Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 4

MENGIDENTIFIKASI TUGAS KONSELOR


PADA JENJANG SMA, SMK DAN
PERGURUAN TINGGI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlu kita ketahui bahwa Konselor adalah pihak yang membantu klien
(siswa) dalam proses konseling. Sebagai pihak yang paling memahami dasar dan
teknik konseling. Secara luas konselor dalam menjalankan perannya bertindak
sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu, konselor juga bertindak sebagai penasihat,
guru, konsultan yang mendampingi peserta didik sampai peserta didik dapat
menemukan dan mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Maka tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa konselor adalah tenaga profesional yang sangat
berarti bagi peserta didik.

Dalam melakukan proses konseling, seorang konselor harus menerima


kondisi siswa apa adanya. Konselor harus dapat menciptakan suasana yang
kondusif saat proses konseling berlangsung. Posisi konselor sebagai pihak yang
membantu menempatkannya pada posisi yang benar-benar dapat memahami
dengan baik permasalahan yang sedang dihadapi oleh para siswa.

Setiap konselor pada masing-masing pendekatan teknik konseling yang


digunakan memiliki karakteristik dan peran yang berbeda-beda. Hal ini tergantung
pada konsep teori yang dijadikan landasan. Misalnya pada konselor yang
menggunakan pendekatan behavioristik, konselor berperan sebagai fasilitator bagi
siswa. Hal tersebut tidak berlaku bagi konseling yang menggunakan pendekatan
humanistis1.

Sikap dan keterampilan merupakan dua aspek yang penting bagi


kepribadian konselor. Sikap sebagai suatu tindakan tidaklah tampak nyata, tidak
dapat dilihat bentuknya secara langsung. Berbeda dengan sikap, keterampilan dapat
tampak wujudnya dalam perbuatan. Fungsi keterampilan bagi konselor adalah
upaya memancarkan sikap-sikap yang dimilikinya terhadap para peserta didik

1
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta : PT. Kharisma Putra
Utama, 2013), 21-22.
disamping menunjukkan kredibilitas lain seperti penampilan kompetensi dan
aspek-aspek non intelektif lainnya2.

Dengan demikian tugas konselor yang profesional adalah memandirikan


individu dalam menjalani perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan
termasuk keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta menjadi warga
masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan.

Melalui pendidikan yang dimaksud adalah bahwa kemampuan peserta didik


untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahankan karier
diperoleh dari hubungan yang baik antara peserta didik dengan konselor serta guru.

Konselor sekolah diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik (konseli)


agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan
moral spiritual. Konselor sekolah mengimplementasikan kebutuhan tersebut dalam
program bimbingan dan konseling disekolah yang komprehensif atau terpadu.

B. Rumusan Masalah
Mengidentifikasi Tugas Konselor Pada Jenjang SMA, SMK dan Perguruan
Tinggi?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Tugas Konselor Pada Jenjang SMA, SMK dan Perguruan Tinggi.

2
Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada,
2006), 97-98.
BAB II
PEMBAHASAN

Hakikat Bimbingan dan Konsling

M. Surya berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian


atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungan.

Oemar Hamalik berpendapat bimbingan ialah penolong individu agar dapat


mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa
bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan
kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin,
dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima
dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan
dirinya (self realization).

Menurut Pryitno konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui


wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

Sedangkan menurut Mungin Eddy Wibowo konseling merupakan upaya


bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan
kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki
tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dari pengertin tersebut, dapat penulis
sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:

a) Adanya bantuan dari seorang ahli.


b) Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling.
c) Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar
memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah
guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

Perlunya Bimbingan dan Konseling

Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang
melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural
dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan
berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu


mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya
komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar
belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi
kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Fungsi Bimbingan dan Konseling

Sugiyo dkk menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu :

a) Fungsi penyaluran ( distributif )

Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan


siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah,
memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja
yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping
itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah
antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b) Fungsi penyesuaian ( adjustif )

Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk


memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan
khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa
dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

c) Fungsi adaptasi ( adaptif )

