Anda di halaman 1dari 14

HAJI DAN UMRAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pembelajaran Fiqh

Dosen Pengampu

M. Alim Khoiri, S.H.I, M.Sy

Disusun Oleh:
Santika Oktaviana (932109717)

Ma’adallah (932136117)

Naely Noor Aini (932110217)

Robiatu Adawi’ah (932108917)

Kelas PAI-A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
TAHUN 2020
METODE PEMBELAJARAN

“KOLABORASI ANTARA METODE EKSPOSITORI DENGAN


APLIKASI CERAMAH TANYA JAWAB, DISKUSI DAN
DEMONSTRASI”

Langkah-langkah metode kolaborasi:

1. Guru menjelaskan materi tentang Haji dan Umroh


2. Disela-sela atau setelah selesai menjelaskan guru memberikan pertanyaan-
pertanyan atau permasalahan terkait materi Haji dan Umroh kepada
peserta didik
3. permasalahan yang disampaikan oleh guru disampaikan agar ditulis oleh
peserta didik sebagai catatan dan bisa di tanyakan kepada guru
4. Setelah di anggap selesai dan mendekati kefahaman mengenai materi
maka akan dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi
5. siswa yang dapat menyelesaikan petanyaan permasalahan yang dipaparkan
guru, harus maju kedepan dan menjelaskan hasil jawaban yang telah
dikerjakan (sebagai perwakilan grup diskusi)
6. jika dalam proses presentasi tidak ada siswa yang berani maju kedepan,
maka akan dilakukan proses acak.
7. Setelah proses diskusi selesai sang murid diminta untuk
mendemonstrasikan kegiatan rukun haji yang pokok semisal thawaf dan
sa’i sebagai penguatan
8. Hal lain ditambahkan atau dikurangi sesuai situasi dan kondisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji dan Umrah
Haji menurut bahasa adalah menuju sesuatu. Sedangkan menurut
istilah ialah menuju Bait al-Haram untuk melakukan rukun rukun haji
secara nyata, para pakar fikih juga menyebutkan bahwa ibadah haji ialah
suatu ibadah yang dilakukan untuk pergi Bait al Haram untuk melakukan
suatu perbuatan tertentu dengan rukun dan syarat-syarat yang tertentu pula
serta dengan waktu yang ditentukan. 1 perilaku yang ditentukan ialah
sebagai berikut ini ialah seperti Ihram, Thawaf, Sa’i dan Wukuf.
Umrah menurut bahasa adalah berziarah. Sedangkan menurut
istilah ialah berziarah ke Bait al-Haram untuk melakukan rukun-rukun
umroh. perbedaan antara Haji dan umrah adalah manasik haji yang
terdapat pada wukuf di tanah Arofah sedangkan dalam umrah tidak
terdapat rukun tersebut.2

B. Dasar ibadah Haji dan Umroh


Ibadah haji dan umrah merupakan suatu kewajiban yang harus
dijalankan oleh kaum muslimin dan muslimah yang telah disebutkan
dalam rukun Islam yang nomor lima yang tentunya bagi umat Islam yang
telah memenuhi persyaratan tertentu.
Beberapa dalil yang menjelaskan kewajiban seorang muslim dan
muslimat untuk menjalankan ibadah haji dan umrah seperti yang
termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis sebagaimana berikut ini.

ٌۢ ِ
‫ع اِلَْي ِه‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
ٌ ٰ‫فْي ِه اٰي‬
ٌ ‫ت بَيِن‬
ْ ‫ٰت َّم َقا ُم ابْ ٰرهْي َم ۚ َوَم ْن َد َخلَهٗ َكا َن اٰمنًا ۚ َو ٰلِل َعلَى النَّا ِس ح ُّج الْبَ ْيت َم ِن‬
َ ‫استَطَا‬
ِ ِ
َ ْ ‫َسبِْي ًل ۚ َوَم ْن َك َف َر فَا َّن ٰالِلَ غَ ِِنٌّ َع ِن الْ ٰعلَم‬
‫ي‬

1 Abdul Aziz, Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah, (Jakarta,:Amzah, 2000), 182.


2 Hasbiyallah, Fiqih dan Ushul Fiqih, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) 268
Artinya: "Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam
Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di
antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah
haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana. Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka
ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
seluruh alam."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 97).

ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
ُ ‫استَ ْي َس َر م َن ا ْْلَْد ِي ٗ َوََل ََْتل ُق ْوا ُرءُ ْو َس ُك ْم َح ّٰت يَْب لُ َغ ا ْْلَ ْد‬
‫ي‬ ْ ‫َواَ ِتُّوا ا ْْلَ َّج َوا ل ُْع ْمَرةَ ٰلِل ٗ فَا ْن اُ ْحص ْرُُْت فَ َما‬
‫ك ٗ فَِا‬
ٍ ‫ضا اَو بِهٗٗ اَذًى ِمن َّرأ ِْسهٗ فَ ِف ْديةٌ ِمن ِصيا ٍم اَو ص َدقَ ٍة اَو نُس‬
ُ ْ َ ْ َ ْ َ ْ
ِ ِ
ْ ً ْ‫ََملَّهٗ ٗ فَ َم ْن َكا َن منْ ُك ْم َّم ِري‬
ِ َ‫ذَ ۤا اَِمنْ تُم ٗ فَمن َِتَتَّع ِِب لْعمرةِ اِ ََل ا ْْل ِج فَما استَ يسر ِمن ا ْْل ْد ِي ٗ فَمن ََّّل ََِي ْد ف‬
‫صيَا ُم ثَ ٰلثَِة اَََّّي ٍم ِِف ا ْْلَ ِج‬ ْ َْ َ َ ََ ْ ْ َ َ َْ ُ َ ْ َ ْ
‫ك لِ َم ْن ََّّلْ يَ ُك ْن اَ ْهلُهٗ َحا ِض ِرى ال َْم ْس ِج ِد ا ْْلَ َرا ِم ٗ َوا تَّ ُقوا‬ ِ
َ ِ‫ك عَ َشَرةٌ َكا ِملَةٌ ٗ ٰذل‬
َ ْ‫َو َسْب َع ٍة اذَا َر َج ْعتُ ْم ٗ تِل‬
ِ ‫ٰالِل وا ْعلَم ۤوا اَ َّن ٰالِل َش ِديْ ُد الْعِ َقا‬
‫ب‬ َ ُْ َ َ

Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi
jika kamu terkepung (oleh musuh), maka (sembelihlah) hadyu yang mudah
didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum hadyu sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah,
yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan
aman, maka barang siapa mengerjakan umrah sebelum haji, dia (wajib
menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Tetapi jika dia tidak
mendapatkannya, maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji
dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya sepuluh (hari).
Demikian itu, bagi orang yang bukan penduduk Masjidilharam.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras
hukuman-Nya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 196).3

‫الِلُ َعلَْي ُك ُم‬


َّ ‫ض‬ َِّ ‫ول‬
ُ ‫َع ْن أ َِِب ُه َريْ َرَة قَ َال َخطَبَنَا َر ُس‬
َ ‫َّاس قَ ْد فَ َر‬
ُ ‫ فَ َق َال « أَيُّ َها الن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫الِل‬
‫صلى هللا‬- ِ‫الِل‬
َّ ‫ول‬
ُ ‫ت َح َّّت قَا َْلَا ثَلَ ًًث فَ َق َال َر ُس‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫الِل فَ َس َك‬ َ ‫ فَ َق َال َر ُجلٌ أَ ُك َّل َع ٍام ََّي َر ُس‬.» ‫جوا‬
ُّ ‫ح‬
ُ َ‫ا ْْلَ َّج ف‬

َ َ‫استَطَ ْعتُ ْم – ُُثَّ قَ َال – ذَ ُر ِوِن َما تََرْكتُ ُك ْم فَِإََّّنَا َهل‬


