untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif
dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-
tugas perkembangan siswa
b) Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat
penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat
preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah
konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi
layanan responsif adalah: bidang pendidikan, bidang belajar,
bidang sosial, bidang pribadi, bidang karir, bidang tata tertib
SMA, bidang narkotika dan perjudian, bidang perilaku sosial,
dan bidang kehidupan lainnya.
c) Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan
rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan
pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu
siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan
sendiri.
d) Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam
bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui
pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang
lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.5
5
Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 138.
B. Tugas Konselor Pada Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
6
Gibson, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010).
meningkat dalam masa peralihan ini sering kali menjadi masalah selama
proses PKL.
2. Periode Masa Paling Penting
Perkembangan fisik yang cepat serta diiringi perkembangan mental
yang cepat pula, akan membentuk minat serta sikap yang baru. Perlu adanya
keseimbangan dirinya agar mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja.
3. Periode Masa Bermasalah
Pengaruh pola asuh orang tua akan terlihat pada tahap ini. Setiap
rentang periode tentu memiliki masalahnya masing – masing. Ada dua
kemungkinan yang menjadi penyebab siswa menjadi salah mengambil
tindakan yang membuat dirinya memiliki masalah lain yang lebih berat,
yaitu :
a. Sepanjang masa kanak – kanak, penyelesaian masalahnya selalu dibantu
oleh orang tua maupun guru, sehingga anak sulit memahami masalahnya
sendiri dan sulit untuk menyelesaikannya jika sudah mengetahui
masalahnya.
b. Orang tua terlalu memberikan tanggung jawab yang besar kepada anak
sehingga ia terlalu mandiri dan merasa berkuasa atas dirinya sehingga tidak
mampu menerima pendapat orang lain yang menyebabkannya salah
melangkah / mengambil tindakan.
Menurut Kartni Kartono, kenakalan yang sering terjadi di masa remaja ada
yang bersifat minoritas dan ada yang bersifat mayoritas. Kenakalan
mayoritas yaitu kenakalan yang sering siswa SMK lakukan seperti :
Merokok, Keluar kelas pada jam pelajaran, Tidak masuk sekolah tetapi
berbicara ke orang tua sekolah (Membolos), Membuat kegaduhan dalam
kelas
1. Layanan Langsung
a. Konseling Individual
Konseling individual merupakan proses interaksi antara konselor
dengan konseli/peserta didik yang mengarah pada perubahan perilaku,
konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup, dan
ketrampilan membuat keputusan. Konseling individual diberikan baik
kepada peserta didik yang datang sendiri maupun diundang.
Tujuan konseling induvidual adalah memfasilitasi konseli
melakukan perubahan perilaku, mengembangkan kemampuan
mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang bermakna bagi
dirinya dan mewujudkan keputusan dengan penuh tanggung jawab
dalam kehidupannya.
b. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan kepada kelompok-
kelompok kecil yang terdiri atas 2-10 peserta didik/konseli agar mereka
mampu melakukan pencegahan masalah dan pengembangan
ketrampilan-ketrampilan hidup yang dibutuhkan.
c. Bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal adalah kegiatan layanan yang diberikan kepada
sejumlah konseli dalam satu rombongan belajar dan dilaksanakan di
kelas dalam bentuk tatap muka antara konselor.
Tujuan bimbingan klasikal yaitu membantu konseli dapat mencapai
kemandirian dalam kehidupannya, perkembangan yang utuh dan
optimal dalam bidang sosial, pribadi, belajar, dan karir.
d. Bimbingan kelas besar atau lintas kelas
Bimbingan kelas besar atau lintas kelas merupakan layanan
bimbingan yang melibatkan konseli dari sejumlah kelas pada tingkatan
kelas yang sama atau berbeda sesuai dengan tujuan layanan. Bimbingan
lintas kelas bersifat pencegahan, pemeliharaan, dan pengembangan.
Materi bimbingan kelas besar diantaranya pengenalan sekolah (masa
orientasi sekolah),seminar bahaya narkoba, keamanan berlalu lintas,
talkshow reproduksi sehat dan lain sebagainya. Narasumber bimbingan
kelas besar adalah konselor, alumni, tokoh masyarakat/agama, dan ahli
atau pihak ang relevan.
Tujuan bimbingan kelas besar atau lintas kelas untuk SMK, yaitu
perlu diarahkan pada pembekalan untuk keberhasilan praktek industri,
terutama berkenaan dengan motivasi berprestasi dan pemilihan lanjutan
studi yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 7
e. Kunjungan rumah
Kunjungna rumah adalah kegiatan yang dilakukan oleh konselor
dalam rangka klarifikasi, konsultasi melalui tatap muka dengan orang
tua/wali peserta didik di tempat tinggal yang bersangkutan.