Sugiyo berpendapat fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka


membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program
pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi
ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan
kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru
berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga
para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,
kebutuhan dan minat

Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

Menurut Prayitno prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan


telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari
sejumlah sumber, sebagai berikut:

a) Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala


kejiwaannya adakah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau
merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah
memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam
memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.
b) Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan.
Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu
memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan
individu.
c) Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya
orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.
d) Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif ,
mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya
berpusat pada orang yang dibimbing.
e) Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi
apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah
(petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan
kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f) Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan
identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang
dibimbing.
g) Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai
dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.
h) Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program
pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan
karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya
proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i) Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah
dipimpin oleh seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam
bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama
dengan petugas-petugas lain yang terlibat.
j) Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan
penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program
bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan
konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap
evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat
keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan
bimbingan dan konseling.3

A. Tugas Konselor Pada Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)

Program bimbingan dan konseling di SMA disusun berdasarkan


kebutuhan peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 tahun 2014 tentang bimbingan
dan konseling pada pendidikan dasar dan menengah, struktur program
bimbingan dan konseling terdiri atas rasional, visi dan misi, deskripsi
kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan, rencana operasional
(action plan), pengembangan tema/topik, rencana evaluasi, pelaporan dan
tindak lanjut, serta anggaran biaya. Struktur program bimbingan dan konseling
merupakan komponen-komponen yang harus ada namun bukan sebagai sebuah
tahapan.

Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling, terdapat dua


tahapan, yaitu (1) tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap perancangan
(designing). Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1) melakukan asesmen
kebutuhan, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan
(3)menetapkan dasar perencanaan. Tahap perancangan (designing) terdiri atas
(1) menyusun rencana kerja, (2) menyusun program tahunan, dan (3) menyusun
program semesteran

a. Ruang lingkup dan pelaksanaan bimbingan konseling di SMA


Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA didasarkan kepada tujuan,
prinsip, fungsi dan azas bimbingan dan konseling. Kegiatannya mencakup
semua komponen dan bidang layanan melalui layanan langsung, media,
kegiatan administrasi, serta kegiatan tambahan dan pengembangan keprofesian
guru bimbingan dan konseling.

3
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), hal 12-16
1. Layanan langsung meliputi (1) konseling individual, (2) konseling
kelompok, (2) bimbingan kelompok, (4) bimbingan klasikal, (5) bimbingan
kelas besar atau lintas kelas, (6) konsultasi, (7) kolaborasi, (8) alih tangan
kasus, (9) konferensi kasus, (10) layanan advokasi, dan (11) layanan
peminatan.
2. Layanan bimbingan dan konseling melalui media meliputi (1) papan
bimbingan, (2) kotak masalah, (3) leaflet, dan (4) pengembangan media
bimbingan dan konseling. Kegiatan administrasi meliputi (1) pelaksanaan
dan tindak lanjut asesmen kebutuhan, (2) penyusunan dan pelaporan
program kerja, (3) evaluasi bimbingan dan konseling, (4) pelaksanaan
administrasi dan manajemen bimbingan dan konseling, dan (5) kunjungan
rumah. Kegiatan tambahan meliputi (1) kegiatan sebagai Kepala/Wakil
Kepala Sekolah Pembina OSIS, Pembina Ekstrakurikuler, Pembina
Pramuka, dan Koordinator BK
3. Pengembangan keprofesian meliputi (1) seminar, (2) workshop, (3)
pelatihan, dan (4) studi lanjut Pelayanan bimbingan dan konseling di
Sekolah Menengah merupakan setting yang paling subur bagi konselor.
Konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Tugas konselor adalah untuk membantu peserta didik dalam menumbuh
kembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seharusnya berkembang
pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan mengambil
keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan
pendidikan maupun persiapan karier. Dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling, konselor kerjsama dengan berbagai pihak yang
terkait, seperti dengan kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, orang tua
konseli4.
Berdasakan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang
Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan

4
Kemendikbud Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMA (Jakarta: Kemendikbud, 2016)
BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4
(empat) kegiatan utama, yakni:
a) Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan
untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif
dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas-
tugas perkembangan siswa
b) Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan
untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat
penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat
preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah
konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Isi
layanan responsif adalah: bidang pendidikan, bidang belajar,
bidang sosial, bidang pribadi, bidang karir, bidang tata tertib
SMA, bidang narkotika dan perjudian, bidang perilaku sosial,
dan bidang kehidupan lainnya.
c) Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang
membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan
rencana-rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan
pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu
siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan
sendiri.
d) Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam
bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui
pengembangaan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang
lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.5

5
Anas Salahudin, Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), 138.
B. Tugas Konselor Pada Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan kepada upaya


membantu konseli mengokohkan pilihan dan pengembangan karier sejalan
dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya. Bimbingan karier (membangun
soft skills) dan bimbingan vokasional (membangun hard skills) harus
dikembangkan sinergis dan untuk itu diperlukan kolaborasi produktif antara
konselor dengan guru bidang studi/mata pelajaran/ keterampilan vokasional6.

Siswa SMK memiliki kelebihan tersendiri dalam hal kemadirian karena


siswa SMK dituntut untuk dapat langsung terjun ke lapangan untuk bekerja
setelah lulus. Sistim belajarnya juga berbeda dengan dengan SMA. Pembagian
pembelajarannya yaitu 30% pembelajaran klasikal di dalam kelas dan 70%
praktik di luar kelas. Praktik di luar kelas tentu memiliki perhatian yang lebih
karena hal – hal yang tidak diinginkan mungkin saja terjadi karena menurut
Elizabeth B. Harlock, masa remaja merupakan periode :

1. Periode Masa Peralihan


Masa peralihan fisik maupun kebiasaan - kebiasaan yang sering
dilakukan ketika masih kanak – kanak. Banyak hal yang dilakukan tidak
seperti apa yang biasa dilakukan. Seperti melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan orang dewasa, memakai perhiasan dan make up, dsb. Siswa akan
terlihat lebih dewasa karena perhiasan yang dipakai. Perhiasan yang terlalu
mencolok akan menarik orang – orang jahat yang ingin megambil perhiasan
tersebut atau dapat memancing tindak kejahatan seksual. Terlebih jika siswa
akan melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL), guru BK harus
memberikan pedoman dalam berpakaian yang baik sesuai dengan tempat
PKL dan jurusan siswa tersebut (Layanan Penempatan dan Layanan
Informasi). Guru BK juga penting mengetahui perkembangan siswa selama
masa PKL. Berhadapan langsung dengan dunia kerja serta orang dewasa,
tidaklah mudah bagi siswa yang masih dalam tahap remaja. Emosi yang

6
Gibson, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010).
meningkat dalam masa peralihan ini sering kali menjadi masalah selama
proses PKL.
2. Periode Masa Paling Penting
Perkembangan fisik yang cepat serta diiringi perkembangan mental
yang cepat pula, akan membentuk minat serta sikap yang baru. Perlu adanya
keseimbangan dirinya agar mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja.
3. Periode Masa Bermasalah
Pengaruh pola asuh orang tua akan terlihat pada tahap ini. Setiap
rentang periode tentu memiliki masalahnya masing – masing. Ada dua
kemungkinan yang menjadi penyebab siswa menjadi salah mengambil
tindakan yang membuat dirinya memiliki masalah lain yang lebih berat,
yaitu :
a. Sepanjang masa kanak – kanak, penyelesaian masalahnya selalu dibantu
oleh orang tua maupun guru, sehingga anak sulit memahami masalahnya
sendiri dan sulit untuk menyelesaikannya jika sudah mengetahui
masalahnya.
b. Orang tua terlalu memberikan tanggung jawab yang besar kepada anak
sehingga ia terlalu mandiri dan merasa berkuasa atas dirinya sehingga tidak
mampu menerima pendapat orang lain yang menyebabkannya salah
melangkah / mengambil tindakan.