‫ك َم ْن َكا َن‬ ْ ‫ت َولَ َما‬
ْ َ‫ت نَ َع ْم لَ َو َجب‬
ُ ْ‫ « لَ ْو قُل‬-‫عليه وسلم‬
‫استَطَ ْعتُ ْم َوإِذَا ََنَْي تُ ُك ْم َع ْن‬ ِ ٍ ِ ِ ِ ‫قَب لَ ُكم بِ َكثْ رةِ سؤاْلِِم و‬
ْ ‫اختلَف ِه ْم َعلَى أَنْبِيَائ ِه ْم فَِإذَا أ ََم ْرتُ ُك ْم بِ َش ْىء فَأْتُوا منْهُ َما‬
ْ َ ْ َُ َ ْ ْ
.» ُ‫َش ْى ٍء فَ َد ُعوه‬

Artinya: “Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka


berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun
Wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau
menjawab: “Jika aku katakan: “Iya”, maka niscaya akan diwajibkan
setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang
sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa
orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan
penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan
kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan
kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka
tinggalkanlah”
C. Syarat wajib dan syarat sah haji dan umrah
1. Syarat wajib
a. Islam
Beragama islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan
melakukan ibadah haji dan umrah. Karena itu orang-orang kafir
tidak mempunyai kewajiban haji dan umrah serta orang yang
murtad.

3 Al-Qur’an, 2:196.
b. Berakal
Orang yang tidak berakal seperti orang gila, orang tolol juga tidak
wajib haji.
c. Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Namun sah jika
mengerjakan haji dan umrah, namun apabila anak sudah sampai
umur maka si anak wajib haji kembali.
d. Mampu
Mampu yang dimaksud dalam hal ini adalah mempunyai bekal
yang cukup untuk pergi ke makkah dan kembali ke tanah air. 4

2. Syarat sah haji dan umrah


a. Waktu tertentu
Secara global waktu-waktu tertentu sahnya pelaksanaan haji
adalah pada bulan-bulan haji yaitu dzulqa’dah, 10 hari pertama
dzulhijjah. Sedangkan umrah tidak ada ketentuan waktu artinya
sepanjang waktu bisa melaksanakan umrah.
b. Tempat tertentu
Tempat-tempat tertentu pelaksanaan haji adalah tanah arafah
untuk wakaf dan ka’bah didalam kompleks masjidil haram untuk
thawaf. Sedangkan umrah tempat tertentu sama dengan tempat
tertentu pelaksanaan haji namun pada umrah ini tidak
melaksanakan wukuf di arafah. 5

D. Rukun haji dan umrah


1. Rukun haji
a. Ihram
Ihram adalah keadaan seseorang yang telah berniat untuk
melaksanakan ibadah haji atau umrah. Melakukan ihram harus
disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram.
Pakaian ihram untuk pria terdiri dari 2 helai kain putih yang tidak
dijahit dan tidak tersambung dengan memakai sarung. Sedangkan
untuk wanita berpakaian menutup aurat seperti halnya pakaian
biasa (pakaian jahit) dengan muka dan tangan tetap terbuka.
b. Wukuf
Kata wukuf berasal dari kata waqofa-yaqifu-waqfan. Dalam bahasa
indonesia kata wuquf berarti berhenti, sementara dalam istilah
ibadah haji kata wuquf bermakna berhenti di areal padang arofah
untuk berdzikir, beristighfar. Wuquf dimulai dari mataharii