Tujuan kunjungan rumah adalah membangun hubungan baik dengan
orang tua/wali murid peserta didik, mengkonsultasikan untuk
memcahkan masalah peserta didik.
f. Konferensi kasus
Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas dan
menemukan penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik/konseli
dengan pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan
dan komitmen. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup (rahasia)
dan dilakukan dalam susasana kekeluargaan dan bukan untuk
menghakimi peserta didik/ konseli.
7
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMK,
(Jakarta: Dirjen PMPTK, 2016), 69.
Tujuan dari papan bimbingan adalah memberikan informasi yang
memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir yang
dibutuhkan peserta didik/konseli.
b. Kotak masalah
Kotak masalah merupakan salah satu instrumen media bimbingan
dan konseling yang berbentuk kotak surat yang disiapkan untuk
menampung harapan, kebutuhan, keluhan dalam bentuk tertulis. Kotak
tersebut ditempatkan dilokasi yang paling mudah dijangkau.
Tanggapan atas isi surat yang dikemukakan oleh peserta didik/konseli
harus sesegera mungkin direspon oleh konselor. Apabila sekolah telah
menggunakan website, maka kotak masalah dapat dibuat sebagai salah
satu menu dari web sekolah yang diproteksi dan hanya dapat dibuka
oleh konselor.
Tujuan kotak masalah yaitu untuk menyediakan fasilitas bagi
peserta didik/konseli yang ingin menyampaikan fikiran dan perasaan
namun tidak mampu disampaikan melalui komunikasi langsung kepada
konselor.
BK dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip
keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap
siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privasinya.
Disana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem
dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan.
Bahkan orang tua siswa dapat mengambil dari pelayanan bimbingan di
sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak
mereka,8
8
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jogjakarta:
DIVA Press, 2010), 150.
konseling yang digunakan untuk membantu konseli, pengetahuan dan
keterampilan tersebut tidak akan efektif tanpa ada inisiatif dari konseli.
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah
dengan membantu keputusan yang sesuai sekarang9.
9
Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Tekinik Konseling, (Jakarta Barat : PT. INDEKS, 2011),
128-129.
10
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat pers: Jakarta, 2002), hal 25.
Studi dalam perguruan tinggi lebih di tekankan kemandiriannya, jadi
harus banyak belajar sendiri, tanpa diatur dan diawasi. Dalam merealisasikan
kemandirian tersebut pastinya ada kendala-kendala yang dihadapi oleh
mahasiswa. Untuk mengatasi hambatan tersebut di perlukan bimbingan dari
para dosen.
1. Problema Akademik
Problema akademik merupakan hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam memaksimalkan belajarnya. Beberapa problema studi yang biasanya
dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut:
Kesulitan dalam memilih program studi / konsentrasi / pilihan mata
kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan
banyaknya tuntutan dan aktivitas perkuliahan, serta kegiatan
kemahasiswaan lainnya.
Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku – buku sumber.
Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir.
Kesulitan dalam mempelajari buku – buku yang berbahasa asing
khususnya bahasa arab dan bahasa asing.
Kurang motifasi atau semangat belajar.
2. Problema Sosial Pribadi
Problema sosial merupakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam
mengelola kehidupannya dan mneyesuaikan diri kehidupan sosial baik di
kampus maupun ditempat tinggalnya. Beberapa problema pribadi yang
biasanya dihadapi oleh para mahasiswa.
Kesulitan ekonomi / biaya kuliah
Kesulitan berkenaan dengan masalah pemondokan
Kelsulitan menyesuaikan diri dengan teman sesame mahasiswa, baik di
kampus maupun di lingkungan tempat tinggal.
Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal,
khususnya mahasiswa pendatang.
Kesulitan karena masalah – masalah keluarga
Kesulitan karena masala – masalah pribadi.
11
Abu bakar M. luddin, Op.Cit, hal. 47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas konselor di SMA adalah untuk membantu peserta didik dalam
menumbuh kembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seharusnya
berkembang pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan
mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan
dengan pendidikan maupun persiapan karier. Dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling, konselor kerjsama dengan berbagai pihak yang
terkait, seperti dengan kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, orang tua
konseli
Di SMK, Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan
kepada upaya membantu konseli mengokohkan pilihan dan pengembangan
karier sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya. Bimbingan
karier (membangun soft skills) dan bimbingan vokasional (membangun
hard skills) harus dikembangkan sinergis dan untuk itu diperlukan
kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studi/mata
pelajaran/ keterampilan vokasional
Menurut Camicall dan Calvin (dalam Abubakar M. Luddin)
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah pengumpulan data siswa,
layanan informasi konseling, penempatan dan layanan tindk lanjut. Menurut
abu bakar M.luddin mengemukakan bahwa tugas konselor perguruan tinggi
yaitu
1. memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk membicarakan apa
masalahnya.
2. Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kegagalan
akademis.
3. Melakukan konseling dengan mahasiswa dalam mengevaluasi kemampuan
pribadi.
4. Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar.
DAFTAR PUSTAKA