Menurut Kartni Kartono, kenakalan yang sering terjadi di masa remaja ada
yang bersifat minoritas dan ada yang bersifat mayoritas. Kenakalan
mayoritas yaitu kenakalan yang sering siswa SMK lakukan seperti :
Merokok, Keluar kelas pada jam pelajaran, Tidak masuk sekolah tetapi
berbicara ke orang tua sekolah (Membolos), Membuat kegaduhan dalam
kelas

Sedangkan kenakalan minoritas yaitu kenakalan yang hanya sebagian kecil


siswa yang melakukan seperti: Kebut – kebutan di jalan, Perilaku ugal –
ugalan dan urakan, Perkelahian antar geng, Kriminalitas remaja dan dewasa
muda seperti mengancam, mencuri, meracuni orang lain, dsb
4. Periode Masa Mencari Identitas
Identitas merupakan hal yang sangat penting. Remaja akan mencari
identitas diriya sendiri dengan mencari kegiatan apa yang cocok dengan
dirinya, kelompok mana yang ia pilih, hingga memakai simbol dari
kelompok tersebut. Siswa yang memiliki kegiatan dalam organisasi di
sekolah, biasanya lebih cepat dalam menemukan jati diri serta identitas
dirinya. Masa pencarian identitas ini tidak boleh di remehkan karena siswa
benar – benar butuh pendampingan serta dorongan moril agar tidak salah
jalan. Jika siswa tersebut belum menemukan identitas dirinya, maka ia akan
dengan mudah bergonta – ganti kelompok atau organisasi.
5. Usia yang Menimbulkan Ketakutan
Stereotip masyarakat pada anak usia remaja lebih kearah negatif. Setiap
orang tua pasti sangat khawatir jika anak sudah mulai masuk tahap remaja.
Beragam persepsi negatif seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak,
tidak mampu mengendalikan emosi dan suka berbuat onar. Sebagai guru bk,
boleh saja memiliki ketakutan yang hampir sama tetapi janganlah membuat
ketakutan tersebut membuat siswa menjadi sungkan dengan guru bk.
Buatlah siswa senyaman mungkin untuk mau membagi ceritanya serta
kejujurannya kepada guru bk.
6. Periode Tidak Realistik
Berbagai pengalaman untuk menjalani kehidupan selanjutnya akan
terjadi selama masa ini. Berbagai cita – cita muncul dalam benak serta
ambisius yang tinggi untuk mencapainya tetapi dalam waktu singkat,
semangatnya dapat turun drastis karena tidak tercapainya cita – cita tersebut.
Emosi yang menggebu – gebu sangat jelas terlihat dalam tingkah lakunya.
Ini lah yang membuat siswa biasanya dipandang rendah di tempat PKLnya.
Tidak semua pegawai dalam perusahaan atau tempat PKL tersebut, paham
akan perkembangan usia remaja, sehingga sebagian besar siswa yang
sedang menjalani PKL, ditempatkan pada bagian yang tidak sesuai dengan
kompetensinya atau jurusannya.
7. Ambang Masa Dewasa
Tahap ini yaitu dimana remaja menuju masa kedewasaan.
Bimbingan dan Konseling sangatlah dibutuhkan pada usia ini karena
sebagian besar siswa belum siap untuk perubahan menuju dewasa.
Pendekatan dengan berdasarkan teori humanistik dimana hakikat – hakikat
sebagai manusia di tanamkan dalam dirinya. Semua dilakukan untuk
membentuk kesadaran akan tugasnya sebagai makhluk ciptaan ALLAH
SWT serta makhluk yang memiliki moral, nilai, kesusilaan serta makhluk
sosial. Jika siswa sudah mampu mengenali dirinya, serta tujuannya
hidupnya, maka ia siap untuk menerima segala yang terjadi pada dirinya dan
menuntaskan segala masalahnya.
Perkembangan pada usia remaja atau masa anak duduk di SMK,
merupakan hal yang paling wajib diketahui oleh guru bk untuk pembuatan
satuan layanan.
Informasi mengenai lowongan pekerjaan juga merupakan hal yang
paling utama. Guru bk pada SMK di tuntut untuk selalu memperbarui
pengetahuan informasi mengenai dunia kerja. Namun informasi tentang
perguruan tinggi juga sangat diperlukan karena menurut pengalaman
penulis, banyak siswa SMK yang ingin meneruskan pendidikannya sampai
Perguruan Tinggi tetapi tidak dapat melanjutkan karena kurangnya
informasi.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA dan SMK di