4 Ikhwan Dan Abdul Hakim, Ensiklopedia Haji Dan Umrah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2002), Hal 146
5 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Ibadah, (Jakarta : Amzah, 2000), Hal 505
tergelincir atau waktu awal pada hari arofah tanggal 9 dzulhijjah
sampai waktu terbit fajar shubuh pada hari nahr tanggal 10
dzulhijjah. Jika wuquf dilakukan selain pada waktu yang telah
ditentukan maka wuqufnya dianggap tidak sah.
c. Thawaf
Thawaf adalah kegiatan mengelilingi ka’bah sebanyak 7 kali. Pada
saat melaksanakan haji dan umrah thawaf dimulai dan berakhir di
hajar aswad dengan menjadikan baitulloh di sebelah kiri. Setiap
orang yang melakukan thawaf harus dengan keadaan yang suci,
bagi jamaah yang sudah batal harus berhenti dan berwudhu dahulu
lalu melanjutkan lagi thawafnya.
d. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil dari bukit shofa ke bukit marwah
sebanyak 7 kali yang berakhir di bukit marwah. Perjalanan dari
bukit safa dihitung satu kali dan juga bukit marwah ke bukit safa
dihitung satu kali. Jarak antara kedua bukit tersebut sejauh 450
meter.6
e. Tahallul
Menurut bahasa tahallul adalah boleh atau diperbolehkan atau
dibebaskan seseorang dari larangan atau pantangan ihram. Dalam
praktiknya ialah dengan mencukur sebagian atau seluruh rambut di
kepala atau menggunting sekurang-kurangnya 3 helai rambut. Saat
pencukuran dilakukan, seluruh rukun haji berupa ihram, wuquf,
thawaf, sa’i telah dilaksanakan dengan tertib. Bagi yang tidak
mempunyai rambut maka cukup menjalankan pisau cukur di
kepalanya.
f. Tertib
Tertib ialah mengerjakan semua rukun-rukun haji sesuai urutannya
dan tidak boleh ada yang terlewat atau tidak boleh meloncati
rukun-rukun yang telah ditetapkan dan membuat umat islam
sedunia seragam dalam menjalankan ibadah haji. 7
2. Rukun umrah
Rukun yang dikerjakan ibadah haji dengan umrah hampir sama yang
membedakan yaitu ibadah umrah tidak wuquf di arafah.

E. Macam-Macam Haji
1. Haji Tamattu’
Kata Tamattu’ berasal dari kata tamatta’a - yatamatta’u –tamattu’
yang artinya bersenang-senang atau bersantai santai. Secara istilah

6 Ahmad Munir, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2001), Hal 205
7 M. Taufiq Ali Yahya, Manasik Haji Dan Umrah, (Jakarta : Lentera, 2008), Hal 447
syara’ haji tamattu’ dalam pelaksanaannya rangkaian ibadah umroh
didahulukan pelaksanaannya. Kemudian baru dilaksanakan amalan
ibadah haji sampai selesai.
2. Haji Qiran
Secara etimologi qiran artinya menghimpun atau menggabungkan.
Sedangkan menurut istilah syara’ haji qiran adalah pelaksanaan haji
dan umroh pada satu musim haji dengan cara menggabungkan atau
merangkap pelaksanaan haji dan umroh sekaligus dalam satu rankaian
amalan.
3. Haji Ifrad
Dari segi bahasa ifrad merupakan bentuk madar dari akar kata
afrada yang bermakna menjadikan itu sesuatu sendirian. Ifrad secara
bahasa berlawanan dengan qiran yang artinya menggabungkan. Dalam
istilah haji ifrad berai memilah ibadah haji dan ibadah umrah sehingga
ibadah haji dan ibadah umrah tidak bercampur atau tidak bersamaan
dengan ibadah umrah.
Orang yang melaksanakan ibadah haji ifrad adalah orang yang
mengerjakan ibadah haji saja tanpa ibadah umrah. Orang yang berhaji
ifrad bia melakukan ibadah umrah setelah selesai melaksanakan
rangkaian ibadah haji.8
F. Larangan dan sanksi haji

Boleh dilakukan karena ada hajat, dan berkonsekuensi kewajiban


membayar denda serta tidak berdosa. jumlahnya ada 17 yaitu :
1. memakai celana dikarenakan tidak ada udzur.

2. memakai muzah yang terpotong dikarenakan tidak ada sandal

3. mengikat kain bagi laki-laki yang beser yang tidak dapat menahannya
selain menggunakan ikatan tersebut

8Ikhwan, Abdul Halim. Ensiklopedi Haji Dan Umroh. (Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2002)
103-106
4. menetapkan pengikat rambut sebelum ihram sekiranya menutupi, atau
menetapkan wewangian sebelum ihram

5. membawa misik menggunakan tangan dengan tujuan


memindahkannya apabila waktunya terbatas

6. menunda menghilangkan wewangian setelah ingatnya orang yang lupa


karena ada kebutuhan, seperti milik orang lain dan hilang

7. menghilangkan rambut beserta kulitnya

8. menghilangkan rambut yang tumbuh di mata dan meniupnya

9. menghilangkan kuku serta anggotanya atau kuku yang menyakiti


disebabkan pecah

10. membunuh binatang yang mengancam meskipun terhadap benda


ikhtishash

11. menginjak belalang yang memenuhi jalanan dan tidak mungkin


menghindarinya

12. mengusik telur binatang buruan atau anak burung apabipa diletakkan
di sarangnya dan tidak mungkin menghindarinya selain dengan
mengusiknya

13. berbalik mengenai telur binatang buruan atau anak burung dalam
keadaan tidur dan tidak mengetahui keberadaan keduanya

14. menyelamatkan binatang buruan dari binatang buas untuk


mengobatinya kemudian mati

15. menggunakan wewangian


16. tidak mengetahui bahwa yang disentuh adalah wewangian, wewangian
yang menempel
17. pembunuhan binatang buruan yang dilakukan oleh anak kecil, orang
gila, atau orang yang tidak sadar. Dan masing masing tidak tamyi.
Ketika dilakukan tidak berkonsekuensi kewajiban membayar fidyah
namun berdosa :
1. akad nikah bagi yang ihram
2. memberi izin akad nikah pada hamba atau orang yang dibawah
otoritasnya
3. mewakilkan akad nikah dan seluruhnya tidak sah
4. bersentuhan kulit
5. melihat disertai syahwat
6. membunuh binatang buruan
7. menunjukkan binatang buruan
8. meminjamkan alat berburu
9. makan binatang yang diburu untuknya atau menjadi sebab perburuan
10. memiliki binatang buruan dengan cara membeli atau hibah serta
menerimanya dan tidak melukainya
11. berburu tanpa melukainya
12. menahan binatang buruan orang yang ihram
13. melakukan perkara yang diharamkan ketika ihram pada jenazah orang
yang ihram.

Ketika dilakukan berkonsekuensi kewajiban membayar fidyah namun


tidak berdosa :
1. Memakai pakaian berjahit disebabkan panas, dingin, sakit, berobat
atau perang yang mendadak dan tidak menemukan perkara yang
digunakan untuk menahan musuh dan selainnya
2. Menghilangkan rambut atau kuku dikarenakan panas, sakit, kutu, kusut
dan harusn dibasuh namun tidak memungkinkan untuk diurai
3. Orang tamyiz yang menghilangkan rambut atau kuku dikarenakan
tidak tahu atau lupa akan ihram
4. Seorang muhrim yang terpaksa membunuh binatang buruan
dikarenakan sangat kelaparan
5. Kencing dijalan dan menyebabkan binatang buruan kemudian mati 9
6.
G. Perbedaan Haji dan Umroh

Terdapat beberapa perbedaan dalam haji dan umroh, baik itu dari
segi pengertian, hukum maupu rukun pelaksanaannya. Diantaranya
adalah:10
1. Waktu pelaksanaan
Ibadah haji tidak bisa dikerjakan di sembarang waktu. Dalam satu
tahun, ibadah haji hanya dilakukan sekali saja dimana waktu
pelaksanaannya adalah pada tanggal 9 dzulhijjah yaitu saat wuquf di
Arafah, karena ibadah haji pada hakikatnya adalah wuquf di Arafah.
Maka seseorang tidak mungkin mengerjakan ibadah haji berulang kali
dalam satu tahunnya. Sementara rangkaian pelaksanaanya dimulai dari
bulan Syawwal, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.
Sementara itu pelaksanaan ibadah umroh dapat dikerjakan kapan
saja tanpa ada ketentuan waktu dapat dikerjakan 7 hari dalam satu
minggu, 30 hari dalam sebulan ataupun satu tahun penuh. Bahkan
dalam satu hari umroh dapat dikerjakan berkali-kali.
2. Rukun
Dalam melaksanakan ibadah haji terdapat beberapa hal yang harus
dilaksanakan, seerti halnya niat ihraom, wukuf di Arafah, tawaf, sai,
dan memotong rambut (tahallul).
Sementara itu dalam pelaksanaan umroh tidak terdapat rukun
wukur di Arafah, sementara empat rukun lainnya itu sama saja dengan
yang terdapat pada haji.
3. Hukum