dasarkan pada tujuan, prinsip, fungsi, dan asas bimbingan dan konseling.
Kegiatannya mencakup semua kompenen dan bidang layanan meliputi:

1. Layanan Langsung
a. Konseling Individual
Konseling individual merupakan proses interaksi antara konselor
dengan konseli/peserta didik yang mengarah pada perubahan perilaku,
konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup, dan
ketrampilan membuat keputusan. Konseling individual diberikan baik
kepada peserta didik yang datang sendiri maupun diundang.
Tujuan konseling induvidual adalah memfasilitasi konseli
melakukan perubahan perilaku, mengembangkan kemampuan
mengatasi situasi kehidupan, membuat keputusan yang bermakna bagi
dirinya dan mewujudkan keputusan dengan penuh tanggung jawab
dalam kehidupannya.
b. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan kepada kelompok-
kelompok kecil yang terdiri atas 2-10 peserta didik/konseli agar mereka
mampu melakukan pencegahan masalah dan pengembangan
ketrampilan-ketrampilan hidup yang dibutuhkan.
c. Bimbingan klasikal
Bimbingan klasikal adalah kegiatan layanan yang diberikan kepada
sejumlah konseli dalam satu rombongan belajar dan dilaksanakan di
kelas dalam bentuk tatap muka antara konselor.
Tujuan bimbingan klasikal yaitu membantu konseli dapat mencapai
kemandirian dalam kehidupannya, perkembangan yang utuh dan
optimal dalam bidang sosial, pribadi, belajar, dan karir.
d. Bimbingan kelas besar atau lintas kelas
Bimbingan kelas besar atau lintas kelas merupakan layanan
bimbingan yang melibatkan konseli dari sejumlah kelas pada tingkatan
kelas yang sama atau berbeda sesuai dengan tujuan layanan. Bimbingan
lintas kelas bersifat pencegahan, pemeliharaan, dan pengembangan.
Materi bimbingan kelas besar diantaranya pengenalan sekolah (masa
orientasi sekolah),seminar bahaya narkoba, keamanan berlalu lintas,
talkshow reproduksi sehat dan lain sebagainya. Narasumber bimbingan
kelas besar adalah konselor, alumni, tokoh masyarakat/agama, dan ahli
atau pihak ang relevan.
Tujuan bimbingan kelas besar atau lintas kelas untuk SMK, yaitu
perlu diarahkan pada pembekalan untuk keberhasilan praktek industri,
terutama berkenaan dengan motivasi berprestasi dan pemilihan lanjutan
studi yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 7
e. Kunjungan rumah
Kunjungna rumah adalah kegiatan yang dilakukan oleh konselor
dalam rangka klarifikasi, konsultasi melalui tatap muka dengan orang
tua/wali peserta didik di tempat tinggal yang bersangkutan.
Tujuan kunjungan rumah adalah membangun hubungan baik dengan
orang tua/wali murid peserta didik, mengkonsultasikan untuk
memcahkan masalah peserta didik.
f. Konferensi kasus
Konferensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas dan
menemukan penyelesaian masalah yang dihadapi peserta didik/konseli
dengan pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan
dan komitmen. Konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup (rahasia)
dan dilakukan dalam susasana kekeluargaan dan bukan untuk
menghakimi peserta didik/ konseli.

2. Layanan Melalui Media


Layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui media,
baik melalui media cetak, maupun media digital. Media membantu
konselor menyajikan informasi lebih menarik, kreatif, dan inovatif
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan teknologi dan
informasi. Layanan melalui media meliputi:
a. Papan Bimbingan
Papan bimbingan merupakan sarana untuk memberikan informasi
dan melakukan komunikasi melalui tulisan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik/konseli.