9 Faishal Amin, Dkk. Menyingkap Sejuta Permasalahan Dalam Fath Al-Qarib. (Kediri : Lirboyo
Press. 2015) 314-315
10
Alauddin Abi Bakri bin Masy’ud al Kassani, Badai’ al Shanai’ fi Tartiib al Syarai’, (Bairut: Dar
al Kutub al Ilmiyah), 226.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam surat Al-Imron ayat 97, yang
artinya: “dan Allah mewajibkan atas manusia haji ke baitullah bagi
orang yang mampu mengerjakannya”. Yang dimaksud dengan mapu
disini adalah setiap muslim yang mempunya kemampuan baik dalam
hal biaya, fisik maupun waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum
mengerjakan haji wajib dan dilakukan satu kali seumur hidup.
Sedangkan hukum pengerjaan dari ibadah umroh itu sendiri para
ulama’ bersepakat bahwa hukum penegerjaan merupakan sunnah
mu’akad atau sunnah yang dianjurkan.
4. Tempat pelaksanaan
Pada pelaksanaan haji dan umroh memang sama-sama
dilaksanakan di Makkah, akan tetapi pada terdapat beberapa tempat
yang harus disinggahi oleh jama’ah ibadah haji dan namun tidak
disinggahi oleh pelaksanan ibadah umroh.karena dalam
pelaksanaannya ibadah haji harus menunaikan rukun yang bertempat
diluar Makkah, adapun rukun yang pelaksanaannya adalah melakukan
wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan melempar jumroh di Mina.
Sementara pelaksanaan ibadah umroh hanya dilaksanakan di area kota
Makkah saja, tidak dilakukan di luar Makkah.

H. Hikmah Haji dan Umroh

1. Mengikhlaskan seluruh ibadah

2. Membangun silaturrahim kepada umat islam diseluruh penjuru dunia

3. Menghidupkan hakikat persaudaraan islam dan menampakkannya


dengan betuk yang nyata.

4. Menyambut seruan Nbi Ibrahim As

5. Sebagai pengingat, napak tilas dari para Nabi dan Rasul

6. Mendapat ampunan dosa-dosa dan balasan syurga


7. Orang-orang fakir mendapat rezei atas keberkahan muslim haji dari
orang-orang kaya

8. Melatih dan menguatkan fisik yang kasar dan sulit

9. Menyaksikan berbagai manfaat bagi kaum muslim

10. Saling mengenal dan saling menasehati

11. Mempelajari Agam Allah SWT

12. Menyebarkan ilmu

13. Memperbanyak ketaatan. 11

Budi Kisworo, “Ibadah Haji ditinjau dari berbagai aspek”, Al-Istinbath : Jurnal Hukum Islam
11

Vol.2 No.1 2017, 76-97.


DAFTAR PUSTAKA
Amin, Faishal, Dkk. Menyingkap Sejuta Permasalahan Dalam Fath Al-Qarib.
Kediri : Lirboyo Press. 2015.
Aziz, Abdul, Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah, Jakarta,:Amzah, 2000.
Bakri, Alauddin Abi, Badai’ al Shanai’ fi Tartiib al Syarai’, Bairut: Dar al Kutub
al Ilmiyah.
Hasbiyallah, Fiqih dan Ushul Fiqih, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Ikhwan Dan Abdul Hakim, Ensiklopedia Haji Dan Umrah, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2002.
Ikhwan, Abdul Halim. Ensiklopedi Haji Dan Umroh. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. 2002.
Kisworo, Budi, “Ibadah Haji ditinjau dari berbagai aspek”, Al-Istinbath : Jurnal
Hukum Islam Vol.2 No.1 2017.
Munir, Ahmad, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rieneka Cipta, 2001.
Yahya, M. Taufiq Ali, Manasik Haji Dan Umrah, Jakarta : Lentera, 2008.

Anda mungkin juga menyukai