7
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional, Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMK,
(Jakarta: Dirjen PMPTK, 2016), 69.
Tujuan dari papan bimbingan adalah memberikan informasi yang
memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir yang
dibutuhkan peserta didik/konseli.
b. Kotak masalah
Kotak masalah merupakan salah satu instrumen media bimbingan
dan konseling yang berbentuk kotak surat yang disiapkan untuk
menampung harapan, kebutuhan, keluhan dalam bentuk tertulis. Kotak
tersebut ditempatkan dilokasi yang paling mudah dijangkau.
Tanggapan atas isi surat yang dikemukakan oleh peserta didik/konseli
harus sesegera mungkin direspon oleh konselor. Apabila sekolah telah
menggunakan website, maka kotak masalah dapat dibuat sebagai salah
satu menu dari web sekolah yang diproteksi dan hanya dapat dibuka
oleh konselor.
Tujuan kotak masalah yaitu untuk menyediakan fasilitas bagi
peserta didik/konseli yang ingin menyampaikan fikiran dan perasaan
namun tidak mampu disampaikan melalui komunikasi langsung kepada
konselor.
BK dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip
keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap
siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privasinya.
Disana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem
dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan.
Bahkan orang tua siswa dapat mengambil dari pelayanan bimbingan di
sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak
mereka,8

Claude Steiner menekankan bahwa penting hubungan yang egaliter


antara konselor dan konseli. Konselor dan konseli bekerja sebagai partner dalam
konseling. Walaupun konselor memiliki pengetahuan dan keterampilan

8
Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jogjakarta:
DIVA Press, 2010), 150.
konseling yang digunakan untuk membantu konseli, pengetahuan dan
keterampilan tersebut tidak akan efektif tanpa ada inisiatif dari konseli.
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah
dengan membantu keputusan yang sesuai sekarang9.

C. Tugas Konselor pada Jenjang Perguruan Tinggi


Konselor adalah seorang anggota staf sekolah atau dipeguruan tinggi
dan bertanggung jawab penuh terhadap fungsi bimbingan dan mempunyai
keahlian khusus dalam bidang bimbingan yang tidak dapat dikerjakan oleh
pendidik biasa. Konselor bertanggung jawab langsung kepada kepala sekolah
atau akademik dan hanya mempunyai hubungan kerjasama dengan guru atau
dosen serta anggota staf lainnya. Dalam tinggkat sekolah disebut konselor,
dalam tinggkat perguruan tinggi disebut PA ( pembimbing akademik ).10
Konselor bersama kepala sekolah atau akademik merencanakan program
bimbingan yang sistematis yang meliputi:
 Program pengembangan pendidikan,
 Program konsultasi dan konseling untuk pserta didik,
 Program pengembangan dan penelitian sekolah,
 Penilaian hasil belajar dan layanan bimbingan lainnya.

Pemberian layanan bimbingan mahasiswa tentunya bukan tanpa dasar


ataupun alasan. Diantara problem yang sering dihadapi mahasiswa baik dalam
perkembangan studynya ataupun problem pribadi. Pada dasarnya karakteristik
utama dari study pada tingkat ini adalah kemandirian baik dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dan pemilihan progam studi, maupun dalam
pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah di pandang
cukup dewasa dalam menentukan atau memilih progam studi yang sesui dengan
minat-bakat dan cita-citanya.

9
Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Tekinik Konseling, (Jakarta Barat : PT. INDEKS, 2011),
128-129.
10
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Ciputat pers: Jakarta, 2002), hal 25.
Studi dalam perguruan tinggi lebih di tekankan kemandiriannya, jadi
harus banyak belajar sendiri, tanpa diatur dan diawasi. Dalam merealisasikan
kemandirian tersebut pastinya ada kendala-kendala yang dihadapi oleh
mahasiswa. Untuk mengatasi hambatan tersebut di perlukan bimbingan dari
para dosen.

Problem atau permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa dapat


dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Problema Akademik
Problema akademik merupakan hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam memaksimalkan belajarnya. Beberapa problema studi yang biasanya
dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut:
 Kesulitan dalam memilih program studi / konsentrasi / pilihan mata
kuliah yang sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
 Kesulitan dalam mengatur waktu belajar disesuaikan dengan
banyaknya tuntutan dan aktivitas perkuliahan, serta kegiatan
kemahasiswaan lainnya.
 Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku – buku sumber.
 Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir.
 Kesulitan dalam mempelajari buku – buku yang berbahasa asing
khususnya bahasa arab dan bahasa asing.
 Kurang motifasi atau semangat belajar.
2. Problema Sosial Pribadi
Problema sosial merupakan kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam
mengelola kehidupannya dan mneyesuaikan diri kehidupan sosial baik di
kampus maupun ditempat tinggalnya. Beberapa problema pribadi yang
biasanya dihadapi oleh para mahasiswa.
 Kesulitan ekonomi / biaya kuliah
 Kesulitan berkenaan dengan masalah pemondokan
 Kelsulitan menyesuaikan diri dengan teman sesame mahasiswa, baik di
kampus maupun di lingkungan tempat tinggal.
 Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal,
khususnya mahasiswa pendatang.
 Kesulitan karena masalah – masalah keluarga
 Kesulitan karena masala – masalah pribadi.

Menurut Camicall dan Calvin (dalam Abubakar M. Luddin) tugas konselor


perguruan tinggi yaitu kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah/perguruan
tinggi dengan pengumpulan data siswa, layanan informasi konseling, penempatan
dan layanan tindak lanjut. Menurut abu bakar M.luddin mengemukakan bahwa
tugas konselor perguruan tinggi yaitu :11

 Memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk membicarakan apa


masalahnya.
 Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kegagalan
akademis.
 Melakukan konseling dengan mahasiswa dalam mengevaluasi kemampuan
pribadi.
 Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar.

11
Abu bakar M. luddin, Op.Cit, hal. 47
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tugas konselor di SMA adalah untuk membantu peserta didik dalam
menumbuh kembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seharusnya
berkembang pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan
mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan
dengan pendidikan maupun persiapan karier. Dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling, konselor kerjsama dengan berbagai pihak yang
terkait, seperti dengan kepala sekolah, guru-guru mata pelajaran, orang tua
konseli
Di SMK, Pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan
kepada upaya membantu konseli mengokohkan pilihan dan pengembangan
karier sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya. Bimbingan
karier (membangun soft skills) dan bimbingan vokasional (membangun
hard skills) harus dikembangkan sinergis dan untuk itu diperlukan
kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studi/mata
pelajaran/ keterampilan vokasional
Menurut Camicall dan Calvin (dalam Abubakar M. Luddin)
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah pengumpulan data siswa,
layanan informasi konseling, penempatan dan layanan tindk lanjut. Menurut
abu bakar M.luddin mengemukakan bahwa tugas konselor perguruan tinggi
yaitu
1. memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk membicarakan apa
masalahnya.
2. Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kegagalan
akademis.
3. Melakukan konseling dengan mahasiswa dalam mengevaluasi kemampuan
pribadi.
4. Melakukan konseling dengan mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur, Panduan Efektif Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,


Jogjakarta: DIVA Press, 2010.
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Operasional Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling SMK, Jakarta: Dirjen PMPTK, 2016.
Gantina Komalasari, dkk, Teori dan Teknik Konseling, Jakarta Barat : PT.
INDEKS, 2011
Gibson, Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2010.
Hallen. Bimbingan dan Konseling. Ciputat pers: Jakarta, 2002.
Kemendikbud Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling SMA, Jakarta:
Kemendikbud, 2016.
Lubis, Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling, Jakarta : PT.
Kharisma Putra Utama, 2013.
Mappiare, Andi, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada, 2006.
Muhibbin, Syah. Psikologi Belajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.

Salahuddin, Anas, Bimbingan Dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia, 2016.

Anda mungkin juga menyukai